x x x
Cara mendapatkan Poin Istri atau apapun itu akan dilakukan keesokan harinya karena Komachi harus mempersiapkan beberapa hal.
Dan hari itu kini telah tiba. Meski kita semua berkumpul di ruangan Klub, karena mendapatkan instruksi dari Komachi, para gadisnya pergi entah kemana.
Kini, aku harus menunggu instruksi lanjutan dari mereka.
Sementara itu, aku sendirian berada di ruangan Klub Relawan dan dipaksa harus menghabiskan waktu luangku ini. Sebenarnya, ini bukan hal yang buruk-buruk amat. Sejak dulu, aku sangat ahli dalam menjaga benteng sementara yang lainnya pergi entah kemana.
Ketika aku sudah mulai hanyut dalam bacaanku, HP-ku bergetar. Ketika kulihat, ternyata ada SMS dari Komachi.
...Memangnya apa yang dia rencanakan dengan mengumpulkan semua orang di ruangan memasak? Ah sudahlah, kalau sudah masuk yang namanya request dari adik perempuan, aku bisa apa lagi?
Aku lalu meninggalkan ruangan Klub dan berjalan menuju ruang memasak.
Lorong ruangan yang sepi seusai jam sekolah memang sangat nyaman bagiku. Suasana yang sepi ini seperti sebuah kebohongan jika tahu kalau di jam-jam sekolah lorong ini gaduh bukan main.
Tapi ketika aku mulai dekat dengan ruangan memasak, entah mengapa suaranya jauh lebih berisik dari biasanya. Aku bahkan bisa mendengar suara jeritan dari lorong ini.
Hei, hei...Aku malah mulai takut untuk mendatangi ruangan memasak...
Sayangnya, aku sudah berada di depan pintu.
Kukumpulkan segenap keberanianku dan kubuka pintunya.
Ketika kulakukan, Komachi yang sedang memakai celemek, berdiri seperti sudah menungguku sedari tadi.
"Ah, akhirnya datang juga. Oke, ayo kita mulai, Onii-chan."
"Memangnya apa yang 'dimulai'...?"
Setelah kutanya, Komachi malah menaruh tangannya di pinggang.
"Sebentar lagi akan dimulai Pelatihan Pengantin! Thump, thump ✩ Perebutan Poin Istri~♪"
Ketika dia meneriakkan itu, Komachi menunjukkan sendok kuah yang sudah disembunyikannya. Apaan nih? Kau ini ingin menjadi BOY apa?
Sambil berpura-pura menggunakan sendok kuah tersebut sebagai mic, dia lalu berputar ke arah belakang.
"Pertama-tama, kita mulai dengan lomba memasak!"
Di depannya, ada tiga orang yang memakai celemek yang sama dengan Komachi: Yukinoshita, Yuigahama, dan Hiratsuka-sensei. Dan ada dua orang wajah familiar sedang duduk di sebuah meja.
"Kami mohon kepada kalian untuk menjadi juri lomba ini!"
Merespon kata-kata Komachi, ada satu orang menaikkan tangannya.
"Aku sebenarnya tidak tahu kenapa aku dipanggil kesini, tapi...Semuanya, berikan yang terbaik!"
"Fumuu, semakin sedikit penjelasannya, semakin dalam kita memasuki acaranya, semakin terlambat bagi kita untuk kembali. Baiklah! Aku, Sang Ahli Pedang, akan mengikuti permainan kalian!"
Mereka adalah Totsuka dan Zaimokuza. Apa Komachi yang memanggil mereka berdua? Ketika aku sedang kebingungan, Komachi menunjuk ke sebuah kursi kosong.
"Oke, Onii-chan, tolong duduk di kursi juri."
Kurasa ini begini, mereka yang memakai celemek akan membuat makanan, sedang orang yang duduk disini akan menjadi jurinya. Aku merasakan sesuatu hal yang kurang nyaman soal ini, meski aku nantinya berusaha untuk kabur dari sini, Komachi akhirnya akan memaksaku untuk ikut serta.
Seperti katanya, aku kemudian duduk di kursi yang sudah disediakan.
Jujur saja, aku meragukan metode ini. Tapi diantara itu semua, ada satu hal yang sangat menggangguku dimana aku harus memastikannya dahulu.
"Haruskan Totsuka menjadi jurinya? Hei, haruskah dia ada di ruangan ini?"
Aku menanyakan itu ke Komachi, tapi dia dengan santainya malah tidak mempedulikanku, dan begitu saja berjalan menuju arah Yuigahama dan yang lainnya. Tunggu dulu, bukankah caranya tidak mempedulikanku ini terlihat sangat kejam?
"Tema kali ini adalah 'Masakan Rumah Idaman Pria'. Kesempatan pertama diberikan kepada Yui-san!"
Setelah mendengarkan pengumuman itu, Yuigahama lalu berjalan ke depan. Di tangannya, ada sebuah piring stainless steel dimana aku sering melihat penampakan piring semacam ini di restoran premium.
"Um, menunya adalah..."
"Hamburger ala Jepang!"
Di tengah-tengah pertanyaan Komachi, Yuigahama menjawabnya. Di saat yang bersamaan, dia membuka penutup piring tersebut seakan-akan hendak menyajikan sebuah ornamen. Tapi reaksi Komachi yang menyaksikannya malah tidak terlihat positif.
"...Err "
Komachi tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Akupun bisa memahaminya.
Ada sebuah saus hitam yang meleleh disana. Ada juga sayuran dan bawang yang gosong disana.
...Ala Jepang? Mananya? Tidak ada satupun hal disana yang menunjukkan Jepang, jika ada, itupun seperti adegan sebuah gunung api yang sedang meletus...Ini mirip sekali dengan gambar dari Gunung Berapi Kilauea, jika kau mengatakan 'ala' gunung itu, aku akan percaya. Terlebih lagi, dimana bagian makanan ini yang terlihat seperti hamburger? Sekali lagi, apakah ini disebut makanan?
Melihat sikapku yang sudah menyerah, Zaimokuza menjulurkan tangannya, tampaknya dia sangat antusias untuk mencicipi masakan rumahan dari seorang gadis.
"Goramu goramu. Nano, nano, Nanjiro! Aku teringat dengan kata-kata orang bijak. Kau tidak bisa menilai sesuatu dari penampilannya saja. Sepertinya, ada sesuatu yang enak dan itu tersembunyi dibalik tampilan yang seperti ini..."
Entah mengapa, Zaimokuza mengatakan kata-kata yang mengagumkan, tapi realitanya, yang dia katakan itu tidak ada benarnya, karena kata-katanya hanyalah omong kosong saja.
Ketika dia mulai memakan hamburger itu, Zaimokuza menggerutu "mu!" seperti mendapatkan pencerahan dari Tuhan dan membuka matanya.
"Buhebo!"
Ketika dia meneriakkan itu, dia langsung pingsan di atas meja. Dia tidak bergerak sedikitpun. Ruangan ini tiba-tiba mendadak sunyi.
Pelaku pembunuhan ini pasti sedang ada di ruangan ini...
Komachi terus menatap Zaimokuza, setelah mengkonfirmasi kalau dia mungkin sudah tidak akan kembali lagi ke dunia ini, diapun menatapku.
"Ummmm, karena Chuuni-san tidak sadarkan diri, selanjutnya adalah...Onii-chan."
"Eh?"
Ketika aku terkejut karena ditunjuk tiba-tiba, masakan Yuigahama terlihat jelas di depanku.
"Guh..."
Aku hanya bisa terdiam melihat pemandangan makanan yang menakutkan ini berada tepat di depanku.
Meski aku tahu kalau Zaimokuza itu orang yang absurd, mengganggu, tapi melihatnya menerima damage yang seperti itu, membuat nyaliku menciut. Aku hanya diam dan melihat makanan itu, sedang Yuigahama terlihat mulai memainkan sanggul rambutnya, berusaha mencairkan suasananya.
"Hi-Hikki, ka-kau tidak perlu memaksakan dirimu untuk memakannya..."
Dia memalingkan pandangannya dan pura-pura tertawa. Tidak, kalau memang ada opsi itu, aku tidak akan mau mencicipinya. Kata orang, "Ketika tekad sudah menjadi tuannya, maka keadilan hanyalah pelayannya".
Meski begitu, aku tidak bisa begitu saja lempar handuk disini. Aku harus menghargai hidup pemberian Tuhan ini. Tidak lupa juga kalau Zaimokuza sudah menjadi tumbalnya, jadi, begini, um, tahulah. Momen seperti ini memang tidak akan sering terjadi.
Aah, lagipula, mustahil aku akan membiarkan Totsuka memakan itu.
Agar keberanianku terkumpul, akupun menatap Totsuka yang berada di sampingku.
"Hachiman? Apa ada sesuatu?"
Melihatku yang menatapnya dengan aneh, Totsuka memiringkan kepalanya dan tersenyum.
Aku ingin melindungi senyum itu...
Saat ini, satu-satunya hal yang bisa melindungi senyumnya adalah diriku. Tekadku mulai terkumpul, jadi, selamat tinggal keadilan.
Dengan tekad baja, akupun mengambil sumpit. Lalu, kumakan semua yang ada.
Kuhancurkan, kugigit, kutelan. Hanya dengan satu gigitan saja, gorden dari Rasa Neraka dari Koshien mulai dinaikkan.
"Hikki..."
Aku merasa kalau Yuigahama melihatku dengan mata yang berkaca-kaca. Jujur saja, aku saat ini sedang menangis, tapi aku tidak bisa mengatakan itu dengan keras.
Dengan dilihat oleh semua orang, entah mengapa aku akhirnya bisa menelan itu.
Ruang memasak ini mulai sunyi kembali, dan suara sumpit yang kutaruh itu mulai menggema.
Kuhembuskan napasku dan berkata.
"Yeah...Well, bagaimana ya? Kalau kau sudah mempersiapkan dirimu dan memaksa dirimu untuk memakannya, kurasa itu bukanlah sesuatu yang tidak bisa dimakan..."
Makanan barusan itu memiliki nilai nol dalam kemanusiaan, apalagi Poin Istri.
"Komentarmu aneh sekali!"
Yuigahama lalu berteriak kesal, tapi jika kau berniat untuk berteriak seperti itu, tolong berteriak lebih keras...Karena diriku ini sudah menjerit-jerit sedari tadi.
"Aku tidak tahu harus mengatakan apa jika kau mengatakannya dengan wajah berwarna kebiruan seperti itu..."
[note: Wajah kebiruan itu sebenarnya joke, karena wajah kebiruan adalah gejala umum dari keracunan.]
Entah mengapa Yukinoshita terlihat kagum denganku, sedang Komachi secara cepat langsung berada di sampingnya.
"Selanjutnya adalah, Yukino-san!"
Dengan instruksi Komachi, Yukinoshia membawa masakannya. Piring dan penutupnya memiliki model yang sama dengan milik Yuigahama tadi.
"Silakan hidangkan menumu!"
"Aku membuat paella..."
[note: Paella itu semacam masakan seafood dari Spanyol dengan kuah asam-manis.]
Ketika penutupnya diangkat, yang tersaji di piring adalah paella yang cantik. Yuigahama tiba-tiba terlihat antusias dengan apa yang dilihatnya.
"Oh~, masakan Itali."
"Paella itu masakan Spanyol."
"Eh? Tapi di Saizeriya juga jual, kan mereka juga jual masakan Itali selain masakan Jepang...Eh?"
Yuigahama tampak bingung ketika Yukinoshita membetulkannya. Aku paham. Saizeriya juga menjual paella. Di menu bagian Mediterania Sea memang punya menu bertuliskan Paella disana.
Paella tersebut dihidangkan kepada juri. Seafood memang bintang dari menu ini, dicampur dengan daging dan sayuran. Nasi yang ditata indah juga terlihat menyegarkan, tiba-tiba aku merasakan angin dari laut Mediterania.
...Well, bukannya aku pernah ke Laut Mediterania atau semacamnya.
Karena aku sudah menghabiskan sisa makanan Yuigahama barusan, aku memberikan kehormatan untuk mencicipi ini pertamakali ke Totsuka. Kalau ini masakan dari Yukinoshita, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Ketika aku memintanya untuk mencoba terlebih dahulu, dia lalu tersenyum dan mengambil sendoknya. Dia lalu mencicipinya.
"Woow, Yukinoshita-san, kau benar-benar pandai memasak!"
"Itu bukan sesuatu yang patut dipuji. Aku cuma kebetulan sering membuatnya saja."
Yukinoshita tidak menunjukkan tanda-tanda basa-basi, dan dia tidak terlihat malu-malu ketika mengatakannya. Dia mengatakannya dengan tenang, seperti biasanya.
Setelah Totsuka, akupun mencoba mencicipinya. Nasinya dimasak dengan baik, keseimbangan bahan-bahannya sangat bagus, bahkan aku mulai merasa lapar lagi. Hanya saja, ini bukan level dari seorang pengantin...
"Rasanya enak, sehingga aku tidak tahu harus berkomentar apa..."
Meski aku tidak tahu harus mengatakan apa lagi, Yuigahama menaikkan tangannya.
"Aku juga! Aku ingin mencicipinya!"
"Oke, oke, nanti bisa dicicipi sendiri setelah kita selesai~!"
Komachi memotong dan berusaha menenangkan Yuigahama.
"Sekarang, selanjutnya adalah Komachi. Kusajikan, daging dan kentang rebus."
Dia tidak bersikap berlebihan ketika menyajikannya, tapi jika kita membahas tentang masakan Komachi, maka aku tahu betul apa itu. Seperti biasanya, enak. Tapi apa-apaan ini, kenapa dia malah berpartisipasi? Tidak ada gunanya menaikkan poin istri miliknya karena dia tidak akan menikah dalam waktu dekat.
"Yeah. Well, tahulah. Seperti biasanya. Kau ini berusaha show off karena tahu banyak."
"Kuh, kedekatan kita ternyata senjata makan tuan..."
Totsuka kemudian menimpali.
"Meski begitu, masakannya enak kok."
Karena Totsuka mengatakan itu dengan penuh kehangatan, Komachi terlihat seperti hendak menangis saja.
"Uuu, Totsuka-san, kau memang orang yang baik...Poin Istri milikmu benar-benar tinggi sekali..."
"Aku setuju dengan itu..."
Jujur saja, dia pasti pemilik poin tertinggi disini. Komachi dan diriku hanya bisa mendesah, tapi dengan makna yang berbeda.
Kemudian Komachi menggelengkan kepalanya.
"Hah, ini buruk, buruk sekali. Sekarang, bintang dalam acara ini, kita punya Hiratsuka-sensei."
Hiratsuka-sensei tersenyum, penuh percaya diri, dan dengan bangga maju ke depan seperti hendak menyajikan sebuah hidangan berkelas.
"Apa masakan Sensei?"
"Fufufu, ini!"
Tada! Muncul dari balik penutup piring tersebut adalah piring yang dipenuhi daging matang berwarna kecoklatan. Tumpukan besar dari daging dan toge, bersama dengan porsi besar nasi.
Tumpukan daging, daging, dan daging ini terasa sangat sadis, dan barbar. Kemudian, aroma yang menarik ini mulai mengundang rasa lapar, benar-benar memberikan rasa lapar yang luar biasa.
Kombinasi ini adalah sesuatu dimana diriku sangat familiar. Aku tidak ragu akan hal itu.
"Jangan bilang kalau ini!? Hanya ada daging dan toge yang dimasak, dengan diselimuti saus yakiniku!"
"Apakah ini bisa disebut sebagai sebuah masakan...?"
Yukinoshita mengatakan keraguannya, tapi Hiratsuka-sensei tidak mempedulikannya. Malahan, dia bertanya kepadaku dengan penuh percaya diri.
"Bagaimana, Hikigaya?"
Sudah untuk dikatakan! Tapi entah mengapa aku bisa merasakannya! (kelezatannya)
Dengan sangat menyesal, aku tidak punya pilihan lain kecuali mengakui ini...
"Enak sekali...Ini super enak...Saus yakinikunya luar biasa..."
"Terus berikan pujianmu..."
Hiratsuka-sensei menyatukan kedua alisnya dan menatapku.
Uh, begini, kalau kau menyebut ini sebagai sebuah masakan, bahkan aku sendiri bisa membuatnya...Dalam kategori menu masakan kali ini, Poin Istri milikmu sangat rendah, tahu tidak?
"Sebentar lagi akan dimulai Pelatihan Pengantin! Thump, thump ✩ Perebutan Poin Istri~♪"
Ketika dia meneriakkan itu, Komachi menunjukkan sendok kuah yang sudah disembunyikannya. Apaan nih? Kau ini ingin menjadi BOY apa?
Sambil berpura-pura menggunakan sendok kuah tersebut sebagai mic, dia lalu berputar ke arah belakang.
"Pertama-tama, kita mulai dengan lomba memasak!"
Di depannya, ada tiga orang yang memakai celemek yang sama dengan Komachi: Yukinoshita, Yuigahama, dan Hiratsuka-sensei. Dan ada dua orang wajah familiar sedang duduk di sebuah meja.
"Kami mohon kepada kalian untuk menjadi juri lomba ini!"
Merespon kata-kata Komachi, ada satu orang menaikkan tangannya.
"Aku sebenarnya tidak tahu kenapa aku dipanggil kesini, tapi...Semuanya, berikan yang terbaik!"
"Fumuu, semakin sedikit penjelasannya, semakin dalam kita memasuki acaranya, semakin terlambat bagi kita untuk kembali. Baiklah! Aku, Sang Ahli Pedang, akan mengikuti permainan kalian!"
Mereka adalah Totsuka dan Zaimokuza. Apa Komachi yang memanggil mereka berdua? Ketika aku sedang kebingungan, Komachi menunjuk ke sebuah kursi kosong.
"Oke, Onii-chan, tolong duduk di kursi juri."
Kurasa ini begini, mereka yang memakai celemek akan membuat makanan, sedang orang yang duduk disini akan menjadi jurinya. Aku merasakan sesuatu hal yang kurang nyaman soal ini, meski aku nantinya berusaha untuk kabur dari sini, Komachi akhirnya akan memaksaku untuk ikut serta.
Seperti katanya, aku kemudian duduk di kursi yang sudah disediakan.
Jujur saja, aku meragukan metode ini. Tapi diantara itu semua, ada satu hal yang sangat menggangguku dimana aku harus memastikannya dahulu.
"Haruskan Totsuka menjadi jurinya? Hei, haruskah dia ada di ruangan ini?"
Aku menanyakan itu ke Komachi, tapi dia dengan santainya malah tidak mempedulikanku, dan begitu saja berjalan menuju arah Yuigahama dan yang lainnya. Tunggu dulu, bukankah caranya tidak mempedulikanku ini terlihat sangat kejam?
"Tema kali ini adalah 'Masakan Rumah Idaman Pria'. Kesempatan pertama diberikan kepada Yui-san!"
Setelah mendengarkan pengumuman itu, Yuigahama lalu berjalan ke depan. Di tangannya, ada sebuah piring stainless steel dimana aku sering melihat penampakan piring semacam ini di restoran premium.
"Um, menunya adalah..."
"Hamburger ala Jepang!"
Di tengah-tengah pertanyaan Komachi, Yuigahama menjawabnya. Di saat yang bersamaan, dia membuka penutup piring tersebut seakan-akan hendak menyajikan sebuah ornamen. Tapi reaksi Komachi yang menyaksikannya malah tidak terlihat positif.
"...Err
Komachi tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Akupun bisa memahaminya.
Ada sebuah saus hitam yang meleleh disana. Ada juga sayuran dan bawang yang gosong disana.
...Ala Jepang? Mananya? Tidak ada satupun hal disana yang menunjukkan Jepang, jika ada, itupun seperti adegan sebuah gunung api yang sedang meletus...Ini mirip sekali dengan gambar dari Gunung Berapi Kilauea, jika kau mengatakan 'ala' gunung itu, aku akan percaya. Terlebih lagi, dimana bagian makanan ini yang terlihat seperti hamburger? Sekali lagi, apakah ini disebut makanan?
Melihat sikapku yang sudah menyerah, Zaimokuza menjulurkan tangannya, tampaknya dia sangat antusias untuk mencicipi masakan rumahan dari seorang gadis.
"Goramu goramu. Nano, nano, Nanjiro! Aku teringat dengan kata-kata orang bijak. Kau tidak bisa menilai sesuatu dari penampilannya saja. Sepertinya, ada sesuatu yang enak dan itu tersembunyi dibalik tampilan yang seperti ini..."
Entah mengapa, Zaimokuza mengatakan kata-kata yang mengagumkan, tapi realitanya, yang dia katakan itu tidak ada benarnya, karena kata-katanya hanyalah omong kosong saja.
Ketika dia mulai memakan hamburger itu, Zaimokuza menggerutu "mu!" seperti mendapatkan pencerahan dari Tuhan dan membuka matanya.
"Buhebo!"
Ketika dia meneriakkan itu, dia langsung pingsan di atas meja. Dia tidak bergerak sedikitpun. Ruangan ini tiba-tiba mendadak sunyi.
Pelaku pembunuhan ini pasti sedang ada di ruangan ini...
Komachi terus menatap Zaimokuza, setelah mengkonfirmasi kalau dia mungkin sudah tidak akan kembali lagi ke dunia ini, diapun menatapku.
"Ummmm, karena Chuuni-san tidak sadarkan diri, selanjutnya adalah...Onii-chan."
"Eh?"
Ketika aku terkejut karena ditunjuk tiba-tiba, masakan Yuigahama terlihat jelas di depanku.
"Guh..."
Aku hanya bisa terdiam melihat pemandangan makanan yang menakutkan ini berada tepat di depanku.
Meski aku tahu kalau Zaimokuza itu orang yang absurd, mengganggu, tapi melihatnya menerima damage yang seperti itu, membuat nyaliku menciut. Aku hanya diam dan melihat makanan itu, sedang Yuigahama terlihat mulai memainkan sanggul rambutnya, berusaha mencairkan suasananya.
"Hi-Hikki, ka-kau tidak perlu memaksakan dirimu untuk memakannya..."
Dia memalingkan pandangannya dan pura-pura tertawa. Tidak, kalau memang ada opsi itu, aku tidak akan mau mencicipinya. Kata orang, "Ketika tekad sudah menjadi tuannya, maka keadilan hanyalah pelayannya".
Meski begitu, aku tidak bisa begitu saja lempar handuk disini. Aku harus menghargai hidup pemberian Tuhan ini. Tidak lupa juga kalau Zaimokuza sudah menjadi tumbalnya, jadi, begini, um, tahulah. Momen seperti ini memang tidak akan sering terjadi.
Aah, lagipula, mustahil aku akan membiarkan Totsuka memakan itu.
Agar keberanianku terkumpul, akupun menatap Totsuka yang berada di sampingku.
"Hachiman? Apa ada sesuatu?"
Melihatku yang menatapnya dengan aneh, Totsuka memiringkan kepalanya dan tersenyum.
Aku ingin melindungi senyum itu...
Saat ini, satu-satunya hal yang bisa melindungi senyumnya adalah diriku. Tekadku mulai terkumpul, jadi, selamat tinggal keadilan.
Dengan tekad baja, akupun mengambil sumpit. Lalu, kumakan semua yang ada.
Kuhancurkan, kugigit, kutelan. Hanya dengan satu gigitan saja, gorden dari Rasa Neraka dari Koshien mulai dinaikkan.
"Hikki..."
Aku merasa kalau Yuigahama melihatku dengan mata yang berkaca-kaca. Jujur saja, aku saat ini sedang menangis, tapi aku tidak bisa mengatakan itu dengan keras.
Dengan dilihat oleh semua orang, entah mengapa aku akhirnya bisa menelan itu.
Ruang memasak ini mulai sunyi kembali, dan suara sumpit yang kutaruh itu mulai menggema.
Kuhembuskan napasku dan berkata.
"Yeah...Well, bagaimana ya? Kalau kau sudah mempersiapkan dirimu dan memaksa dirimu untuk memakannya, kurasa itu bukanlah sesuatu yang tidak bisa dimakan..."
Makanan barusan itu memiliki nilai nol dalam kemanusiaan, apalagi Poin Istri.
"Komentarmu aneh sekali!"
Yuigahama lalu berteriak kesal, tapi jika kau berniat untuk berteriak seperti itu, tolong berteriak lebih keras...Karena diriku ini sudah menjerit-jerit sedari tadi.
"Aku tidak tahu harus mengatakan apa jika kau mengatakannya dengan wajah berwarna kebiruan seperti itu..."
[note: Wajah kebiruan itu sebenarnya joke, karena wajah kebiruan adalah gejala umum dari keracunan.]
Entah mengapa Yukinoshita terlihat kagum denganku, sedang Komachi secara cepat langsung berada di sampingnya.
"Selanjutnya adalah, Yukino-san!"
Dengan instruksi Komachi, Yukinoshia membawa masakannya. Piring dan penutupnya memiliki model yang sama dengan milik Yuigahama tadi.
"Silakan hidangkan menumu!"
"Aku membuat paella..."
[note: Paella itu semacam masakan seafood dari Spanyol dengan kuah asam-manis.]
Ketika penutupnya diangkat, yang tersaji di piring adalah paella yang cantik. Yuigahama tiba-tiba terlihat antusias dengan apa yang dilihatnya.
"Oh~, masakan Itali."
"Paella itu masakan Spanyol."
"Eh? Tapi di Saizeriya juga jual, kan mereka juga jual masakan Itali selain masakan Jepang...Eh?"
Yuigahama tampak bingung ketika Yukinoshita membetulkannya. Aku paham. Saizeriya juga menjual paella. Di menu bagian Mediterania Sea memang punya menu bertuliskan Paella disana.
Paella tersebut dihidangkan kepada juri. Seafood memang bintang dari menu ini, dicampur dengan daging dan sayuran. Nasi yang ditata indah juga terlihat menyegarkan, tiba-tiba aku merasakan angin dari laut Mediterania.
...Well, bukannya aku pernah ke Laut Mediterania atau semacamnya.
Karena aku sudah menghabiskan sisa makanan Yuigahama barusan, aku memberikan kehormatan untuk mencicipi ini pertamakali ke Totsuka. Kalau ini masakan dari Yukinoshita, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Ketika aku memintanya untuk mencoba terlebih dahulu, dia lalu tersenyum dan mengambil sendoknya. Dia lalu mencicipinya.
"Woow, Yukinoshita-san, kau benar-benar pandai memasak!"
"Itu bukan sesuatu yang patut dipuji. Aku cuma kebetulan sering membuatnya saja."
Yukinoshita tidak menunjukkan tanda-tanda basa-basi, dan dia tidak terlihat malu-malu ketika mengatakannya. Dia mengatakannya dengan tenang, seperti biasanya.
Setelah Totsuka, akupun mencoba mencicipinya. Nasinya dimasak dengan baik, keseimbangan bahan-bahannya sangat bagus, bahkan aku mulai merasa lapar lagi. Hanya saja, ini bukan level dari seorang pengantin...
"Rasanya enak, sehingga aku tidak tahu harus berkomentar apa..."
Meski aku tidak tahu harus mengatakan apa lagi, Yuigahama menaikkan tangannya.
"Aku juga! Aku ingin mencicipinya!"
"Oke, oke, nanti bisa dicicipi sendiri setelah kita selesai~!"
Komachi memotong dan berusaha menenangkan Yuigahama.
"Sekarang, selanjutnya adalah Komachi. Kusajikan, daging dan kentang rebus."
Dia tidak bersikap berlebihan ketika menyajikannya, tapi jika kita membahas tentang masakan Komachi, maka aku tahu betul apa itu. Seperti biasanya, enak. Tapi apa-apaan ini, kenapa dia malah berpartisipasi? Tidak ada gunanya menaikkan poin istri miliknya karena dia tidak akan menikah dalam waktu dekat.
"Yeah. Well, tahulah. Seperti biasanya. Kau ini berusaha show off karena tahu banyak."
"Kuh, kedekatan kita ternyata senjata makan tuan..."
Totsuka kemudian menimpali.
"Meski begitu, masakannya enak kok."
Karena Totsuka mengatakan itu dengan penuh kehangatan, Komachi terlihat seperti hendak menangis saja.
"Uuu, Totsuka-san, kau memang orang yang baik...Poin Istri milikmu benar-benar tinggi sekali..."
"Aku setuju dengan itu..."
Jujur saja, dia pasti pemilik poin tertinggi disini. Komachi dan diriku hanya bisa mendesah, tapi dengan makna yang berbeda.
Kemudian Komachi menggelengkan kepalanya.
"Hah, ini buruk, buruk sekali. Sekarang, bintang dalam acara ini, kita punya Hiratsuka-sensei."
Hiratsuka-sensei tersenyum, penuh percaya diri, dan dengan bangga maju ke depan seperti hendak menyajikan sebuah hidangan berkelas.
"Apa masakan Sensei?"
"Fufufu, ini!"
Tada! Muncul dari balik penutup piring tersebut adalah piring yang dipenuhi daging matang berwarna kecoklatan. Tumpukan besar dari daging dan toge, bersama dengan porsi besar nasi.
Tumpukan daging, daging, dan daging ini terasa sangat sadis, dan barbar. Kemudian, aroma yang menarik ini mulai mengundang rasa lapar, benar-benar memberikan rasa lapar yang luar biasa.
Kombinasi ini adalah sesuatu dimana diriku sangat familiar. Aku tidak ragu akan hal itu.
"Jangan bilang kalau ini!? Hanya ada daging dan toge yang dimasak, dengan diselimuti saus yakiniku!"
"Apakah ini bisa disebut sebagai sebuah masakan...?"
Yukinoshita mengatakan keraguannya, tapi Hiratsuka-sensei tidak mempedulikannya. Malahan, dia bertanya kepadaku dengan penuh percaya diri.
"Bagaimana, Hikigaya?"
Sudah untuk dikatakan! Tapi entah mengapa aku bisa merasakannya! (kelezatannya)
Dengan sangat menyesal, aku tidak punya pilihan lain kecuali mengakui ini...
"Enak sekali...Ini super enak...Saus yakinikunya luar biasa..."
"Terus berikan pujianmu..."
Hiratsuka-sensei menyatukan kedua alisnya dan menatapku.
Uh, begini, kalau kau menyebut ini sebagai sebuah masakan, bahkan aku sendiri bisa membuatnya...Dalam kategori menu masakan kali ini, Poin Istri milikmu sangat rendah, tahu tidak?
x Side A Part 6 | END x
Dalam monolognya di vol 5 chapter 6 mengenai syarat istrinya kelak, Yukinoshita Yukino dan Hikigaya Komachi sudah masuk kategori ini.
...
Buat yang belum tahu, menu masakan Hiratsuka-sensei ini terinspirasi email konsultasi Chiba di side story 1 vol 7.5. Jawaban dari Klub Relawan adalah daging. Tentunya, karena yang ditanyakan oleh Hiratsuka-sensei ini tentang selera makanan pria, jelas sedikit banyak jawaban dari Klub Relawan di email tersebut adalah opini Hachiman.
Oleh karena itu, Hiratsuka-sensei langsung bertanya ke Hachiman.
...
Tanpa perlu komentar ataupun analisis, kita semua sudah tahu siapa yang mendapatkan Poin Istri tertinggi di lomba ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar