x x x
Dari Stasiun Maihama ke Disney Land, masih harus pindah ke monorel sekali. Monorel tersebut dipenuhi cat dan ornamen Disney, dan musik yang dimainkan monorel tersebut sama persis dengan musik yang dimainkan di setiap pertunjukan Disney. Di dalam gerbong juga banyak sekali gambar-gambar karakter Disney Land. Yuigahama yang melihat-lihat karakter itu, mengucapkan beberapa kata untuk mengungkapkan kekagumannya. Dia berjalan dari gerbong satu ke gerbong lainnya, melihat kesana dan kemari.
"Kereta ini luar biasa! Kau seperti diajak masuk ke suasana Disney!"
"Sebenarnya, ini bukanlah kereta. Ini monorel."
"...Mono, rel?"
Yuigahama memiringkan kepalanya, seperti memberitahu kalau ini adalah pertamakalinya dia mendengar kata tersebut. Sikapnya yang seperti ini memang manis, tapi di lain pihak, ini benar-benar mengkhawatirkan!
"...Mungkinkah, kau tidak tahu kalau kendaraan ini disebut monorel?"
Kutanyakan itu dengan perlahan-lahan, dimana itu membuat Yuigahama mengepalkan tangannya.
"A-Aku tahu soal ini!...Tapi, belum pernah tahu kalau ada yang model menggantung seperti ini."
Meski begitu, dia tampak ragu ketika mengatakan kalimat terakhirnya. Kurasa warga Chiba yang sudah terbiasa melihat monorel model tergantung, mungkin juga merasa aneh jika naik monorel yang model berjalan di atas rel.
Pembicaraan tentang monorel ini terus berjalan, menghujaniku dengan beberapa pikiran ini dan itu. Di luar jendela, pemandangan Disney Land mulai terlihat oleh kita berdua.
"Oh."
Melihat pemandangan itu, membuatku secara spontan mengatakan itu. Karena itu, Yuigahama, yang berada di sampingku, tiba-tiba melihat ke arah luar jendela, dan melihat apa yang kulihat. Tidak peduli seberapa besar ketertarikan yang ada dalam diriku, aku sangat antusias ketika melihat White Castle dan juga asap dari atraksi Volcano.
"Hei, hei, kita pertama nanti akan naik atraksi apa?"
"Tenanglah. Banyak sekali atraksi di Disney Land yang bagus, dan itu artinya akan banyak sekali orang yang tertarik dengan atraksi itu. Pertama, kita harus mendapatkan Fast Pass dulu sebelum memutuskan mau antri di atraksi apa."
"Kenapa kau bisa sedetail itu?"
"Kurasa wajar saja. Bagiku, aku tahu apapun soal Chiba."
"Oh, itu terdengar luar biasa...Tapi, Hikki, apa kau sering kesini?!"
Ekspresi Yuigahama berubah dari kagum menjadi khawatir, Yuigahama memiringkan kepalanya. Melihat tatapan lugu tersebut, aku sendiri mulai khawatir. Meski begitu, aku berhasil memalingkan pandanganku dan menggaruk-garuk wajahku.
"Well, ini seperti kata orang-orang, kalau orang Tokyo harus pergi berkunjung ke Menara Tokyo. Semacam itulah."
"Aku tahu soal itu, tapi tetap, barusan itu terlalu detail!"
Setelah obrolan tersebut berakhir, monorel tiba di tempat tujuan, Stasiun Disney Land. Setelah kita keluar, kita seperti disambut seperti tiba di Restoran China.
Dalam perjalanan dari Stasiun menuju Gerbang Masuk, para staff Stasiun selalu melambaikan tangannya kepada kita sambil meneriakkan "Semoga perjalanan anda menyenangkan!" dan Yuigahama melambai juga ke arah mereka, menjawabnya dengan "Sampai jumpa nanti!". Oke, itu memang sesuatu yang kau harapkan dari sebuah Kerajaan Sihir dan Impian. Di dunia pragmatis ini, ketika ada seseorang yang tidak dikenal menyapamu di jalan, kau akan curiga kepada orang itu. Jadi tempat ini pastilah sebuah Kerajaan Sihir dan Impian! Sebuah tempat dimana situasi normal tidak akan terjadi.
Semakin lama kupikirkan hal tersebut, semakin yakin diriku dengan logika tersebut. Kami membeli tiket dan melewati gerbangnya, dan disambut sebuah hamparan tanah yang luas. Sebuah kekaguman keluar begitu saja dari mulutku.
Dari titik ini, kami disuguhi pemandangan yang sangat berbeda dengan realita normal, sebuah dunia yang berbeda dari dunia normal sedang menanti kami. Ada sebuah patung hati dan beberapa karakter yang sedang bertepuk tangan menyambut kami di depan gerbang. Tidak lupa juga, pantulan berbagai cahaya yang berwarna-warni juga membuat suasananya bertambah menarik.
Yang paling mencolok, adalah dekorasi-dekoraasi di samping jalan menuju taman utama. Gedung-gedung tersebut dibuat dengan batu bergaya Itali dan mengesankan seperti berada di daerah eropa semacam Venesia atau sejenisnya.
Melewati pintu menuju jalan utama, kita bisa melihat Volcano dan sebuah perahu VIP yang bersandar di pelabuhan. Aku seperti berada di sebuah adegan film. Membuatku serasa baru saja berada di awal cerita tempat ini.
Melihat semua pemandangan ini, secara spontan, aku mulai merasa cemas dengan fakta kalau kita akan menghabiskan waktu seharian disini, bersenang-senang di Disney Land. Jika aku merasakan hal yang semacam ini, maka Yuigahama harusnya merasakan hal yang sama pula. Yuigahama sesekali menarik-narik lenganku, kedua matanya terlihat berkaca-kaca dan wajahnya terlihat bercahaya terang.
"Hikki! Gambar! Ambil!"
"O, oke. Kenapa bahasa Jepangmu patah-patah begitu..."
Saat ini, dia berbicara dengan menggunakan intonasi yang mirip dengan orang yang mengatakan "Aku, Kau, Makan".
Ya sudahlah, meski kita masih berada di area gerbang, kita harus mengantre untuk mengambil foto disini, karena ini adalah tempat mengambil foto yang sangat populer, dimana kau bisa mengambil foto dengan latar gedung-gedung dan Volcano. Yuigahama berdiri tepat di sampingku. Biasanya, dalam situasi yang semacam ini, aku tidak bisa menolaknya, dan juga, aku tidak punya pilihan lain selain membiarkannya begitu. Maksudku, aku sendiri tidak akan bisa mengatasi seorang Maniak Disney yang akan mempertontonkan seluruh kelakuannya ketika datang ke Disney Land sendirian. Kalau dalam bahasa Inggris, itu bisa jadi No-Ninja!
Berdiri di samping Yuigahama, aku merasa aneh dan mencoba menghilangkan rasa aneh ini dengan memikirkan banyak hal-hal bodoh. Tidak lama lagi, giliran kita akan tiba.
Kami berdiri di depan kamera. Aku merasakan kalau jarak kami masih tetap seperti yang biasanya. Kami memberi sedikit ruang diantara kami, seperti merasa kalau ada makhluk tidak terlihat berdiri di antara kami berdua.
Karena juru fotonya merupakan staff Disney Land, maka aku tidak perlu bertugas untuk mengambil foto. Entah mengapa, aku merasa lega hanya dengan memikirkan hal itu.
Dengan senyumnya, staff tersebut melambaikan tangannya seperti hendak meminta kami untuk melakukan sesuatu.
"Bisakah kalian berdua geser sedikit saja agar lebih dekat?"
"Ah, oke..."
Setelah menjawab itu, Yuigahama lalu mengambil selangkah lebih dekat dengan diriku. Tapi, si juru foto tersebut terus melambaikan tangannya tanpa mengatakan apapun, terus memberikan tanda kepada kami untuk lebih mendekat lagi.
"Ku-Kupikir jika lebih dekat lagi akan terlihat lebih bagus..."
Dia mengatakan itu dengan nada ragu-ragu. Lalu, aku mulai mendengar komplain orang-orang yang berada di antrean belakang kami yang melihat kami terlihat lebih lama dari biasanya.
Tekanan ini membuatku gila saja. Aku sampai bisa merasakan tekanan orang-orang yang mulai mengatakan, "Bisakah kalian percepat?". Memang....Mereka semua melihat ke arahku.
Meski aku sendiri tidak melihat secara jelas tekanan dari mereka karena mereka menutup ekspresi mereka dengan tatapan dan senyum yang kaku. Aku lalu mengambil separuh langkah, hanya separuh langkah, lebih dekat lagi ke Yuigahama.
Setelah itu, si juru foto mulai bersiap-siap untuk mengambil gambar. Tidak jelas kapan fotonya akan diambil. Tapi, entah mengapa aku merasa waktu terasa sangat lama, aku mulai dihinggapi oleh rasa cemas.
"Oke, aku akan mengambil gambar kalian sekarang!"
Tepat setelah si juru foto mengatakan itu, Yuigahama langsung menarik syalku. Menerima serangan yang tiba-tiba tersebut, tubuhku mulai merendah dan akhirnya tanganku berada di bahu Yuigahama. Kejadian ini membuatku terasa lebih dekat dengan wajahnya. Aku bisa melihat senyumannya yang lebar, seperti merasa puas dengan kesuksesan aksi kecilnya tadi.
Di momen itu pula, terdengar suara kamera yang sedang mengambil gambar kami.
Melihat semua pemandangan ini, secara spontan, aku mulai merasa cemas dengan fakta kalau kita akan menghabiskan waktu seharian disini, bersenang-senang di Disney Land. Jika aku merasakan hal yang semacam ini, maka Yuigahama harusnya merasakan hal yang sama pula. Yuigahama sesekali menarik-narik lenganku, kedua matanya terlihat berkaca-kaca dan wajahnya terlihat bercahaya terang.
"Hikki! Gambar! Ambil!"
"O, oke. Kenapa bahasa Jepangmu patah-patah begitu..."
Saat ini, dia berbicara dengan menggunakan intonasi yang mirip dengan orang yang mengatakan "Aku, Kau, Makan".
Ya sudahlah, meski kita masih berada di area gerbang, kita harus mengantre untuk mengambil foto disini, karena ini adalah tempat mengambil foto yang sangat populer, dimana kau bisa mengambil foto dengan latar gedung-gedung dan Volcano. Yuigahama berdiri tepat di sampingku. Biasanya, dalam situasi yang semacam ini, aku tidak bisa menolaknya, dan juga, aku tidak punya pilihan lain selain membiarkannya begitu. Maksudku, aku sendiri tidak akan bisa mengatasi seorang Maniak Disney yang akan mempertontonkan seluruh kelakuannya ketika datang ke Disney Land sendirian. Kalau dalam bahasa Inggris, itu bisa jadi No-Ninja!
Berdiri di samping Yuigahama, aku merasa aneh dan mencoba menghilangkan rasa aneh ini dengan memikirkan banyak hal-hal bodoh. Tidak lama lagi, giliran kita akan tiba.
Kami berdiri di depan kamera. Aku merasakan kalau jarak kami masih tetap seperti yang biasanya. Kami memberi sedikit ruang diantara kami, seperti merasa kalau ada makhluk tidak terlihat berdiri di antara kami berdua.
Karena juru fotonya merupakan staff Disney Land, maka aku tidak perlu bertugas untuk mengambil foto. Entah mengapa, aku merasa lega hanya dengan memikirkan hal itu.
Dengan senyumnya, staff tersebut melambaikan tangannya seperti hendak meminta kami untuk melakukan sesuatu.
"Bisakah kalian berdua geser sedikit saja agar lebih dekat?"
"Ah, oke..."
Setelah menjawab itu, Yuigahama lalu mengambil selangkah lebih dekat dengan diriku. Tapi, si juru foto tersebut terus melambaikan tangannya tanpa mengatakan apapun, terus memberikan tanda kepada kami untuk lebih mendekat lagi.
"Ku-Kupikir jika lebih dekat lagi akan terlihat lebih bagus..."
Dia mengatakan itu dengan nada ragu-ragu. Lalu, aku mulai mendengar komplain orang-orang yang berada di antrean belakang kami yang melihat kami terlihat lebih lama dari biasanya.
Tekanan ini membuatku gila saja. Aku sampai bisa merasakan tekanan orang-orang yang mulai mengatakan, "Bisakah kalian percepat?". Memang....Mereka semua melihat ke arahku.
Meski aku sendiri tidak melihat secara jelas tekanan dari mereka karena mereka menutup ekspresi mereka dengan tatapan dan senyum yang kaku. Aku lalu mengambil separuh langkah, hanya separuh langkah, lebih dekat lagi ke Yuigahama.
Setelah itu, si juru foto mulai bersiap-siap untuk mengambil gambar. Tidak jelas kapan fotonya akan diambil. Tapi, entah mengapa aku merasa waktu terasa sangat lama, aku mulai dihinggapi oleh rasa cemas.
"Oke, aku akan mengambil gambar kalian sekarang!"
Tepat setelah si juru foto mengatakan itu, Yuigahama langsung menarik syalku. Menerima serangan yang tiba-tiba tersebut, tubuhku mulai merendah dan akhirnya tanganku berada di bahu Yuigahama. Kejadian ini membuatku terasa lebih dekat dengan wajahnya. Aku bisa melihat senyumannya yang lebar, seperti merasa puas dengan kesuksesan aksi kecilnya tadi.
Di momen itu pula, terdengar suara kamera yang sedang mengambil gambar kami.
x x x
Tidak ada komentar:
Posting Komentar