x Chapter II x
Pintu yang terbuka itu memberikan celah bagi angin untuk bertiup masuk ke ruangan ini.
Rambut hitam dan panjang Hiratsuka-sensei melambai-lambai tertiup angin
tersebut. Dia menyentuh rambutnya sekilas dan langsung masuk ke ruangan dengan
derap langkah yang cukup mengganggu.
“Aku
ada request untuk kalian, tapi...”
Ketika dia mengatakannya, dia melihat ke arah kami dengan penuh tanda
tanya.
“Apa
telah terjadi sesuatu?”
Kami hanya duduk terdiam tanpa membalasnya. Yuigahama melihat ke arah
yang lain, sementara Yukinoshita duduk saja sambil menutupkan matanya.
Karena itu, kesunyian yang janggal ini membuat Sensei memiringkan
kepalanya lagi. Lalu dia melihat ke arahku.
“Tidak,
tidak ada apa-apa.”
Dengan tatapan seperti itu, bahkan aku sendiripun tidak punya mental yang kuat untuk tidak menjawabnya, jadi aku menjawabnya dengan santai.
Aku
mencoba menjawabnya sependek mungkin, namun dia hanya bisa tersenyum kecut
mendengarnya. Tampaknya dia sudah punya gambaran tentang apa yang terjadi
disini. Dengan Yukinoshita dan Yuigahama yang hanya terdiam, tidak perlu orang
pintar untuk menjelaskan apa yang terjadi disini.
“Mungkin
aku akan kembali lagi nanti?”
“Entahlah,
kami tidak keberatan kalau anda melakukannya.”
‘Dengan
kata lain, anda kembali lagi nanti juga tidak akan berubah’, itu arti
sebenarnya. Apa dia akan kembali nanti, atau besok, suasana stagnan ini akan
terus terjadi.
“...Begitu
ya.”
Dia
sepertinya cukup paham maksud dari nada suaraku tadi.
Untuk
menghindari suasana berkembang menjadi lebih tidak menyenangkan, Yuigahama
berusaha mencairkan keadaan.
“Sensei,
apa ada yang bisa kami bantu?”
“Ah,
benar...Kalian silakan masuk.”
Hiratsuka-sensei berbalik ke pintu dan memanggil seseorang. Lalu
terdengar suara lembut “Permisi...”, seorang yang sangat familiar masuk ke
ruangan dengan perlahan. Gadis ini memiliki tipe rambut pigtail yang diikat
dengan ikat rambut, dan tampilannya sangat memukau.
Dia
adalah Ketua OSIS, Shiromeguri Meguri.
Dan
yang mengikuti di belakangnya adalah seorang gadis yang kurang familiar.
“Kami
memiliki request...”
[note: Meguri mengatakan ‘kami’ daripada ‘dia’.
Artinya di request ini ada juga kepentingan Meguri. Tidak hanya kepentingan
Iroha.]
Dengan
mengangguk kecil, gadis itu melangkah masuk ke ruangan ini.
Rambutnya yang sebahu tampak melambai-lambai mengiringi langkahnya.
Dengan tampilan rambutnya yang terlihat natural, hiasan kukunya tampak
memantulkan cahaya matahari senja, menebarkan cahaya ke berbagai sudut ruangan.
Dengan rambut sebahu dan mata yang lebar, dia mirip seperti binatang
yang kecil, memberikan kesan manis. Seragamnya tampak sedikit kusut dan dia
meremas-remas ujung lengan panjang cardigannya.
Ketika aku menatap ke arahnya sambil berpikir siapa dirinya, dia lalu
menatap kami dengan senyum yang malu-malu.
Seketika, aku merasa hatiku tersayat-sayat. Jelas, ini bukanlah cinta
pada pandangan pertama. Ini adalah sebuah peringatan bahaya.
“Ah,
Iroha-chan.”
Ketika Yuigahama menyapanya, gadis yang disebut Iroha-chan ini
membalasnya dengan nada yang ringan.
“Yui-senpai,
hellooooo~”
“Yahallo~”
Keduanya melambaikan tangannya di depan dadanya.
“Ah,
jadi kamu sudah kenal dengan Isshiki-san. Kalau begitu kita bisa langsung ke
topik masalahnya.”
Setelah melihat salam tadi, Meguri-senpai mengangguk.
Isshiki Iroha...
Aku
sepertinya pernah mendengar itu.
Dia
tampaknya semacam manajer dari Klub Sepak Bola. Dia adalah gadis yang
merengek-rengek ke Hayama di Turnamen Judo yang digelar sebelum liburan musim
panas. Ngomong-ngomong, aku penasaran dengan Miura setelah itu...
[note: Vol 7.5 Klub Relawan ada request
dari Klub Judo mengenai Alumni Klub Judo yang suka ikut campur kegiatan klub.
Akhirnya Hachiman menjadi martir sosial dan konfrontasi dengan Senpai alumni
itu. Di turnamen itu, Hachiman membentuk kelompok dengan Hayama dan Zaimokuza.
Sebelum pertandingan Hayama, Iroha datang ke turnamen dan berteriak meminta
Hayama membantu mengatur member Klub Sepak Bola yang sedang latihan. Akhirnya,
Miura membantu Iroha ke Klub, lalu disusul Hayama.]
Begitulah yang bisa kuingat, tapi ini bukanlah waktu yang tepat untuk
membicarakan masa lalu.
Tampaknya request kali ini ada hubungannya dengan Isshiki Iroha.
Tapi ini cukup aneh, kalau ini requestnya, lalu mengapa ada
Meguri-senpai bersamanya?
Aku
menatap ke arah Meguri-senpai untuk mencari penjelasannya, dia mengangguk ke
arahku dan mulai berbicara.
“Kalian
tahu mengenai Pemilihan Ketua OSIS selanjutnya?”
Meski dia bertanya hal tersebut, aku tidak paham maksudnya. Jujur saja,
jika ada event sekolah yang tidak mewajibkan partisipasi siswa, maka aku
memutuskan untuk tidak mencari tahu apa itu.
Tapi, bukannya aku tidak tertarik atau semacamnya. Ini bisa menjadi
cerita yang berbeda jika kau punya teman yang berencana maju menjadi kandidat
ketua. Tapi kupikir sangat wajar, jika siswa-siswa pada umumnya tidak berniat
untuk terlibat dalam kegiatan Pengurus OSIS dalam kehidupan sekolah mereka.
Pada umumnya, siswa-siswa biasa akan melihat Pengurus OSIS sebagai ‘orang-orang
yang selalu terlihat sibuk, tapi aku tidak tahu apa yang mereka kerjakan’. Oleh
karena itu, Pemilihan Ketua OSIS artinya ‘memilih orang yang akan memimpin
orang-orang yang terlihat sibuk, tapi aku tidak tahu apa yang mereka lakukan’.
Aku
yakin akan menjadi ‘siswa-siswa pada umumnya’ jika aku tidak terlibat di
Festival Budaya dan Olahraga. Begitu pula Yuigahama.
Tapi, ada satu orang yang tidak merasa seperti itu. Dia Yukinoshita
Yukino.
“Ya.
Kalau tidak salah kapan hari ada pengumuman soal Pemilihan tersebut. Kurasa
saat ini adalah waktu pendaftaran bagi calon Kandidat Ketua.”
“Wow,
kau tampaknya tahu banyak, Yukinoshita. Yep, yep, semuanya sudah diumumkan,
meskipun sampai sekarang belum ada calon kandidatnya.”
Meguri-senpai berbicara sambil memegang kedua tangannya.
“Kami
harusnya melakukan Pemilihan jauh hari sebelumnya, tapi kami tidak mempunyai
kandidat untuk itu. Juga jika keadaan ‘tanpa adanya kandidat’ ini terus
berlangsung, aku tidak bisa meletakkan jabatan Ketua OSIS ini dengan tenang...”
Tiba-tiba Meguri-senpai merasa sangat terpukul.
“Pihak
sekolah sendiri, menyerahkan event Pemilihan Ketua OSIS ini kepada Pengurus
OSIS. Dimana, harusnya kita sudah mendapatkan Ketua OSIS yang baru ketika
Festival Olahraga, tapi...”
“Oh
bukan, jangan khawatir soal kesibukan kelas 3 yang akan menempuh ujian
Universitas dalam waktu dekat. Soalnya aku sendiri sudah diterima Universitas lewat
jalur rekomendasi, jadi aku tidak ikut ujian masuk Universitas seperti siswa
lainnya.”
Aku
melihat ke arah Meguri-senpai sambil berpikir tentang semua kehangatan yang dia
berikan. Suasana khas Megurin akan segera menjadi sebuah kenangan di masa lalu.
Dia tampaknya hendak mengucapkan sesuatu.
“Ah,
benar, benar, aku ternyata belum menjelaskan semuanya ya? Ngomong-ngomong,
sebagai pekerjaan terakhirku di jabatan Ketua OSIS, aku juga menjabat sebagai perwakilan OSIS di
Panitia Pemilihan Ketua OSIS periode yang baru.”
Kesimpulannya, para pengurus OSIS di periodenya saat ini yang masih
kelas 2 tidak ada yang mencalonkan diri menjadi kandidat ketua...
Tapi, aku bisa memaklumi kalau para pengurus OSIS saat ini menemukan
arti dari pekerjaan mereka hanya jika mereka berada di bawah perintah
Meguri-senpai. Mereka semua tampaknya sangat mengagumi dirinya.
“Juga,
dekrit tentang pemilihan itu sudah disahkan oleh pihak sekolah, tapi...”
“Dekrit...”
Yuigahama mengulang-ulang kata itu dengan suara pelan, tapi tidak ada
satupun yang menjelaskan kepadanya. Biasanya, Yukinoshita adalah orang pertama
yang akan melihatnya seperti itu dan menjelaskannya, tapi dia sendiri sedang
menaruh tangannya di dagunya.
“Dekrit,
maksudnya begini, itu adalah semacam pengumuman jadwal pemilihan dan
aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh kandidat. Ya, semacam itulah.”
Sensei tampaknya tidak ingin melihatnya menderita terlalu lama karena
memikirkan maksud tersebut.
“Te-terima
kasih banyak. Ahaha...Ja-jadi, hubungannya kalian dengan dekrit tersebut?”
Yuigahama tampaknya langsung ke masalahnya. Meguri lalu melihat ke
Isshiki.
“Isshiki
ini adalah kandidat Ketua OSIS di pemilihan nanti.”
Whoaah, jadi gadis ini mengajukan diri jadi calon ketua? Ini sebuah
kejutan, tapi sejujurnya, Isshiki Iroha tidak tampak seperti tipe gadis yang
tertarik dengan aktivitas OSIS.
Jadi, kenapa kamu berminat jadi ketua? Atau semacam itulah, jadi aku
mulai menatapnya dengan maksud menanyakan itu. Isshiki melihat ke arahku, lalu
dia mengedipkan matanya karena terkejut.
Tampaknya dia baru saja sadar akan kehadiranku. Tunggu, tidak, dia
pastinya sudah melihat diriku waktu pertama kesini...Dia mungkin mengira aku
hanya hiasan atau pajangan disini.
Tapi, Isshiki melihatku tanpa menunjukkan rasa takut ataupun jijik. Sebaliknya,
dia tampak menyadari sesuatu, lalu tersenyum.
“Ah,
apa kamu berpikir kalau aku memang tidak cocok dengan jabatan itu atau
semacamnya, ya~?”
“Ah,
bukan, bukan begitu. Tidak mungkinlah.”
Dengan senyum yang diarahkannya kepadaku, aku kehilangan kata-kata.
Well, kalau kata orang kita tidak boleh menilai buku dari sampulnya,
berarti kita juga terlihat bodoh jika kita berhenti menonton anime karena
desain dan grafis karakternya. Aku memalingkan pandanganku dari Isshiki untuk
membuang rasa ingin tahuku sebelumnya.
Ketika aku melakukannya, Isshiki menaruh kedua tangannya di pinggangnya
dan postur tubuhnya condong kedepan sambil berbicara.
“Itu
karena aku sering dibilang begitu, kurang lebih seperti itulah~. Seperti aku
terlihat bodoh, otak kosong, atau semacamnya.”
Ah,
gadis ini merupakan kabar buruk.
Penampilannya sendiri mencerminkan dirinya adalah tipe gadis yang suka
bermain-main, dan tipikal gadis yang akan dibenci oleh gadis-gadis SMA pada
umumnya. Memakai sedikit make up sehingga terlihat natural di mata orang, lalu
memakai rok di atas lutut. Dia juga memakai cardigan warna cream yang
kebesaran, sehingga menonjolkan tulang selangka yang tersembunyi dari balik
pita di dekat kerahnya. Seperti mengundang orang untuk mengintipnya.
Mengesampingkan tampilannya yang ‘mulus’ tadi, dia tampaknya kenal baik
dengan seniornya, Yuigahama; memiliki kemiripan dengannya.
...Seperti yang kuduga, dia gadis yang berbahaya.
Tidak hanya dia nyaman menjadi pusat perhatian disini, dia juga
menunjukkan statusnya sebagai ‘cewek SMA kelas atas’. Dari luar, dia terlihat
ramah dan feminin, tapi tidak butuh waktu lama untuk melihat kalau semua itu
hanya kepalsuan belaka.
Dengan menjadikan pengalamanku di masa lalu bersama gadis-gadis
semacamnya, aku cukup yakin kalau dia akan menebarkan banyak sekali ranjau
darat.
Tapi, tampaknya hanya aku seorang yang punya opini ini terhadap Isshiki.
Bisa jadi aku tadi hanya dugaan yang berlebihan.
“...Jadi,
bisakah aku tahu masalah yang kalian hadapi?”
Yukinoshita bertanya ke Isshiki yang sejak tadi terdiam. Lalu dia
melepas lengannya yang sedang menyilang itu dan menaruhnya di atas meja. Dia
mungkin sudah lelah menunggu inti dari pembicaraan ini, dari nadanya saja bisa
terlihat jelas hal tersebut.
Ketika Meguri-senpai menyadari hal itu, dia langsung berbicara.
“Isshiki
adalah kandidat Ketua OSIS, tapi...bagaimana ya aku harus mengatakannya...? Dia
ingin tidak terpilih menjadi ketua.”
Dia
hanya mengatakan kata-kata yang ambigu. Isshiki menjadi kandidat Ketua OSIS,
tapi dia tidak ingin terpilih menjadi ketua. Aku mulai mencerna perlahan-lahan
maksud dari kata-katanya itu.
“Haa...Sederhananya,
kamu ingin kalah di pemilihan itu?”
Jika aku melihat bagaimana ekspresinya, maka itu seharusnya kesimpulan
yang kita dapatkan. Meguri-senpaipun menganggukkan kepalanya. Yuigahama
sendiri, tampak sedang memiringkan kepalanya sambil mengatakan “Hmm?”
“Jadi
begini...Kamu tidak ingin menjadi Ketua OSIS?”
“Ah,
benar. Itu benar sekali.”
Mungkin karena dia kenal dengan Yuigahama, sehingga Isshiki bisa
menjawabnya tanpa malu-malu.
Tapi kalau kita lihat baik-baik, ini bukanlah contoh yang baik. Entah
apapun alasannya, ini bukanlah sikap yang terpuji dari orang yang mengajukan
dirinya menjadi kandidat Ketua OSIS.
“...Kalau
keinginanmu seperti itu, kenapa kamu mengajukan diri menjadi kandidat Ketua?”
Yukinoshita mengatakannya dengan nada yang mengkritisi, sehingga Isshiki menjadi kaget.
“Umm,
aku sebenarnya tidak ingin, err, lebih tepatnya...aku ini dipaksa menjadi
kandidat ketua.”
Eeeh, kamu ini sebenarnya ingin menjadi idol atau bagaimana sih?
Entah mengapa, kata-kata Isshiki itu membuatku kehilangan respek
kepadanya. Tapi, Isshiki tidak peduli dengan tatapanku. Well, aku juga sadar
kalau keberadaanku disini cuma pajangan saja. Isshiki menaruh jarinya di
dagunya, lalu berbicara.
“Aku
ini, terlihat berbeda dari yang lain, tahu tidak? Aku sering mendengar
orang-orang membicarakan kedekatanku dengan Hayama-senpai dan kakak-kakak kelas
lainnya. Juga, posisiku saat ini yang menjabat sebagai Manajer Klub Sepakbola,
itu memperkuat pandangan orang-orang kepadaku.”
Aku
tidak bisa membaca maksudnya apa. Jadi kusimpulkan saja, tapi ada satu hal yang
menggangguku.
“...Apa
kamu ini jadi kandidat ketua karena dijahili orang?”
“Aku
bukannya bilang begitu, itu terdengar aku terlalu ‘lebay’ atau semacamnya~.
Misalnya ketika teman-teman sekelasku sedang berkumpul, mereka sering
menjadikanku sebagai bahan candaan ataupun gosip.”
Kata-katanya malah membuat kepalaku bertambah pusing.
Jadi kamu intinya ingin mengatakan apa...?
“Jadi,
ya kurang lebih sama seperti itulah~”
Oooh, aku paham sekarang. TIDAK,
APA-APAAN PENJELASANMU ITU!
Aku tidak
paham maksudnya apa, tapi intinya begini :’Gadis selugu diriku yang sering
dijahili orang-orang yang iri, kini terjebak dengan menjadikanku kandidat
ketua!’. Mungkin kurang lebih begitu. Seperti judul buku yang panjang sekali...
Rencana awal hanya sekedar membuatnya panik kini menjadi sebuah bencana
bagi gadis itu. Kali ini, error dari sebuah masa muda sudah membuat sebuah
masalah.
Tapi jujur saja, gadis ini adalah tipe gadis yang seperti itu.
...Gadis ini adalah tipe yang paling dibenci oleh gadis-gadis di
sekolah.
Bahkan diriku sendiri...tidak terkecuali ketika melihatnya.
Dia
memang seperti itu.
Dia
adalah salah satu dari sekian wanita jalang yang berusaha menutupi sikapnya
yang overakting dan ‘lebay’. Gadis yang melacurkan dirinya agar bisa dekat
dengan orang-orang. Banyak yang seperti dirinya ketika SMP dulu. Yep, gadis
yang mengatur pria harus bagaimana saja dari hidung mereka.
Bahkan
Samurai terkenal Mushashi tidak akan jatuh dengan mudah oleh pesona gadis
jalang sepertinya.
“Kenapa
kamu tidak ke panitianya dan mengatakan formulir yang teman-temanmu kirimkan
itu tidak kamu setujui atau semacamnya?”
Yuigahama menaikkan tangannya seperti hendak bertanya, Sensei lalu
menyilangkan lengannya dan mengeluh.
“Ketika
formulir pendaftarannya diberikan ke panitia, panitianya tidak mengkonfirmasi
ke Isshiki dan langsung mensahkan pendaftarannya...”
“Err...Seandainya panitia pemilihan yang
menerima pendaftaran itu mau mengkonfirmasi ke Isshiki terlebih dahulu...”
Meguri merasa malu akan kinerja panitia.
Sensei menepuk pundak Meguri yang merasa bersalah.
“Well,
jujur saja, tidak ada seorangpun di sekolah ini yang akan menyangka kalau
formulir itu hanyalah kegiatan jahil orang-orang. Akan menjadi preseden buruk
jika kita menyalahkan panitia pemilihan. Benar tidak?”
“Tapi,
panitia waktu itu sudah cek langsung ke pemilik tanda tangan dukungan di
formulir tersebut, dan itu asli.”
Meguri mengatakannya dengan nada kecewa, aku akhirnya bertanya lebih
jauh apa maksudnya.
“Tanda
tangan dukungan?”
“Uh
huh. Untuk menjadi kandidat ketua, kamu cuma perlu menulis namamu di formulir
lalu di balik formulir tersebut ada kolom tanda tangan dukungan dari
pendukungmu. Sayangnya, tanda tangan dukungan tersebut asli.”
Huh, jadi, untuk jadi kandidat ketua kamu butuh tanda tangan dukungan.
Tapi, tadi memang sangat meyakinkan. Maksudku, coba pikir jika ada orang
dengan 0 dukungan menjadi Ketua OSIS, pasti akan ada masalah di kemudian hari.
Ini adalah sistem sederhana untuk mencoret kandidat yang memiliki popularitas
rendah.
Melihat Pengurus OSIS yang sekarang seperti berisi orang-orang yang
serius, aku memang berpikir kalau tidak akan ada yang berani menjadikan
Pemilihan Ketua OSIS ini semacam event untuk menjahili seseorang.
Di
dunia ini, ada kalanya seorang yang idiot akan melakukan tindakan gila yang
sangat menakutkan.
“Tapi,
ini agak kompleks jika menurut aturan yang kubaca. Bukankah itu artinya mereka
berhasil mendapatkan minimal 30 tanda tangan orang yang berniat menjahilinya agar
bisa lolos mencalonkan seseorang menjadi kandidat ketua?”
Tampaknya bukan aku saja yang memiliki pikiran itu, Yukinoshita juga.
“Sebanyak
itu? Aku terkejut jika mereka bisa mendapatkan sebanyak itu.”
Yuigahama mengatakannya dengan setengah terkejut dan nada yang terkesan
ketakutan.
Tapi, menurutku itu tidak aneh.
Melihat banyaknya jumlah tanda tangan yang berniat membullynya, jika kita hendak membuat perkumpulan massa
anti Isshiki, maka akan sangat mudah sekali untuk melakukannya. Ini juga
berlaku ketika di Twitter, tinggal menuliskan nama Isshiki dan niat untuk
membullynya, maka akan langsung di retweet dengan cepat oleh yang membencinya.
Ketika aku memikirkan mengapa mereka membencinya, Sensei lalu berkata.
“Tentu
saja, kita sudah memeriksa para siswa yang bertanda tangan di formulir
tersebut. Apakah mereka cuma nama palsu atau sekedar tanda tangan tanpa tahu
isinya, tapi semua tanda tangan itu asli.”
“Menulis
nama mereka dan bertanda tangan disana, apa mereka idiot apa semacamnya...?”
“Mereka
tampaknya menganggap ini bukanlah pelanggaran aturan atau semacamnya, sehingga
tidak akan dihukum. Menggunakan celah aturan untuk menjahili orang, seperti
itulah.”
Sensei mengatakannya dengan senyuman yang pahit.
Tapi ada benarnya juga sih. Belakangan ini sering terjadi seperti itu.
Bukankah sering kita lihat video menjahili orang-orang dan diupload di twitter
atau youtube dengan menampilkan identitas asli pembuat videonya; bukankah itu
seperti mengakui dirimu seorang kriminal?
“Umm,
bisakah kamu bilang kalau kamu sendiri tidak menyetujui pencalonan itu? Seperti
mengatakan itu tidak sah karena kamu tidak tahu sedang dicalonkan?”
Ketika Yuigahama berbicara, Isshiki lalu mengambil langkah maju.
“Masalahnya
itu, kamu tahu...Wali Kelasku itu ketika mendengar diriku terdaftar sebagai
satu-satunya calon Ketua OSIS malah memuji dan menyemangatiku. Ketika aku
mengatakan kepadanya kalau aku tidak ingin maju, malah dia semakin
menggebu-gebu untuk menasehati dan memotivasiku...Lebih menyedihkan lagi, tidak
ada satupun siswa di kelasku yang menawarkan diri untuk membantuku kampanye
atau yang lain, tahu tidak~...Maksudku, hanya guru saja yang mensupportku, itu
saja.”
Ah, begitu ya. Ini mirip ketika kamu mengatakan kepada atasanmu kalau kau ingin berhenti bekerja. Karena pekerjaan di kantor tertekan oleh deadline dan kurang tenaga, atasanmu langsung berteriak ‘Ayo kita lakukan yang terbaik! Aku disini memerlukan dirimu dari sekarang dan selamanya!’. Lalu, kamu mulai meragukan tindakanmu. Setelah itu atasanmu akan mengatakan ‘itulah masalahmu, kalau kamu menjadi peragu seperti itu, tidak akan selalu ada peluang yang baik selain kerja disini!’, dan mulailah dirimu diceramahi oleh atasanmu.
Pada akhirnya, kamu kehilangan peluang untuk berhenti dari pekerjaanmu
dan bekerja di tempat lama dengan terus mencari-cari celah untuk menghindari
tanggung jawab.
Di
sebelah Isshiki, Sensei sedang menggaruk-garuk pipinya dengan ekspresi yang
tidak menyenangkan.
“Aku
sudah berbicara dengan Wali Kelas Isshiki, tapi...dia bukanlah orang yang mau
mendengarkan nasehat orang lain.”
“Aah,
begitu ya...”
Lalu, Sensei melanjutkan kata-katanya.
“Tampaknya,
dia sendiri belakangan ini malah sering bercerita dengan bangga kalau dia
berhasil meyakinkan siswa di kelasnya untuk maju menjadi satu-satunya kandidat
Ketua OSIS...Dia merasa sukses menjadi motivator siswa, seperti cerita turun
temurun saja...”
Aah, jadi Wali Kelasnya tipe orang seperti itu ya...Selama dia yakin apa
yang dipilih oleh siswanya adalah jalan yang bagus, dia tidak akan berhenti
mensupportnya. Sebenarnya, Wali Kelasnya
tidak berniat buruk sama sekali.
“Jadi,
karena itulah, akhirnya dia menceritakan masalah itu ke Shiromeguri.”
Ah,
jadi begini ceritanya: Meguri-senpai mendengar cerita Isshiki dan tidak bisa
memberikannya solusi, lalu dia membawanya ke Sensei dimana Sensei membawanya ke
kita.
“Kalau
begitu masalahnya, berarti mengundurkan diri dari kandidat Ketua OSIS merupakan
hal yang sulit.”
Wali Kelasnya mungkin tidak tahu tentang perasaan siswanya ini. Tapi,
Wali Kelasnya hanyalah satu dari sekian hambatan. Lalu, Meguri-senpai
mengatakan sesuatu sambil bermain dengan rambut pigtailnya.
“Uh
huh...jadi...kami sebelumnya sudah bekerja keras untuk membatalkan
pencalonannya...”
“Haa...”
Aku
mulai berpikir untuk mencarikan alasan yang tepat baginya untuk mengundurkan
diri. Tapi, Yukinoshita terlihat menaruh tangannya di dagunya dan mulai
mengatakan sesuatu.
“Soal
mengundurkan diri, apakah tidak ada aturan tertulis yang mengatur tentang tata
cara mengundurkan diri ataupun diskualifikasi calon yang sudah ditetapkan dalam
aturan tersebut?”
Meguri-senpai tampak terkejut mendengar kata-katanya.
“Yukinoshita,
kamu memang tahu banyak hal...Benar sekali! Tidak ada aturan tertulis yang
mengatur tentang hal tersebut...”
Begitu ya. Memang, Pengurus OSIS adalah tempat dimana siswa-siswa yang
memiliki kemauan untuk bekerja, orang-orang yang penuh dengan ambisi. Aku bisa
membayangkan mereka memang sengaja tidak menulis aturan tentang tata cara
mengundurkan diri, karena tidak ada dalam sejarah mereka seperti itu. Meski
begitu, itulah Yukipedia. Tahu segalanya.
“Ah,
bisakah katakan kepada panitia kalau dia tidak bisa menjadi Ketua OSIS karena
dia hanya siswi kelas 1?”
Yuigahama mengatakan itu sambil menaikkan tangannya.
Tapi, Yukinoshita menjawabnya seketika.
“...Itu
tidak akan terjadi.”
“Eh?
Kenapa begitu?”
Yuigahama menanyakan itu dengan wajah penuh tanda tanya. Meguri menjawab
itu untuknya.
“Itu
karena tidak ada aturan yang menulis tentang Ketua OSIS hanya boleh dijabat
oleh siswa kelas 2.”
“Memang,
pada kenyataannya, selama ini Ketua OSIS selalu dijabat oleh siswa kelas 2.”
Yukinoshita mencoba menutup pertanyaan tersebut dengan penjelasan
mengapa Yuigahama menanyakan hal tersebut.
Itu
memang hal yang tidak tertulis, tetapi selama tidak ada hitam di atas putih
soal itu, maka itu itu tidak bisa dijadikan alasan untuk mengundurkan diri dari
kandidat ketua.
Jika kita mencari alasan dengan memakai fakta ‘biasanya kelas 2 yang
terpilih’, maka dia tetap menjadi kandidat ketua karena tidak ada aturan yang
menulis ketua OSIS hanya boleh dijabat oleh siswa kelas 2.
“Jika
dia tidak keberatan maju sebagai kandidat asalkan kalah di pemilihan, maka
kalah dalam pemilihan adalah satu-satunya cara.”
Hanya itulah satu-satunya metode yang memungkinkan.
Tapi, Meguri-senpai tampak menyerah.
“Umm...karena
sampai detik ini satu-satunya kandidat cuma Isshiki, maka...”
Yukinoshita langsung menambahkan.
“Dengan
kata lain, pemilihannya nanti hanya memilih ‘ya’ dan ‘tidak’...begitu?”
“Benar,
seperti itulah...”
Pemilihan sistem ‘ya’ dan ‘tidak’ disebut juga ‘vote of confidence’
dimana bisa terjadi jika yang mencalonkan diri hanya satu orang. Tidak seperti
pemilihan biasa dimana kita memilih satu orang diantara banyak orang, pemilihan
sistem ini kita hanya melingkari kata ‘ya’ atau ‘tidak’ di kertas pemilihan.
Sederhananya, kamu cuma memilih apakah setuju Isshiki Iroha menjadi Ketua OSIS
atau tidak?
Dengan sistem seperti ini, mayoritas orang pasti akan melingkari ‘ya’
dan parade pemilihan yang melelahkan ini akhirnya selesai sampai tahun depan.
Tidak ada yang mau duduk di gymnasium untuk mendengarkan pidato dan kampanye
berjam-jam jika proses pemilihan harus diulang. Tentunya, akan sangat menarik
jika ada yang melingkari ‘tidak’, meski mereka minoritas. Selama suara
mayoritas ada di tangan kandidat, meskipun terasa aneh, tetap akan disahkan
sebagai Ketua terpilih.
Meski begitu...
“Tapi,
kalau cuma agar suara mayoritas tidak berada di pihakmu, aku tahu caranya...”
Ketika aku mengatakan apa yang ada di pikiranku, Isshiki langsung tidak
menyetujuinya.
“Tunggu,
tunggu dulu! Dapat suara minoritas dalam sistem pemilihan yang hanya ada calon
tunggal kelihatan ‘cupu’ banget! Maksudku, sistem vote of confidence sendiri
saja sudah memalukan...Sangat memalukan. Aku tidak mau!”
Ugh, kamu egois sekali! Jangan pakai egomu kalau mau keluar dari situasi
sulit yang membekap dirimu saat ini, tahu tidak?
Begitulah yang kupikirkan. Tapi sejujurnya, Isshiki tidak salah apapun
karena dia hanya korban ulah iseng teman-temannya. Kalau kita kesampingkan
kronologis dia bisa maju kandidat, menjadi calon tunggal Ketua lalu kalah di
pemilihan calon tunggal karena voting suara ‘tidak’ melebihi 50% memang menjadi
cerita lucu. Oleh karena itu, aku paham mengapa dia tidak ingin itu terjadi.
Tidak mungkin kamu bisa puas jika mayoritas suara tidak berada di pihakmu.
Oleh karena itu, kalah bukanlah pilihan baginya.
“Seandainya
saja dia memang calon tunggal, lalu di kertas pemilihannya nanti hanya muncul
nama Isshiki saja? Gambar wajahnya tidak?”
Agar ideku ini bisa terlaksana, aku harus memastikan beberapa fakta
dahulu kepada Meguri-senpai.
“Eh?
Benar, cuma nama saja lalu ‘ya’ atau ‘ tidak’.”
“Lalu,
kedua...kampanyenya boleh diwakilkan orang lain mengatasnamakan Isshiki? Lalu,
Isshiki di formulir itu belum menunjuk satupun nama sebagai tim kampanyenya?”
“Pertama
benar, kedua benar.”
Kedua mata Meguri-senpai menatapku sambil mengangguk. Tapi ekspresinya
seperti tidak menyadari apa maksudku yang sebenarnya.
Tapi itu tidak masalah. Semua informasi yang kubutuhkan sudah dalam
genggamanku.
“Kalau
begitu, ada satu metode yang mudah dan cepat.”
“Umm,
apa maksudmu?”
Untuk mengklarifikasi pertanyaan itu, aku keluarkan semua fakta yang
ada.
“Kemungkinan
terburuk yang bisa diterima: Isshiki pasti kalah di pemilihan calon tunggal,
lalu dirinya tidak dipermalukan, maka itu bisa diterima. Sederhananya begini,
kalau nanti seluruh siswa paham mengapa Isshiki tidak terpilih dan itu adalah
alasan yang wajar, maka itu harusnya cukup.”
“Bisakah
kau melakukannya?”
Yuigahama memecahkan keheningan itu dengan pertanyaan tersebut.
Aku
menganggukkan kepalaku.
“Kalau
juru kampanyenya memberikan program-program buruk untuk para siswa, maka
mayoritas tidak akan memilihnya. Lalu setelah pemilihan, Isshiki memberitahu
semuanya kalau juru kampanyenya telah bertindak di luar kontrolnya. Akhirnya,
Isshiki tidak diberitakan jelek, dan juru kampanyenya yang disalahkan.”
Yang kita butuhkan saat ini hanyalah alasan wajar mengapa dia kalah,
kenapa dia tidak dipilih, dan mengapa mayoritas memilih ‘tidak’.
Sebelum masuk ke detail rencananya, aku sengaja menghentikan kata-kataku
lebih jauh.
Aku
ingin mengorganisir kata-kata yang hendak kuucapkan terlebih dahulu. Tapi
sejujurnya, itu bukan alasan aku berhenti berbicara.
Aku
berhenti berbicara karena ruangan ini mendadak sunyi.
Yuigahama
melihat ke arahku, dengan mata yang merasa tersakiti, lalu merendahkan
tatapannya seakan-akan dia baru saja meminum sesuatu yang pahit. Melihat hal
ini, Meguri-senpai melihat ke arahku dan Yuigahama secara bergantian. Isshiki
tampaknya sangat sensitif dengan pergantian suasana itu dan merasa tidak
nyaman.
Lalu ada suara yang menghentak meja.
Ketika aku mencari asal suara itu, Yukinoshita menaruh lengannya di
meja. Tampaknya, itu suara kancing blazernya yang menghantam meja.
Dalam kesunyian ini, suara tersebut memang lebih keras dari biasanya.
Di
ruangan yang sunyi ini, suara Yukinoshita yang bernada dingin menggema begitu
saja.
“Aku
tidak setuju dengan metode itu.”
Mendengar nadanya yang kasar dan kritis itu, aku bertanya kepadanya.
“Kalau
begitu, bisa kau jelaskan alasannya mengapa menolak?”
“...Itu...”
Dia
mengatakannya terlalu memaksa, tetapi nadaku terus menajam untuk
mempertanyakannya. Yukinoshita memalingkan pandangannya. Bulu matanya yang
panjang terlihat bergerak secara cepat.
Tapi itu hanya sebentar. Dia lalu kembali menatapku.
“...Itu
karena belum tentu berhasil. Pemilihan yang berjalan menggunakan sistem calon
tunggal bukanlah masalahnya. Juga, membuat kampanye hitam untuk
mendapatkan voting menolak akan menjadi
masalah bagi Isshiki kelak jika ketahuan. Juga, meskipun tidak mendapatkan
suara mayoritas, apakah kamu pikir mereka 100% pasti akan mengulang dari awal
proses penjaringan kandidat? Pertimbangkan pula kalau kita belum pernah
mendapati kejadian seperti ini di masa lalu. Juga...juga karena peminat siswa
terhadap kepengurusan di OSIS sangat rendah, tidak ada orang yang benar-benar
akan peduli terhadap hasil votingnya...”
Aku
seperti ditangkap tatapan tajamnya, Yukinoshita mengatakannya tanpa henti. Dia
seperti ingin menyebutkan semua alasan yang terlintas di kepalanya.
Mendengarnya seperti itu, Sensei berusaha mendinginkannya.
“Yukinoshita.”
“...Aku
terdengar kasar sekali barusan. Maafkan aku, aku tarik lagi kata-kataku tadi.”
Memang, kata-katanya terdengar kasar. Dia mengatakan seolah-olah
panitianya sendiri berisi orang plin-plan, padahal di depannya ada
Meguri-senpai yang menjadi panitia pemilihan tersebut.
Lalu,
suara kursi bergeser terdengar.
Aku
menoleh ke asal suara tersebut dan mendapati Yuigahama sedang melihatku dengan
tajam. Meski kami terlihat seperti sedang menatap satu sama lain, kedua mata
kami tidak.
“Hei,
ngomong-ngomong soal juru kampanyenya, siapa yang akan melakukannya...? Aku
tidak merasa kalau aku menyukai ide itu.”
Nadanya terdengar lemah dan pelan sehingga terdengar tidak nyaman di
telingaku.
“Itu...Siapa
saja yang mau melakukannya, tidak masalah.”
Meskipun aku mengatakan begitu, sudah jelas siapa yang paling cocok
untuk memerankan pekerjaan itu. Bahkan kamu tidak perlu susah payah untuk
menganalisa siapa yang paling pantas untuk melakukan pekerjaan ini dengan
peluang keberhasilan tertinggi.
Dengan matahari senja yang mulai tenggelam, bayangan orang-orang di
ruangan ini mulai terlihat memanjang. Cahaya dari lampu ruangan ini mulai
mendominasi cahaya yang sebelumnya berasal dari matahari sore.
Yukinoshita yang sedari tadi menundukkan kepalanya selama ini, tiba-tiba
menegakkan kepalanya.
“Shiromeguri-senpai,
seandainya kita memiliki skenario agar Isshiki tidak terpilih menjadi ketua
OSIS tanpa sistem calon tunggal, maka kita butuh minimal 1 kandidat lagi,
benar?”
“Ya,
benar...”
Ketika Meguri menjawabnya, Yukinoshita bernapas lega dan berkata.
“Kalau
begitu, tinggal menemukan satu kandidat saja dan mensupportnya untuk
memenangkan pemilihan.”
“Kalau
memang di SMA ini ada yang berminat menjadi Ketua OSIS, maka seharusnya mereka
sudah punya kandidat lain saat ini. Karena Meguri-senpai ada disini, jelas
mereka sedang tidak memiliki itu. Jangan katakan padaku kalau kamu akan pergi
menemui orang-orang dan meminta mereka untuk maju menjadi kandidat?”
“Tapi,
umm, jika kita berbicara ke orang-orang yang berpotensi membantu kita, maka...”
Yuigahama menjawabnya terputus-putus sambil berpikir.
“...Terserah
kalianlah. Katakanlah begini, kalian menemukan seseorang yang mau menjadi
kandidat. Tapi apakah orang itu bisa menang melawan kandidat yang berasal dari
kelas 1? Aku yakin kalian tahu ini, tapi Pemilihan Ketua OSIS adalah pemilihan
berdasarkan popularitas kandidat.”
Aku
menatap ke arah Isshiki.
Mereka akan terkejut jika menganalisa Isshiki baik-baik.
Coba lihat Isshiki sekilas, dia terlihat sebagai gadis yang sangat
manis. Kalau kita berbicara tata krama, maka dia bisa disebut gadis yang
cantik. Orangnya mudah bergaul, ceria, lembut, dan terlihat bersinar, sangat
mudah mengatakan kalau gadis ini akan menjadi idola para pria di sekolah ini.
Pada
pemilihan Ketua OSIS di SMA, hambatan paling utama untuk menang bukan pada isi
program waktu kampanye atau janji-janji kepada calon pemilih.
Artinya,
nanti pada hari pemilihan para pemilih akan memiliki dua pilihan: memilih
berdasarkan popularitas kandidat atau memilih berdasarkan kemampuan organisasi
kandidat.
Kalau seandainya pemilihan nanti yang bersaing adalah kandidat yang
bermodalkan popularitas saja, maka lawan dari Isshiki yang mungkin memenangkan
suara dengan mudah adalah Hayama dan Miura. Tapi, Hayama adalah Ketua Klub
Sepakbola, dan membayangkan Miura duduk di kursi Ketua OSIS tidak akan cocok
dengan image yang dibangun dirinya selama ini.
Jadi, akhirnya kita menurunkan lagi standar popularitas yang diperlukan
demi menemukan orang yang mampu, tapi itu jelas menurunkan peluang menangnya.
Jangan lupa, ini tidaklah sesederhana meminta orang untuk maju menjadi
kandidat maka masalah selesai dengan sendirinya.
Ada
masalah besar lainnya.
“Sebelum
hari pemilihan, ada hal-hal seperti memilih tim kampanye, mempromosikan diri,
dan sekumpulan kegiatan lainnya. Apa kalian pikir bisa melakukannya? Jangan
lupa kalian harus melakukannya dengan serius agar menang. Jika kalian merasa
itu realistis untuk dilakukan, maka silakan saja. Tapi lihat saja situasinya,
aku tidak melihat kalau itu akan bisa dilakukan.”
Aku
berusaha meyakinkan mereka kalau itu mustahil untuk dilakukan. Semakin aku
berusaha mengatakannya dengan tenang, semakin dalam nada suaranya. Aku
sebenarnya berusaha agar nada suaraku tidak seperti sedang memprotes, tapi
entah mengapa yang keluar malah sebaliknya.
“Um,
Hikigaya?”
Meguri-senpai memanggil namaku dengan wajah yang terkejut. Aku lalu
mencoba melihat diriku sendiri, aku sendiri melihat diriku ini sangat
mengganggu.
“.....”
Yukinoshita dan Yuigahama hanya terdiam.
Mereka berdua tampaknya sudah sadar itu, bahkan jika aku tidak
mengatakannya. Dengan sedikit berpikir dan pengetahuan mengenai bagaimana
sistem sekolah bekerja maka kamu akan tahu apa yang akan kau hadapi.
Meski begitu, kami hanya bisa terdiam dan tidak bisa menemukan jawaban
yang diperlukan.
Suasana
seperti ini terus menyelimuti ruangan ini.
Di
salah satu sudut penglihatanku, Isshiki terlihat kelelahan mendengarnya. Dia
terlihat seperti ‘berada di ruangan yang salah hari ini’.
Melihat orang yang lelah membuatmu merasa lelah juga.
“Tampaknya
kita tidak akan menemukan solusinya dalam waktu dekat.”
Sensei, yang sedari tadi hanya bersandar pada tembok, mulai berbicara
dan menjauhi tembok tersebut.
Aku
lalu mulai meregangkan posisiku, Yukinoshita tampaknya juga seperti sedang
membetulkan posisinya. Lalu, dia memanggil Meguri-senpai.
“...Meguri-senpai,
bisakah senpai datang lagi lain kali?”
“Eh,
ah, oke...Tentu, tidak masalah.”
Meguri yang sedang dalam kebingungan, didorong dari belakang oleh Sensei.
“Kalau
begitu, kita lanjutkan lain hari. Shiromeguri, Isshiki...Ayo kita pergi!”
Tepat ketika Sensei hampir berhasil mendorong mereka keluar ruangan,
Yukinoshita memanggilnya. Ekspresinya lebih dingin dari biasanya.
“Hiratsuka-sensei,
apakah anda punya waktu sebentar?”
“Ah,
kalau begitu, kami berangkat terlebih dahulu.”
Seperti menyadari apa yang hendak terjadi,
Meguri mengajak Isshiki pergi berdua. Setelah melihat keduanya pergi, Sensei
mendekati kami.
“Oke,
sekarang katakan apa yang ingin kau katakan.”
Setelah menarik kursi kosong di dekatnya, dia duduk dengan menyilangkan
kakinya.
x x x
Tidak lama lagi, ruangan ini akan menjadi lebih gelap. Sebaliknya,
langit di luar terlihat mulai berwarna kemerahan.
Ketika mendekati musim dingin, sore akan datang lebih awal dari
biasanya.
Sensei menunggu Yukinoshita untuk berbicara.
Teh
yang berada di meja sudah terlihat dingin, dan permen-permen yang berada di
atas meja tampak tidak disentuh sama sekali.
“Ada
sesuatu yang baru saja kuingat tadi.”
“Ah?
Apa itu?”
Tanpa menjawab pertanyaanku barusan, Yukinoshita hanya menatap ke arah
Sensei.
“Apakah
sudah ada pemenangnya untuk sayembara itu?”
“Pemenang?”
Sensei mengedipkan matanya berkali-kali mendengar hal itu. Yuigahama dan
dirikupun tidak jauh berbeda. Kata-kata ‘pemenang’ memberikan sebuah
kebingungan.
Tapi, tidak lama kemudian aku sadar apa yang dia maksud.
Bagi kami, ‘pemenang’ berarti merujuk ke pertandingan yang pernah
digelar diantara kita beberapa waktu lalu.
Siapa diantara kami berdua yang mampu menyelesaikan request terbanyak.
Pemenangnya boleh membuat satu permintaan apapun yang harus dituruti oleh yang
kalah.
Itu
adalah sesuatu yang tiba-tiba diadakan ketika aku pertama kali bergabung ke
Klub ini.
“Umm...pemenang?”
Yuigahama tampaknya masih mencari jawabannya.
Ngomong-ngomong, ini artinya harus ada tambahan aturan untuk melengkapi
adanya anggota baru.
“Ini
adalah pertandingan tentang siapa yang berhasil menyelesaikan request
terbanyak, dengan kata lain, menyelesaikan masalah terbanyak. Tidak masalah apa
yang kamu lakukan ataupun siapa yang kau mintai tolong untuk menyelesaikannya.
Jika kamu menang, maka yang kalah harus melakukan satu permintaanmu.”
Aku
berusaha menjelaskannya dengan sederhana, Yuigahama tampaknya setengah terkejut
dan setengah bingung.
“Ternyata
ada hal semacam itu disini...”
Tampaknya Hiratsuka-sensei tidak menjelaskan apapun kepadanya. Well, kurasa aku bisa menduga mengapa dia
tidak melakukannya.
Melihat
tersangka yang memulai lomba ini, Sensei terlihat malu-malu.
“Be-benar...”
Dia
melipat lengannya dan mulai memiringkan kepalanya.
“Aku
juga memikirkannya...Well, kalian tahu, kalian semua sudah bekerja bersama dan
menyelesaikan banyak sekali request~. Yep, semua orang sudah melakukan
pekerjaan dengan baik.”
“.....”
Yukinoshita yang memasang ekspresi dingin sejak tadi belum merubah
ekspresinya sama sekali dan menatap Sensei dengan diam.
“...Haaa.”
Sensei tampak lelah sekali. Tampaknya dia akan segera mengganti
topiknya, tapi dia terlihat memasang wajah yang serius. Tapi ada benarnya juga.
Belakangan ini, banyak hal terjadi dan akan sulit menentukan siapa pemenangnya.
Kebanyakan masalah diselesaikan sebagai Klub Relawan, tidak sebagai individual.
Meski begitu, Yukinoshita tampaknya tidak menginginkan lomba absurb ini
berlanjut terus menerus.
“Mengesampingkan
request pertama, kalian semua sudah melakukan hal-hal yang tidak pernah kuduga.
Sejujurnya, aku masih ragu-ragu untuk mengatakan hasil penilaianku. Hanya
saja...”
“Hanya
saja?”
Ketika dia tiba-tiba terdiam, Yukinoshita terus menanyakannya.
“Penilaianku
pasti mengandung bias. Jadi, pasti ada keraguan tentang penilaianku kepada
masing-masing member.”
“Saya
tidak keberatan...Kalian berdua tidak keberatan juga, bukan?”
Yukinoshita melihat ke arah kita hanya menggunakan lirikan matanya.
Aku
tidak ada masalah dengan itu. Yuigahama tampaknya tidak yakin apa yang dimaksud
dan mengangguk saja.
Melihat respon kita, Sensei lalu mengangguk juga.
“Jika
kita hanya mencoba melihat dari hasil, maka Hikigaya yang terbaik. Jika kita
melihat dari proses dan dampaknya setelah request selesai, maka Yukinoshita
pemenangnya. Meski begitu, ada beberapa hal yang tidak akan bisa diselesaikan
jika tidak ada bantuan dari Yuigahama, tapi...”
Ini
evaluasi yang sangat mengejutkan. Lebih dari yang kubayangkan.
Kalau kita bicara secara detail, ada banyak kasus dimana aku harusnya
menang, tapi tampaknya penilaiannya tidak menilai dari satu sisi saja.
Yuigahama
terlihat terdiam sambil memikirkan sesuatu. Di lain pihak, Yukinoshita hanya
duduk saja disana terdiam dengan kedua matanya tertutup. Lalu dia berbicara
dengan nada yang emosional.
“...Jadi,
artinya pemenangnya belum bisa ditentukan?”
“Seperti
itulah.”
Jawaban Sensei tersebut tidak membuat Yukinoshita berhenti.
“Kalau
perlombaannya masih berjalan, maka tidak masalah jika kami memiliki pendapat
yang berbeda mengenai request kali ini, benar begitu?”
“...Umm,
apa maksudmu?”
Yuigahama tampaknya penuh dengan tanda tanya.
Tapi, aku paham maksud kata-kata Yukinoshita dan membiarkannya
melanjutkan kata-katanya tadi.
Yukinoshita melihat ke arah Yuigahama, tidak ke diriku, lalu berkata.
“Artinya saya dan dia tidak wajib melakukan metode yang sama.”
Tepat sekali. Lagipula, kita tidak diharuskan bekerjasama. Tidak ada
satupun momen dimana kita bekerjasama selama ini. Jadi kupikir ini bukanlah
masalah besar.
“Tampaknya
tidak masalah. Tidak ada aturan yang menyebutkan kita harus bekerjasama.”
“...Benar.”
Yukinoshita menjawabnya dengan singkat. Pembicaraan selesai. Sensei
tampaknya berusaha mendalami kata-katanya tersebut, lalu mengeluarkan napas
beratnya.
“Ya
sudah, mau bagaimana lagi. Kalian berdua lakukan apa yang kalian inginkan. Jadi
sampai requestnya terpecahkan, bagaimana kegiatan Klub kalian?”
Yukinoshita langsung menjawabnya seperti sudah menyiapkan jawaban dari
pertanyaan itu dari tadi.
“Dia bebas mau kesini atau tidak.”
“...Baiklah,
kurasa cukup adil.”
Sensei tampaknya merasa puas dengan jawabannya. Setidaknya, melihat
situasi kami, tidak akan ada untungnya kami berada disini jika hanya duduk dan
diam saja. Jika kita memang berniat melakukan sesuatu dengan metode
sendiri-sendiri, maka tidak ada gunanya aku berkumpul dengan mereka. Oleh
karena itu, aku menyetujui keputusan ini.
Aku
mengambil tasku dan meninggalkan kursiku yang selalu berada di ujung seberang
meja Yukinoshita.
“Kalau
begitu, aku akan pulang lebih dulu.”
“Ah,
tu-tunggu dulu!”
Yuigahama berdiri dari kursinya secara tiba-tiba. Aku menghentikan
langkahku dan menasehatinya.
“...Kamu
juga harusnya memikirkan apa yang akan kau lakukan.”
“Eh...”
Yuigahama hanya berdiri saja disana. Apa dia tahu maksudku? Maksudku, akan
selalu ada momen seperti ini.
Lebih tepatnya, kita harus memikirkan apa yang akan kita lakukan di masa
depan.
Melihatnya yang hanya terdiam saja disana, aku membalikkan badanku dan
berjalan menuju pintu.
Terdengar suara orang yang mengatakan sesuatu dengan pelan dari
belakangku.
“Bukankah
kita berdua dulunya sama-sama membenci bersikap palsu dengan orang lain...”
Aku
menolehkan kepalaku ke arah Yukinoshita setelah mendengarkannya mengatakan hal
tersebut.
Dengan
tidak adanya kata-kata yang kupunya untuk menjawab senyumannya yang sedih dan
dipenuhi rasa depresi tersebut, aku menutup pintu ruangan klub di belakangku.
x x
x
Aku
menaruh tasku yang berat ini di bahuku dan berjalan menyusuri lorong yang
kosong ini. Suara langkahku ini menggema dengan irama yang menyenangkan di
lorong ini.
Melihat suasana kampus dari jendela lorong, kau bisa melihat beberapa
Klub Olahraga masih melakukan aktivitas mereka.
Sebenarnya, mereka terlihat membersihkan alat-alat latihannya. Lapangan
tersebut mulai diselimuti bayangan hitam.
Ketika aku terus menatapi bayangan tersebut, suara langkah yang
terburu-buru seperti sedang mengejarku terdengar dari belakang.
“Hikigaya!”
Mendengar namaku dipanggil, aku berhenti sejenak. Asal suara tersebut
berasal dari orang yang kukenal. Oleh karena itu aku menghentikan langkahku
tanpa membalikkan badanku.
Hiratsuka-sensei mempercepat langkahnya dan berdiri di sampingku dalam
sekejap.
“Aku
tahu kalau ini mungkin akan terdengar sia-sia...”
Dia
merapikan rambutnya dengan cepat sambil mengatakan hal tersebut.
Tapi, karena dia hendak merapikan rambutnya dahulu baru bertanya, maka
aku memberinya kode untuk melakukannya sambil berjalan. Kami berdua kemudian
berjalan menuruni tangga.
“Apa
terjadi sesuatu diantara kalian?”
“Tidak
ada apapun.”
Jujur saja, aku sendiri sudah tidak ingat sudah berapa kali menjawab
pertanyaan seperti itu hari ini.
Jika aku terus-terusan menjawab pertanyaan yang sama, pada akhirnya aku
sendiri akan meragukan jawabanku itu.
Aku
sendiri tidak tahu apakah Sensei tahu atau tidak tahu dengan apa yang sedang
kurasakan saat ini. Sensei lalu tersenyum kecil.
“Begitu
ya. Tidak apa-apa. Aku juga tahu kalau kamu tidak akan punya keberanian untuk
menjawabnya dengan jujur.”
Setelah itu, dia tidak menanyakanku pertanyaan lagi. Sensei dan diriku
setelah menuruni tangga, kami berdua berjalan menyusuri lorong dengan terdiam.
Beberapa meter di depan kami ada sebuah belokan yang mengarah ke Ruang Guru,
tapi jika lurus terus maka akan menuju pintu masuk sekolah ini.
Ketika kami sudah mendekati belokan dimana kita akan berpisah, sebelum
aku mengatakan selamat tinggal, Sensei mengatakan suatu hal terlebih dahulu.
“Kamu
itu orang yang baik...Kamu sudah banyak menyelamatkan orang-orang.”
“Tidak,
itu...”
Aku
pikir itu hal yang berbeda. Berbuat baik atau menyelamatkan seseorang adalah
hal-hal yang tidak menggambarkan diriku. Aku bukanlah manusia yang mampu
melakukannya.
Lagipula, orang tidak akan dengan mudahnya menolong orang lain. Yang
kulakukan adalah menganalisis keburukan seseorang. Dengan memperoleh motif dasar
tindakan seseorang, lalu menggunakannya ke mereka sendiri.
Oleh karena itu, aku tidak melakukan apapun.
Aku
ingin menolak segala kata-katanya, tapi sambil memejamkan sebelah matanya,
Sensei menghentikanku.
“Bahkan
dari evaluasi Sensei tadi, tidak menggambarkan saya sudah menolong orang
ataupun saya orang yang baik.”
“...Tapi,
evaluasiku tadi diluar dugaanmu. Benar tidak?”
Dia
mengatakannya dengan bangga.
“Aku
mungkin terlihat seperti ini, tapi aku serius ketika mengadakan perlombaan itu.”
“Apakah
itu yang dilakukan guru-guru jaman sekarang?”
“Akupun
tidak sembarangan memuji seseorang, tahu tidak?”
Dia
mengatakannya tanpa malu-malu. Jadi, begitu kah? Akupun sendiri tidak merasa
sedang dipuji...
“Saya
sendiri merasa sulit untuk menjadi seperti orang yang Sensei katakan tadi...”
Aku
menaikkan bahuku ketika mengatakannya, dan Sensei tersenyum.
“Tentu
saja, aku akan menjahilimu dahulu sehingga kau tidak merasakan sedang dipuji.”
Gedung sekolah ini sudah didesain dengan cermin-cermin yang memantulkan
cahaya matahari sore. Lorong ini memantulkan cahaya sore yang lembut di mata.
Tapi, pada dasarnya cahaya matahari itu tidak bermaksud untuk melukai makhluk
hidup.
Sensei lalu berdiri di depan pantulan cahaya tersebut, menutup masuknya
cahaya.
Lalu dia berjalan mendahuluiku, dan menepuk pundakku.
“Dengan
metodemu yang sekarang, ketika suatu hari nanti kamu benar-benar ingin
menyelamatkan seseorang yang berharga di hatimu, maka kamu tidak akan mampu
untuk melakukannya.”
Suara dari langkahnya yang menuju Ruang Guru mulai menggema di lorong.
x Chapter II | END x
Sebenarnya, apa yang dilakukan Meguri, yaitu membawa Iroha ke Klub Relawan adalah hal yang bertentangan dengan idealisme Meguri sebagai ketua OSIS dan bagian Panitia Pemilihan Ketua OSIS. Karena panitia sendiri menyatakan pencalonan Isshiki Iroha merupakan pencalonan yang sah dan legal. Artinya, tindakan Meguri ini merupakan kontradiksi.
Tapi, di vol 8 chapter 9 Meguri sendiri mengakui kalau dia awalnya berharap Yukino mau maju menjadi kandidat ketua. Artinya, kemungkinan besar Meguri sendiri berharap dengan membawa Isshiki ke Klub Relawan, membuat Yukino tidak memiliki pilihan lain kecuali mencalonkan dirinya. Ini diperkuat oleh keyakinan dari Haruno sendiri kalau dia sendiri berani bertaruh kalau Meguri akan membujuk Yukino untuk maju menjadi kandidat, vol 8 chapter 3.
...
Disini kita bisa melihat dua perspektif yang berbeda, dan ini kelanjutan dari vol 7 chapter 9.
Yui, keberatan akan sikap Hachiman yang menjadi martir sosial, menjadi jurkam hitam Iroha. Ini berhubungan dengan permintaan Yui di vol 7 chapter 9 yang berharap Hachiman lebih peka terhadap orang-orang di sekitarnya yang harus melihatnya terus terluka. Sederhananya, permintaan Yui untuk memuaskan ego Yui sendiri.
Yukino, keberatan akan sikap Hachiman yang menjadi jurkam hitam Iroha. Bedanya dengan Yui, Yukino keberatan di bagian Hachiman yang akan membohongi seluruh warga sekolah dan menjelek-jelekkan nama Iroha. Itu bertentangan dengan idealisme Hachiman yang berpura-pura menjadi orang lain, vol 1 chapter 1. Sederhananya, Yukino meminta Hachiman untuk tetap menjadi dirinya sendiri.
...
Kata-kata Sensei yang mengatakan kalau Hachiman suatu saat jika tetap seperti itu, tidak akan bisa menyelamatkan orang yang benar-benar ingin Hachiman selamatkan. Sederhananya, siapa orang yang hendak Hachiman selamatkan?
Sebenarnya cukup mudah. Kita semua bisa menebak kalau yang sedang Klub Relawan hadapi adalah 'melawan aturan sekolah'. Satu-satunya hal yang bisa dilakukan Klub untuk bisa memenuhi request Iroha adalah mengajukan calon baru. Tapi, fakta kalau sampai detik itu tidak ada yang mau mencalonkan diri, artinya Klub Relawan akan sangat kesulitan mencari calon penantangnya. Kecuali, Yukino sendiri yang mengajukan dirinya.
Kita juga tahu, kalau semua alasan Yukino untuk membatalkan ide Hachiman adalah alasan yang dipaksakan dan dibuat-buat. Artinya, Yukino memang sengaja hendak membatalkan ide Hachiman, apapun caranya. Dan jika itu berarti mencalonkan dirinya, maka itu akan dilakukannya.
Tentunya, Hachiman tidak akan bisa menggagalkan pencalonan Yukino karena metodenya saat ini, menjadi jurkam hitam Iroha, akan gagal sendirinya jika ada calon lain yang mengajukan diri.
...
Perlu penyelidikan lebih lanjut mengenai fakta kalau Hachiman tahu nama lengkap Iroha adalah Isshiki Iroha. Kita semua tahu dari vol 6 chapter 0 kalau Hachiman masih buka praktek sebagai stalker. Bisa jadi Hachiman mengetahui Isshiki Iroha karena sering stalk kegiatan latihan Klub Sepakbola lewat kaca jendela Klub Relawan.
Mantap gan,klo boleh tau tu novel/animenya rilisnya kapan lagi?
BalasHapusLight Novel masih misteri kapan akan rilis volume barunya. Karena anime itu adaptasi dari light novel, jadi jawaban tentang animenya baru bisa dijawab setelah pertanyaan pertama terjawab.
HapusYui tidak ingin 8man terluka karena melihat 8man terluka juga akan melukai dirinya, dengan kata lain itu demi dirinya sendiri. Saya rasa kita semua yang pernah jatuh cinta juga pernah/sedang/akan berada dalam posisi Yui di chapter ini. Yukino juga demikian kok. Bedanya dia benar-benar mengenali 8man, bukan hanya tidak ingin melihat 8man kembali terluka seperti yang sudah-sudah. Dia juga mau 8man kembali jadi dirinya sendiri.
BalasHapusYukino :"...Itu karena belum tentu berhasil. Pemilihan yang berjalan menggunakan sistem calon tunggal bukanlah masalahnya. Juga, membuat kampanye hitam untuk mendapatkan voting menolak akan menjadi masalah bagi Isshiki kelak jika ketahuan. Juga, meskipun tidak mendapatkan suara mayoritas, apakah kamu pikir mereka 100% pasti akan mengulang dari awal proses penjaringan kandidat? Pertimbangkan pula kalau kita belum pernah mendapati kejadian seperti ini di masa lalu. Juga...juga karena peminat siswa terhadap kepengurusan di OSIS sangat rendah, tidak ada orang yang benar-benar akan peduli terhadap hasil votingnya...”
Translate: gua gk mau lo ngorbanin diri lo lagi, please.. jadi diri sendiri. Jangan lindungi pembohong2 itu dengan ngorbanin diri lo yang gua kagumin
Pertanyaan nih buat mimin. Kok yukino nggak mencalonkan diri jadi ketua osis. Padahal seperti yg kita tahu yukino cenderung hidup dari bayang2 sang kakak yg notabenenya jg mantan ketos. Ini terlepas jg dari posisinya sebagai anggota klub relawan. Mohon penjelasannya.
BalasHapusPencalonan Ketua OSIS SMA Sobu terjadi di periode November-Desember.
HapusSebenarnya, yang diinginkan Yukino adalah punya seseorang yang benar-benar mencintainya, bukan mengungguli bayang-bayang kakaknya (ada di prolog 2 vol.11). Menjadi versi Haruno yang lebih baik adalah keinginannya di vol.12, dimana kita sendiri tahu kalau ini adalah palsu.
Di volume ini, Yukino hendak mencalonkan dirinya menjadi ketua OSIS. Bukan karena itu yang dia inginkan, tapi karena tidak ingin melihat Hachiman kembali menjadi pembohong di pencalonan Isshiki.