x x x
Aku hanya bisa duduk terdiam di ruang memasak, dipaksa untuk menunggu sendirian disini.
Sepertinya, Totsuka ada keperluan dengan aktivitas Klubnya sehingga dia pergi meninggalkan kami. Sebelum pergi, dia mengatakan kalau sangat disayangkan tidak bisa melihat para gadis memakai pakaian pengantin. Tapi akulah yang sangat menyayangkan hal ini karena aku tidak akan bisa melihat Totsuka yang memakai pakaian pengantin...Tidak, kalau melihat situasinya, aku sendiri tidak keberatan melihatnya memakai tuxedo! Malahan, aku ingin melihat dia dengan dua pakaian yang berbeda!
Ketika aku mulai dihinggapi oleh halusinasiku, pintu terbuka dan Komachi masuk ke dalam.
Ketika kulihat, sepertinya dia sedang memakai kostum pengantin.
Tipe pakaian yang dia pakai adalah tipe unorthodox dengan model mini-skirt. Sebagai atasannya, dimana pada umumnya berwarna putih, ternyata ada warna kuning, memberikan kesan sehat, ceria, dan manis.
Dengan penampilan barunya itu, antusiasme Komachi tampak lebih tinggi dari biasanya.
"Selamat menikmati, Pertunjukan Kostum Pengantin yang Memalukan~! Karena itulah, Komachi juga mengganti pakaian. Onii-chan, lihat, lihat!"
"Yeah, yeah, kau paling manis di dunia ini."
Setelah aku mengatakannya, bahu Komachi terlihat menurun dan suaranya yang penuh motivasi tadi hilang entah kemana.
"Ah sudahlah. Dia mengatakan omong kosongnya lagi. Sekarang, mari kita mulai pertunjukan ini dari Yui-san."
Setelah Komachi mengumumkannya, dia menghadap ke arah pintu, dan suara langkah kaki yang gugup mulai terdengar.
Yuigahama mengintip terlebih dahulu, lalu melihat ke seluruh penjuru ruangan. Akhirnya, setelah meyakinkan diri, dia masuk ke ruangan memasak.
Pakaian yang dia pakai berwarna pink, memberikan kesan glamor yang tampak senada dengan warna rambut Yuigahama. Rok pendeknya tampak mengembang dan diluar ekspektasiku, memberikan kesan betapa kurus dan berjenjang kaki miliknya. Rok tersebut membalut tubuhnya hingga area dada dengan dihiasi manik-manik yang berwarna cerah. Jujur saja, aku kesulitan untuk melihat langsung ke arahnya.
Entah karena dia gugup ataukah dia tidak terbiasa memakai gaun, gerakannya tampak kaku dan aneh. Ketika kedua mata kami bertemu, wajahnya memerah seperti hendak mengatakan kalau memakai pakaian pengantin memang sangat memalukan. Aku bisa merasakan rasa malunya itu dan mulai membuatku tertular, jadi tolong hentikan menatapku seperti itu...
Ketika Yuigahama sudah sampai di samping Komachi, dia lalu bergerak menuju belakang Komachi seperti berusaha menjadikan Komachi tameng baginya.
"Um...Ko-Komachi-chan, darimana kau mendapatkan ini?"
"Ahaaaan, rahasia laaah ♪"
Komachi mengedipkan matanya. Dia mungkin meminjamnya dari rival perusahaan yang terlibat dalam majalah. Dia adalah adik yang tidak akan menyisakan satupun hal yang tersisa dalam event ini.
"Oke, oke, selanjutnya adalah Yukino-san!"
Ketika Komachi memanggil namanya, pintu terbuka tanpa adanya suara. Dan kemudian, Yukinoshita dengan anggunnya memasuki ruangan tanpa adanya satupun suara.
Semua orang hanya bisa menahan napasnya.
Gaun panjang putih itu memperlihatkan lekuk tubuhnya dengan efek tertentu. Bagian lengan gaunnya, dihiasi oleh hiasan bunga dan lekukan di area kakinya memberikan kesan seperti tampilan dari putri duyung. Sedang kepalanya, memakai semacam veil yang menggambarkan tumpukan salju yang jatuh dibalik rambut hitamnya yang mengkilap. Gaun ini tidak berusaha menyembunyikan kulitnya yang putih. Malahan, gaun ini seperti mempromosikan kecantikannya.
Dibalik veil tersebut, Yukinoshita menutup kedua matanya dan berjalan secara perlahan.
"...Kenapa aku harus ikut juga?"
Aku bisa mendengar kata-katanya yang keluar dari veil tersebut.
Dia tampaknya kurang menyukai itu. Meski jika kau tidak bisa melihat secara jelas, sangat mudah melihat auranya, dan maksudku aura dia. Ketika veilnya sedikit berkibar, kau akan bisa melihat dengan sekilas kalau wajahnya memerah karena kurang senang dan bercampur dengan perasaan malu.
"Ooh, dia tampak kurang senang...Bahkan veil sekalipun tidak bisa menyembunyikannya..."
"...Apa maksudmu?"
Sebuah tatapan yang dingin dan tajam menusukku dari balik veil itu. Pasti ini. Seperti bagaimana kimono putih dengan mahkotanya, veil dari gaun harunya memiliki efek yang serupa. Meski, tampaknya tidak memiliki efek bagi Yukinoshita.
Yukinoshita berdiri di samping Yuigahama dan Komachi yang memasang ekspresi puas. Tinggal satu orang lagi yang akan tampil.
"Sekarang, kontestan terakhir kita, Hiratsuka-sensei~♪"
Dibandingkan dengan memperkenalkan dua gadis sebelumnya, kali ini Komachi tampak lebih rileks. Membuatku sangat penasaran mengapa kata-katanya mulai terdengar sebagai "Yang laku terakhir" daripada "Kontestan Terakhir".
Mengesampingkan cara dia mengumumkannya, pintu mulai terbuka secara perlahan. Seketika, sebuah aura mulai menyelimuti semua orang sehingga orang-orang yang disini lupa kalau mereka harus bernapas.
Berjalan masuk ke ruangan ini adalah seorang wanita cantik dengan mata yang tertutup, berjalan selangkah demi selangkah dengan veil panjang menutupi wajahnya.
Bahkan Komachi yang menjadi pembawa acaranya, terkejut dan mulai lemas.
"...Maaf, ini siapa ya?"
Ketika terpesona, Komachi mengatakan sesuatu. Tidak, bahkan aku sendiri hendak mengatakan kata-kata yang sama...
Rambut hitamnya diikat, dengan posisi yang tinggi. Gaun pengantinnya membungkus tubuhnya dan memperlihatkan punggungnya. Meski begitu, tidak bisa menyembunyikan keindahan lekuk leher hingga bahu miliknya.
Gaunnya tipe orthodox, model klasik dan menampilkan keindahan setiap bagian tubuhnya. Dia memakai sarung tangan berwarna putih yang terlihat pas di jari-jarinya dan rok yang memanjang dari pinggangnya seperti memberikan dekorasi bagi tubuhnya, memberikan detail yang jelas akan kulitnya dan lekuk dadanya.
"Hi-Hiratsuka-sensei. Cantiknya..."
"Sensei harusnya berpenampilan seperti itu setiap harinya..."
Yuigahama dan Yukinoshita mengatakan sesuatu karena kagum dan terkejut, mereka tergerak begitu saja meski mereka ini sama-sama perempuan.
"Hikigaya...Bagaimana? Aku cukup bagus, benar tidak?"
Hiratsuka-sensei menatapku sambil tertawa. Senyumnya yang innocent ini mengesankan kalau dia hendak sekedar becanda saja, seperti bertanya apakah ada yang kurang atau tidak dari gaunnya.
Kurasa ada baiknya jika aku mengatakan sesuatu yang taktis dalam momen seperti ini, tapi tampaknya kedua mataku terjebak dalam penampilannya. Ketika aku menyadari itu, aku hanya bisa terdiam. Kemudian, aku menggaruk-garuk wajahku untuk menyembunyikan rasa maluku itu.
"A-Aah...Well...Um...Anda cantik sekali."
Ketika aku mengatakannya, Hiratsuka-sensei mengedipkan kedua matanya berkali-kali.
"...Be-Begitu ya...Te-Terima kasih."
Hiratsuka-sensei berusaha menyembunyikan wajahnya dengan bunga dan menggumamkan itu. Caranya menyembunyikan wajahnya yang memerah hingga telinga, jika kita tidak mencocokkan itu dengan usianya, memang sangat manis.
Serius, kenapa dia masih single...?
Setelah semuanya berkumpul, maka ini adalah akhir dari Pertunjukan Kostum Pengantin. Dengan begitu, Komachi mengumumkan sesuatu dengan suara yang keras.
"Dan hasilnya~!"
Komachi bertepuk tangan ketika mengatakannya dan kami mengikuti instruksinya untuk bertepuk tangan juga.
Dia lalu mengangguk puas dan Komachi menatap ke seluruh penjuru ruangan memasak ini.
Dia melihat ke arah tumpukan piring di tempat cuci, papan jawaban, dan para gadis yang memakai kostum pengantin.
Setelah melihat semuanya, Komachi tersenyum licik.
"Aah, semua peserta tampaknya tampil di bawah standar~...Pemenangnya cukup jelas, yaitu Koma "
"..."
Ketika dia hendak menyelesaikan kata-katanya, ada sebuah tatapan yang penuh tekanan datang entah dari mana. Saking kuatnya, membuat Komachi tidak bisa mengatakan lebih lanjut. Ketika kulihat asal tatapan yang kuat dan abnormal itu, Hiratsuka-sensei memasang ekspresi hendak membunuh sesuatu.
Meski begitu, Komachi berusaha untuk menyelesaikan kata-katanya.
"Pe-Pemenangnya adalah "
"....."
Seperti berusaha kabur dari tatapannya, Komachi memalingkan wajahnya dari Hiratsuka-sensei. Alis dari Komachi mulai basah oleh keringat.
"Sang...Pemenang...Adalah..."
"..........!"
Mengahdapi tatapan semacam itu, baju Komachi mulai menurun. Dia melanjutkan kembali kata-katanya dengan lemah seperti hendak menghilang entah kemana.
"Pe-Pemenangnya adalah...Hiratsuka-sensei, ya benar..."
Ketika dia mengatakan itu dengan terbata-bata, Hiratsuka-sensei tersenyum ceria. Orang ini terlalu gembira...
"Mm? Be-Begitukah? Well, ahahaha! Wow, aku tidak menyangka akan menjadi pemenangnya, huh! Membuatku berpikir mungkinkah saatnya sudah dekat bagi diriku, hmm...?"
Yuigahama hanya bisa tertawa "tahaha" melihat Hiratsuka-sensei yang malu-malu, dan Yukinoshita hanya diam saja dan mengembuskan napasnya. Komachi lalu mendekatiku dengan suara "fuee" yang menyedihkan, sesenggukan, dan menyeka air matanya.
"A-Aku ketakutan...Aku sangat ketakutan..."
"Sudah, sudah..."
Ketika aku menepuk-nepuk kepala Komachi, tiba-tiba aku teringat akan sesuatu. Benar juga. Mungkin karena Hiratsuka-sensei punya semacam sifat yang seperti itulah, dia masih single hingga saat ini, huh...
Melihat Hiratsuka-sensei yang merayakan hal itu, Yuigahama tiba-tiba menepuk kedua tangannya seperti teringat akan sesuatu.
"Ah, karena kita sudah sejauh ini, ayo kita ambil gambar bersama-sama!"
"Ah, kedengarannya ide yang bagus! Ayo, Onii-chan!"
Komachi yang mendengarkan saran tersebut tiba-tiba tersenyum. Aku tahu kalau dia hanya pura-pura menangis, tapi Onii-chan ingin memberikan masalah tambahan baginya...Dan karena kita harus diambil gambarnya, dia mendorongku dari belakang.
"Jangan dorong-dorong..."
Ketika aku didorong di dekat jendela dimana ada cahaya dari matahari yang sedang terbenam, aku melihat Yukinoshita yang bergeser ke samping seperti hendak menghindariku. Lalu, dia mulai menjauh dari jendela.
"Aku kapan-kapan saja."
Meski dia mengatakan itu, Yuigahama yang berada di depannya langsung menangkapnya.
"Ayolah, Yukinon juga."
"Jangan menarik-narik lenganku..."
Yuigahama menarik Yukinoshita ke tengah. Lalu, dia menarik lenganku.
"Jangan tarik aku..."
"Ya, ya..."
Dia memasang senyum bahagia, menarik lengan Yukinoshita dan diriku.
"Kami sudah siap! Aku akan mensetting kameranya!"
Ketika Komachi selesai mengatur kamera HP-nya, sepertinya dia menggunakan auto-timer, dia lalu bergegas ke arah kami.
"Kurasa hal-hal semacam ini tidak buruk juga untuk bekal saat ini dan masa depan, benar tidak?"
Hiratsuka-sensei mengatakan itu dengan lembut. Dia lalu berdiri di sampingku dan menaruh tangannya di bahuku.
Well, kalau untuk saat ini dan masa depan...Ah, akan kukirim fotonya ke Totsuka nanti.
Kemudian, suara dari kamera yang mengambil gambar mulai terdengar di ruang memasak ini.
x Side A Part 8 | END x
Tidak ada komentar:
Posting Komentar