Selasa, 06 Oktober 2015

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol 11 Chapter 5 : Tanpa diduga, Hiratsuka Shizuka membicarakan tentang masa lalu dan saat ini



x Chapter V x








  Tidak ada halangan yang cukup berarti dalam penyelenggaraan eventnya dan tidak ada pula hal-hal lain yang cukup menarik. Event ini tampaknya akan berjalan dengan lambat.

  Ketika jam dimulainya event sudah dekat, semua orang tampak saling melihat satu sama lain menciptakan suasana 'akan segera dimulai'. Isshiki lalu memberikan sambutan singkat, setelah itu para peserta mulai memasak di meja masing-masing.

  Sebenarnya, aku tidak akan membuat coklat, jadi aku tidak memiliki pekerjaan apapun. Jika kamu bertanya apa jenis pekerjaanku disini, mungkin lebih tepat disebut asisten, pembantu umum, atau sejenisnya. Dengan kata lain, aku seperti pengangguran.

  Berkebalikan denganku, Yukinoshita mulai bergegas untuk memulai pekerjaannya.

  Meja yang terletak di depanku ini, aku bisa melihat Yukinoshita, Yuigahama, dan juga Miura, yang berdiri di depan banyak peralatan memasak. Tidak lupa, tiap orang terlihat memiliki wajah serius.

  "Pertama-tama yaitu memotong coklatnya, lalu mencairkannya dicampur air, setelah itu didihkan. Meski ada beberapa kasus memiliki proses yang berbeda, tapi ini adalah langkah paling dasar."

  "Hanya itu saja?"

  "...Ini hanya dasarnya saja. Meski begitu, langkah selanjutnya adalah hal yang sama pentingnya."

  Dia menjawab pertanyaan Miura seperti kecewa begitu saja, lalu Yukinoshita mulai memotong-motong coklatnya dengan tempo yang konstan.

  Melihat bagaimana dia memotong coklatnya dengan lancar, tampaknya dia sudah terlatih untuk melakukannya. Yuigahama lalu berkata 'Oh!' seperti memujinya.

  Tidak, kupikir dia tidak perlu memujinya seperti itu.

  Kemudian, Miura mulai meniru cara Yukinoshita tadi. Mungkin karena dia tidak biasa memotong dengan pisau, dia mulai menghancurkan coklatnya. Tampaknya, Yuigahama masih belum diperbolehkan untuk menyentuh pisau. Oh baiklah, kurasa itu memang tepat.

  Ketika coklat-coklat tersebut hampir terpotong dengan baik, Miura berhenti sejenak untuk melihat pekerjaannya. Ekspresinya seperti puas akan pekerjaannya. Ini masih jauh dari kata selesai, loh...


  Meski begitu, Miura tampaknya sudah mulai terbiasa dengan hal ini.


  "Hmm...Ini tampaknya sangat mudah?"

  Miura tersenyum bangga seperti mengatakan, 'bagaimana dengan pekerjaanku?'. Meski begitu, dua suara langsung menyambutnya.

  "Sungguh naif, Yumiko!"

  "Kau cukup naif..."

  Yuigahama mengatakannya tanpa ragu. Yukinoshita mengatakannya dengan senyum yang dipaksakan. Miura tampaknya masih terjebak dalam pemikiran kalau mengerjakannya langsung terlihat lebih mudah daripada instruksi yang didengar.

  "Huh? Ini tidak terlalu sulit."

  Mendengar hal itu, Yuigahama membusungkan dadanya dengan bangga.

  "Hal tersulitnya baru dimulai sekarang! Memanaskannya dengan air dan menguapkannya adalah hal yang sulit."

  Di lain pihak, mendengar perkataan Yuigahama, Yukinoshita menaruh tangannya di kening seperti mengingat sesuatu yang bisa menyebabkan sakit kepala, setelah itu, dia berbicara.

  "Jika kamu mencairkan coklat padatnya dengan cara seperti ini, lemak putihnya akan naik ke permukaan, membuatnya terlihat jelek, juga membuat rasanya hilang. Selain itu, butuh waktu dan usaha yang besar setelah ini."

  Kalau dipikir-pikir, kedua level mereka tampak berbeda... Perbedaannya seperti perbedaan antara player P2W dan Casual Player.
[Note: Dalam game online, ada istilah p2w dan casual. P2W adalah sebutan kepada player yang mengandalkan real money untuk mendongkrak performanya. Sedang casual player adalah player yang mengandalkan kerja keras dan usaha di game untuk menaikkan performanya.]

  Meski begitu, melihat bagaimana Yuigahama mendukungnya dan begitu logisnya pernyataan Yukinoshita, Miura tampaknya harus merubah pendapatnya.

  "Hmm. Begitu ya...Lalu, apa selanjutnya?"

  Meski kata-katanya sama seperti sifatnya yang biasa, sikapnya tampaknya sudah berubah banyak. Setidaknya, dia terlihat tidak sombong dan mau menerima saran.

  Melihat Miura yang seperti itu, Yukinoshita tersenyum.

  "Untuk sekarang, kita akan mulai mencampur bahan-bahannya. Setelah ini, langkahnya akan berbeda-beda tergantung dari apa yang ingin kamu buat...Well, karena disini cukup banyak orang, mungkin membuat kue coklat adalah hal yang bagus."
[Note: Naskah aslinya menulis choco gateau yang merupakan bahasa Perancis yang berarti Kue Coklat.]

  "Kue coklat! Apa itu yang biasanya dijual di toko-toko?"

  "Itu tidak terlalu sulit...Aku akan menggunakan coklat hitam, sedang Miura-san dan Yuigahama bisa menggunakan bahan-bahan lainnya yang dirasa cocok."

  Mata Yuigahama berbinar-binar mendengarnya dan dia melihat Yukinoshita dengan penuh hormat sedang Miura seperti berpikir 'Hmph, gadis ini tampaknya sangat ahli soal ini'. Yukinoshita meresponnya dengan tersenyum keecil.

  Meski aku sedikit khawatir tentang masakan Yuigahama, tetapi disana ada Yukinoshita, harusnya tidak akan terjadi masalah.

  Kalau begitu, ini waktunya untuk melihat apa yang dilakukan peserta yang lain, jadi aku mulai melihat meja sebelah. Disana ada Isshiki Iroha sedang membuat manisannya.

  Dari yang kulihat, dia tampak mengerjakannya dengan baik.

  Coklatnya sudah dicairkan, dan coklat di mangkuk sudah terlihat diaduk dengan rata. Di mangkuk lainnya, aku melihat meringue yang sudah dikocok dengan rata. Melihat ini, siapapun pasti bisa menilai kalau dia sudah terbiasa memasak kue.
[Note: Meringue adalah semacam krim berbahan dasar putih telur dan gula. Biasanya dijadikan pemanis atau hiasan utama dalam kue. Membuat tampilannya cantik.]

  Isshiki lalu meneteskan sesuatu dari sebuah botol yang tampaknya botol tersebut sering dilihat di kontes masakan barat. Setelah mencampurnya, dia lalu mencicipi rasanya dengan sendok kecil.

  Setelah mencicipinya, dia terlihat puas akan hasilnya. Lalu, dia mulai menambahkan gula, krim segar, dan bubuk coklat. Mencampur semuanya menjadi satu adonan.

  "Kamu tampaknya sangat ahli dalam hal ini, ya?"

  Mungkin lebih tepatnya aku sedang terkejut, tetapi aku mengatakannya karena aku tidak menyangka kalau dia se-ahli ini.

  Oleh karena itu, Isshiki menatapku dengan curiga.

  "Senpai, apa kamu selama ini meragukanku?"

  "Bukan, bukan itu...Aku hanya tidak menyangka kalau kamu sepintar ini, dan kamu sepertinya memberikan totalitas untuk membuatnya."

  Jika dia bekerja sekeras ini hanya untuk membuat Hayama memakan coklatnya, maka ini sudah membuat dirinya terlihat memiliki image yang bagus. ...Bisa jadi dia sebenarnya sedang memanfaatkan ini untuk bereksperiman membuat coklat yang bisa dijual. Juga, seragam dan celemeknya, membuat dia terlihat bekerja keras membuatnya. Aneh sekali. Aku ingin menilai ulang dahulu...Memakai celemek dan telanjang bulat dibaliknya harusnya terlihat lebih baik daripada memakai seragam! Meski begitu, yang terbaik adalah Komachi memakai celemek dengan celana pendek dan kaos lengan panjang dibaliknya!


  Ketika aku mengatakannya, Isshiki mengedipkan matanya berkali-kali seperti terkejut. Lalu, dia tiba-tiba menggunakan kedua tangannya ke depan seperti berusaha membuat jarak denganku.


  "Apa kamu sedang mendekatiku? Sangat manis sekali, tetapi juga sangat naif jika kamu berpikir kalau mengatakan kata-kata manis untukku akan efektif karena aku sedang membuat manisan. Kamu harus berusaha lagi di lain waktu. Maafkan aku."

  Dia merendahkan kepalanya dan menolakku.

  Aku sedang tidak berusaha mendekatimu dan aku tidak berminat untuk 'berusaha lagi'!


  Isshiki hanya bersikap menjadi Isshiki. Tidak, kelicikannya mungkin sudah berkembang. Aku menghormati dirinya dan juga kagum. Ketika aku mengembuskan napasku lewat mulut, ada sendok yang tiba-tiba menyuapkan sesuatu ke mulutku.


  "Eh!"

  Mengikuti suara Isshiki tadi, sendok itu tiba-tiba masuk begitu saja ke mulutku. Karena terkejut akan hal ini, aku mengedipkan mataku berkali-kali, dan aku jelas tersipu malu akan hal ini. Dari penglihatan mataku, aku bisa melihat senyum dari Isshiki.



  "Senpai, hal-hal manis seperti ini, apa kamu tidak menyukainya?"

 Ketika dia menyuapiku, dia memiringkan kepalanya, dan terus menatapku tanpa berkedip. Senyumnya seperti seorang anak kecil yang sukses menjahili orang, tetapi ketika dia melakukannya sambil menonjolkan dadanya, terkesan provokatif dan menyerangku dengan tidak berimbang. Oleh karena itu, adegan ini benar-benar memikatku.

  "...Aku tidak membencinya."

  Porsi manis dari gulanya terkesan tidak sedikit, dan lidahku tampaknya mulai menunjukkan tanda-tanda kaku dari rasa manis ini. Eh, tunggu dulu! Bukankah ini sendok yang barusan kamu gunakan untuk... Melakukan hal-hal ini sangat buruk bagi hatiku, jadi tolong jangan lakukan lagi lain kali...
[Note: Itu sendok yang sama ketika Iroha mencicipi adonannya.]

  Meskipun banyak orang bilang kalau hal-hal yang manis sangat bagus bagi yang sedang kelelahan, tetapi aku mendapatkan efek terbalik yang cukup besar. Tiba-tiba, tubuhku seperti diselimuti kelelahan.

  "Haa. Sebenarnya aku tidak benar-benar tertarik mendengar pendapatmu mengenai rasanya."
[Note: Yang ditanyakan Isshiki mengenai tidak membenci hal yang manis, manis disini karena bukan rasa, berarti manis=orang. Alias dirinya yang terlihat manis.]

  Meskipun dia terlihat tidak tertarik, tetapi tatapannya seperti hendak menunggu jawaban dariku.

  setelah aku menelan bagian terakhir dari mulutku, aku mulai menjawabnya.

  "Meski begitu, jawabanku tetap sama."

  "...Begitu ya."

  Isshiki kemudian memikirkan sesuatu, lalu menatap mangkuk di tangannya itu, lalu dia menganggukkan kepalanya.

  "Aku bisa gunakan ini sebagai referensi. Kalau begitu, aku pergi dulu sebentar. Hayama sen-------------pai---------------"

  Dia mengatakannya dengan senyuman, lalu berjalan menuju Hayama dengan tergesa-gesa.

  Aku melihatnya pergi, sambil jemariku membersihkan coklat yang menempel di wajahku dan memasukkannya ke mulutku. Bau dari coklat dan rum mulai menempel di hidungku.
[Note: Cairan dari botol ala masakan barat itu adalah rum. Sejenis minuman alkohol yang memiliki bau khas. Biasanya jika tidak dipakai untuk minum, dipakai untuk mengharumkan masakan. Banyak rum dijual di swalayan yang dikhususkan untuk masakan.]

  "Tapi ini terlalu manis..."

  Ketika aku menggumamkan hal itu di pikiranku, aku tiba-tiba mendengar suara dua buah logam membentur dengan keras.

  Suara itu membuat bulu kudukku berdiri, ketika aku memutarkan badanku ke asal suara itu, aku melihat Yukinoshita sedang memeluk mangkuk, sambil mengaduknya dengan sendok.

  "...Kalau tidak salah, Hikigaya-kun bertugas untuk mencicipi. Karena kamu terlihat kurang berguna sampai sekarang, aku hampir melupakan keberadaanmu. Kalau begitu, tolong kesini dan berikan pendapatmu (tentang rasa) ini?"

  Sambil mengatakan itu, Yukinoshita hendak menyuapiku dengan sendok. Sendoknya terlihat kalau itu terisi banyak sekali coklat hitam.

  "Kandungan coklatnya sepertinya 90%, pasti akan terasa pahit..."

  Aku bahkan tidak perlu memakannya untuk tahu rasanya. Tidak ada cukup gula atau krim segar di dalamnya, dan yang terpenting, hanya ada sedikit mentega di dalamnya.

  Dari tampilan bau dan warna hitam coklatnya, itu memberi kesan 'super coklat'.

  Meski begitu, Yukinoshita terus menatapku dengan dingin, dan tampaknya dia tidak berniat untuk mengurungkan niatnya. Dia bahkan mendekatiku, sambil mengarahkan sendoknya ke arahku. Karena aku tidak berniat untuk memakan coklat itu, kami terus saling menatap satu-sama lain...sampai Yuigahama mendatangi kami.

  "Ah, bagaimana denganku! Bagaimana!"

  Ketika dia mengatakannya, dia membawa mangkuknya ke arahku. Adonan di mangkoknya berwarna coklat muda. Mungkin agak konyol jika mengatakan itu adonan coklat. Bahkan aku akan mengapresiasi kalau dia mengatakan ini adalah saus coklat, mungkin akan lebih mudah kalau mengatakan ini adalah susu coklat.

  Tanpa ragu, aku mencoba mencium baunya. Aku mencium bau manis dari itu.

  "Kupikir Hikki akan menyukai rasa yang seperti ini..."

  Ketika aku melihat Yuigahama memberiku mangkuknya dengan ekspresi "Ehehe...bagaimana?", aku merasakan dejavu dengan bau ini. Ini mengingatkanku dengan bau sebuah kopi. Ada warna putih diantara coklat muda itu, bau gula ini...Ini seperti MAX COFFEE...

  Meski begitu, orang yang membuatnya adalah Yuigahama, dan rasa aslinya pasti akan berbeda dari tampilannya...Kalau kamu pernah merasakah masakan gadis ini, rasanya seperti membuka kotak jack. Maksudku, bukankah kita disini hendak membuat coklat?
[Note: Kotak Jack atau jack box adalah kotak yang dibuat untuk menjahili seseorang. Biasanya ada badut yang tiba-tiba muncul ketika dibuka, bisa juga berisi sarung tinju yang akan memukul orang yang membuka.]

  Ketika aku hendak memikirkan harus berkomentar apa tentang sendok Yukinoshita dan mangkuk Yuigahama, pintu ruangan masak ini tiba-tiba terbuka.

  Yang muncul setelahnya adalah suara high heels yang menapak lantai dengan nada tidak menyenangkan. Pemiliknya berjalan menuju arah kami, dan napas yang terdengar dari orang itu seperti angin dari neraka.

  "Tsk! Bahkan udara disini penuh dengan bau manis..."

  Suaranya yang merasa terganggu seperti udara ruangan ini dipenuhi virus beracun, adalah Hiratsuka Shizuka (single dan berumur 30tahunan)!

  Meskipun dia mengatakannya dengan tidak senang, tetapi tidak ada bau manis yang dia sebutkan di sekitarku...

  "Hiratsuka-sensei, ada apa kesini?"

  "Hmm? Ah, karena aku mendengar laporan dari Isshiki. Jadi, aku memutuskan untuk kesini dan melihat sebentar."

  Mendengar pertanyaan Yukinoshita tadi, Sensei menjawabnya dengan berat. Melihat sendok coklat Yukinoshita dan mangkuk adonan coklat milik Yuigahama, dia lalu tertawa.

  "Saya lupa memberitahu, kalau coklat tidak diperbolehkan di bawa ke sekolah."

  "Apa memang ada aturan itu?"

  Yuigahama memiringkan kepalanya, dan Sensei tersenyum dengan wajah jahatnya.

  "Sebenarnya tidak ada, tetapi, aku yang tidak memperbolehkannya. Coklat itu tidak berhubungan dengan kegiatan sekolah dan juga sangat mengganggu. Aku bahkan sampai mengusulkan pembakaran coklat pemberian yang dikumpulkan di ruang guru. Meskipun kegiatan ini cukup merepotkan, tetapi siswa harusnya cukup paham. Karena cinta dan perasaan hanya akan tumbuh dari adanya rintangan-rintangan kehidupan!"
[Note: Sebenarnya tidak ada aturannya, lebih tepatnya Sensei kesal dengan Valentine. Jika dia tidak menyukai valentine, maka tidak ada seorangpun yang boleh memberikan coklat di hari valentine.]

  Orang ini, tampaknya sudah sejauh itu sampai-sampai dia bisa tersenyum sambil mengatakan hal semacam itu! Itu adalah ciri khasnya yang kusuka! Meski begitu, sejujurnya, kupikir kalau sebuah romansa yang dimulai dari sebuah coklat pemberian bisa jadi benar adanya! Harusnya kita merekrut guru-guru yang menerima coklat valentine dan bersedia menjadi pasangan muridnya!

  "Meski begitu, aku tidak akan bisa mengawasinya karena bersamaan dengan Ujian Masuk SMA Sobu."

  Ketika Hiratsuka-sensei mengatakannya, dia lalu tersenyum dan mengatakan "hanya becanda" untuk mencairkan suasana.

  "Kalau begitu, lakukan yang terbaik~"

  Mendengar kata-kata itu, Yuigahama tersenyum, sedangkan Yukinoshita memalingkan wajahnya. Melihat sikap keduanya, Hiratsuka-sensei tersenyum kecut, lalu dia menepuk kepala mereka.








*   *   *







  Karena kehadiran Sensei, atau mungkin karena adanya penyusup ini, suasana ruangan ini berubah. Ruangan ini mulai terasa sunyi dan hanya ditemani aroma dari manisnya coklat.

  Lalu, ada seseorang yang cocok dengan suasana sunyi ini muncul.

  Seorang anak kecil dengan rambut biru gelap yang dibelah dua hingga sebahu juga muncul. Dia juga memakai celemek kecil. Dia adalah seseorang yang kupercaya akan tumbuh menjadi gadis yang cantik suatu saat nanti. Wajah dan tampilannya memang mudah dikenali.

  Kawasaki Keika. Adik dari Kawasesuatu-san.

  Kawasaki pasti harus ke TK untuk menjemput adiknya terlebih dahulu, dan tiba disini cukup telat dengan tangannya membawa tas belanjaan. Dia sekarang sedang menyiapkan perlengkapan Keika, dan bernapas lega ketika selesai. Setelah itu, dia mulai mengambil foto Keika, mungkin sebagai kenang-kenangan.

  Celemek itu sepertinya dia modifikasi sendiri agar cocok dengan ukuran Keika; nama yang dibordir di celemeknya juga terlihat manis.

  Setelah mengambil beberapa foto Keika, dia tampaknya sadar kalau dia sendiri belum menyiapkan dirinya.

  "A, a-aku akan menyiapkan diriku disana."

  Dia melambaikan tangannya kepadaku untuk sekedar menyapa.

  Meskipun aku tidak tahu apa yang hendak dia lakukan untuk persiapan, tetapi para gadis selalu memiliki banyak persiapan untuk menghadiri sesuatu. Jika aku bertanya kepadanya, mungkin dia akan marah. Komachi sebagai buktinya. Lagipula, tempat ramai ini penuh dengan peralatan yang berbahaya, aku juga khawatir sesuatu terjadi dengan Keika jika dia tinggalkan.

  "Ah, jangan khawatir, aku akan menjaganya untukmu."

  "Kalau begitu, aku pergi sebentar..."

  Mengatakan hal itu, Kawasaki menganggukkan kepalanya dan keluar sebentar dari ruang masak.

  Setelah melihatnya pergi, aku sekarang melihat ke arah Keika.

  Keika mungkin lelah karena kegiatannya di TK dan tempat penitipan, atau juga dia lelah karena fotonya diambil beberapa kali oleh Kawasaki. Dia tampak sangat lelah dan matanya sepertinya hendak tertidur.

  Meski begitu, ketika melihatku, dia mengedipkan matanya beberapa kali.

  "Ha-chan!"

  Tampaknya dia mengingatku, lalu dia menunjuk ke arahku dengan jari telunjuknya.

  "Oh, benar sekali, ini Ha-chan. Sebenarnya, namaku adalah Hachiman. Juga, jangan tunjuk jarimu ke wajah orang lain. Mereka akan serasa ditusuk..." Aku berlutut disampingnya dan menggunakan jari telunjukku untuk menyentuh pipinya. Sangat lembut, mustahil...

  Aku terus menyentuh pipinya secara cepat, lalu Keika berkata "Ou, ou" seperti seekor anjing laut, dia terlihat kebingungan. ...Umu, hukumanku akan berakhir sebentar lagi! Dia tidak akan menunjuk wajah orang lagi setelah ini.

  Meskipun tujuanku telah tercapai, tetapi kelembutan dari pipinya membuatku kesulitan untuk memerintahkan jariku berhenti. Uh-oh, ini buruk sekali, pipinya sangat lembut...Komachi dulu pernah memiliki pipi selembut ini. Tidak, mungkin masih lembut hingga saat ini...Ketika aku memikirkannya, aku terus berusaha mencubit-cubit pipinya. Keika masih terlihat kebingungan, lalu dengan suara "oh" dia seperti memikirkan sesuatu.

  "Ei."

  Dengan seketika, dia juga mencubit wajahku.

  "Ouch...Itulah alasannya kenapa tidak boleh menunjuk wajah orang. Akan sangat berbahaya jika kena mata..."

  Sebagai hukumannya, aku mulai mencubitnya lagi. Dia sepertinya merasa kalau ini adalah sebuah permainan, dan sambil tertawa, dia mulai mencubit wajahku juga. Tampaknya aku mulai gagal memberinya pelajaran...

  Tiba-tiba, ada suara yang cukup dingin terdengar dari belakangku.

  "...Hei, apa yang kau lakukan?"

  "Eh, tidak, benar-benar tidak ada apa-apa."

  Ketika aku memalingkan wajahku ke asal suara itu, aku melihat Kawasaki memakai celemek. Dengan sebuah mangkuk dan coklat yang dipotong-potong di satu tangannya, dia melihatku dengan tatapan yang menjijikkan. Dia lalu mengambil napas panjang, seperti hendak mengatakan sesuatu yang dia sendiri kesulitan untuk mengucapkannya.

  "Tahu tidak, meskipun kamu sangat membantu ketika menjaganya, tapi ini, ini..."

  "Bukan, tunggu dulu. Ini tidak seperti yang kau pikirkan..."

  Seorang pemuda dengan wajah mencurigakan dan mata yang busuk sedang mencubit pipi seorang gadis kecil...Situasi itu sudah cukup membuatku untuk terlibat masalah hukum. Jika insiden ini terjadi di luar, aku bisa melihat kalau kabar ini akan tersebar cepat, dan Ibuku akan tertawa kepadaku 'Ini memang kamu? Hahaha'. Selain itu, Kawasaki seperti hendak berkata 'aku selama ini percaya kepadamu...' dan membuatku merasa bersalah...

  "Ini sebenarnya, yaitu..."

  Aku berdiri dan menaikkan kedua tanganku, memberitahunya kalau aku tidak bermaksud untuk melawannya, dan mempertimbangkan apa yang bisa kukatakan selanjutnya. Tapi, aku merasa ada sesuatu sedang memegangi kakiku. Kulihat disana, aku melihat Keika sedang memeluk pinggangku.

  "Aku sedang bermain dengan Ha-chan~~"

  "Um, well, yah, seperti katanya..."

  Meskipun aku memang ingin bermain dengannya, tetapi kalau dipikir-pikir, ini seperti seorang gadis kecil yang hendak bermain denganku. Tapi karena aku terlihat menikmati menyentuh pipinya, aku sangat yakin kalau opini yang kedua tadi tidak akan pernah terjadi.

  Sudah bisa mencuri hati seorang pria sejak kecil, gadis kecil ini terlihat menakutkan kelak...

  Berpikir tentang masa depannya kelak agar tidak salah jalan, sebenarnya, kita bisa melihat dari kakaknya, Kawasaki Saki, yang secara umum terlihat cantik. Masalahnya adalah kesan pertama darinya adalah mengintimidasi atau sangat menakutkan, terutama ke orang-orang yang mendekati adik kecilnya.

  "...Begitu ya."

  Melihat sikap ceria Keika, Kawasaki kembali tersenyum. 

  "Mau ikut bermain bersama, Sa-chan?"

  "Tidak, terima kasih. Ok Ke-chan, kesinilah."

  Kawasaki menarik Keika dariku lalu memeluknya. Tolong tenang dulu, aku tidak akan melakukan hal-hal semacam ini lagi jika kamu terlalu curiga kepadaku!

  Yang paling penting, tampaknya aku berhasil lolos dari masalah kali ini. Aku bisa bernapas lega.

  Meski begitu, dibandingkan dengan ekspresiku yang merasa lega, Kawasaki tampaknya sedikit khawatir. Sambil menyentuh kepala Keika, dia melihat ke arah ruang masak dan berbicara kepadaku.

  "Apa tidak apa-apa membawa Keika kesini?"

  Bukannya aku tidak paham maksudnya. Lagipula, semua orang disini adalah siswa SMA, tidak lupa juga kalau ada orang-orang dari SMA lain juga disini. Kehadiran Keika pasti akan menjadi sebuah keanehan diantara mereka. Tetapi, event ini sendiri bukanlah event resmi, jadi tidak ada aturan main yang jelas untuk disepakati.

  Aku melihat ke arah seberang meja memasak, aku melihat Haruno-san sedang berbicara dengan Meguri-senpai. Jika orang-orang seperti mereka hadir disini, maka memang sangat jelas kalau tidak ada aturan baku dalam event ini.

  "Itu tidak masalah. Banyak undangan yang berasal dari luar sekolah juga."

  "Un..."

  Mendengarkan penjelasanku, Kawasaki menganggukkan kepalanya seperti menerima penjelasanku. Pertama, alasan utama event ini bisa terjadi karena request Kawasaki. Kalau dia merasa tidak nyaman disini, akulah yang harusnya meminta maaf, karena tugasku adalah memenuhi requestnya dengan baik. Meski begitu, ini bukanlah bagian dari requestnya...tetapi aku aku akan melakukan sesuatu untuk membuatnya nyaman berada disini.

  Tepat ketika aku sedang mencari dia yang membantunya menyelesaikan requestnya, aku mendengar suara langkah kaki mendekatiku dari belakang.

  "Oh, Kawasaki. Kau datang juga."

  Suara yang ceria itu berasal dari Yuigahama, dengan Yukinoshita mengikutinya dari belakang.

  "Aku sudah lama tidak melihat Keika."

  Sambil mengatakannya, Yui menepuk kepala Keika dengan lembut. Baik dia dan Yukinoshita, terakhir kali bertemu Keika ketika Event Natal, jadi bisa dikatakan kalau mereka berdua juga kenalan dari Keika.

  "Itu...Hari ini, aku berharap kita bisa..."

  Kawasaki tampaknya merasa gugup dengan bagaimana seharusnya dia memperkenalkan dirinya, dan pada akhirnya, hanya bisa mengatakan kata-kata tersebut. Mungkin dia merasa kalau telah merepotkan hanya karena permintaan adiknya. Keika yang melihat kejadian itu, membenarkan posisinya dan membungkuk.

  "Tolong bimbingannya."

  Dia mungkin belajar hal itu di TK. Meskipun dia mengatakannya dengan perlahan, tetapi dibandingkan dengan kakaknya, aku merasa gadis ini adalah orang yang ramah, dan bisa membuat suasananya cair.

  Tidak hanya aku, tampaknya Yuigahama juga terdiam melihat manisnya sikap Keika dan seperti hendak berteriak "Kya~". Mata Kawasaki tampaknya hendak menangis saja setelah tersentuh oleh sikap adiknya itu.

  Oleh karena itu, Yukinoshita juga tersenyum. Dia lalu memegangi roknya dan berlutut di lantai, melihat Keika dan mengatakannya dengan perlahan-lahan.

  "Saya sangat menantikan untuk bekerjasama denganmu juga. Kalau begitu, permen coklat seperti apa yang ingin kamu buat?"

  Mendapat pertanyaan seperti itu, Keika melihat ke arah Kawasaki, lalu Kawasaki mengangguk ke arahnya.

  "Ke-chan, kamu ingin buat manisan yang seperti apa untuk dimakan?"

  Mendengar pertanyaan itu, dia lalu menjawabnya dengan spontan.

  "Belut!"

  "O, Oh...begitu ya..."

  Aku tidak bisa mengatakan apapun. Begitu ya, belut?

  "Maaf, keluarga kami kemarin makan belut, dan dia sangat menyukainya."

  Kawasaki menundukkan kepalanya, tampak malu-malu. Meski begitu, anak kecil ya begitu semua, ada kalanya mereka mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal, dan menjawab apapun tanpa berpikir dahulu...Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus kukatakan kecuali meresponnya dengan serius.

  Sambil memikirkan itu, Yukinoshita terlihat menaruh tangannya di dagunya seperti memikirkan sesuatu secara serius.

  "Kalau begitu, bagaimana dengan, pie belut? Kalau pie sendiri, itu cukup mudah, tetapi persiapannya seperti memasak belutnya sendiri, akan memakan banyak waktu dan persiapan..."

  "Oh-, apa benar-benar bisa dibuat pie?"

  "Ya."

  Yukinoshita menjelaskannya. Gadis ini tampaknya serba bisa. Tapi kalau dipikir-pikir, cukup aneh jika melihat 'pie' miliknya tidak dibuat dengan cukup baik.
[Note: Pie dalam pelafalan Jepun memiliki akhiran yang sama dengan kata Oppai. Saya kira anda paham apa Oppai.]

  "Kalau kamu tidak keberatan, kita bisa mencobanya hari ini?"

  Wajah Kawasaki berubah menjadi merah ketika mendapat pertanyaan itu dari Yukinoshita.

  "Tidak, tidak perlu! Cukup ajarkan saja dia membuat manisan coklat yang anak kecil bisa membuatnya..."

  "Baiklah kalau begitu, kupikir kita bisa membuat chocolate truffle... Aku akan pergi sebentar untuk menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan."
[Note: Chocolate truffle adalah manisan coklat yang terdiri dari bubuk coklat dan adonan yang dipadatkan lalu dilapisi coklat. Biasanya berbentuk bola.]

  Setelah mengatakan itu, Yukinoshita berjalan menuju meja pengajar di depan.

  Sambil menunggunya, aku melihat ke arah Keika, memikirkan apakah aku harus menjaganya atau tidak. Meski begitu, tampaknya pekerjaan babysitter ini sudah ditangani Yuigahama.

  Yuigahama kemudian membetulkan posisi roknya dan berlutut di depan Keika.

  "Soal belut tadi, aku tahu maksudmu. Aku ingin mencobanya juga~"

  "Belut sangat lezat. Juga bisa dimakan dengan nasi dan saus."

  "Benar kan, belut sangat lezat."

  "Un, nasi juga lezat."

  "Eh, nasi..."

  Meski subjek pembicaraan mereka tampak berbeda, tapi keduanya tampak begitu gembira. Maksudku, ini akan menjadi masalah besar jika Yuigahama benar-benar membuatnya.

  Tapi, itu tidak akan terjadi jika ada Kawasaki dan Yukinoshita mengajarinya. Tampaknya, pekerjaanku sebagai pencicip rasa, masih harus menunggu untuk beberapa saat lagi.

  Kalau begitu, sambil menunggu saat itu tiba, aku akan berkeliling dulu sebentar.






*   *   *







  Di bawah bimbingan Yukinoshita, Kawasaki dan Keika mulai menyiapkan coklatnya. Sekarang, bahkan pekerjaan untuk mengawasi anak kecil pun sudah hilang disini. Dengan begitu, aku menjadi pengangguran disini. Jika terus begini, aku mungkin akan mengambil batu di sungai dan menjualnya.

  Hayama, yang menjadi pencicip rasa sepertiku, masih terjebak antara Miura dan Isshiki. Sedang Tobe yang ingin menjadi pencicip rasa, juga membuat tindakan-tindakan konyol agar menjadi perhatian di dekat Ebina-san. Woi, kamu jangan membuat masalah!



  Haruno-san dan Meguri-senpai sedang berbicara ke Hiratsuka-sensei selama ini. Sedangkan para Pengurus OSIS yang lama dan yang sekarang berada di meja yang berbeda, mengerjakan berbagai masakan. Wakil Ketua dan Sekretaris-chan tampak berada di pojok, mengobrol dan tertawa saja dari tadi. Pak Wakil Ketua, tolong lakukan pekerjaan anda!



  Para siswa dari SMA Kaihin terlihat sedang melakukan DISCUSSION dengan Tamanawa yang menjadi pusat diskusinya, ketika itu, aku melihat pintu ruang masak terbuka secara perlahan.

  Orang yang membukanya mungkin sedang melihat-lihat situasinya terlebih dahulu, karena kulihat pintunya sedang terbuka beberapa cm.

  Jangan-jangan, mereka adalah grup lain yang sedang memakai ruangan berbeda di Community Center ini dan hendak komplain karena suara kita yang terlalu bising...



  Tampaknya hanya aku yang menyadari pintu itu, jadi aku putuskan untuk mencari tahu ada apa disana.

  Aku mulai berjalan ke pintu tersebut, tetapi aku sendiri agak ragu-ragu.

  Aku akan ketakutan jika ada seorang nenek tua atau semacam itu...Jika ada yang komplain maka aku akan minta maaf saja. Ngomong-ngomong, menjadi orang yang dikomplain dalam komunitas sosial adalah hal yang lumrah. Bisa dikatakan, menjadi orang yang dikeluhkan adalah pekerjaan. Meskipun tidak ada gaji untuk pekerjaan seperti itu, begitu juga pekerjaan di Klub Relawan selama ini!...Tidak dibayar.

  Setelah itu, aku putuskan untuk membuka pintunya.

  Orang dibalik pintu tersebut adalah orang yang aku kenal.

  Orang ini tampaknya sedang perjalanan pulang setelah aktivitas Klub, membawa tas olahraga yang terlihat kebesaran. Memakai kaos lengan panjang yang terlalu panjang, bahkan kupikir tangannya tidak akan terlihat jelas jika dia menyilangkan lengannya. Apakah karena aura spesial yang keluar dari orang ini?

  Lalu, kedua mata kami bertemu dan wajahnya memerah.

  "Hachiman!"

  "To-Totsuka...Kamu datang juga."

  "Un, aku agak telat karena masih ada aktivitas Klub."

  Orang yang berdiri di depan pintu adalah teman sekelasku, Totsuka Saika. Meskipun aku tidak memberitahunya tentang event hari ini ketika bertemu di sekolah, aku benar-benar tidak menyangka kalau dia akan datang.

  "Wah, aktivitas kalian disini terlihat keren, aku tadi sempat berpikir kalau aku salah tempat."

  Ketika dia mengatakannya, dia melihat ke arah grup SMA Kaihin. Memang, kalau dia mengintip dari balik pintu, kemungkinan besar grup yang mudah terlihat adalah grup dari SMA Kaihin...



  Yeah, jika penglihatanmu terlalu sempit, maka kamu tidak akan bisa melihat hal yang lain.

  Misalnya, eksistensi makhluk di belakang Totsuka.

  "Ha------chiman----"

  Orang yang berdiri di belakang Totsuka adalah...adalah...Begini saja, katakanlah dia itu adalah partner ketika jam olahraga. Partner olahragaku, Zaimokuza Yoshiteru. Meski aku jelas-jelas tidak bertemu dengannya di sekolah, juga aku tidak memberitahunya mengenai hari ini, tapi mengapa dia disini?



  "Jadi, Zaimokuza? Apa yang kau lakukan disini? Hendak pamit kepadaku karena mau pulang?"

  Mendengarkan pertanyaanku, Zaimokuza pura-pura terbatuk.

  "Ahem. Ahem. Pertama-tama, Totsuka dan diriku diminta Hiratsuka-sensei untuk mengerjakan sesuatu untuknya, oleh karena itu, kami belum bisa kembali dulu."

  "Mengerjakan sesuatu? Kamu tidak hendak pulang?"

  "Sesuai kataku, kami belum bisa pulang dulu."

  Dia melambai-lambaikan tangannya di depan dadanya, sambil mengatakan logat yang aneh. Coba kupikir dulu, apa tugas dari Hiratsuka-sensei...Ketika aku memikirkan hal itu, Totsuka melepaskan tas yang menempel di punggungnya.

  "Itu, dia menyuruh kami untuk membawa ini kesini..."

  Totsuka mengatakan itu sambil menunjukkan tas tersebut.

  "Oh, kalian sudah disini, kalian tidak kesulitan membawa itu, bukan?"

  Sensei tampaknya menyadari situasinya dan berjalan ke arah kami. Totsuka tampak sedang mencari sesuatu di tasnya, dengan tersenyum, lalu dia memberikannya ke Sensei.

  "Ini. Tolong anda terima."

  Benda yang diberikan ke Hiratsuka-sensei, tampaknya seperti kotak menyimpan bahan-bahan yang dingin. Setelah menerimanya, Hiratsuka-sensei mengucapkan terima kasih kepada mereka.

  "Apa isinya?"

  "Un. Ah, kamu berada di saat yang tepat. Tolong sebarkan ini kepada mereka yang disana."

  Ketika aku bertanya, Sensei hanya mengambil kotak itu dan berjalan menuju dekat jendela. Dia lalu mengambil kursi di dekatnya. Tampaknya dia sedang dalam suasana hati yang baik karena aku sempat mendengarnya menyanyikan beberapa lagu ketika membuka kotak tersebut.

  "Kupikir orang-orang suka memakan ini. Ngomong-ngomong, aku membeli ini untuk semacam bahan referensi dan ternyata membeli terlalu banyak, tetapi aku kebetulan bertemu mereka ketika aku keluar dan akhirnya aku meminta bantuan mereka untuk membawanya kesini."

  "Begitu ya..."

  Waktu-waktu seperti ini, entah itu toko grosir, swalayan, atau bahkan toko online, kamu bisa membeli coklat mahal dengan banyak diskon dan penawaran spesial.

  Meski begitu, tampaknya Sensei membeli dalam jumlah banyak. Dia mengambil beberapa coklat dari kotak pendingin itu dan di atas coklat tersebut, aku bisa membaca beberapa nama.

  Ini adalah coklat-coklat mahal, dia menaruhnya di atas meja dan menarik perhatian orang-orang di sekitarnya. Aku bisa merasakan kalau banyak orang sedang menatap ke arah kami.

 Diantara mereka, tampaknya Haruno-san berminat untuk mencicipinya. Meguri-senpai juga menemani Haruno-san ke arah sini. Haruno-san melihat coklat tersebut satu-persatu dengan antusiasme tinggi.

  "Eh, Shizuka-chan, kamu berniat memberikan coklat Godiva ini? Ada juga Pierreherme, juga Charbonnel...Ada juga dari Imperial Hotel, New Otani Hotel...Ah, ada juga coklat yang dibuat Sadohari Aoki juga..."
[Note: Saya coba mengingat beberapa untuk kalian. Godiva ini coklat buatan perusahaan cake Belgia, kalau tidak salah berdiri sejak 1926 (muahal banget). Pierreherme adalah coklat buatan pastry dan kritikus makanan cake dari Perancis (masih hidup). Charbonnel adalah perusahaan coklat terkenal yang berdiri di London tahun 1875. Imperial dan New Otani Hotel adalah hotel-hotel terkenal di Jepang yang mempunyai paket pemberian coklat ataupun makanan lainnya yang terkenal stylish, lezat, dan elegan. Sedang Sadohari Aoki adalah seorang pastry terkenal Jepang yang terkenal sampai Perancis, coklat miliknya juga terkenal enak.]

  "Ah, benar sekali."

  Hiratsuka-sensei membusungkan dadanya karena ada seseorang yang mengenali kualitas coklat tersebut.

  Sebenarnya, aku berpikir kalau 'bukankah itu cuma coklat?'. Tapi, mungkin saja ini cuma hal-hal yang diketahui oleh orang-orang yang berpengalaman soal coklat. Aku pernah mendengar tentang coklat Godiva, mungkin sekedar nama coklat bermerk.

  "Wa--, tampaknya lezat sekali."

  "Ah, Meguri tahu juga? Ini benar-benar lezat, dan aku merekomendasikan kepada kalian juga."

  "Tunggu dulu, kenapa malah kamu yang bangga, Haruno? Ini semua adalah coklat pilihanku."

  Mendengar bagaimana Haruno-san mengatakan itu, membuat Sensei membalasnya dengan kurang senang.

  Seperti yang kuharapkan dari Shizuka-chan yang selalu totalitas ketika menyangkut sesuatu yang dipikirnya menarik...Mobilnya juga terlihat mahal...Melihat kesukaan dan hobinya, dia tampaknya tipe orang yang tidak segan melempar uang banyak ke hal-hal yang disukai ataupun menjadi hobinya. Ini seperti perilaku para pria, luar biasa.

  Sebagai seorang pria, melihat hal itu di dirinya membuatku respek kepadanya. Totsuka juga, terlihat menatap ke arah Hiratsuka-sensei.

  "Sensei, anda menyukai makanan manis juga?"

  Melihat mata Totsuka yang berbinar-binar, Hiratsuka-sensei tampaknya kehilangan kata-katanya.

  "....Ya semacam itulah...Jangan, jangan bilang kalau itu tidak cocok dengan image diriku?"

  "Ah, bukan, bukan seperti itu...Saya pikir itu cocok dengan Sensei!"

  Totsuka menjawabnya dengan malu-malu. Melihat hal tersebut, Haruno-san tertawa.

  "Bagi Shizuka-chan, mungkin dia memakannya ditemani alkohol. Kedengarannya enak~, aku ingin mencoba memakan coklat lezat ini ditemani alkohol."

  "Memang, aku memakan coklatnya dengan alkohol...Tapi, aku tidak bisa melakukannya hari ini."

  Sensei menolak ajakannya, dan Haruno-san terlihat kecewa.

  Melihat interaksi mereka, aku terkejut.

  Sebenarnya, Yukinoshita Haruno adalah tipe orang yang akan melakukan sesuatu dengan tujuan tersembunyi, juga adalah orang yang terbiasa untuk mengganggu orang lain. Tetapi sekarang, responnya ke Hiratsuka-sensei terlihat natural, setidaknya, itu yang kupikirkan. Tentunya, ini bisa jadi salah satu kemampuan spesialnya.

  Dengan begitu, bisa dikatakan kalau aku tidak tahu sedikitpun tentang Yukinoshita Haruno. Kakak dari Yukinoshita, teman masa kecil Hayama, Senpai dari Meguri-senpai, mantan murid dari Sensei, seorang Iblis Super yang memiliki tampilan sempurna. Meskipun aku tahu semua kepalsuan tentang dirinya, aku masih belum bisa melihat siapa dirinya yang sebenarnya.

  Kalau dipikir-pikir, ini adalah pertama kalinya aku melihat Haruno-san menghabiskan waktu yang cukup lama untuk mengobrol dengan orang yang lebih tua.

  Aku seperti terhipnotis saja, dan terus melihat ke arah Haruno-san, sambil berpikir seperti sebuah permukaan danau yang sangat dalam sedang terganggu oleh gelombang air.

  "Sayang sekali. Lain kali, ajak aku ya~ Banyak sekali hal-hal yang ingin kubicarakan denganmu."

  Dia hanya memberikan ajakan gombal.



  Meski begitu, Hiratsuka melihatnya dengan serius.

  "Haruno, jika kamu...benar-benar ingin mengobrolkan sesuatu denganku, aku siap menemanimu kapan saja."

  Mereka kemudian terdiam, keduanya seperti menatap satu sama lain cukup lama, aku seperti lupa kalau aku harus bernapas.

  Kesunyian itu dicairkan oleh suara tawa dari Haruno.

  "Benarkah? Kalau begitu kau sebaiknya menyiapkan jadwalmu...Ah, Hikigaya-kun ada disini juga? Kamu nanti temani Kakak Iparmu ini ya~"

  Tiba-tiba, dia mengarahkan tubuhnya ke arahku, dan melihatku. Secara spontan, aku berusaha menjaga jarak dengannya.

  "Aku belum cukup umur untuk minum alkohol. Tapi kalau minum jus jeruk, boleh-boleh saja."
[Note: Aturan di Jepun kalau alkohol hanya diperbolehkan untuk usia minimal 20 tahun. Haruno 20 tahun, dan Sensei...well, begitulah.]

  Zaimokuza tertawa. Hiratsuka-sensei sepertinya kehilangan tatapan seriusnya, dan mulai tertawa juga.

  Aku melihat ternyata candaanku efektif ke mereka, dengan kata lain, aku tidak berguna ketika melawan mereka.

  Totsuka sepertinya kurang paham apa yang terjadi, begitu pula Meguri-senpai. Haruno-san kemudian berkata.

  "Sayang sekali kalau kamu tidak bisa minum alkohol. Kalau Meguri?"

  "Haru-san, aku masih belum cukup umur. Kalau minum teh ya aku ikut saja."

  "Begitu ya. ehh, jadi aku harus bagaimana? Mengajak teman sekelasku?"

  Hiratsuka-sensei melihat Haruno yang berusaha menelpon seseorang dengan HP di tangannya.

  "Kalau kamu memang berniat begitu, telpon saja aku."

  Tampaknya, itu adalah sinyal berakhirnya topik adegan itu. Hiratsuka mendorong kotak itu ke arahku.

  "Hikigaya, Shiromeguri, kalian berdua ambil itu dan berikan ke yang lain. Tanyakan apa ada yang butuh coklat-coklat itu sebagai bahan. Jika ada sisanya, kalian bagi ke semua peserta disini."

  "Oke. Um, tiap orang dapat berapa?"

  Ketika Meguri-senpai bertanya, dia menaruh coklat-coklat itu ke piring kertas yang berada di tangannya.

  "Terserah kalian."

  Mendengar penjelasan Sensei, Meguri-senpai tampak terkejut.

  "Kalau begitu, Hikigaya-kun, aku serahkan sebagian tugas ini untukmu."

  Dia mengatakannya sambil memberiku beberapa piring kertas. Lalu dia mulai mengisi piring-piring tersebut dengan coklat. Tiap piring berisi coklat-coklat yang berbeda merk. Tampaknya, dia membagi coklat-coklat di tiap piring dengan jumlah yang hampir sama.

  Meguri-senpai yang berdiri di sampingku, tampaknya cukup bangga dengan hasilnya.

  "Baiklah, aku paham."

  "Un, kalau begitu ayo kita mulai."

  Meguri-senpai memberikan beberapa piring ke Totsuka dan Zaimokuza. Lalu kami berpencar menuju meja masak yang berbeda-beda. Tampaknya, kita berpencar menuju 3 arah yang berbeda. Meguri-senpai menuju arah meja SMA Kaihin dan Pengurus OSIS SMA Sobu. Totsuka menuju ke arah meja Kawasaki, Zaimokuza menuju meja Yukinoshita dan Yuigahama sambil mengendap-endap di belakang Totsuka.

  Artinya, meja yang kutuju adalah meja Isshiki dan Miura yang bersebelahan.

  Aku melihat situasi mereka; Miura menatap tajam ke Isshiki, sedang Isshiki membisikkan sesuatu ke Hayama. Hayama sendiri, terjebak diantara keduanya, sambil berusaha pura-pura tersenyum dari tadi.

  Tobe tampaknya menyadari kondisi sulit Hayama, dan berusaha sesekali mengajak Hayama mengobrol, dan tampaknya dia sesekali sengaja begitu dan tidak menarik perhatian Ebina-san.

  Un...tampaknya dia sedang berada dalam masalah besar. Maksudku, aku tidak ingin bergabung dengan perang tersebut.

  Aku berusaha mendekati meja mereka dengan perlahan, sambil memikirkan apa yang harus kukatakan. Sedang Hayama, tampaknya menyadari kehadiranku.

  "Maaf, permisi sebentar."

  Dengan begitu, dia berhasil kabur dari Miura dan Isshiki dan berjalan ke arahku.

  "Ada yang bisa kubantu?"

  "Ah, ah. Aku kesini membawakan beberapa pemberian dari Hiratsuka-sensei."

  Seperti penjelasanku, aku memberikannya piring di tanganku, tapi ekspresi Hayama lebih gelap dari sebelumnya.

  "Coklat lagi...?"

  "Tampaknya coklat yang ini lebih lezat..."

  "...Oh begitu ya?"

  Dengan respon itu, dia mengambil piringnya dan kembali ke meja mereka.

  Misiku sukses tanpa masalah. Ketika aku berpikir untuk kembali ke posisiku, aku mendengar suara kaleng membentur di belakangku.

  Aku melihat ke arah suara itu, dan melihat suara itu disebabkan oleh Hayama yang membenturkan dua kaleng kopi. Dia melambaikan kaleng tersebut ke arahku, dan senyumnya, dia seperti bertanya apakah aku mau mengambil kaleng tersebut.

  Well, aku bisa menebak kalau dirinya sudah kelelahan berada diantara Isshiki dan Miura dari tadi. Mungkin dia hendak memanfaatkanku untuk memberinya alasan pergi dari mereka. Kalau dipikir-pikir, aku akan menganggur setelah ini.

  Aku menganggukkan kepalaku kepada Hayama dan dia mengambil dua kursi dan duduk di meja dekat Miura. Aku mengikuti sarannya dan duduk disana juga.

  Ketika aku duduk, Hayama menaruh kaleng kopi di depanku. Merk kopinya bukan MAX COFFEE, tetapi BLACK COFFEE. Melihatku yang melihat kemasan kopinya secara terus menerus, Hayama tersenyum.

  "Kamu ingin kopi yang lebih manis?"

  "Ah, ini tidak masalah."

  Bahkan diriku, untuk saat ini tidak memiliki keinginan untuk meminum sesuatu yang manis. Lagipula, aku masih harus memakan coklat setelah ini. Aku menerima kaleng kopinya dan membukanya, lalu meminumnya.

  Hayama juga melakukan hal serupa, dengan suara 'Fuuuuuuuu' seperti sangat lega akan sesuatu.

  Tidak ada pembicaraan antara kita, hanya suara kaleng kopi yang diletakkan di atas meja disertai embusan napas berat yang keluar dari mulut.

  Dari berat kalengnya, aku sadar kalau kopinya akan segera habis, lalu Hayama tiba-tiba berkata, "Meski begitu."

  "Aku memikirkan tentang hal itu juga."

  "Huh?"

  Jawabanku terlihat serius, aku tidak tahu apa yang dia bicarakan. Meski begitu, dia memberiku senyuman khas Hayama Hayato yang dia berikan ke semua orang.

  "Dengan adanya kegiatan seperti ini, maka semuanya...semua orang akan bisa menjadi akrab secara natural."

  Setelah mengatakan hal itu, dia lalu menatap ke seluruh ruangan. Aku mengikuti pandangan matanya, aku bisa melihat maksudnya.

  Miura seperti melihat timbangan dengan serius, atau Isshiki yang sedang bernyanyi sambil mengoperasikan oven, atau Yuigahama yang wajahnya berubah menjadi memerah ketika Yukinoshita seperti memeluknya dari belakang ketika mengajarinya.

  Setelah itu, Hayama kembali menatap ke arahku. Ekspresinya saat ini adalah ekspresi yang aku kenal dengan baik, sebuah senyuman pahit yang menjadi karakter asli Hayama Hayato.

  'Semua orang' yang dia katakan barusan.

  Siapa yang dia maksudkan? Siapa yang disebut 'Semua Orang'? Aku memikirkan itu sejenak sambil memalingkan pandanganku darinya, lalu meminum kembali kopiku.

  Aku tidak mau merespon teka-tekinya, dan Hayama menambakan.

  "Ini semua berkat kamu, bahkan Tobe juga bisa mencicipi coklat dan merasa gembira."

  Hayama mengatakannya sambil terlihat sedikit serius. Dari kata-katanya, Tobe tampaknya berhasil membuat Ebina-san membiarkannya mencicipi coklatnya, dimana coklatnya sendiri masih dalam pembuatan. Dia dari tadi memang sering berteriak histeris [Lezat sekali!], [Manisnya!], dan [Luar biasa!]. Ho, ternyata kamu sudah melakukan yang terbaik. Meski begitu, Ebina-san adalah tipe gadis yang sangat kompleks, tidak sesederhana yang terlihat dari luar. Bagi orang-orang sepertinya, mereka mungkin hanya akan mau membuka hatinya di panggung khusus. Atau mungkin, dia memang sudah berlatih untuk mempersepsikan dirinya seperti itu ketika terlihat orang lain. Aku tiba-tiba tersenyum ketika memikirkan itu.

  Meski begitu, setidaknya sampai sekarang, aku setidaknya harus memberi selamat ke Tobe karena belum menyerah. Meski, itu cuma sekedar basa-basi.

  "Aku sebenarnya tidak begitu peduli tentang coklat atau Tobe...terutama Tobe."

  "Haha, kejam sekali."

  Hayama tertawa, lalu meminum habis kopinya, lalu melihat sejenak ke kalengnya seperti mengkonfirmaasi kalau kalengnya kosong. Dia lalu berdiri dan bersiap-siap untuk membuang kalengnya. Mungkin, Miura yang melihat aksinya itu, membuatnya untuk memanggil Hayama dengan suara yang manis.

  "Hayato~~~~~~~~"

  "Aku akan segera kesana."

  Dengan jawabannya itu, Hayama membalikkan badannya, lalu mengucapkan sampai jumpa, sebelum kembali ke meja masak yang telah menunggunya.

  Aku melihatnya pergi, dan mencoba meminum kembali kaleng kopi milikku yang aku sendiri tahu kalau kopinya sendiri sudah habis.








*   *   *







  Kegiatan memasak kali ini tampaknya sudah masuk ke babak akhir.

  Banyak peserta yang sudah memasukkan adonannya ke oven, atau sudah selesai dan memasukkannya ke kulkas untuk mendinginkan. Dengan ini, kita sudah masuk ke babak akhir.

  Bahkan Haruno-san, yang terlihat terus mengobrol dari tadi, tampaknya hampir selesai membuat coklatnya. Tidak hanya itu juga, Meguri-senpai yang merupakan Ketua OSIS periode sebelumnya juga terlihat selesai. Tampaknya, yang tersisa kali ini hanyalah mendekorasi atau menaruh topping di atasnya.

  Sebenarnya, orang ini seberapa bagus sih dalam multitasking? Tampaknya, melihat dirinya mampu melakukan itu adalah hal yang mustahil bagi manusia untuk memahaminya.

  Meski begitu, dia terlihat kelelahan setelah memberikan saran ke berbagai peserta. Dia sekarang terlihat menikmati cangkir tehnya sambil mendatangi meja Yukinoshita.

  "Yukino-chan, kamu sedang membuat apa? Boleh tidak Onee-chan mencicipinya nanti~"

  Suara Haruno-san tampaknya diacuhkan begitu saja oleh Yukinoshita. Yukinoshita sedang mengajari Miura dan Yuigahama.

  Dalam pengawasan Yukinoshita, Miura sedang membentuk adonannya dalam mimik wajah yang serius, sedang Yuigahama juga terlihat sedang melakukan hal yang sama dengan Miura.

  Dia mungkin terlihat kurang senang dengan bagaimana Yukinoshita tidak menghiraukannya, lalu dia berbicara lagi ke Yukinoshita.

  "Hei, Yukino-chan, kamu dengar tidak~"

  "Haruno-san, Yukinoshita-san sedang terlihat sangat sibuk."

  Mendengar situasi itu, Hayama tampaknya tersenyum kecil, lalu berjalan menuju samping Haruno seperti berusaha untuk menemaninya. Jika di sekitarnya terlihat sangat bising, Miura mungkin akan pecah konsentrasinya. Mungkin Hayama melakukannya karena dia juga sadar dengan situasi tersebut.

  Orang-orang yang sedang konsentrasi dengan pekerjaannya tidak hanya Miura dan Yuigahama, Isshiki juga sedang memegang krim segar, dan sedang mendekorasi, seperti memberikan totalitasnya ke kegiatan tersebut. Melihat Kawasaki bersaudara, wajah Keika tampak dipenuhi oleh coklat, tapi dia memang sukses membuat sebuah coklat truffle, dan Kawasaki tampak sibuk mengambil foto tersebut. Oi, oi...kamu mau mengambil fotonya berapa banyak?



  Ketika orang-orang mulai terlihat mengerjakan sesuatu dengan serius, kurasa pekerjaanku sebagai pencicip rasa akan segera dimulai. Ketika aku memikirkannya, aku melihat dari kejauhan, seperti membuat pose 'tidak ingin mengganggu orang lain'. Setelah itu, Orimoto datang ke arahku, dan berbicara denganku yang terlihat tidak mengerjakan apapun.

  "Hikigaya, kamu punya cetakan coklat yang tidak terpakai?"

  "Oh, oh oh...tunggu sebentar."

  Tampaknya perkembangan dari SMA Kaihin juga tidak begitu buruk. Meski aku sendiri masih berpikir seperti apa hasil coklat mereka, tampaknya mereka sudah hampir selesai.

  Setelah mengatakan kepadanya untuk menunggu, aku berjalan menuju Yukinoshita.

  "Maaf mengganggu, apa masih ada cetakan coklat yang tidak terpakai?"

  "Ada beberapa disana, ambil saja kalau perlu."

  "Oh, terima kasih."

  Tapi, yang berterima kasih tadi bukan aku...

  Yukinoshita terkejut melihat Orimoto yang menjawabnya, lalu dia menatapnya dengan diam. Yuigahama tiba-tiba melihat situasi tersebut dengan keheranan, mungkin dia tadi sedang mendengarkan instruksi Yukinoshita dan penasaran mengapa tiba-tiba Yukinoshita terdiam.

  Diantara beberapa orang di SMA Kaihin, ada beberapa orang yang juga sedang melihat kejadian ini. Meski begitu, Orimoto tampaknya tidak mempedulikannya, lalu dia mengambil beberapa cetakan coklat tersebut. Setelah itu, dia berbicara dengan santainya.

  "...Kalau dipikir kembali, apa aku pernah memberimu coklat, Hikigaya?"

  Nada suaranya sepertinya memang dia tidak tahu dan membuatku tersenyum kecil. Tidak ingat? Seperti yang kuduga.

  Meskipun Orimoto adalah tipe gadis yang akan memberikan coklat kepada siapapun, aku tidak akan jatuh begitu saja ke kategori itu.

  Setelah aku menerima realitas tersebut di pikiranku...Aku mulai memikirkan bagaimana aku harus meresponnya.

  Aku pura-pura terbatuk untuk mencairkan suasana sunyi ini, ketika aku mendengar suara 'ka-cha', 'ka-cha' seperti ada peralatan masak yang ditaruh di meja dengan cepat. Aku langsung melihat ke arah sekitarku dan melihat Yukinoshita sedang memegangi dagunya sambil melihatku, Yuigahama yang melirik ke arahku tetapi tangannya masih sibuk dengan adonan, Isshiki berkata 'Eh' dan menganggukkan kepalanya seperti menunggu jawabanku, Kawasaki melihat ke arahku dengan terkejut, Tamanawa terbatuk dan mengatakan 'Fuu, fuuu' sambil meniup-niup poninya. Tamanawa-san, kamu berisik, tahu tidak...



  "Tidak...Mungkin belum pernah."

  Aku menjawabnya sesuai dengan apa yang pernah kuingat dan dengan nada yang normal sebisaku. Karena itu, Orimoto juga tertawa dengan natural.

  "Begitu ya, kalau begitu aku akan memberimu untuk tahun ini."

  "Eh, tidak, a, itu..."

  Kata-kata itu keluar begitu saja meskipun aku berusaha membuat sikapku senormal mungkin.

  Tidak, mungkin ini adalah respon natural dariku...Apa ini, apa aku semenjijikkan itu?


  "Kalau begitu, jangan lupa datang ke tempatku ketika aku selesai."

  Setelah mengatakan itu dengan mudahnya, Orimoto mengambil cetakan coklat itu dan berjalan kembali ke mejanya.

  Mendengar perkataannya, aku tidak bisa menolaknya begitu saja karena aku tidak punya alasan yang bagus, bisa jadi pula kalau itu hanya basa-basi...Aku melihatnya pergi sambil memikirkan kata-kata darinya.

  Mungkin ini adalah kemampuan unik Orimoto yang bisa mengatakan hal-hal semacam itu dengan mudahnya. Mungkin saja tidak ada maksud-maksud tertentu dibalik kata-katanya. Sambil memikirkannya, aku tidak bisa bereaksi apapun kecuali tersenyum dan sekaligus melepaskan napas beratku yang kutahan dari tadi.

  Aku berusaha membuat diriku lega dan kembali ke posisiku di samping meja, kedua mataku bertemu dengan Haruno-san, yang berdiri di dekat jendela.

  Haruno-san tampaknya melihat ekspresiku dengan senyum mengembang di seluruh wajahnya. Ekspresinya tampaknya mengatakan kalau dia menemukan sesuatu yang menarik untuk dipermainkan.

  Lalu, ekspresinya berubah dari senyum yang manis ke yang sadis. Lalu dia melihat ke arah Hayama yang berada di sampingnya.

  "Kalau aku tidak salah ingat, Hayato juga menerima coklat dari Yukino-chan beberapa tahun lalu?"

  Meski dia berbicara ke Hayama, sebenarnya dia mengatakannya dengan nada suara yang bisa didengar semua orang di ruangan ini.

  Yukinoshita yang selama ini tidak mempedulikannya, tiba-tiba melihat ke arah Haruno-san dengan ekspresi kebingungan tanpa mengatakan apapun.

  Orang-orang yang tidak mampu mengatakan apapun tidak hanya Yukinoshita, tetapi juga Miura. Bahkan Isshiki juga seperti tertahan untuk mengatakan sesuatu.

  Aku berusaha menggaruk-garuk kepalaku sambil berusaha terlihat tersenyum kecil. Dia tidak perlu mengatakan itu di depan Miura dan Isshiki. Tetapi yang membuatku terkejut, mengapa kedua tanganku tiba-tiba secara spontan mengepalkan jari-jarinya. Aku sangat kesulitan untuk menggaruk kepalaku jika begini...

  Yukinoshita tidak berusaha menolak kata-kata Haruno-san, lalu dia melihat ke arahku dengan tatapan mata yang khawatir akan masalah ini terhadapku. Dia seperti berkata kalau baru saja terlibat masalah dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya karena tiba-tiba ada orang yang membahas masa lalunya. Dia lalu seperti menggigit bibirnya secara perlahan-lahan, kedua matanya seperti mengatakan kalau dia masuk sebuah masalah yang serius.

  Meski begitu, Aku sepertinya punya ekspresi yang sama dengannya. Aku merasa tidak nyaman mendengarnya dan semua kata-kata yang ingin kuucapkan serasa terperangkap di tenggorokanku, atau seluruh isi perutku seperti hendak merangkak keluar dari tenggorokanku.


  Yukinoshita lalu merendahkan kepalanya, memalingkan matanya dari arahku. Di depanku, aku bisa melihat Yuigahama dengan ekspresi khawatir terhadap situasi kami.


  Di dalam kesunyian ini, aku ingin mengatakan sesuatu. Tetapi aku tidak tahu harus mengatakan apa.

  "Ah, itu memang benar, kalau tidak salah itu waktu masih SD. Bukankah waktu itu Haruno-san menerima coklat juga?"

  Satu-satunya orang yang memberikan jalan keluar atas situasi ini adalah Hayama.

  Hayama menjawabnya dengan singkat, padat, dan jelas untuk menghindari pertanyaan lebih lanjut. Mendengar hal itu, Haruno-san tampak sedikit kecewa.

  Mendengar jawaban itu, Miura terlihat lega, begitu pula Isshiki.

  Kontras dengan reaksi mereka, Yukinoshita Haruno tampaknya sangat kecewa dan bersikap lebih dingin. Dia menatap Hayama dengan ekspresi kurang tertarik, lalu meninggalkan tempatnya seperti merasa bosan dengan perkembangan situasinya. Hayama melihatnya pergi dengan tatapan matanya yang penuh dengan kesunyian.

  Haruno-san lalu berhenti di samping Yukinoshita.

  "Kalau begitu, Yukino-chan, kamu berencana memberikan coklat ini ke siapa?"

  Dari suaranya, dia terlihat kalau sedang becanda dengannya. Jika orang-orang tidak tahu hubungan keduanya, mungkin itu terdengar seperti percakapan biasa antara kedua saudara. Kenyataannya, Yukinoshita memalingkan wajahnya dengan suara 'Hnng...", seperti malas untuk meladeni kata-kata saudaranya.

  "...Ini tidak ada hubungannya dengan Nee-san."

  "Eh, kamu tidak berencana memberikannya ke Onee-chan?"

  Haruno-san tertawa, melihat sikapnya itu, Yukinoshita menatap ke arahnya, dengan penuh emosi.

  "Tentu tidak. Aku tidak punya alasan untuk melakukannya, tidak lupa juga kalau aku tidak pernah menerima satupun coklat dari Nee-san sampai sekarang."

  "Uh, itu memang benar."

  Haruno-san menganggukkan kepalanya, seperti mengerti akan sesuatu.

  "Kalau Yukino-chan mengatakan tidak akan memberi maka itu berarti dia pasti tidak akan memberi. Dia tidak akan pernah berbohong."

  Dia mengatakannya seperti apa yang kubayangkan dari Yukinoshita di masa lalu. Meski begitu, Yukinoshita Haruno pastinya lebih memahami dirinya daripada diriku di masa lalu.

  "Tapi, ada masanya dia tidak mengatakan kebenarannya."

  Haruno-san melihat Yukinoshita dengan dingin.

  "Kamu tidak mengatakan kalau coklat itu tidak akan kamu berikan ke siapapun. Dengan kata lain, artinya kamu akan memberikan coklat itu ke seseorang."

  Yukinoshita terus menatap Haruno-san dengan dingin. Meskipun dia menerima begitu saja kesimpulan dari Haruno-san, tetapi senyum Haruno-san tidak berubah.

  "Meski begitu, orang yang kira-kira akan diberi coklat oleh Yukino-chan jumlahnya sangat terbataas."

  "Terserah kamu mau mengatakan apa..."

  Yukinoshita mengakhiri pembicaraan itu, lalu kembali ke pekerjaannya.

  Dia lalu berusaha mengambil mangkuk kosong dan nampan di depannya, membuat sebuah suara 'ka-cha'.

  Percakapan antara Yukinoshita bersaudara telah berakhir, dan suasana ruangan kembali seperti sedia kala.

  Tepat ketika aku mulai merasa lega karena suasana tersebut berakhir, aku mendengar suara barang terjatuh ke lantai. Melihat asal suara itu, aku melihat mangkuk logam berputar-putar di lantai, lalu menggelinding ke arahku. Bersamaan dengan suara dari mangkuk jatuh tersebut, ada suara kecil terdengar olehku.

  "Ma-maaf..."

  Yukinoshita menundukkan kepalanya, wajahnya terlihat memerah hingga telinganya, dia lalu berjalan ke arahku untuk mengambil mangkuknya.

  Kesalahan seperti ini jarang sekali terjadi; seperti yang kuduga, aku berlutut di lantai untuk mengambil mangkuk yang berputar ke arahku ini.

  Karena itu, aku terus melihat ke arah Yukinoshita, yang juga berlutut di lantai untuk mengambil mangkuk tersebut. Kami berdua sama-sama menjulurkan tangan kami, dan kemudian diam dalam posisi itu, seperti sedang mencari tahu siapa yang akan mengambil mangkuk tersebut.

  Kami saling menatap mata, hanya terpisah beberapa sentimeter. Yukinoshita terburu-buru menarik tangannya yang sangat dekat hingga hampir menyentuh tanganku.


  Kenapa kamu ragu-ragu begitu? Melihatmu ragu-ragu begitu malah membuatku juga ragu untuk mengambilnya.



  "Ini..."

  Aku memalingkan wajahku, dan membiarkan pekerjaan itu kepadanya sambil meminta maaf.

  Yukinoshita lalu mengambil mangkuk itu dengan terburu-buru.

  Meski begitu, mungkin karena pegangannya yang tidak stabil dan terburu-buru, mangkuk itu jatuh lagi dan membuat suara berisik sambil menggelinding ke tempat lain.

  Akhirnya seseorang mengambil mangkuk tersebut, dan suara berisik itu menghilang.

  Aku menaikkan kepalaku dan melihat Yuigahama memutar mangkuk tersebut di jarinya, membusungkan dadanya dengan bangga.

  "Hehe, Yukinon, kamu masih perlu latihan lagi untuk melakukan ini. Kemampuanku dalam menghandle mangkuk besi dan peralatan memasak tidak bisa tertandingi."

  Melihatnya menjawabnya dengan tawa seperti itu, membuatku lega. Sesuatu mengganjal yang di dadaku tampaknya menghilang juga. Aku mengatakan beberapa kata dan berdiri.

  "...Tidak juga, selain memutar mangkuk itu, mungkin caramu menangani peralatan yang lain adalah sebuah kesalahan fatal."

  "Itu benar sekali....Terima kasih."

  Yukinoshita juga, terlihat tersenyum. Sambil mengucapkan terima kasih, dia lalu mengambil mangkuk itu dari Yuigahama. Yuigahama terlihat memiliki ekspresi kesepian, dan melihat ke telapak tangannya, dan terlihat seperti mengepalkannya.

  Ekspresinya sepertinya mengingatkanku akan sesuatu. Dimana aku pernah melihat ekspresi semacam itu sebelumnya?
[Note: Biar anda tidak mati penasaran, ekspresi Yui sama persis dengan ekspresi Hachiman ketika mendengar Haruno mengatakan Yukino memberi Hayama coklat. Sederhananya, itu adalah ekspresi cemburuAlias Yui cemburu melihat kejadian antara Yukino dan Hachiman.]

  Kapan aku pernah melihat ekspresi itu? Aku duduk di kursi ketika memikirkan hal-hal tersebut.

  Ketika aku berusaha mengingat-ingat hal tersebut, seseorang terlihat tertawa ke arahku.







*   *   *







  Aroma manis mulai menyebar di ruangan ini.

  Beberapa orang berdiri di depan oven, seperti menunggu dengan antusias seperti apa masakan mereka. Miura, yang berada diantara mereka, terlihat mencolok di kerumunan itu. Dia melihat ke arah kaca oven dengan antusias.

  Ketika sudah matang, maka akan tiba saatnya untuk mencicipi rasanya. Begitu juga diriku, akhirnya aku bisa melepaskan atribut 'pengangguran' ini dan mulai melakukan pekerjaanku.

  Tepat ketika aku sudah menyiapkan diriku untuk menuju dekat oven, seseorang menepuk punggungku.

  Aku memalingkan wajahku, ternyata Hiratsuka-sensei berdiri disana. Piring coklat bermerk yang dia pegang mungkin coklat sisa.

  "Event yang sangat bagus."

  Ketika dia mengatakannya, dia menarik kursi terdekat dan duduk di dekatku. Aku mengambil satu coklat di piringnya dan mulai memakannya.

  "Haa, meskipun event ini terlihat tidak masuk akal."

  Bahkan, aku sendiri tidak bisa mengatakan kalau ini dikatakan sebuah 'event'. Ini hanya mengumpulkan orang-orang yang dikenal, lalu mereka semua membuat masakan yang mereka inginkan, dan begitulah aku tercebur di tempat ini.

  Hiratsuka-sensei tampaknya paham maksudku, lalu tertawa kecil. Lalu dia melihat ke arah siswa-siswa di ruangan itu dengan hangat.

  "Itu tidak apa-apa. Dari awal, bukankah kamu tipe orang yang tidak masuk akal? Orang-orang yang memiliki hubungan denganmu juga. Dan akhirnya berakhir menjadi seperti ini, seperti yang sudah diduga."

  "Tidak masuk akal...Bukankah anda terlalu kejam menyebut saya begitu?"

  "Well, daripada dirimu yang di masa lalu. Kupikir aku bisa memahami dirimu seperti apa untuk yang saat ini."

  Hiratsuka-sensei tersenyum sambil menjahiliku, dan mulai memakan coklatnya.

  "Persepsi seseorang terhadap orang yang lain akan terus berubah seiring waktu berlalu. Jika kamu menghabiskan waktu bersama mereka, dan tumbuh bersama mereka, maka kamu lambat laun akan mengenal mereka."

  "Saya tidak merasa kalau kami sudah tumbuh. Kami terus mengulang hal-hal yang sama."

  "Meski begitu, tetap ada sesuatu yang berubah."

  Hiratsuka terus mengatakannya sambil sesekali memakan coklatnya. Dia menelan coklatnya dan membersihkan bibirnya dengan jarinya. Aksinya cukup sexy, atau bisa jadi, semangat masa mudanya. Aku tiba-tiba tertawa melihatnya.

  Memang, kesanku terhadap Hiratsuka-sensei memang berubah sedikit demi sedikit. Meski begitu, persepsi orang terhadap diriku juga akan berubah sedikit demi sedikit.

  Meski begitu, dengan adanya perubahan ini, aku seperti dihinggapi rasa takut, yang sangat sulit kuungkapkan dengan kata-kata.

  "Berubah, itu...Mendengar hal seperti itu, memberi saya semacam perasaan yang aneh."

  "Perasaan yang aneh?"

  Sensei memiringkan kepalanya dan menatapku. Aku merasa agak malu-malu dan memalingkan wajahku, dan secepatnya melanjutkan apa yang harus kukatakan.

  "Ah, seperti semacam rasa kurang nyaman dan gelisah?"

  Setelah mengatakannya, entah mengapa hatiku merasa puas.

  Ini adalah sesuatu yang selalu menggangguku.

  Perasaan itu selalu menghujaniku di saat-saat yang tidak terduga; perasaan semacam itu terlihat berbeda dari yang biasanya kurasakan.

  Ketika aku berinteraksi dengan mereka, sebuah keraguan muncul di dalam hatiku sambil bertanya kepada diriku sendiri, "Apa ini memang benar?"

  "Gelisah, ya...Kuharap kalau kau tidak akan pernah melupakan perasaan itu."

  Hiratsuka-sensei tiba-tiba menatap ke arah yang kosong, seperti mengingat akan sesuatu. Meskipun sasaran kata-katanya adalah diriku, dia tampaknya menunjuk ke orang yang berbeda. Tidak lama kemudian, dia menatapku kembali.

  "Mungkin itulah yang mereka katakan dengan tanda-tanda menjadi tumbuh dewasa. Ketika kamu menjadi dewasa, kamu akan sering melihat hal-hal seperti itu. Oleh karena itu, saat ini, aku berharap kamu bisa melihat lebih baik terhadap perasaan 'gelisah' milikmu itu. Itu adalah hal yang sangat penting."

  "Tetapi ada yang mengatakan kalau hal yang penting tidak bisa dilihat oleh mata."
[Note: Itu adalah petikan naskah drama Si Pangeran Kecil, dipentaskan oleh kelas 2F sebagai partisipasinya di Festival Budaya SMA Sobu. "Yang paling berharga, adalah hal yang tidak bisa dilihat oleh mata."]

  Aku sengaja mengatakannya dengan tujuan becanda dengan kata-katanya barusan, Sensei lalu tertawa kecil.

  "Itu berarti bahwa hal terpenting itu tidak bisa dilihat oleh mata, tetapi dilihat oleh hatimu."

  "Tidak memikirkannya, tetapi merasakannya..."

  "Ya seperti itulah dirimu dulu, kebalikannya. Tidak merasakannya, tetapi berpikir."

  Hiratsuka-sensei yang mengulangi kata-katanya sekali lagi, dan wajahnya tidak menunjukkan raut wajah sedang becanda. Matanya masih dipenuhi dengan sebuah kebaikan dan kepedulian. Secara perlahan, dan pelan, dia mulai melanjutkan kata-katanya lagi.

  "Dari perasaan gelisah itu, tolong, selalu pikirkan itu baik-baik."

  "Selalu?"

  Aku mengulangi kata-katanya, mencoba mencari makna yang lebih jauh. Hiratsuka-sensei mengangguk meresponnya.

  "Un, selalu. Jika kamu begitu, kamu akan mengerti hal itu suatu hari nanti. Orang-orang selalu tidak pernah melihat ke belakang untuk tahu seberapa jauh mereka telah berjalan. Bahkan, dari sudut pandang orang yang sudah memutuskan berhenti untuk berjalan, semakin melihatnya berjalan, semakin dalam mereka merasa dikhianati."

  Hiratsuka-sensei melanjutkan kata-katanya sambil melihat orang-orang di ruangan ini satu-persatu.

  "Sekarang ini, aku bersyukur bisa melihat adegan ini begitu dekat."

  Setelah mengatakannya, Sensei kemudian berdiri.

  "...Lagipula, aku tidak bisa mengawasi kalian terus menerus."

  Mendengarkan kata-kata itu, aku melihat ke arahnya, dia sedang membetulkan bahunya, dan meregangkan tubuhnya secara perlahan, membuatku mustahil untuk melihat ekspresi di wajahnya.

  Aku melihatnya sekali lagi, tampaknya dia sudah kembali menjadi Hiratsuka-sensei yang biasanya.

  "Baiklah, saatnya bagiku untuk kembali bekerja."

  "Bukannya tadi anda bilang akan mampir dan mencicipi dulu?"

  "Ah, aku masih ada kegiatan setelah ini...Ini sudah dekat dengan bulan Maret, jadi aku ingin menyelesaikan semuanya secepat mungkin."
[Note: Tahun ajaran di Jepun berakhir di bulan Maret.]

  Sensei kemudian tertawa. Lalu, dia menaikkan tangannya sambil mengatakan selamat tinggal kepadaku. Diiringi suara langkah high heels miliknya, Sensei meninggalkan ruangan memasak ini.

  Coklat yang kuambil barusan mulai mencair di mulutku, seperti kata-kata Sensei tadi, meninggalkan semacam kepahitan di mulutku.







x Chapter V | END x




  Well, chapter ini adalah chapter kesekian yang menyatakan kalau Hachiman menyukai Yukinoshita Yukino. Congratz...

  ...

  Iroha mencoba bermain api dengan bertanya soal 'manis' kepada Hachiman. Manis coklatnya atau Iroha? Hmm...

  Tapi Yukino terus mengawasi Hachiman dan menjewer Hachiman dengan menyuapinya coklat pahit, sebagai hukuman di meja Iroha tadi.

  ...

  Nice move dari Yui untuk membuat coklat ala MAX COFFEE...Mengingatkan saya dengan coklat batangan rasa Milo...

  ...

  Syarat terakhir mengenai calon istri Hachiman, yang pernah diutarakan di vol 5 chapter 6, yaitu bisa mengurus anak, terpenuhi oleh Yukino di chapter ini. Yukino dengan baik menangani Keika.

  Tapi, Yukino bukan satu-satunya gadis yang memenuhi ketiga syarat Hachiman tersebut. Kawasaki Saki juga memenuhi ketiga kriteria tersebut.

  ...

  Kesekian kalinya...Haruno konsisten menyebut dirinya kakak ipar Hachiman.

  ...

  Perlu dicermati sikap Hayama yang menaruh kursi di depan meja Miura, lalu mengajak Hachiman duduk disana dan mengobrol. Tidak lupa juga, Hachiman ditraktir kopi kaleng oleh Hayama.

  Pertama, ini menunjukkan niat Hayama untuk berteman dengan Hachiman.

  Kedua, tanda tanya besar mengapa Hayama memilih mengajak Hachiman di meja Miura. Hachiman tahu seberapa besar level brengsek Hayama ke Miura, seperti yang Hachiman katakan di marathon vol 10 chapter 7. Sekali Hachiman keceplosan bicara soal hubungan Hayama dan Miura, maka event ini bisa berakhir dengan ribut-ribut.

  Untuk nomor dua, ini masih misteri besar. Apakah Hayama benar-benar move on dari masa lalu dengan Yukino dan menerima kenyataan kalau saat ini Miura menyukainya? Ataukah ada alasan lain...

  ...

  Hachiman mengepalkan tangannya ketika mendengar Yukino pernah memberi coklat valentine ke Hayama.

  Jika anda tidak mengartikan tangan yang mengepal tiba-tiba itu sebagai emosi kesal atau cemburu, saya tidak tahu apa kata-kata yang tepat untuk menggambarkannya.

  Hachiman cemburu. Ini juga memberi penegasan kalau Hachiman menyukai Yukino.

  Tangan yang mengepal juga terlihat dari Yui setelah membantu mencairkan suasana antara Yukino-Hachiman yang hampir berciuman di adegan mangkok yang menggelinding.

  Yeah, Yui juga juga cemburu. Jelas Yui melihat adegan UKS itu.

  ...

  Lucu jika melihat sikap Hachiman saat Kaori mengatakan akan memberinya coklat valentine tahun ini. Hachiman langsung menoleh ke arah Yukino.

  Well, silakan artikan sendiri, saya kira kita sudah tahu...

  ...

  Lucu part II, ketika Haruno menceritakan soal Yukino yang pernah memberikan Hayama coklat waktu valentine, Yukino yang kali ini menoleh ke arah Hachiman.

  Tinggal cocokkan dengan analisis sebelumnya, maka kita mendapatkan kesimpulan yang solid.

  Watari benar-benar tahu bagaimana cara menulis sebuah tanda-tanda terselubung dan menempatkannya dengan baik.

  ...

  Mari kita tidak usah panjang lebar soal pertanyaan Haruno tentang coklat valentine Yukino tahun ini : Akan diberikan kepada siapa?

  Haruno pura-pura tidak tahu atau memang tidak tahu? Jelas-jelas Haruno sendiri yang menyebut dirinya Kakak Ipar Hachiman...IYKWIM...

  Kesimpulannya, Haruno cuma ingin menyiramkan minyak ke api.

  ...

  Nasehat Hiratsuka-sensei tentang orang yang berjalan bersama, lalu berhenti sejenak untuk melihat jejak-jejak yang ditinggalkan orang yang berjalan bersamanya. Tanpa disadari, dia akhirnya tertinggal jauh dari pemilik jejak itu.

  Ini cukup mudah, Hiratsuka-sensei yang menyarankan Hachiman berjalan di samping Yukino, vol 9 chapter 5. Artinya puisi dua orang yang berjalan itu menggambarkan Hachiman dan Yukino. Eh, kenapa Hiratsuka-sensei menggambarkan itu memakai puisi? Karena Hiratsuka-sensei guru Sastra Jepang! Dan juga Hachiman adalah peringkat 3 Sastra Jepang.

  Apa pesan yang ingin disampaikan Sensei dalam puisinya?

  Sederhana, Hachiman tidak perlu terus-terusan melihat masa lalu Yukino (hubungan masa kecil antara Yukino-Hayama), digambarkan oleh kata puisi 'jejak langkah',.

  Jika Hachiman terus melihat Yukino berdasarkan masa lalunya, maka Yukino bisa lepas dari Hachiman karena merasa dikhianati masa lalu Yukino.

  Tampaknya Sensei ingin memberi nasehat soal bagaimana merespon info Haruno soal Yukino yang pernah memberikan coklat ke Hayama ketika SD dulu. Sensei menginginkan Hachiman mengikhlaskan masa lalu Yukino, dan fokus ke masa depan.

  ...

  Tentu saja Sensei bersyukur ketika mendengar Hachiman merasakan gelisah (cemburu), karena itu artinya Hachiman sudah berubah lebih baik dari pertemuan mereka di jembatan Mihama, vol 9 chapter 5. Waktu itu, Hachiman seperti tidak merasakan apapun, selalu berpikir dengan logika. Kini, Hachiman merasakan cemburu, artinya Hachiman sudah bisa berpikir dengan perasaan.

...

  Tentang percakapan Haruno dan Hiratsuka-sensei.

  Sebenarnya itu hanya kode-kode Haruno, menyamarkannya sebagai acara minum-minum biasa antar orang dewasa. Ingat janji Haruno di vol 3 chapter 4 yang akan mengajak Hachiman minum-minum jika dirasa pantas jadi pacar Yukino?

Haruno berusaha memberi kode kalau nanti akan ada sesuatu yang terjadi gara-gara Hachiman dianggap sebagai pacar Yukino, mengundang teman lain untuk ikut pesta sebenarnya adalah Ibu Yukino.

Sederhananya, Haruno akan memberitahu Ibu Yukino untuk ikut campur masalah ini, dengan embel-embel Hachiman pacar Yukino. Semua bisa menebaknya...hak tinggal sendirian Yukino dibekukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar