Kamis, 08 Oktober 2015

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol 11 Chapter 6 : Hal Genuine yang dia inginkan masih belum berada dalam genggamannya, dan dia masih belum menyadarinya




x Chapter VI x








  Suara oven dan timer berbunyi dengan cepat, mengeluarkan suara yang cukup keras. Setiap kali ada suara itu berbunyi, terdengar ada orang yang bernapas lega dan berteriak gembira, dan suasananya seperti terisi aroma manis dan kua yang selesai dipanggang.

  Melihat keramaian dari orang-orang yang berkumpul di depan oven, tampaknya mahakarya dari Miura, yang dia berikan segenap hati dan jiwanya untuk membuatnya, telah selesai tanpa adanya masalah.

  Miura membuka pintu ovennya dengan perlahan, dan mengambil coklat gateau miliknya. Dia membawanya ke Yukinoshita.

  Yukinoshita mulai mencermati hasilnya.

  Tidak lama kemudian, Yukinoshita mengambil napas panjang dan melihat ke arah Yuigahama dan Miura yang berada di sampingnya.

  "...Tampaknya ini cukup baik. Malah kupikir ini telah dibuat dengan sangat cantik."

  Mendengar kata-kata Yukinoshita, Miura bernapas lega.

  "Yumiko luar biasa!"

  Yuigahama memeluk Miura dan wajah Miura terlihat senang.

  "Un, Terima kasih, Yui...Yu-Yukinoshita-san juga."

  Wajahnya menatap ke arah samping, tetapi matanya terus menatap ke Yukinoshita. Cara yang cukup aneh untuk berterima kasih, jawabannya juga, terlalu aneh.

  "Aku belum merasakannya, jadi aku tidak benar-benar bisa berkomentar lebih jauh. Tapi untuk saat ini, tampaknya sudah lulus dariku."

  Bisakah dia berterima kasih kepadanya dengan jujur? Gadis ini...Meski begitu, apa yang Yukinoshita katakan tidaklah salah. Event hari ini tidak sesederhana mengajari orang lain bagaimana membuat kue.

  "Yumiko."

  Ketika aku hendak memberinya semangat, Yuigahama lalu menepuk pundak Miura.

 Miura tampaknya lupa melepas sarung tangannya dan membawa coklatnya pergi seperti membawa sesuatu yang berharga. Lalu, dia berjalan di depan Hayama dan membalikkan badannya seperti malu-malu.

  "Ha, Hayato...Ini, bisakah kau membantuku....untuk mencicipinya?"

  Melihatnya yang terlihat tidak bisa untuk menatapnya secara langsung, dan melihat bagaimana dia sedang berusaha mencuri-curi pandang kepadanya, Hayama menjawabnya dengan senyum.

  "Tentu saja. Jika kamu pikir aku orang yang cocok untuk ini."

  "Un...Un."

  Miura tampaknya sedang mencari momen dimana dia harus mengatakan sesuatu, tetapi pada akhirnya, dia hanya bisa tersenyum malu-malu sambil menganggukkan kepalanya berkali-kali.

  Tampaknya dia sedang berusaha keras, aku bahkan hampir tepuk tangan di hatiku. Sementara itu, aku mendengar seseorang di sampingku sedang menggerutu.

  "Mumumu..."

  "Apa yang mau kau katakan?"

  Aku menatap ke Isshiki, melihat dirinya yang menatap Miura dengan tatapan benci. Di tangannya, terlihat sebuah kue coklat panggang yang dibungkus, ada sebuah kartu plus pesan yang sudah ditulis olehnya.

  Dia memegangnya dengan erat.

  "Kue milik Miura-senpai tampaknya terlihat bagus."

  "Ah, coklat gateau miliknya tampaknya cukup bagus, aku juga terkejut."

  Mendengar hal itu, Isshiki berkata "Haa?" dan melihatku dengan ragu-ragu. Bisakah kau lihat di wajahku, aku sudah menulis 'kamu ngomong apaan sih?'

  Isshiki pura-pura terbatuk, lalu menjelaskan maksudnya.

  "Bukan, bukan, itu bukan maksudku. Maksudku jarak, jarak. Bagaimana bisa dia yang biasanya memiliki kelakuan 'bad girl' memiliki sikap yang manis secara tiba-tiba? Ini tidak adil, bukan begitu?"

  "Ah....itu..."

  Seperti yang kuharapkan dari ahlinya segala kelicikan. Ngomong-ngomong soal Miura, dia memang harusnya tidak memiliki hal-hal seperti ini. Ini menggambarkan dirinya sebagai seorang gadis muda. Isshiki tampaknya paham point ini dan terus menggerutu, "Sikapnya ternyata tidak begitu buruk." dan aku setuju dengan itu. Tapi sikapmu juga, bisa kukatakan cukup jahat.

  Tiba-tiba dia berhenti menggerutu, lalu tersenyum secara tiba-tiba.

  "Tapi ini membuat kompetisinya menjadi menarik. Lagipula, ada beberapa orang yang bahkan tidak terlihat layak untuk berkompetisi denganku."
[Note: Ini kalimat Iroha yang diulang di volume 8 ketika Iroha bertanya apakah ada salah satu gadis di kencan ganda HachixHayaxNakamachixKaori yang menyukai Hayama. Lalu Iroha memotong kalau kedua level mereka masih di bawahnya. Jika melihat adegan ini, kemungkinan besar gadis yang tidak layak berkompetisi dengannya adalah Kaori. Jika setelah kalimat ini Iroha memberi coklat ke Hachiman, maka gadis yang dimaksud tidak layak adalah Kaori.]

  Setelah mengatakannya, lalu dia seperti melepas semua kekecewaannya dan berkata, "Ah, ini dia" seperti memutuskan sesuatu dan mengambil sesuatu dari kantong celemeknya, lalu dia memberikannya kepadaku.

  "Senpai, tolong terima ini."

  Setelah kuterima, aku coba melihat apa benda ini. Ini adalah kantong vinyl kecil yang berisi kue-kue. Selain sebuah pita kecil, tidak terlihat adanya dekorasi yang lain. Ini sangat berbeda dengan kue yang terlihat mahal dan cantik yang dipegang oleh tangannya.

  "Apa, apa kau memberikan ini padaku? Terima kasih."

  Ini diberikan secara spontan kepadaku sehingga aku tidak tahu harus bagaimana menanggapinya.

  Dia tampaknya peduli kepadaku seperti yang dikatakannya mengenai bagaimana menerima coklat dari seorang gadis itu sangat penting bagi harga diri seorang pria. Well, aku baru sadar sekarang, sikapnya ternyata tidak seburuk yang kupikirkan! Aku minta maaf kalau barusan sudah mengatakan dirimu dengan cukup buruk...
[Note: Vol 11 Chapter 1 Iroha mengatakan bahwa Hachiman harusnya menerima coklat valentine untuk menjaga harga dirinya sebagai seorang pria.]

  Melihat ekspresiku yang seperti meminta maaf, Isshiki tertawa. Lalu dia tiba-tiba menaruh jari telunjuknya di bibirku.

  "...Tolong rahasiakan ini dari yang lain, oke?"

  Senyum yang licik muncul dari wajahnya. Lalu dia mengedipkan matanya kepadaku dan berkata, "Akan menjadi masalah besar jika ada orang yang tahu~" sebelum berjalan meninggalkanku. Tampaknya dia berjalan ke arah Hayama.

  Bagi diriku, aku seperti menjadi batu di tempat ini, terpesona dengan kelakuan unik dari Isshiki barusan. Dia tidak lagi terlihat licik, bahkan, dia mulai terlihat menakutkan... Jika aku masih menjadi diriku yang lama, aku pasti akan seketika jatuh cinta kepadanya.

  Ketika aku melihat Kouhai-ku yang licik dan baru saja menunjukkan kekuatan penghancurnya, aku mencoba melihat bagaimana usahanya memberikan coklatnya ke Hayama.

  "Hayama-senpai, tolong cicipi ini juga."

  "Haha, bisakah aku selesaikan ini dulu?"

  Meskipun Hayama masih berusaha mengunyah coklat Miura, dia tetap tersenyum kepada Isshiki yang terlihat dewasa.

  Lalu, dengan suara langkah yang cukup berisik, Tobe berjalan ke arah Hayama sambil memakan beberapa kue dan dia memberikan tanda jempol ke Hayama.

  "Hayato-kun, kalau tidak kuat lagi, kubantu kau mencicipinya."

  "Tidak, aku tidak menyiapkan porsi untukmu."

  Kata-kata Tobe yang mencoba peduli tiba-tiba dibekukan oleh suara Isshiki. Melihat hal tersebut, Tobe lalu komplain ke Hayama.

  "Irohasu sungguh kejam!? Hayato-kun."

  "Saya senang kalau kau peduli denganku, tetapi akan lebih baik jika kau menghabiskan dulu coklatmu itu, Tobe."

  Hayama memberi tahu Tobe seperti hendak berbisik kepadanya. Oleh karena itu, Tobe kembali memberinya jempol tangan dan tertawa.

  Oh begitu ya, tampaknya kue yang Tobe makan adalah buatan Ebina-san. Itu memang tidak terduga, sambil memikirkannya, aku mencoba melihat Ebina-san.

  "Uh, HayaxTobe? Tampaknya tidak cocok."

  Ebina-san tampaknya tidak puas, lalu dia menggeleng-gelengkan kepalanya sambil memakan kuenya. Tampaknya rute itu sudah tidak memiliki masa depan cerah...

  Sekarang, dengan mengesampingkan Miura, aku berpikir tentang bagaimana yang lain. Aku melihat ke seberang meja Miura, dimana meja dari SMA Kaihin. Tampaknya mereka hampir selesai.

  Meguri-senpai dan yang lain tampaknya membuat bersama dengan siswa SMA Kaihin, mengobrol dengan ceria bersama mereka. Diantara grup itu, ada satu orang yang menyadari diriku dan melambaikan tangannya kepadaku. Itu adalah Orimoto? Tampaknya kau belum berubah sejak SMP...Well kurasa itu tidak masalah lagi karena aku sudah berhenti memikirkan arti bahasa tubuhnya itu.

  Orimoto tampak sedang membuat sesuatu di mejanya, lalu dia berjalan mendekatiku.

  "Hikigaya, ini."

  Setelah mengatakannya, dia menyodorkan kepadaku brownis coklat yang ditaruh di piring kertas. Tampaknya ini yang ingin dia berikan kepadaku. Ah, tidak membungkusnya sedikitpun. Tidak, itu salah, menerima pemberian darinya adalah suatu hal yang cukup besar, dan aku harus berterima kasih.

  "Kalau begitu..."

  Aku mengucapkan 'terima kasih untuk makanannya' dan mulai memakannya. Lalu, aku melihat seseorang berjalan mendekati Orimoto.

  "Uh, cara memberi salam yang bagus, bukan? Untuk membangun hubungan yang SEAMLESS diluar kegiatan resmi sekolah adalah hal yang penting. Ini memang sangat dibutuhkan untuk masa depan hubungan kedua sekolah."

  Mendengar dari cara bicaranya, aku langsung tahu siapa itu. Dia adalah Ketua OSIS SMA Kaihin, Tamanawa.

  Melihat kehadirannya, Orimoto berjalan ke depannya lalu menawarkan coklat di piringnya juga.

  "Ah Pak Ketua, mau mencoba ini juga?"

  "Te-Terima kasih...Ini buatku?"

  Setelah dia berterima kasih, dia mengambil juga coklat itu. Dia tidak mengambil brownis, tetapi mengambil chiffon cake. Tampaknya itu buatan siswa-siswa lainnya.
[Note: Chiffon cake adalah roti coklat yang biasanya diisi krim. Tampaknya, chiffon adalah menu utama para pengurus OSIS. Sedang brownies adalah kue yang dibuat oleh Kaori.]

  Orimoto melihat ke arah chiffon cakenya dengan penasaran.

 "Eh? Mengapa ambil yang itu?"

  Mendengar pertanyaan itu, Tamanawa pura-pura terbatuk, lalu dia mulai menjawabnya dengan jazz gesture (memainkan tangan-tangan sialannya!).

  "Ketika valentine, pria-pria di luar negeri cukup lumrah untuk menjadi orang yang memberikan coklat. Kali ini, aku ingin merasakan GLOBALISATION. Di Jepang, mungkin ini yang disebut INFLUENCED."
[Note: Kemungkinan besar Tamanawa malas mengambil brownies meskipun itu tahu adalah coklat buatan Kaori, karena Hachiman sudah 'menodai' brownies Kaori menjadi yang pertama memakannya. Jelas, jika Tamanawa memakan brownies, dia hanya akan terlihat menjadi yang kedua di mata Hachiman. Quote dari Lewis Hamilton: "Tidak ada pemenang kedua, ketiga, dst. Yang ada hanyalah pecundang pertama, pecundang kedua, dst."]

  "Oh?"

  Meski begitu, Orimoto tampak diam saja, tidak mengatakan sesuatu seperti "ITU KEREN!". Mungkin menyadari respon lemahnya, Tamanawa bergegas untuk menambahkan beberapa kata.

  "Ini mungkin karena CULTURAL GAP antara Jepang dan negara lainnya. Contohnya, orang Prancis hanya akan memakai rok di depan orang-orang yang dianggapnya spesial."

  Oh, dengan kata lain, inilah alasan Totsuka setiap hari tidak memakai rok! Berarti aku harus berusaha lebih keras!

  Tepat ketika aku sudah memantapkan tekadku, Orimoto tiba-tiba mencoba mencicipi chiffon cake di piringnya.

  "Benar juga, ini juga enak."

  "Ah, un. Itu...Ini saatnya COFFEE BREAK, bagaimana kalau kita keluar sebentar?"
[Note: Tampaknya Tamanawa juga terlibat dalam pembuatan chiffon cake.]

  "Apa-apaan dengan coffee break? Kamu sungguh lucu!"

  Orimoto tiba-tiba tertawa dengan perkataanku, lalu dia melambaikan tangannya sambil mengatakan "sampai jumpa" dan kembali ke grup siswa SMA Kaihin. Lalu, Tamanawa yang masih berdiri disini, menatapku dengan tajam.

  "Kalau begitu, kita lakukan pertarungan kita secara FAIRLY lain kali."

  Setelah mengatakan omong kosongnya, Tamanawa pergi.

  "Tidak, aku sedang tidak mengejarnya..."

  Melihat sikapnya itu, bisa jadi kalau Tamanawa sedang berusaha mendekatinya! Tampaknya dia masih kesulitan untuk memperoleh perhatiannya...Peduli amat, dia sudah bukan urusanku lagi.

  Ngomong-ngomong aku harus berusaha keras juga. Sangat penting agar Totsuka mau memakai rok di depanku.

  Eh, Totsuka, Totsuka, Totsuka. Aku mulai mencarinya dengan semangat. Seperti yang kuduga, tidak peduli dia ada dimana, aku bisa menemukannya dengan mudah.

  Aku berjalan ke arahnya dan melihatnya sedang bersama Zaimokuza, dan Keika. Melihat lebih dekat lagi, ada Kawasaki di samping meja, dia terlihat sedang membersihkan mejanya. Sepertinya, keduanya diminta tolong untuk mengawasi Keika sementara dia membersihkan mejanya.

  Meski begitu, keduanya terlihat tidak terbiasa berinteraksi dengan anak-anak. Keduanya seperti sedang bertempur di pertempuran yang sengit. Zaimokuza tampaknya sudah terkapar di tanah pertempuran. Tapi, Totsuka masih bertahan dan melakukannya secara solo. Dia seperti mengatakan 'Eh' dan kebingungan hendak membuka percakapan apa dengan Keika.

  "Ini pertama kalinya kita bertemu, Keika-chan. Aku Totsuka Saika."

  "Oh. Saika...Saika...Sa-chan? Sa, sa-chan?"

  Mungkin karena Keika mendengar nama yang singkatannya mirip dengan bagaimana dia memanggil Kawasaki. Dia lalu memerah seperti tidak tahu harus memanggilnya apa.

  Ummm, aku juga paham kesulitanmu. Aku juga memerah melihat manisnya Totsuka yang lugu.

  Meski begitu, aku sangat percaya diri dengan kemampuanku untuk menangani gadis yang lebih muda. Waktunya untukku maju dan menolong Totsuka.

  "Ah, Hachiman."

  "Ha-chan!"

  Totsuka tampak lega melihatku, dan Keika melihatku secara spontan. Aku menepuk kepala Keika secara perlahan.

  "Sai-chan. Panggil dia Sai-chan."

  "Un, Sai-chan."

  Sikap Keika yang malu-malu tampaknya sudah mulai tahu bagaimana membedakan nama keduanya. Totsuka tampak gembira mendengar namanya dipanggil dan tertawa dengan "Aha!"

  Sekarang, ada satu orang, yang sedang bersembunyi di belakang Totsuka.

  "Kalau itu, namanya Zaimokuza Yoshiteru. Kamu bisa memanggilnya Zai-chan."

  "Zaimokuza."

  "Loh, kok tidak ada singkatan yang manis!? Kenapa kau memanggilku seperti itu!? Apakah ini semacam penghargaan di industri novel!?"

  Peduli amat!

  Meski begitu, Totsuka yang baik hati mencoba mencairkan suasananya.

  "Jangan begitu. Anak-anak memang agak sulit untuk menyatukan kata-kata yang terdengar aneh."

  "Um, Uumu...Tapi namaku tidak aneh..."

  Zaimokuza tampaknya masih belum menerima kenyataan itu.

  Kawasaki tampak sedang menggosokkan tangannya ke celemeknya dan kembali kesini. Karena itu, Keika memanggil Sa-chan dan berlari ke arahnya.

  "Maaf, terima kasih sudah menjaganya."

  "Eh, tidak masalah. Hachiman membantu juga. Apa kamu sudah menyelesaikan persiapanmu, Kawasaki?"

  "Ya, terima kasih sudah menjaganya."

  Ketika dia berterima kasih ke Totsuka, dia menatap ke arahku. Dia membuka mulutnya, lalu menutupnya, seperti sedang kesulitan hendak mengatakan sesuatu.

  "Ini...Tampaknya aku harus segera kembali...Aku harus menyiapkan makan malam."

  "Ah, begitu ya."

  Mendengar perkataannya, aku melihat ke arah jam dinding. Tampaknya, memang sudah dekat dengan makan malam. Oleh karena itu dia terburu-buru untuk membersihkan mejanya.

  Meski sebenarnya tidak masalah untuk meninggalkan mejanya tanpa perlu dibersihkan, Kawasaki terlihat sangat rajin dengan membersihkannya sebelum pulang. Kawasaki-san, kamu akan menjadi Ibu rumah tangga yang luar biasa.

  "Kalau begitu aku pamit dulu. Ke-chan, ayo kita pulang."

  "Oke...Sa-chan."

  Kawasaki menepuk pundak Keika secara pelan. Lalu, Keika berpegangan ke rok Kawasaki sambil meresponnya dengan suara yang manis. Kawasaki tampaknya paham apa yang hendak dikatakan Keika.

  "...A-aku mengerti. Tunggu sebentar."

  Dia lalu mengambil sebuah kantong yang berisi coklat, dan memberikannya ke Keika. Keika mengambilnya, terlihat puas, dan memberikannya kepadaku.

  "Ini, Ha-chan."

  "Kupikir dia ingin memberikannya kepadamu...Tolong diterima."

  "Oh, oh terima kasih. Tampaknya telah dibuat dengan sangat baik. Kamu luar biasa Ke-chan."

  Aku lalu memegangi ujung kepalanya, dan dia memeluk diriku. Hahaha, gadis yang manis, membuatku ingin memegangi kepalanya lebih lama.

  "...Disana....disana mungkin ada coklat-coklat buatanku yang bercampur di dalamnya."

  Dia mengatakannya dengan memalingkan wajahnya, lalu dia memakai mantelnya kembali. Mendengar perkataannya, aku melihat kembali ke arah kantong chocolate truffle itu.

  "Begitu ya?...Aku tidak tahu yang mana. Tapi kalian berdua terlihat telah melakukan sebuah pekerjaan yang hebat."

  "Benar khan! Tapi, Sa-chan juga bekerja sangat keras!"

  Mendengar hal itu, Keika masih tidak mau melepaskan pelukannya kepadaku. Melihat hal itu, Kawasaki terus melihat ke arah Keika dengan intens. Aku merasa kalau Keika sedikit ketakutan. Oi, tidak perlu memperlihatkan wajah yang menakutkan itu...

  "Baiklah, ayo kita pergi, Ke-chan."

  Setelah aku mengatakannya, aku mulai berjalan, dengan Keika masih memegangiku.

  "Un, ayo pergi!"

  Keika mengikutiku. Kawasaki seperti berkata "Haaaa..." sambil mengikuti kami dari belakang.

  "Sampai jumpa lagi Ke-chan."

  Totsuka dan Zaimokuza melihat kepergian kami, Keika melambaikan tangannya sambil mengatakan "Sampai jumpa". Setelahnya, kami pergi meninggalkan ruangan masak dan menuruni tangga. Setelah itu, Kawasaki membantu Keika untuk memakai mantelnya. Dia tampaknya sangat terampil dalam menjaga adik kecilnya itu.

  Kami akhirnya telah sampai di pintu keluar Community Center. Langit terasa gelap di luar sana.

  "Kalau kamu mau, aku bisa mengantarmu ke Stasiun."
[Note: Saya tidak yakin kalau Hachiman yang sekarang adalah pria penyendiri...]

  "Tidak perlu. Aku sudah terbiasa untuk pulang jam segini. Bukankah kamu masih ada pekerjaan setelah ini?"

  Kawasaki menaruh tas sekolah dan belanjaannya di tangan, lalu mengatakan sesuatu seperti "sampai jumpa", sebelum membungkuk dan menggendong Keika. Tiba-tiba, rok dari Kawasaki terangkat. Aku mencoba untuk memalingkan mataku dengan segenap kekuatan. Tampaknya ada sesuatu yang berhubungan dengan renda hitam, tapi aku berani memastikan kalau aku tidak melihat itu.

  "Kalau begitu, selamat tinggal."

  "Ha-chan, selamat tinggal!"

  Kawasaki menundukkan kepalanya sedikit sambil mengucapkan selamat tinggal, dan Keika, yang digendong di dada Kawasaki juga mengucapkan selamat tinggal.

  "...Kalian, hati-hati di jalan!"

  Aku meneriakkan itu kepada mereka yang sedang berjalan, melihat sosok mereka semakin kecil dan menghilang.

  Tidak ada angin dan awan, dan langit di musim dingin terlihat sangat cerah...Meski begitu, itu adalah pertanda bahwa malam akan semakin dingin. Karena keduanya berjalan sambil berpelukan, kupikir mereka tidak akan merasa kedinginan.

  Aku agak menyesal tadi tidak memakai mantelku sebelum keluar dari ruang masak.

  Meskipun aku sebenarnya harus kembali secepatnya ke dalam, tapi entah mengapa aku ingin terus berada disini.

  Sambil menggigil kedinginan, aku duduk di tangga depan pintu dan mengembuskan napasku yang terasa berat.

  Aku belum melakukan apapun yang berarti, meski begitu, aku merasakan kelelahan yang luar biasa.

  Meski begitu, aku merasa bahwa aku telah melakukan tugasku dengan baik hingga saat ini.

  Mendengarkan request Miura, Ebina-san, dan Kawasaki, lalu mengorganisir event ini bersama Isshiki dan Pengurus OSIS. Juga ada Orimoto dan Tamanawa bersama Pengurus OSIS SMA Kaihin, lalu Meguri-senpai dan Haruno-san datang bergabung, bahkan Hayama dan Tobe juga datang sebagai pencicip rasa. Ada juga Totsuka dan Zaimokuza, bersama dengan Hiratsuka-sensei yang mampir sebentar.

  Ini sudah lebih dari cukup.

  Aku memang merasa bahagia.

  Dan itulah yang sedang kupikirkan.

  Seperti perasaan geli yang diberikan seekor semut ketika berjalan di atas tubuhmu, perasaan yang sama juga mulai merambah ke leherku, dan di ujung mulutku masih tersenyum. Mungkin ini salah dari rasa dingin ini yang membuat kepalaku seperti ini.

  Aku menggaruk wajahku dan mencoba menghilangkan rasa dingin ini, dan akhirnya kuputuskan untuk berdiri kembali.







*   *   *






  Sekembalinya ke ruangan memasak, aku memperhatikan kalau tidak ada lagi suara orang sedang memasak. Semuanya sedang memakan masakan mereka dan meminum teh, mengobrol dengan gembira.

  Event memasak coklat yang digelar sebelum Hari Valentine tampaknya sudah berakhir. Yang tersisa hanyalah menghabiskan waktu senggang ini hingga acara ditutup.

  Aku berjalan menuju kursi dimana aku menaruh tas milikku. Yukinoshita sedang berada disana juga. Dia sedang menyiapkan poci teh dan daun tehnya.

  Meja memasak di depanku ini dilengkapi dengan kompor gas yang sedang menghangatkan air di ketel air. Sekarang, airnya sudah tampak mendidih. Yukinoshita lalu menaruh air di ketel tersebut untuk mempersiapkan tehnya.

  Yang ada di dekatnya saat ini, bukanlah cangkir ataupun mug teh yang biasa ada di ruangan Klub, tetapi hanyalah gelas kertas. Kupikir memang tidak perlu untuk membawa gelas-gelas itu ke tempat ini.

  Yukinoshita menaruh tehnya ke gelas kertas, setelah menyiapkan 3 porsi, dia kembali duduk di kursinya. Lalu, dia menyadari diriku yang sedang berjalan ke arahnya, lalu memanggilku.

  "Tampaknya kau habis bekerja dengan sangat keras disana."

  "Aku tidak melakukan hal-hal yang cukup berguna seperti perkataanmu."

  Sambil menjawabnya, akupun duduk di kursiku kembali. Yukinoshita membawa gelas teh tersebut ke depanku. Matanya seperti sedang menatapku dengan tajam.

  "Ah yang benar? Kok yang kulihat dari tadi serasa kontras, kamu terlihat sibuk dari tadi."

  "Sibuk...?"

  Apa dia membahas tentang aku dan coklat-coklat tadi? Benar sekali, coklat adalah makanan yang paling efektif untuk mengurangi lelah. Kalau dipikir-pikir, sikapku yang berpindah-pindah tempat sejak tadi bukanlah sebuah kesalahan.

  "Tampaknya kau sudah bisa beristirahat dengan tenang saat ini."

  Sambil mengatakannya, dia meminum tehnya. Seperti dirinya, aku juga meniup pelan tehku dan meminumnya.

  Aku merasa agak berebda ketika minum teh dari gelas kertas dan terlihat kurang terbiasa, lebih dari itu, sepertinya karena panas airnya akan langsung menjalar ke tanganmu. Karena itu juga, aku menurunkan tempoku dalam meninum teh ini. Meski begitu, ini sudah lebih dari cukup bagiku untuk menghangatkan tubuhku yang sudah kedinginan sehabis dari luar tadi.

  "Kamu juga sudah bekerja dengan keras."

  "Ya. Tampaknya begitu. Aku benar-benar bekerja dengan keras."

  Yukinoshita mengatakannya sambil melihat ke arah oven.

  Yuigahama masih berada disana.

  Kedua tangannya memakai sarung tangan, dan memegangi nampan kue. Lalu dia berjalan dengan cepat ke arah kami.

  Ah, aku baru sadar. Yukinoshita tidak hanya mengajari Miura dan Kawasaki. Dia sepertinya juga mengajari Yuigahama. Harus kuakui, itu memang tampak melelahkan.

  "Hikki, coba ini!"

  Dengan ucapan "ta-dah!" dia menunjukkan sepiring kue coklat kepadaku. Dia pasti menunggu sejak tadi di depan oven untuk kesempatan ini. Kue itu terlihat menebarkan arome seperti baru saja keluar dari oven.

  Melihat kuenya, terlihat seperti kue-kue biasa pada umumnya. Meski aku bisa melihat ada beberapa bentuk kuenya yang memiliki bentuk tidak wajar, tapi setidaknya tidak ada beberapa bekas terbakar di sana-sini. Tampaknya tidak ada bahan-bahan aneh yang dicampurkan ke dalamnya. Mungkin saja kue ini tidak ada masalah ketika dimakan.

  Kalau begitu, artinya tugasku hanya mencicipinya.

  Aku mencoba melihat ekspresinya. Pupil matanya seperti sedang mengantisipasi sesuatu, bahunya gemetaran, dan senyum palsunya yang mencoba menutupi rasa kurang percaya diri miliknya.

  Kalau sudah disodori kue dengan ekspresi seperti itu, aku tidak punya pilihan lagi kecuali mencicipinya...

  "...Baiklah, mari kita coba."

  Aku mencoba menarik napasku dalam-dalam, lalu mencoba menggulung lenganku. Lalu tanganku mencoba maju perlahan-lahan. Yukinoshita yang berada di sampingku membuka mulutnya secara tiba-tiba.

  "Kamu sepertinya sudah menyiapkan rencana cadangan jika sesuatu yang buruk terjadi...Tapi sebenarya tidak akan terjadi apa-apa. Aku juga membantunya membuat itu.

  "....Apa, kalau begitu, itu cukup melegakanku."

  "Aku sepertinya mendengarkan percakapan yang cukup mengerikan!?"

  Aku mencoba menenangkan bahuku yang dari tadi gemetaran, aku coba memasukkan kue itu ke mulutku secara perlahan. Dengan beberapa gigitan, aku menelannya. Setelah terdiam beberapa saat, aku merasa lega karena tubuhku tidak merasakan reaksi yang aneh setelah menelannya.

  "...Luar biasa. Ternyata bisa dimakan!"

  "Apa maksudmu dengan bisa dimakan...Kue harusnya bisa dimakan, bahkan harus dimakan!"

  Kata-kataku yang jujur sudah dikeluarkan, Yuigahama merasa agak marah mendengarnya. Tidak, tidak...coba kamu berkaca dulu tentang skill memasakmu, kamu nanti akan sadar kalau sebenarnya itu tadi sudah bisa dikategorikan semacam pujian!



  Tapi rasa terkejutku memang nyata. Yuigahama memang telah bekerja keras untuk itu. Meskipun, itu semua berkat Yukinoshita...

  Seperti yang kuduga, lalu aku melihat ke arah Yukinoshita, dia sedang menyisir rambutnya dengan jari-jarinya, lalu membusungkan dadanya seperti bangga akan sesuatu.

  "Seperti yang kuduga. Lagipula, aku hanya mengawasinya dengan ketat di setiap langkah-langkahnya."

  "Itu kau sebut mengawasi!? Kupikir kamu tadi niatnya mengajariku..."

  Meskipun Yuigahama merasa dua kata itu bertolak belakang, tapi dalam kamus Yukinoshita, mengawasi dan mengajari adalah hal yang sama, jadi seharusnya dia tidak perlu memikirkannya terlalu dalam.

  Bahkan, dia sepertinya tidak terlalu peduli dengan itu, dia sepertinya sedang sibuk memindakah kue tersebut dari nampan ke piring, lalu mencermatinya satu-persatu.

  Lalu, dia menaruh tangannya di dagu, dan menganggukkan kepalanya.

  "Tampaknya tidak ada masalah. Rasanya juga tidak ada yang aneh, kurasa aku akan mencoba mencicipinya juga."

  "Jadi itu maksudnya aku yang disuruh cicipi pertama, aku seperti menjadi tester untuk makanan beracun...Kenapa aku yang selalu diberi pekerjaan yang berbahaya?"

  "Jangan bilang kalau kueku ini beracun! Aku juga ingin mencicipinya."

  Kami bertiga duduk, dan mencicipi kuenya.

  Aku merasakan rasa gurih dan renyah di kue ini. Rasanya meninggalkan sedikit kesan pahit dari coklat.

  "...Enak sekali."

  Setelah memakan satu, Yuigahama mengatakan itu dengan santainya.

  "Rasanya enak, benar? Benar tidak?"

  "Bukankah tadi aku sudah bilang kalau rasanya sudah terasa seperti kue yang normal?"

  Sepertinya sudah kujawab seperti itu tadi...



  "Kue normal..."

  "Normal?"

  Yuigahama sepertinya sedikit kecewa, sedang Yukinoshita kemudian menatap ke arahku. Eh, tunggu dulu...aku harus merespon apa ini?!



  "Ah, eh. Maksudku, kue secara normal terasa sangat enak. Seperti kue ini, terasa enak....Terima kasih untuk kuenya."

  Entah kenapa, aku akhirnya menemukan kata-kata tersebut dan membuat Yuigahama kembali bersemangat dan tatapan Yukinoshita menjadi hangat kembali.

  "Un!"

  Kue yang enak, teh yang hangat, memiliki semua ini, sudah membuatku cukup senang. Harusnya aku seperti ini sejak dulu. Oleh karena itu, aku merasa senang hari ini.

  Meski begitu, masih ada perasaan gelisah menghantui diriku.

  Tepat ketika aku merasakan itu, aku mendengar suara dari highheels yang menyentuh lantai mulai mendekati kami.

  Orang tersebut tampaknya tidak tertarik untuk sekedar membuat pelan langkahnya ketika mendekati kita, dan dia sepertinya hendak menunjukkan keberadaannya.

  Melihat suara highheels itu, Yukinoshita terlihat menatap seseorang di belakangku. Kedua alisnya mulai menatap tajam.

  Dari adegan itu saja, aku bisa menyimpulkan kalau orang ini sekarang berada tepat di belakangku. Orang itu adalah Yukinoshita Haruno.

  "Nee-san. Ada masalah apa?"

  Haruno-san tidak menjawab pertanyaan Yukinoshita. Malahan, dia hanya melihatku saja dengan matanya, dan dengan diam. Jari-jarinya mulai menggantung di mulutnya, dan bibir yang menggoda itu mulai terbuka.

  "Apa ini hal Genuine yang Hikigaya-kun maksudkan?"

  Ketika dia mengatakannya, seluruh bulu kudukku berdiri, lalu aku memalingkan pandanganku dari Haruno-san. Meski begitu, Haruno-san tidak membiarkan wajahku pergi begitu saja, dia melangkah maju dan mendekatiku wajahku dari dekat.

  "Momen barusan, apakah itu yang kau maksud dengan Genuine?"

  "...Aku tidak tahu."

  Aku tidak tahu harus menjawabnya apa.

  Pertanyaan Haruno-san sangat dingin, tapi juga terkesan tulus.

  Dulu dia pernah mengatakan kepadaku kalau dia tidak mengerti apa itu Genuine, hal yang tidak bisa dia pahami. Suaranya, seperti dia hendak mencampakkanku saja.

  "Nee-san, apa yang sedang kamu lakukan?"

  "Itu, itu benar, ini, itu..."

  Aku mencoba mengangkat kedua tanganku, dan itu membuat Yukinosita dan Yuigahama yang hendak berbicara, seperti sudah habis kesabarannya. Sekarang, akulah orang yang sedang ditanya...

  Dari awal, aku memang harusnya tidak perlu melakukan apapun. Yukinoshita Haruno memang tidak tertarik ke hal yang lain kecuali jawaban dariku. Dia melihatku dengan intens, memperhatikan gerak-gerikku, memperhatian setiap detail napasku.

  "Hanya itu?... Aku pikir kamu bukan orang yang seperti itu."

  Setelah mengatakannya, dia kemudian mendekatiku dari belakang, merendahkan kepalanya, dan melihat ke arah mataku.

  "Apa kamu memang orang yang membosankan?"

  Jarak diantara kita sangat dekat, sampai akupun bisa merasakan napasnya, sangat dekat sehingga jika aku bergerak sedikit saja maka aku langsung menyentuhnya. Meski begitu, kalimatnya barusan jauh lebih mengejutkan dari yang sebelumnya.

  "Kalau aku orang yang menarik, aku sudah menjadi orang terpopuler di kelasku."

  "Itu yang kusuka darimu."

  Melihat caraku menjawabnya, Haruno-san tertawa seperti menemukan hal yang menarik. Lalu, dia mengambil beberapa langkah menjauh dariku.

  Jika dia langsung pergi dan pulang dari tempat ini maka akan menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri bagiku. Tapi, Yukinoshita Haruno tidak akan melakukan itu. Aku kenal betul kalau dia bukanlah orang sebaik itu.

  Haruno-san seperti berjarak satu langkah dari kami, dan dia menatap kami bertiga.

  "...Tapi, kalian semua terlihat membosankan belakangan ini. Aku...suka Yukino yang dulu."

  Kalimat itu membuatku menahan napasku. Bahkan wajahku seperti hendak hancur mendengarnya.

  Meskipun aku tidak sanggup melihat ekspresi dari Yukinoshita dan Yuigahama yang menatap ke arah bawah, aku berani bertaruh kalau ekspresi mereka sama denganku.

  Haruno-san tampaknya sadar kalau tidak ada seorangpun yang bisa menjawabnya. Setelah itu, suara highheels miliknya terdengar menjauh dan pergi dari ruangan ini.

  Mendengar suaranya barusan, aku sangat paham apa yang ingin dia nyatakan.

  Maksud kata-katanya tentang ini bukanlah Genuine.

  Aku setuju.

  Diriku dengan situasi ini, jenis hubungan yang kumiliki, ada sebuah perasaan tidak nyaman yang terus menyelimutiku.

  Karena aku tidak berpengalaman, karena aku tidak terbiasa dengan ini, maka aku selalu merasakan perasaan tidak nyaman ini. Aku selalu berpikir kalau dengan membiarkannya berlalu dengan waktu, aku akan terbiasa dengan itu, dan pada akhirnya aku bisa menerima kondisi itu.
[Note: Kata-kata tersebut sama persis dengan monolog Hachiman di awal volume 8 ketika melihat grup Hayama dan Miura paska darmawisata. Hachiman berharap bahwa keadaan pura-pura itu lama-lama akan terbiasa dan menjadi hal lumrah.]

  Meski begitu, dia tidak mau mengabaikan situasi ini.

  Sesuatu yang telah membeku dan menggantung di dadaku. Rasa dingin yang tidak kenal istirahat. Rasa jijik yang selalu berada disana selama ini dan tiba-tiba keluar begitu saja.

  Hal yang memang tidak ingin kupikirkan itu, sudah ditunjukkan lagi oleh Haruno-san.


  "Itu bukanlah kepercayaan, tetapi sesuatu yang tidak bisa dimaafkan, hal yang lebih buruk."







*   *   *






  Apa yang tersisa dari sebuah festival adalah kesendirian.

  Tidak terkecuali dari event yang digelar di ruangan ini. Setelah Isshiki menyelesaikan 'ceramah' penutupnya, semua orang mulai mengemasi barang-barangnya dan meninggalkan ruangan.

  Orang-orang yang berada di ruangan ini semakin lama semakin sedikit, sehingga suasana hidup dari ruangan masak ini semakin sunyi. Yang tersisa sekarang hanyalah para Pengurus OSIS dan kami, anggota Klub Relawan.

  Aku sendiri membantu para Pengurus OSIS membersihkan sampah dan mengembalikan peralatan ke tempat asalnya, Isshiki juga terlihat sedang mengumpulkan poster-poster yang sudah ditempel.

  "Para anggotaku akan menangani sisanya, kalian bisa pulang sekarang."

  Mendengarkannya, aku melihat ke seluruh penjuru ruangan sekali lagi. Memang tidak banyak pekerjaan lagi yang tersisa. Harusnya tidak masalah jika meninggalkan sisanya kepada mereka.

  Meski begitu, kami menjawab sebaliknya.

  "Umm...Tapi, aku ingin membantu sampai selesai."

  "Ya. Tidak perlu sungkan begitu kepada kami."

  Baik Yuigahama, Yukinoshita, atau diriku, kami semua memilih tetap disini dan membantu sampai selesai.

  Mendengarkan jawaban kami, Isshiki seperti terkejut dan hendak mengkonfirmasi. Lalu, dia tersenyum.

  "Begitu ya? Kalau begitu, sesuai kata-katamu..."

  Meski Isshiki mengatakannya, satu-satunya orang yang harusnya memikirkan kata-katanya adalah aku. Karena ketika ini semua berakhir, aku akan mulai terjebak untuk memikirkan hal-hal yang tidak ingin kupikirkan itu, karena itulah aku ingin memperlambat waktunya.

  Meski begitu, penolakan semacam itu tidak akan bisa berlangsung selamanya.

  Pekerjaan terakhir adalah membersihkan meja.

  Aku meremas gelas kertas bekas teh tersebut, lalu melemparnya ke kantong sampah. Setelah mengikat plastik sampah tersebut, pekerjaanku selesai.

  Setelah itu aku melihat ke arah pintu, melihat apapun yang mungkin terlupa, semua orang ternyata telah meninggalkan Community Center. Setelah kutaruh plastik sampah ini ke tempat sampah, maka tidak ada alasan lagi bagiku untuk berada disini.

  "Oke, Senpai, terima kasih atas kerja kerasnya."

  Di depan pintu Community Center, Isshiki membungkuk untuk memberikan rasa terima kasihnya. Para Pengurus OSIS yang masih berada disana juga membungkukkan badannya. Event ini telah selesai, dan semua orang tampak kelelahan di wajahnya.

  Tidak ada seorangpun yang memiliki sisa energi untuk berteriak "Ayo kita rayakan dengan pesta!" atau kalimat semacam itu, dan tiap orang mulai berjalan pulang ke rumahnya.

  Begitu pula kami bertiga.

  Yukinoshita memeriksa tasnya dan sebuah tas yang besar. Mungkin disana adalah tempat dia menaruh peralatan tehnya.

  "...Ayo kita pergi."

  "Ah."

  Mengikuti Yukinoshita, aku menuntun sepedaku dan berjalan menuju Stasiun. Meski begitu, Yuigahama menahan sepedaku.

  "Ada apa?"

  Mendengarku menanyakannya, Yuigahama tampaknya berusaha tersenyum.

  "A-aku berpikir, bisakah kita bertiga sekarang pergi makan malam bersama?"

  Requestnya tersebut membuat diriku dan Yukinoshita saling menatap satu sama lain.

  "Menurutmu bagaimana? Kupikir ini sudah cukup larut."

  "Kalau begitu, karena aku hendak bermalam di apartemen Yukinon, bagaimana kalau kita makan malam di dekat apartemennya?"

  "Bermalam... Kamu baru saja memutuskannya sendiri, ya..."

  Memang, Yuigahama sering bermalam di apartemennya. Aku mulai berpikir kalau dia sering melakukannya setelah selesai melakukan semacam event seperti ini.

  "Apa tidak boleh?"

  Yuigahama mengatakannya dengan nada yang sedikit manja. Yukinoshita akhirnya menyerah.

  "Aku tidak keberatan..."

  "Wohoo! Kalau begitu, ayo ! Hikki...kamu bagaimana?"

  Suaranya yang manis ke Yukinoshita sekarang agak berbeda dengan yang ditujukannya kepadaku, membuatku merasa mendapat tekanan.

  Meski begitu, aku tidak punya alasan yang bagus untuk menolaknya.

  "Baiklah, tampaknya aku juga kelaparan. Bagaimana kalau kita berkumpul di Stasiun dekat apartemennya?"

  "Oke!"

  Mendengarkan jawabannya, aku menganggukkan kepalaku.

  Aku mengganti arah tujuanku, dan mulai mengayuh sepedaku.







*   *   *







  Ketika aku sampai ke Stasiun, keduanya ternyata juga baru keluar dari pintu masuk bawah tanah.

  Mereka menggunakan kereta dan aku menggunakan sepedaku. Tentunya, kecepatan kereta kadangkala lebih cepat, tapi karena harus menunggu jadwal kereta, maka tidak terlihat adanya banyak perbedaan antara naik sepeda atau naik kereta. Kali ini, kita kebetulan saja tiba secara bersamaan.

  Setelah bertemu, kami putuskan untuk ke apartemen terlebih dahulu untuk menaruh tas besar milik Yukinoshita.

  Apartemennya tidak begitu jauh dari Stasiun, kami bertiga yang biasanya sering mengobrol dalam perjalanan, kali ini hanya berjalan dengan terdiam.

  Berjalan di pinggir jalan yang berbatasan dengan area taman yang luas, sebuah menara kondominium mulai terlihat di depan kita.

  Melintasi perlintasan pejalan kaki, dan ketika kami hendak menuju pintu masuk kondominium, tiba-tiba Yukinoshita berhenti.

  "Ada apa?"

  "Ah, tidak apa-apa..."

  Setelah bertanya, reaksi Yukinoshita seperti melambat. Dia mulai memasang raut wajah penuh tanda tanya. Lalu aku melihat ke arah dia memandang, aku melihat sebuah mobil. Aku melihat sebuah mobil hitam yang terkesan mahal.

  Mobil itu...Seperti yang kuduga, pintu mobil itu terbuka, dan seorang wanita muncul.

  Wanita tersebut memiliki rambut hitam panjang yang berkilauan, yang diikat dengan rapi, dia memakai Kimono. Cara berjalannya menunjukkan sebuah gaya wanita berkelas dan juga berasal dari kalangan elit. Wanita ini adalah Ibu Yukinoshita.

  "Ibu...Apa yang Ibu lakukan disini?"

  "Ibu diberitahu Haruno tentang masalah jurusan kuliahmu. Ibu kesini ingin membicarakan itu denganmu. Yukino, apa yang kamu lakukan hingga larut malam seperti ini..."

  Menghadapi tatapan Ibunya yang seperti itu, Yukinoshita merendahkan kepalanya. Melihat reaksinya seperti itu, Ibu Yukinoshita berusaha menghela napasnya.

  "Ibu pikir kamu bukanlah tipe anak yang akan melakukan hal seperti ini."

  Mendengar kalimat itu, Yukinoshita menaikkan posisi wajahnya, dan melihat ke arah mata Ibunya.

  Meski begitu, dia tidak mampu menolak perkataannya, dan seperti hendak menggigit bibirnya sendiri lalu memalingkan pandangannya. Kata-kata Ibunya seperti membungkus erat Yukinoshita. Membuatnya berkaca ke dirinya sendiri, membuatnya berhenti menyangkal, kata-kata tadi sudah lebih dari cukup.

  Ibunya tidak melihatnya dengan tajam. Suaranya tidak menunjukkan adanya keberatan. Mungkin lebih tepatnya seperti menunjukkan sebuah penyesalan.

  "Ibu percaya kepadamu, sehingga Ibu memberikanmu kebebasan, tapi...Tidak. Ini semua kesalahan Ibu, menjadi Ibu yang gagal."

  Tidak memberikan momen baginya untuk sekedar menjawab, Yukinoshita lalu mencoba membalas kata-katanya.

  "Itu..."

  Suara Yukinoshita sangat lemah seperti hendak mengatakan sesuatu, dan seperti biasanya, Ibunya langsung memotongnya dengan kalimat yang lain.

  "Mungkin, ini semua memang salah Ibu..."

  Kata-katanya terdengar memaafkannya, sekaligus meletakkan sesuatu disana. Kata-katanya itu seakan-akan menunjukkan kalau ini semua salahnya dan menghukum dirinya sendiri sehingga tidak ada yang perlu disalahkan lagi.

  Tidak ada yang disalahkan, bahkan Yukinoshita, yang menjadi subjek pembicaraannya.

  Melihat hal itu, Yuigahama mengatakan sesuatu.

  "Itu...Hari ini, karena ada event yang diadakan oleh Pengurus OSIS, oleh karena itu, dia membantu mereka sampai pulang kemalaman..."

  "Begitu ya, jadi kamu mengantarkannya pulang kesini, kalau begitu, terima kasih. Tetapi, ini sudah cukup larut malam, pastinya keluargamu juga khawatir denganmu...Apakah benar begitu?"

  Jadi, kamu cepat pulang sana! Meski dia tidak mengatakan itu, tapi kata-kata dalam pikiranku tadi memiliki makna yang sama dengan senyuman Ibunya ketika mengatakan itu. Kamu tidak perlu mencari-cari maknanya lebih lanjut.

  Di saat yang bersamaan, dia juga memberikan kalimat yang tegas bagi kami, kalau ini adalah masalah keluarga. Orang luar tidak boleh ikut campur. Kami berdua tidak punya pilihan kecuali mundur. Kami berdua tahu kalau kami berada dalam posisi untuk tidak bisa mengatakan apapun.

  Setelah suasananya sunyi untuk beberapa saat, Ibunya lalu berjalan diantara kita, dan menyentuh bahu Yukinoshita dengan lembut.

  "Ibu harap kamu bisa menjadi dirimu sendiri, hidup dengan apa yang kamu inginkan...Tetapi, Ibu takut kamu akan memilih jalan yang salah...Lalu, apa yang ingin kamu lakukan?"

  Pertanyaan itu tampaknya memiliki banyak makna. Aku sendiri sangat sulit untuk memahaminya.

  "...Saya akan menjelaskannya, jadi bisakah Ibu pulang dulu?"

  "Begitu ya...Kalau itu memang maumu..."

  Mendengar kata-kata Yukinoshita, yang sedari tadi menundukkan kepalanya, Ibunya tampak terkejut melihatnya. Lalu, dia memandang ke arahku dan Yuigahama.

  "...Tampaknya saya harus pulang dulu, karena dia sudah sampai dengan selamat ke apartemennya."

  Mengatakan itu, aku membungkuk ke arah Ibu Yukinoshita, lalu berbalik pulang. Ada seorang pria yang dekat dengan putrinyadimana putrinya sendiri hidup sendiri, mungkin adalah sesuatu yang terlihat kurang nyaman baginya. Jika aku terus berada disini, mungkin sangat tidak menguntungkan bagi Yukinoshita.

  Setelah berjalan beberapa meter dan menoleh ke belakang, Yukinoshita tampaknya sedang berbicara dengan Ibunya. Setelah itu, Ibunya kembali ke mobilnya. Yukinoshita yang sebelumnya hanya berdiri disana, kemudian masuk ke pintu kondominiumnya.

  Yuigahama dan diriku sedang menunggu lampu hijau bagi penyeberang jalan, dan mobil yang ditumpangi Ibunya berjalan lambat melewati kami. Kaca jendela pintu belakangnya seperti dilapisi material yang reflektif, sehingga aku tidak bisa melihat kondisi di dalam mobil tersebut. Meski begitu, aku merasa kalau aku sedang diamati, karena itu membuat tubuhku tiba-tiba merasa tidak tenang.
[Note: Kemungkinan besar Haruno juga memberitahu Ibunya kalau Hachiman adalah pacar Yukino.]

  Setelah itu, lampu menjadi hijau, dan Yuigahama berlari cepat di depanku sebelum membalikkan badannya.

  "Kalau begitu, aku akan pulang duluan."

  "Ah, aku bisa mengantarkanmu kalau kamu mau."

  Meski begitu, Yuigahama mencondongkan kepalanya ke arahku.

  "Tidak perlu, rumahku dekat dari Stasiun ini. Juga, aku merasa kalau...ini tidaklah adil."
[Note: Tampaknya Yui tahu hubungan Yukino dan Hachiman.]

  "...Begitu ya."

  Aku menjawabnya begitu saja, seperti permintaannya, aku melihatnya pergi begitu saja.

  Meski aku memaksanya untuk menemaninya pulang melewati Stasiun, tampaknya jarak yang kutempuh untuk pulang ke rumah tidak akan berubah. Meski begitu, aku masih tidak berkeinginan untuk mengejarnya.

  Melihat sosoknya semakin mengecil dan mengecil di bawah sorot lampu jalanan, aku akhirnya mengambil sepedaku di tempat parkir.

  Angin malam ini tidak terlalu kencang, tetapi udara dingin dari musim dingin terasa menusuk wajahku.

  Tanpa mempedulikan itu, aku mulai mengayuh sepedaku, dan tubuhku mulai menghangat, pikiranku mulai terasa dingin.

  Apa yang terlihat dari diriku. Dan apa yang terlihat darinya. Apa yang diperlihatkan oleh diri kita.

  Tidak peduli siapa itu, kita semua memiliki image pribadi yang selalu ditentukan oleh penilaian orang lain, itu harus selalu dicamkan baik-baik. Apakah itu aku atau dirinya, kami berdua sama. Diri kami sebenarnya dan penampilan luar kami tampaknya berbeda.

  Ini adalah sebuah fakta yang cukup mudah dimengerti orang lain tanpa perlu mengkonfirmasi lagi.

  Karena, itulah yang dulu pernah kukatakan. Kata-kata yang selalu dikatakan oleh Hikigaya Hachiman di masa lalu.

  Apakah ini benar tidak apa-apa? Apakah ini yang kau inginkan? Apakah ini Hikigaya Hachiman yang sebenarnya?

  Semua ejekan itu, semua kemarahan itu, semua teriakan itu; aku menutup mata dan telingaku agar tidak mendengar itu semua. Dan satu-satunya hal yang keluar menggantikan kata-kata dari mulutku adalah sebuah embusan napas panas dariku.

  Jika diri kita yang sebenarnya adalah sesuatu yang tidak bisa kita tentukan sendiri. Lalu mengenai hal yang Genuine itu. Dimana kita bisa menemukan diri kita yang sebenarnya? Mengapa di dunia ini, hubungan kita berdua ditentukan oleh hal-hal semacam itu?

  Perasaan gelisah ini. Ketika aku memberikan perasaan itu sebuah nama, aku merasa itu akan menjadi sesuatu yang lebih besar daripada perasaan gelisah itu.

  Perasaan, hubungan antar manusia, adalah sesuatu yang tidak bisa didefinisikan. Itu adalah sesuatu yang tidak boleh diberikan nama. Seseorang harusnya tidak mencari tahu arti hal-hal tersebut. Karena, ketika seseorang menemukan artinya, dia akan kehilangan fungsinya.

  Jika aku bisa mengakuinya begitu saja, aku yakin itu akan lebih memudahkanku, tetapi alasan aku tidak melakukannya, karena aku sendiri tahu kalau aku membentuknya menjadi sesuatu yang lain, jika aku merubahnya, maka akan menghancurkannya.

  Karena aku menginginkan sesuatu yang tidak bisa hancur, maka aku menghindari untuk memberikan itu nama.

  Baik diriku, dirinya, kami berdua sedang tergantung pada sesuatu yang tidak berani kunamai itu? Kepalaku penuh dengan pikiran seperti itu.

  Setidaknya, aku tidak akan memikirkan itu dahulu jika salju mulai turun dan mulai menyelimuti semua pikiranku itu.

  Meski begitu, salju sangat jarang di kota ini, dan malam ini, langit terlihat sangat cerah sekali.

  Cahaya dari bintang, terlihat sangat terang, dan menerangiku dari jarak yang sangat jauh.





x Chapter VI | END x




  Dari judul chapternya, mudah saja menebak begini:

  Hachiman merasa belum mendapatkan cinta yang dia inginkan, tapi sebenarnya dia sudah memiliki cinta yang dia inginkan...Hanya saja, belum menyadarinya.

  ...

  Secara resmi, coklat valentine pertama Hachiman berasal dari Isshiki Iroha.

  ...

  Mari kita analisis dengan dalam. Ada beberapa hal yang janggal di kursus memasak kali ini.

  Pertama, Iroha yang jago membuat kue, tapi tidak mau berpartisipasi untuk menjadi instruktur. Malahan, Iroha meminta Haruno untuk menjadi instrukturnya. Kita tahu sendiri kalau Yukino bolak-balik mengawasi Yui dan Miura. Kenapa Iroha tidak membantu?

  Kita harus tahu, apa keuntungan jika tidak menjadi instruktur di event ini tapi jago dalam membuat kue? Yep, Iroha bisa membuat coklatnya dengan cepat, atau sederhananya, Iroha dipastikan akan menyelesaikan coklatnya lebih cepat dari Yukino. Kita bisa lihat dalam chapter ini, target coklat Valentine Iroha adalah Hachiman, bukan Hayama.

  Ini terlihat dari bungkus rapi coklat yang diberikan Hachiman, bandingkan dengan coklat tanpa bungkus yang diberikan ke Hayama. Bisa juga diduga, coklat yang terbungkus rapi itu sudah disiapkan di rumah, jadi menyamarkannya dengan coklat buatan di event.

  Sederhananya, Iroha memanfaatkan situasi Yukino yang menjadi instruktur untuk mencuri start dan membuat coklat Iroha menjadi coklat valentine pertama Hachiman.

  Hal janggal lainnya adalah...soal Kaori yang tidak punya cetakan kue. Dari semua peserta di ruangan ini, hanya Kaori yang harus meminjam cetakan kue. Kita tahu Iroha ada di TKP ketika terjadi perang dingin Yukino vs Kaori. Jika Iroha tahu kalau Yukino menyukai Hachiman, sangat mudah menyimpulkan kalau Kaori juga menyukai Hachiman. Apalagi, di vol 9 chapter 2 Hachiman memberitahu Iroha kalau Kaori adalah temannya waktu SMP dulu.

  Dengan posisi Kaori dan Iroha tidak menjadi instruktur, maka Kaori dan Iroha memiliki peluang untuk selesai dengan cepat.  Oleh karena itu, untuk mencegah Kaori selesai dengan cepat, maka harus ada sabotase. Dalam hal ini, cetakan kue.

  Di vol 11 chapter 3 dan chapter 4, Iroha dan Yukino yang bertanggung jawab dalam distribusi peralatan membuat kue. Artinya, masalah cetakan kue Kaori ini jika memang terjadi sabotase, pelakunya adalah Yukino dan Iroha.

  Karena Yukino sendiri tidak memiliki keuntungan dari melambatnya proses pembuatan kue Kaori (karena dia menjadi instruktur), maka mudah saja kita menebak kalau ini sabotase dari Iroha.

  Dengan adanya poin analisis pertama dan kedua, disini Iroha benar-benar merencanakan dengan baik agar dirinya menjadi gadis pertama yang memberikan coklat ke Hachiman.

  ...

  Dengan resminya coklat valentine pertama Hachiman berasal dari Iroha, maka tidak perlu ada perdebatan lagi, Iroha saat ini menyukai Hachiman. Hayama hanya dijadikan alasan untuk mendekati Hachiman. Ini terbukti dengan Hayama dipakai sebagai alasan mengajak kencan Hachiman di vol 10.5 chapter 2.

  ...

  Dengan begini, secara resmi coklat valentine kedua yang diterima Hachiman adalah berasal dari Saki.

  Sekaligus menjelaskan kalau alasan request dari Keika adalah alasan 'dibuat-buat'.

  ...

  Sebenarnya, apa maksud Haruno dengan mengatakan "apakah ini hal genuine yang Hachiman inginkan?"

  Jawaban tersebut akan anda ketahui jika melihat timingnya. Dari sekian banyak momen, Haruno mengatakan itu tepat setelah Hachiman mencicipi coklat Yui.

  Kita semua tahu, alasan Yukino merahasiakan jurusannya adalah menunggu Hachiman bertanya jurusannya, lalu untuk memastikan mereka berdua kuliah di tempat yang sama. Itu sendiri disindir oleh Haruno di vol 10 chapter 9.

  Jadi adegan yang terjadi di depan mata Haruno, seakan-akan seperti berikut:

  "Kalau kau sudah berjanji dengan seorang Yukino untuk tetap bersama-sama beberapa tahun ke depan, lalu mengapa kau masih mau mencicipi coklat valentine Yui?"

  Haruno bukan orang bodoh, mudah saja dia menebak kalau Hachiman berusaha menjaga perasaan Yui, alias selama ini menggantungnya. Berharap setelah lulus SMA Yui dan Hachiman berpisah baik-baik, lalu Hachiman bisa menjalani hidup damai dengan Yukino di kuliah nanti.

  Lalu mengapa Haruno mempermasalahkan itu dan menganggap Hachiman membosankan? Ingat volume 10 chapter 9, Hachiman mengatakan dengan jelas kalau dia tidak suka orang yang berpura-pura di depan Haruno. Lalu mengapa Hachiman berpura-pura di depan Yui seakan-akan tidak terjadi hubungan apapun antara dirinya dan Yukino?

  Haruno ingin menekankan kepada Hachiman kalau Hachiman membosankan karena Hachiman munafik dengan kata-katanya sendiri.

  Hayama membosankan karena tidak mau ikut permainannya lagi, padahal di vol 10 chapter 2 Hayama mau ikut.

  Yukino membosankan karena tidak menjadi gadis penurut lagi.

  Yui membosankan karena? Mudah saja, vol 3 chapter 4, Hachiman berkencan dengan Yukino. Di vol 10 chapter 2, Yui membeli hadiah ultah Yukino dengan mengajak Hachiman keluar bersama. Haruno bukan orang bodoh, jelas dia tahu kalau event memasak coklat ini hanyalah akal-akalan agar si gadis bisa memberikan coklat valentinenya tanpa takut ditolak. Melihat Yui memberikan coklat valentinenya ke Hachiman, artinya Yui menyukai Hachiman.

  Mudah saja menebak kalau vol 10 chapter 2 Yui mengajak Hachiman pergi keluar dengan alasan membeli kado Yukino memang bertujuan untuk kencan. Yui pasti bergabung ke Klub Relawan untuk mendekati Hachiman, bukan karena ingin berteman dengan Yukino, bukan pula karena tertarik dengan kegiatan klub. Membosankan...

  ...

  Semua orang bisa menebak kalau ajakan Yui untuk mampir di restoran adalah untuk membahas sesuatu. Tepatnya...tentang hubungan mereka.

  Yui setidaknya ada gambaran mengapa Haruno menyindir Hachiman dan mempertanyakan soal genuine tepat setelah Hachiman mencicipi kuenya. Artinya, kue coklatnya tersebut harusnya ditolak untuk dicicipi Hachiman.

  Yeah, setidaknya Yui di chapter ini memiliki gambaran kalau Hachiman selama ini memang sengaja menggantung perasaannya.

  ...

  Haruno mulai menunjukkan kalau dia sudah berseberangan dengan Hachiman dan Yukino dengan memberitahu Ibunya kalau Yukino pulang larut malam, tapi tidak memberitahu kalau Haruno juga terlibat dalam event itu dan tahu kalau Yukino masih harus membantu membersihkan peralatan event.

  Apapun itu, Haruno yang memberitahu Ibunya soal Yukino ini, jelas-jelas hendak berniat buruk.

  ...

  Ini lucu, Ibu yang menasehati anaknya untuk tidak keluyuran larut malam tapi dia sendiri juga keluar larut malam untuk menemui putrinya di depan apartemennya.

  Jelas, Ibu Yukino datang ke depan apartemen sebenarnya bukan untuk mempermasalahkan pulang larut malam, tapi ada maksud lain.

  Pertama, Yukino pulang larut malam bukanlah kejadian pertama di chapter ini. Setidaknya, di vol 8 chapter 5 Yukino pulang dari Stasiun Chiba sekitar jam 9 malam. Waktu itu, Haruno ada di lokasi kafe dan bertemu Yukino. Tapi pertanyaannya, mengapa Haruno tidak menggunakan momen itu untuk menelpon Ibunya dan memberitahu kalau Yukino pulang larut malam? Mengapa Haruno menganggap kalau chapter ini adalah momen yang tepat daripada kejadian di kafe tempo hari?

  Jawabannya mudah, lihat perbedaannya. Di vol 8 chapter 5, Hachiman tetap tinggal di kafe, Yukino pulang sendirian atau bersama Yui ke apartemennya. Di chapter ini, Hachiman dan Yukino punya hubungan yang lebih dalam dan Hachiman tidak punya alasan lain untuk tetap di Community Center. Hachiman pasti pulang mengantar Yukino ke apartemennya karena sudah larut malam.

  Kesimpulannya, Haruno pasti menambah sesuatu dalam informasinya ke Ibunya soal Yukino. Saya membayangkan begini:

  "Bu, Yukino-chan sekarang sedang diantar pacarnya. Pacarnya itu satu-satunya orang yang tahu jurusan Yukino-chan."

  Dengan alasan pulang larut malam, Ibu Yukino melihat secara langsung siapa Hachiman. Ini dibuktikan dengan sikap Ibu Yukino yang mengamati Hachiman dengan tajam ketika mobilnya melintasi Hachiman. Mengapa saya merasa janggal? Karena harusnya Ibu Yukino juga mengamati Yui, bukan fokus ke Hachiman seorang.

  Artinya, Ibu Yukino melihat langsung pria yang menjadi pacar Yukino disana.

  Jelas Ibu Yukino akan khawatir dengan putrinya yang tinggal sendirian karena sekarang punya pacar dan diantar pulang pacarnya. Ini terjadi di chapter selanjutnya, Ibu Yukino memerintahkan Haruno untuk tinggal bersama Yukino. Tentunya, untuk memastikan kalau Hachiman tidak bertamu ke apartemen putrinya.

  Kalau anda punya analisis yang lebih baik, silakan ditulis.

  ...

  Adegan di chapter ini memberikan contoh yang bagus kalau Yukino sebenarnya bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Namun begitulah, dia dididik dalam keluarga dimana Ibu merupakan orang dengan kekuasaan tertinggi di keluarga.

  ...

  Dengan begini, adegan anime tentang mobil yang ditumpangi Ibu Yukino adalah salah. Harusnya mobilnya memakai kaca hitam, melintasi Hachiman, dan Ibu Yukino terus mengamati Hachiman dari balik kaca tersebut.

  ...

  Cermati monolog akhir Hachiman.

  Menceritakan tentang dua orang yang memiliki hubungan khusus. Kedua orang tersebut tidak berani memberi nama ke hubungan mereka karena takut hubungan mereka dihancurkan atau hancur. Karena Hachiman menyebut 'kami', artinya Hachiman salah satu orang tersebut.

  Siapa satu orangnya lagi? Jelas, siapa lagi yang punya hubungan dengan Hachiman...Yukinoshita Yukino.

  Dikatakan kalau baik Hachiman dan Yukino, tidak bisa memiliki diri mereka yang sebenarnya karena image (jati diri) ditentukan oleh orang lain.

  Untuk Yukino, mudah...Jati diri Yukino ditentukan oleh Ibunya. Semua keputusan ada di tangan Ibu Yukino.

  Untuk Hachiman?...Hachiman tersandera perasaan Yui. Hachiman tidak bisa konfrontasi ke Yui karena hubungan pertemanan Yui dan Yukino menjadi taruhannya. Juga, itu akan membuat Hachiman menjadi Kaori versi baru alias nice guy.

  ...

  Kata-kata Yui yang merasa Hachiman mengantarnya pulang serasa tidak adil memberikan kesan kalau harusnya Hachiman tidak perlu mengantarnya. Sepertinya, Yui sadar betul situasi seperti apa yang terjadi diantara mereka bertiga.



4 komentar:

  1. ( "Tampaknya kau habis bekerja dengan sangat keras disana."

    "Aku tidak melakukan hal-hal yang cukup berguna seperti perkataanmu."

    Sambil menjawabnya, akupun duduk di kursiku kembali. Yukinoshita membawa gelas teh tersebut ke depanku. Matanya seperti sedang menatapku dengan tajam.

    "Ah yang benar? Kok yang kulihat dari tadi serasa kontras, kamu terlihat sibuk dari tadi."

    "Sibuk...?")

    dari cuplikan tersebut Apa menurut mimin yukino ngelihat iroha,kaori, dan kawasesuatu-san ngasih coklat ke hachiman.

    Dan juga yang ini

    "Kamu sepertinya sudah menyiapkan rencana cadangan jika sesuatu yang buruk terjadi...Tapi sebenarya tidak akan terjadi apa-apa. Aku juga membantunya membuat itu.

    "....Apa, kalau begitu, itu cukup melegakanku."

    "Aku sepertinya mendengarkan percakapan yang cukup mengerikan!?"

    Pasti itu pukulan terberat buat yui. Secara saat hachiman denger kalo itu di bantu yukino hachiman jadi yakin. yang artinya secara tidak langsung hachiman senang mencicipi coklat campur tangan yukino dan meragukan coklat dari yui atau bisa di artikan kalo hachiman lebih condong ke yukino.

    Seperti yang kuduga, lalu aku melihat ke arah Yukinoshita, dia sedang menyisir rambutnya dengan jari-jarinya, lalu membusungkan dadanya seperti bangga akan sesuatu.

    "Seperti yang kuduga. Lagipula, aku hanya mengawasinya dengan ketat di setiap langkah-langkahnya."

    Tentu saja yukino bangga akan hal ini.

    Tentu saja konspirasi dari mimin lebih akurat dari punya saya yang hanya dapat menyimpulkan yang ada di kepalaku saja. Kalo mimin punya pendapat tolong lebih jelaskan.
    ARIGATO!!!.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yukino melihat Hachiman "pecicilan" ke gadis-gadis lainnya...

      Hapus
  2. Yang dipegang isshiki tuh "coklat panggang yang dibungkus + kartu berisi pesan" atau "coklat mewah tanpa bungkus"?

    BalasHapus
  3. bisa dibilang anime nya mengecewakan karna
    gak ada adegan iroha ngasih coklat

    BalasHapus