Rabu, 31 Agustus 2016

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol 4 Chapter 2 : Apapun yang kau lakukan, kau tidak akan bisa lolos dari Hiratsuka Shizuka -3

x x x








  "Sekarang...Aku ingin mendengar apa alasanmu tidak mengangkat panggilan teleponku     Hikigaya Hachiman."

  Orang yang menurunkan kacamatanya itu dan menatapku dengan tajam       tidak perlu kujelaskan lagi       Hiratsuka-sensei. Whoa, dia tampak ganas sekali...

  "Anu...Sinyalnya tidak stabil. Saya pikir ada hubungannya dengan berapa banyak rambut yang dimiliki oleh pimpinan perusahaan dengan banyaknya antena yang mereka miliki. Ini seperti rambut antena di Kitaro. Pasti itu sebuah kelemahan yang timbul karena nama perusahaannya     ini pasti salah SoftBank! Sebelum mereka memutuskan untuk memproduksi sesuatu yang kreatif, mereka harusnya lebih kreatif lagi dalam menstabilkan koneksinya! Meski  begitu, aku suka membaca buku-buku mereka!"

  "Onii-chan, bukannya kau sendiri yang mematikan HP-mu...Kau terlalu banyak menggunakan atas nama keadilan dalam alasanmu..." Komachi menatapku dengan keheranan.

  Tenanglah. Aku ini sebenarnya orang yang baik.

  ...Aku ini orang baik, benar tidak? Juga, tolong kembalikan sinyal HP-ku lagi.

  Hiratsuka-sensei kemudian mengembuskan napasnya.

  "Cukup. Aku tidak mengharapkan alasan-alasan semacam itu..."

  Kalau tahu bakal begini, kenapa tanya sejak awal...

  Atau begitulah yang ingin kukatakan, tapi tidak bisa karena Hiratsuka-sensei melanjutkan kata-katanya dengan senyum di wajahnya.

  "Apa? Aku hanya senang karena kau tidak terlibat dalam sebuah kecelakaan. Setelah apa yang terjadi denganmu sebelumnya, aku agak khawatir."

  Mulai terbersit dalam pikiranku untuk mengatakan "Sensei..."

  Kecelakaan dan apa yang terjadi denganku sebelumnya, pasti dia sedang merujuk ke kecelakaan waktu itu. Sebagai guru, kurasa normal jika dia tahu tentang kecelakaan yang menimpa muridnya. Apa lagi yang bisa kukatakan...? Dia orang baik yang sangat berdedikasi dengan pekerjaannya.

  "Akhirnya kuputuskan untuk menghubungi adikmu, akhirnya aku bisa bernapas lega."

  "...Menakutkan."

  Caranya mengirim banyak sekali SMS hanya untuk mengkonfirmasi keselamatan seseorang adalah hal yang menakutkan! Ini hampir mirip dengan modusnya stalker! Sekarang, aku paham bagaimana mengerikannya dicintai orang lain. Oh musim panas, aku tidak butuh cinta.

  "Jadi apa ada perlu dengan saya? Saya akan pergi ke Chiba dengan adik saya sekarang, jadi    " kataku, tapi Hiratsuka-sensei hanya mengedip-ngedipkan matanya beberapa kali.

  "Apa, jadi kau belum membaca SMS-ku? Kita semua akan pergi ke Chiba sebagai bagian dari aktivitas Klub Relawan."

  "Huh?"

  Apa ada tulisan semacam itu dalam SMS yang kuterima? Aku awalnya memang sempat mengintip isi SMS-nya, tapi gara-gara textnya berbau yandere, kumatikan HP-ku karena ketakutan. Karena kupikir akan lebih baik jika aku mencoba membacanya lagi, kuambil HP-ku dari kantong.

  Ketika kulakukan, aku mendengar sebuah suara memanggilku dari belakang.

  "Hikki! Kau telat."

  Ketika kulihat, Yuigahama sedang membawa kantong berlanjaan yang berasal dari minimarket, yang tampak penuh dengan belanjaan. Dia memakai topi visor berwarna pink, dengan kaos berlengan pendek dan celana pendek yang hendak mengatakan "Pakaianku ini kekurangan bahan kain". Sebenarnya, itu adalah pakaian yang khusus dipakai di musim panas. Jaman sekarang, yang memakai celana pendek bukan hanya anak SD saja.

  Yukinoshita berdiri di belakang Yuigahama, seperti sengaja menyembunyikan sosoknya. Dia memakai celana jeans yang cocok dengan kemeja yang dipakainya. Meski tidak menunjukkan banyak bagian dari kulitnya, cara pakaiannya yang rapi itu memang memberikan kesan yang keren.

  "Huh? Kenapa kalian semua ada disini?" tanyaku.

  "Kenapa katamu? Tentu saja karena aktivitas Klub," Yuigahama mengatakan itu dengan santainya. "Aku datang setelah aku mengajak Komachi-chan."

  ...Ya ampun, ternyata aku sudah mulai membaca skenario di balik ini. Jadi begini, Hiratsuka-sensei berusaha memancingku untuk ikut dalam aktivitas Klub, tapi karena aku tidak mempedulikannya, dia menghubungi Yuigahama, yang akhirnya dia menghubungi Komachi untuk meresponnya.

  Kampret bener! Gue dikibulin!

  Mereka memanfaatkan cinta diantara dua saudara     sebuah cinta yang membuatku merasa antusias untuk menemani adikku pergi keluar! Mereka tahu titik dimana mereka bisa memanfaatkanku!

  Tapi dalam masalah ini, kurasa penipu terbesarnya adalah Komachi, dimana dia telah membawaku kesini tanpa memberitahuku tentang kebenarannya. Kebencian terbesar muncul dari cinta yang terbesar. Aku akan berada dalam kesulitan besar jika aku mencintainya lebih dari ini.

  Ngomong-ngomong soal Komachi, dia langsung memberikan sambutan yang ceria ketika bertemu dengan kedua gadis ini.

  "Yui-san! Yahallo!"

  "Yahallo, Komachi-chan!"

  Apa sapaan semacam itu menjadi tren terkini atau sejenisnya?

  Tolong hentikan sapaan semacam itu, lama-lama otakku menjadi tidak waras.

  "Yukino-san! Yahallo!"

  "Ya..." Yukinoshita tiba-tiba berhenti, tapi dia dengan cepat menyambung kata-katanya.

  "Selamat pagi, Komachi-san."

  Wajahnya tampak memerah lebih cepat daripada kedipan matamu.

  Komachi lalu menggenggam tangan Yuigahama.

  "Aku sangat senang karena kau juga mengundangku!"

  "Kau harusnya berterimakasih ke Yukinon," kata Yuigahama. "Yang memberitahuku pertamakali adalah Yukinon, tapi sepertinya yang mengusulkan untuk mengajakmu adalah Sensei, Komachi-chan."

  Hmph. Jadi dengan kata lain, susunannya seperti ini:

  Hiratsuka-sensei > Yukinoshita > Yuigahama > Komachi > aku.

  Setelah dia mendengarnya, Komachi lalu melompat ke arah Yukinoshita dan memeluknya.

  "Jadi begitu ya! Terima kasih banyak! Aku menyukaimu, Yukino-san!" dia mengatakan itu dengan ceria.

  Yukinoshita lalu mundur selangkah. Dia lalu memalingkan wajahnya dari Komachi dan pura-pura batuk.

  "...Err, Begini...Aku berpendapat kalau nantinya disana akan butuh seseorang yang bisa mengawasi makhluk itu."

  Ya, senang berkenalan denganmu. Nama saya adalah 'makhluk itu'.

  "Karena itulah, sikapku itu kurasa tidak perlu dibesar-besarkan," Yukinoshita mengatakan itu dan berhenti sejenak. "Kau mengatakan apresiasi semacam itu karena itu adalah hal yang wajar saja."

  Wajah Yukinoshita memerah. Ketika mereka melihat itu, Yuigahama dan Komachi tersenyum kecil dan terus menatapnya.

  Oh tidak, kalau begini terus, maka Komachi akan dipengaruhi oleh pengaruh jahat Yukinoshita. Kalau Yuigahama, itu sudah terlambat, tapi aku ingin Komachi berada di jalan yang benar. Aku harus memberitahu jalan yang seharusnya!

  "Komachi, kau tidak perlu berterimakasih ke Yukinoshita. Karena dia mengatakan hanya memanfaatkanmu untuk mengawasiku. Harusnya, kau berterimakasih kepadaku, karena menjadi orang yang tidak berguna."

  Heh, kurasa aku tidak bisa mengatakan yang lebih baik dari itu. Dengan ini, aku yakin kalau adikku ini akan berterima kasih dan memberiku cinta yang layak untuk kuterima.

  "..."

  "..."

  "..."

  Atau begitulah pikirku. Hanya kesunyian yang membalasku. Yang terdengar oleh telingaku, hanyalah suara kereta yang berjalan dengan kecepatan tinggi.

  Ketika semua orang serasa kehilangan kata-katanya, Yukinoshita hanya tersenyum dengan manis. Kurasa, sudah lama aku tidak melihat senyumannya yang seperti ini.

  "Menghubungi Komachi-san ternyata merupakan keputusan yang tepat. Semoga beruntung menangani makhluk ini."

  "Jujur ya, aku tidak sabar untuk memberikannya ke seseorang!"

  Aku mulai dicampakkan oleh adikku sendiri.

  Ketika air mataku hampir kelaur, aku melihat ke langit. Ouch, matahari sedikit menyengat hari ini.

  Akupun memanggil Hiratsuka-sensei.

  "Panas sekali disini, bisakah kita sudahi ini dan langsung pergi saja?"

  "Tunggu dulu. Orang terakhir sedang menuju kesini."

  Tepat setelah itu, seseorang keluar dari stasiun dan berjalan ke arah kami. Ketika aku melihat bagaimana dia mencari orang-orang di sekitarnya seperti seekor anak anjing yang tersesat, aku tahu siapa dia.

  Tanpa sadar, aku menaikkan tanganku.

  Itu membuatnya menyadariku dan berlari ke arahku.

  "Hachiman!"

  Meski dia terlihat tersengal-sengal, Totsuka tetap memasang senyum yang cerah dan ceria untukku.

  Dia bersinar lebih cerah dari matahari di musim panas. Tapi dia selama ini juga tersenyum ke orang-orang selain diriku...Ketika memikirkannya, membuat dadaku terasa sakit. Sesuatu seperti menyangkut dengan tenggorokanku, menambah penderitaanku selama ini. Luka di hatiku ini seperti bertambah parah saja.

  Tapi ketika aku melihat senyuman manis Totsuka, aku langsung sembuh dalam dua detik. Dalam bahasa Inggris, kau bisa menyebut kalau SMILE milinya itu PRETTY dan CURE. Totsuka sangat kawaii. Dia bisa disingkat Totsukawaii.

  Komachi, yang berdiri di sampingku, tiba-tiba menyapanya.

  "Yahallo, Totsuka-san!" dia menyapanya.

  "Oh. Yahallo!"

  Kampret, manis betul. Kita harusnya membuat itu menjadi tren sapaan masa kini.

  "Jadi kau diundang juga, Totsuka?"

  "Yep, karena kudengar disini kekurangan sukarelawan. Tapi...Kira-kira apa aku diperbolehkan atau tidak ya"

  "Tentu boleh!" kataku.

  Tunggu dulu, kalau kita semua hanya pergi ke Chiba, kurasa tidak ada yang perlu kukhawatirkan.

  Meski begitu, Hiratsuka-sensei ternyata punya intuisi yang bagus dengan mengundang Totsuka. Kerja bagus. Dengan begitu, semuanya sudah berkumpul.

  ...Semuanya?

  Kulihat sekelilingku.

  "Bagaimana dengan Zaimokuza?"

  "...Siapa itu?" Yukinoshita memiringkan kepalanya karena heran.

  Merespon pertanyaanku, Hiratsuka-sensei tampak menggerutu dan mengingat sesuatu.

  "Aku juga mengundangnya, tapi dia bilang tidak, dia juga menyebut sesuatu seperti sebuah pertarungan yang hebat, komiket, deadline, atau entah apa itu," Sensei menjelaskan.

  Wow, serius, Zaimokuza?

  Satu-satunya hal yang kucemburui darinya adalah dia punya pilihan untuk menolak. Dia mungkin menghabiskan waktunya dengan berjalan-jalan bersama teman-temannya di tempat arcade saat ini...Meski begitu, bagaimana mungkin orang yang sekedar bercita-cita menjadi penulis bisa memiliki deadline?

 "Kalau begitu, ayo pergi," Hiratsuka-sensei memanggil kami semua.

  Kami lalu dibimbing untuk menuju minivan. Ketika kami membuka pintunya, ternyata ada tujuh kursi: pengemudi, samping pengemudi, dua kursi di tengah, dan tiga kursi di barisan paling belakang.

  "Yukinon, ayo kita makan manisan!"

  "Bukannya itu akan kita makan setelah sampai?"

  Sepertinya, Yuigahama dan Yukinoshita sudah merencanakan kalau mereka akan duduk bersama.

  Ini berarti...

  Oho. Dengan kata lain, aku akan dihimpit oleh Totsuka dan Komachi     Pedang yang memberikan kemenangan yang dijanjikan. Kemenangan adalah milikku! Ketika aku dengan antusias hendak masuk ke kursi paling belakang, seseorang menarik kerahku.

  "Hikigaya, kau duduk di kursi samping pengemudi," kata Hiratsuka-sensei.

  "Huh? Tunggu dulu, kenapa begitu?" aku berusaha menolak ketika aku ditarik olehnya.

  Hiratsuka-sensei berusaha menutupi wajahnya yang memerah dengan satu tangan.

  "Ja-Jangan salah paham! Bu-Bukannya aku mau duduk di sebelahmu atau sejenisnya!"

  Ohh, sangat tsundere sekali. Kalau kau mengesampingkan usianya, ternyata dia manis juga.

  "Itu karena kursi di sebelah pengemudi memiliki peluang kematian terbesar!" dia mengatakan itu.

  "Anda buruk sekali!" Akupun berusaha kabur dari cengkraman Hiratsuka-sensei.

  Hiratsuka-sensei tiba-tiba tersenyum.

  "Hanya becanda. Tahu tidak? Perjalanan kita kali ini sangat panjang dan aku tidak ingin kebosanan di perjalanan. Mengobrol denganmu kurasa akan sangat menyenangkan."

  "Begitu ya..."

  Ketika dia tersenyum dengan hangat, akupun mulai berhenti untuk menolaknya. Aku lalu duduk di kursi sebelah pengemudi, dan Hiratsuka-sensei mengangguk puas.

  Setelah kita mengkonfirmasi kalau semua orang sudah berada di dalam mobil, Sensei dan diriku mulai memasang sabuk pengaman. Lalu, Hiratsuka-sensei menyalakan mobil dan mulai mengemudikannya. Minivan ini mulai bergerak meninggalkan stasiun yang familiar ini. Kalau kita akan pergi ke Chiba, maka kita tinggal menuju ke arah Jalan Nasional 14.

  Entah mengapa, mobil ini malah menuju ke arah perempatan jalan. Harusnya, mobil ini langsung menuju ke jalan raya.

  "Um, bukannya kita akan pergi ke Chiba...?" tanyaku.

  Hiratsuka-sensei tersenyum licik.

  "Kutanya dulu. Sejak kapan kau menganggap kalau kita akan menuju Stasiun Chiba...?"

  "Err, sebenarnya ini tidak ada hubungannya dengan anggapan. Biasanya, ketika ada orang mengatakan akan ke Chiba, artinya ya ke Stasiun Chiba   "

  "Kau berpikir kalau kita akan ke Stasiun Chiba? Sayang sekali! Kita sebenarnya akan menuju Desa Chiba!"

  "Kenapa Sensei terlihat antusias sekali...?"

  Orang yang tidak begitu bagus dalam interaksi sosial, akan tetap berinteraksi dengan yang lainnya dalam jangka waktu tertentu, tapi jika sudah terlalu lama, maka responnya akan bombastis. Ini adalah contoh bagus bagaimana ketika kau mengingat hari ini di keesokan hari, kau akan mulai merasa membenci dirimu, mungkin juga itu adalah efek samping dari berlalunya waktu. Kuharap Hiratsuka-sensei tidak akan merasa depresi di keesokan hari.

  Ngomong-ngomong, jadi kita ini akan pergi ke Desa Chiba, huh...? Aku pernah tahu itu entah dimana...Kira-kira tempatnya seperti apa...












x Chapter II | END x







  Pertanyaan sederhana, apakah Sensei menaruh Hachiman dan Yukino karena tahu mereka berdua terlibat kecelakaan itu? Jawabannya tidak. Karena Sensei sendiri di volume 2 chapter 5 mengatakan kalau hadirnya Yui di Klub Relawan membuat kalkulasinya menjadi kacau. Artinya, Sensei tidak tahu kalau Yui adalah pemilik anjing yang diselamatkan oleh Hachiman, dan Sensei tidak tahu kalau Yukino adalah penumpang mobil yang menabrak Hachiman.

  Jadi, apa yang Sensei ketahui tentang Hachiman dan Yukino? Sebenarnya, ini cukup mudah jika kita menjejak kembali semua info-info yang kita miliki.

  Jika Sensei tahu sejak lama mengenai Hachiman, kecelakaan, Yukino, dan Yui, maka harusnya Sensei menaruh Hachiman di Klub Relawan sejak kelas 1 SMA. Faktanya, itu dimulai sejak awal kelas 2. Apa yang berbeda? Ya, sejak Hiratsuka-sensei diserahi tanggung jawab untuk membantu konseling kesiswaan.

  Mudah saja dari kuisioner siswa, menebak kalau Yukino adalah gadis yang tertutup. Melihat alamat tinggalnya saat ini (apartemen), berbeda dengan data alamat milik Haruno setahun lalu, jelas ada sesuatu di keluarga Yukino yang membuat Yukino memutuskan atau sengaja dipisah. Kenapa tertarik dengan Yukino? Mudah saja, dia siswi dengan peringkat terbaik di SMA Sobu, juga adik Yukinoshita Haruno, Dewi SMA Sobu.

  Kebekuan hubungan antara Yukino dan Hachiman di vol 9 chapter 5, mengingatkan Hiratsuka-sensei akan pengalamannya semasa muda dulu. Juga, harapan Sensei agar Hachiman menjadi orang yang berjalan bersama Yukino. Artinya, teka-teki Hachiman ditempatkan di Klub Relawan sudah terpecahkan.

  Sifat Yukino ini, mungkin mengingatkan Hiratsuka-sensei kepada seorang siswa ketika SMA dulu, yang mengisi kisah asmaranya. Hiratsuka-sensei lalu belajar dari pengalamannya dulu, dan memutuskan untuk memakai pendekatan yang berbeda. Menaruh siswa yang setipe dengan dirinya ketika SMA dulu (Hachiman), dan terus mengawasi perkembangannya. Muncul ketika situasi tertentu untuk memberikan dorongan kepada dirinya semasa muda (Hachiman) agar tidak mengambil keputusan yang salah dengannya, seperti di masa lalu.

  Jadi, apakah kisah asmara Yukino dan Hachiman ini adalah settingan Sensei, bukankah berarti kisah cinta mereka itu buatan? Tidak, Sensei sengaja memberikan opsi dalam Klub Relawan bagi Hachiman, yaitu Yui. Sensei bisa saja delete Yui dari Klub dalam vol 3 chapter 1 dengan meminta Yukino dan Hachiman mencari member baru yang bukan member lama yang kabur. Jika pada akhirnya Hachiman akan memilih, maka itu pilihan Hachiman.

  Sayangnya, Yui sudah dibuatkan ending alternatifnya di ANOTHER. Membuat antusiasme pembacanya untuk volume 12 akan terfokus ke konflik keluarga Yukino.

  ...

  Duduk di kursi blabla adalah kursi dengan peluang kematian tertinggi...

  Sebenarnya, itu hanya alasan yang dibuat-buat. Sensei kembali mengatakan hal serupa di vol 7 chapter 6, waktu itu dalam taksi.

  ...

  Komachi yang tidak sabar untuk memberikan Hachiman ke seseorang, ada relevansinya dalam kata-kata Komachi di vol 9 chapter 10.

  Dalam chapter tersebut, Komachi mengatakan kalau dia tidak sabar untuk mengetahui perkembangannya. Tentunya kita semua tahu perkembangan apa itu, dari situasi Komachi yang ditinggal berduaan memasak bersama Yukino.

  ...

  Monolog akhir Hachiman, tentang hal yang terlalu lama dan ketika dikatakan akan menjadi bombastis. Lalu keesokan harinya kau akan menyesalinya.

  Itu terjadi di vol 9 chapter 7, Hachiman mulai menyesali mengapa dia mengatakan menginginkan hubungan yang real di depan kedua gadis di Klub.

  ...

  Makhluk itu...

  Sebenarnya ini sarkasme dari Watari, karena di volume 4 chapter 7, Hachiman akan diteriaki Zombie, dan sebutan makhluk-makhluk menakutkan lainnya ketika secara tidak sengaja terlihat oleh anak-anak SD dalam jerit malam.

  ...

  

1 komentar: