x x x
Kadang ada yang bertanya, apakah nama SMA itu Soubu atau Sobu? Serius ini, itu tidak penting. Selama kita tahu apa yang kita maksud, saya rasa tidak masalah anda akan menyebutnya seperti apa. Lalu, masalah selanjutnya yaitu ketika anda melihat for fun tentang peta di LN Oregairu, anda menyadari kalau SMA Kaihin ternyata jauh lebih dekat dari SMA Sobu, entah mengapa Hachiman memilih SMA Sobu?
SMA Sobu dalam berbagai volume LN, dijelaskan kalau SMA ini memiliki standar nilai penerimaan siswa baru yang sangat tinggi. Tentunya, bagi orang tua Hachiman sendiri, anaknya memilih sekolah terbaik di Chiba adalah alasan yang masuk akal meski jaraknya jauh. Lalu bagaimana dengan SMA Kaihin?
Dalam volume 8 chapter 3, Hachiman menjelaskan kalau SMA Kaihin itu merupakan gabungan 3 SMA dan berdiri di tanah yang luas. Karena SMA-nya baru berdiri, fasilitas-fasilitas SMA tersebut merupakan yang paling modern. Gedungnya memiliki lift dan para siswa memiliki semacam kartu akses.
Bagaimana dengan SMA Sobu sendiri? Dalam volume 6 chapter 9 dijelaskan oleh Hachiman kalau komputer-komputer hibah dari sekolah, misalnya di ruang OSIS, kualitas produk Apple. Kamera yang digunakan untuk merekam festival budaya, adalah kualitas terbaik. Dan Hachiman juga mengatakan kalau sekolah tidak ragu untuk membelikan fasilitas dengan kualitas terbaik.
Tapi ada satu pertanyaan menarik: Hachiman yang penyendiri dan pemalas itu, mengapa sampai sejauh itu memilih SMA Sobu? Mari kita bahas lebih dalam masalah ini.
x x x
Volume 5 chapter 4. Disini sangat jelas dan gamblang, Hachiman hanya perlu naik sepeda atau bus untuk ke stasiun Kaihin. |
Kesimpulannya, jika tidak ada kasus dengan Kaori, bisa saja Hachiman sekolah di SMA Kaihin. Sakit hati bisa membuat Hachiman belajar ujian mata pelajaran yang paling dia benci, matematika. Agar kita bisa tahu seberapa sakit hati Hachiman ini, saya akan mengutip monolognya di volume 8.
Tapi aku sangat yakin Orimoto tahu kalau aku mengiriminya SMS. Meski dia terlihat berusaha mengingatnya, tapi aku tahu kalau sejak awal aku bukanlah prioritas dalam pikirannya.
Kalau dipikir-pikir, ini seperti pria yang menyukai seorang gadis, dimana si gadis itu menganggap si pria berada di luar lingkaran sosialnya. Lalu, semua aksi pengorbanan si pria hanya dianggap sebagai bahan candaan saja. Bahkan mengingatnya saja tidak.
Kata-kata itu seperti membedah memori di kepalaku dan membuat emosiku menjadi liar saja.
Insiden tersebut yang sedang dibahas oleh mereka saat ini, hanyalah dianggap sebagai topik candaan saja. Tetapi sebenarnya, itu telah menusuk hatiku, sedalam-dalamnya.
- Hikigaya Hachiman | Volume 8 Chapter 3
x x x
Tidak ada komentar:
Posting Komentar