x x x
Setelah kami menaruh tas-tas kami di bangunan utama, kami diarahkan untuk berkumpul di sebuah tempat yang dinamakan "Tempat Pertemuan". Hampir seratus anak SD sudah menunggu kami disana.
Mereka mungkin adalah siswa kelas 6 SD, tapi mereka memiliki tampilan fisik yang berbeda-beda. Entah orang itu memakai seragam SMA ataupun jas yang biasa dipakai oleh karyawan-karyawan, kau pasti bisa mengidentifikasi ciri unik dari kerumunan massa ini tidak peduli berapa banyak mereka, jadi tebakan kami ini kurasa tidak akan jauh berbeda. Tapi jika para bocah-bocah nakal ini memakai baju yang berwarna-warni sesuka mereka, kurasa kesan kami akan berbeda-beda.
Tidak hanya itu saja. Kebanyakan dari mereka sedang mengobrol satu sama lain, dan itu, sudah lebih dari mengganggu bagiku, seperti selangkah lagi menuju situasi yang kacau.
Para gadis tampak sibuk mengoceh kesana-kemari sedang para anak laki-lakinya berteriak-teriak suasana hiruk-pikuk semacam ini memang terlalu berlebihan bagiku.
Semenjak SMA, aku jarang sekali melihat kumpulan anak-anak SD dalam jarak yang cukup dekat. Jumlah mereka yang banyak (cara yang aneh untuk menjelaskan) memang mengejutkanku. Apa tempat ini semacam kebun binatang?
Di sebelah kiriku, Yuigahama tampak kaget, dan di sebelahku, Yukinoshita mulai berubah menjadi pucat. Meski para Guru berdiri berada tepat di belakang para siswa, tidak ada tanda-tanda kalau situasinya akan berubah dalam waktu dekat. Sedang aku sendiri, aku hanya terus menatap arlojiku.
Para siswa ini setidaknya sudah menyadari kalau ada sesuatu yang tidak wajar telah terjadi, karena kulihat suasana ramai ini mulai terlihat sedikit tenang, itupun setelah beberapa menit berlalu.
Suara-suara dari serangga hutan mulai terdengar oleh telingaku...
Aku malah bersumpah kalau baru saja melihat ada gulungan bola jerami lewat begitu saja di depanku...
"Baik, perhatian semuanya, anak-anak. Saya sudah memberikan kalian tiga menit untuk berbicara sepuasnya."
A-Aku mendengar itu lagi! Kata-kata legendaris yang sering diucapkan ketika mengumpulkan siswa ataupun ketika mengadakan rapat. Agak aneh mendengar kata-kata itu lagi di usia yang setua ini...
Seperti dugaanku, seorang Guru mulai memberikan sambutan. Dia menjelaskan dari awal prosedur standar yang harus dipatuhi oleh para siswa dalam perkemahan ini. Aku ingat pernah diceramahi hal-hal semacam ini ketika SD dulu.
Setelah sambutan selesai, mulailah dijelaskan rencana-rencana kegiatan di perkemahan ini.
Orientasi lingkungan merupakan kegiatan pembuka kali ini. Kau mungkin bisa menyebutnya dengan jalan-jalan mengenal lingkungan sekitar. Semua orang tampak membuka Buku Panduan Kegiatan Outdoor sambil mendengarkan penjelasan tersebut. Sampul buku mereka tampaknya memakai ilustrasi gambar dari sebuah adegan anime. Ah, gaya ilustrasi tersebut pasti digambar oleh seorang gadis. Pasti seorang seniman perempuan yang melakukannya ("A-Aku sendiri tidak keberatan menggambar itu atau sejenisnya..." katanya waktu itu), sementara yang dipuji karena menghasilkan gambar ilustrasi yang bagus malah gadis ketua panitianya. Suatu hari di masa depan, gadis itu pasti akan menyesali masa lalunya yang gelap.
"Terakhir, disini sudah ada kakak-kakak yang ganteng dan cantik yang akan membantu kalian nanti. Mari kita sapa mereka dengan baik. Senang berkenalan dengan kalian."
"Senang berkenalan dengan kalian," mereka mengucapkannya secara bersamaan.
Ini semacam sapaan ala gerombolan massa, semacam "Ita-da-ki-maaaaasu!" yang sering mereka katakan ketika makan siang di sekolah.
Ini mirip seperti ucapan selamat tinggal. Yang kumaksud itu semacam kalimat seperti, "Aku akan selalu mengingat ini di hatiku" atau "Darmawisata!" aku sendiri mungkin mengatakannya seperti sedang dipaksa, tapi sekali lagi, kurasa ingatan yang menimbulkan trauma akan selalu teringat di hatimu.
Tatapan para siswa SD itu kini beralih ke arah kami.
Seperti menganggap itu sebagai sebuah tanda, Hayama mengambil beberapa langkah ke depan.
"Kami semua akan membantu kalian selama tiga hari ke depan. Jangan ragu untuk memberitahu kami kapanpun jika kalian membutuhkan sesuatu. Mari kita buat ini menjadi perkemahan musim panas yang tidak terlupakan, oke? Kami juga tidak sabar untuk menghabiskan waktu kami bersama kalian disini."
Semua orang langsung bertepuk tangan. Para gadis SD itu berteriak histeris dan berbisik-bisik sambil menatap ke arahnya. Sedang para Guru hanya bertepuk tangan tanpa mengatakan apapun.
Wow, Hayama ternyata benar-benar sesuatu. Dia tampaknya sudah terbiasa dengan itu. Sulit rasanya membayangkan kalau ada seseorang di luar sana yang mampu memberikan sapaan yang baik kepada para siswa SD tanpa melakukan persiapan yang matang.
Melihat spesifikasi yang semacam itu, aku sendiri ragu Yukinoshita bisa menyaingi kemampuannya itu.
"Kau kan ketua dari Klub Relawan, apa kau tidak akan menyapa mereka juga?"
"Aku tidak terlalu suka berdiri di depan orang banyak."
Jujur saja, aku tidak terkejut. Maksudku, gadis ini pasti akan menarik perhatian tidak peduli apa yang akan dia lakukan. Tapi dia tampak seperti memendam luka yang dalam tentang itu. Mungkinkah dia tidak menyukai diperhatikan oleh kerumunan massa?
"Tapi, aku lebih suka berada di depan orang lain..."
Oh, benar juga...
"Oke," Guru tersebut mulai memberikan instruksi. "Mari kita mulai Orientasinya!"
Siswa-siswa ini mulai membentuk grup-grup, sekitar lima atau enam grup. Kalau melihat bagaimana mereka bisa membentuk grup dengan lancar, mereka pasti sudah membagi grupnya sebelum pertemuan ini. Seperti yang semua orang tahu, mereka akan melakukan aktivitas perkemahan ini dalam sebuah grup.
Kurasa tidak banyak siswa SD yang terlihat kurang suka jika beraktivitas di dalam grup. Setiap anak-anak disini memiliki ekspresi yang ceria di wajah mereka. Mereka adalah anak-anak yang belum kenal dengan konsep kasta yang sebenarnya di sekolah. Bagi siswa SMP dan di atasnya, batasan-batasan yang kejam itu akan mulai terbangun di tempat mereka. Waktumu yang menyenangkan hanyalah sampai SD saja. Ya ampun, siswa SD memang keren sekali.
Sedang grup kami sendiri entah mengapa hanya diam saja melihat mereka. Ketika Tobe melihat ke salah satu grup anak SD tersebut, dia menggaruk-garuk rambutnya sambil berkata.
"Ya ampun, anak-anak SD ini terlihat muda sekali. Siswa SMA seperti kita ini terlihat seperti tua bangka saja."
"Hei, Tobe, bisa tidak kau diam? Itu membuatku terlihat seperti nenek-nenek tua." Miura memberikan tembakan peringatan.
Tobe tiba-tiba panik.
"Whoa, maksud gue enggak kayak gitu! NO SIR!"
Untuk sejenak, aku bersumpah kalau aku bisa merasakan tatapan Hiratsuka-sensei ke arah kami, tapi mungkin itu hanya imajinasiku saja.
"Tapi tahu tidak, ketika aku masih SD dulu, para siswa SMA itu terlihat seperti orang dewasa bagiku," Totsuka mengatakan itu dengan serius, seperti mendengarkan dengan baik percakapan orang-orang sebelumnya.
Mendengarkan kata-kata Totsuka, Komachi menepuk-nepuk jari telunjuknya di dagu dan memiringkan kepalanya.
"Semua siswa SMA memang terlihat dewasa bagi Komachi, kecuali kakakku."
"...Hei, aku ini jelas-jelas orang dewasa. Aku membuat orang jengkel dan komplain sana-sini, aku sering berbohong dan berlaku tidak adil."
"Berpikir seperti seorang emo tidak akan membuatmu terlihat dewasa, Onii-chan."
"Imagemu mengenai ciri-ciri orang dewasa sangat menyedihkan, Hikki."
Mendengarkan kata-kata Komachi dan Yuigahama yang menusuk, Totsuka menepuk bahuku dengan lembut.
"Aku mungkin tidak tahu seperti apa dirimu ketika berada di rumah, tapi menurut pendapatku selama melihatmu di sekolah, kau terlihat dewasa, Hachiman." Totsuka tersenyum. "Tahu tidak, kau ini terlihat seperti orang yang tenang dan penuh perhitungan."
"T-Totsuka..." aku hampir saja menangis dibuatnya.
"Dia terlihat seperti itu karena dia tidak punya satupun orang yang bisa dia ajak bicara. Kenyataannya, dia hanyalah jiwa yang sedang kesepian dan menyedihkan."
Ketika kulihat, ternyata gadis itu. Yukinoshita memasang senyum yang dingin di wajahnya. Akupun membalasnya dengan senyuman dinginku.
"...Bagaimana kau tahu sikapku seperti apa di kelas selama ini? Apa kau ini seorang stalker? Apa kau tahu hukuman apa yang menantimu jika kau hendak menghancurkan kedamaian dunia? Apa kau berharap untuk mati di kehidupan sosial ini?"
"Kau malah bertambah parah dari sebelumnya..." Yuigahama tersenyum sambil memasang ekspresi yang tidak percaya.
Selain itu, aku mendengar sebuah suara dari seseorang yang menginjak ranting pohon.
"...Apa mungkin...Kau baru saja meniru seseorang?"
Ini harusnya musim panas, tapi aku bersumpah kalau melihat aura yang menyeramkan dari balik Yukinoshita!
Senyumnya yang dibuat-buat itu baru saja membuatku mati ketakutan! Ya Tuhan, maafkan aku!
Hayama, yang mendengarkan percakapan kami dari kejauhan, menganggukkan kepalanya.
"Ah, tampaknya aku paham. Jadi gadis ini adalah adik dari Hikitani-kun ya? Kupikir tadi dia adalah adiknya Totsuka," Hayama mengatakan itu sambil berjalan di depan Komachi.
Hei, jangan dekat-dekat dengan Komachi...
"Aku ini teman sekelas Hikitani-kun, Hayama Hayato. Senang berkenalan denganmu, Komachi-chan."
"Um, halo. Senang berkenalan denganmu juga. Terima kasih karena selama ini sudah menjaga kakakku." Komachi merespon rasa keterkejutannya dan menyembunyikan wajahnya di belakang Yuigahama.
Dia terlihat sedang memperhatikan Hayama dari atas sampai bawah.
"Hayato-kun, mustahil-lah kalau dia itu adik dari Sai-chan," kata Yuigahama. "Mungkin malah lebih masuk akal kalau dia dikira adik dari Yukinon."
Kalau dari ciri rambutnya sih, ya bisa saja...
Hayama menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar kata-kata Yuigahama.
"Nah, setahuku Yukinoshita-san tidak punya adik."
"Oh, benar ju ...Huh? Darimana kau tahu soal itu, Hayato-kun?"
"Darimana, katamu...?" Hayama mengatakan itu sambil melirik ke arah Yukinoshita.
Tapi Yukinoshita sendiri tidak sedang menatapnya, dia malah sedang melihat ke arah para siswa SD tersebut.
"Kira-kira apa yang harus kita lakukan di kegiatan ini."
"Ah, pertanyaan bagus. Aku akan bertanya ke Hiratsuka-sensei sebentar." Hayama lalu pergi, seperti membaca kalau ada bahaya yang sedang menunggunya disini.
Yukinoshita memang sering bersikap agak menjengkelkan di depan Hayama. Tapi dia juga bersikap seperti itu kepadaku. Bedanya, dia seperti memegang pedang yang siap menusukku setiap saat. Sikap menjengkelkannya kepada Hayama mungkin lebih tepat disebut sikap pasif, dia seperti malas untuk dekat-dekat dengannya. Apa mungkin dia punya alergi terhadap kaum riajuu? Maksudku, aku sendiri punya alergi kepada kaum riajuu juga. Kira-kira kalau minum obat anti-alergi akan efektif tidak ya...
Setelah Hayama meninggalkan kami, Komachi tiba-tiba menempel di dekatku.
"Onii-chan, ini kabar buruk!"
"Memangnya ada apa?"
"Kalau kau menjadi rival pria tampan itu, peluang menangmu adalah nol, Onii-chan! Kau harus waspada penuh!"
"Banyak bacot. Jangan ganggu diriku."
Apa dia bergegas ke arahku hanya untuk melaporkan itu, adik idiotku ini? Aku sendiri tidak ada minat untuk bertarung memperebutkan sesuatu dengan dia. Selama dia terlihat tidak punya kelemahan, aku sendiri tidak ada minat untuk melakukan ini dan itu dengan Hayama.
"Ini memang terdengar seperti kabar buruk...Kau sendiri memberikan semacam aura uke, tidak lupa juga kalau kau akan menjadi tsundere uke. Jadi kalau nanti Hayama-kun mendekatimu, kau seperti memberinya kode yang jelas."
"Er, benar...Aku akan hati-hati soal itu."
Kalau dipikir-pikir, itu adalah percakapan pertamaku dengan Ebina-san. Kuharap percakapan kedua kami selanjutnya tidak akan melibatkan topik yang diluar nalar pikiranku. Ada apa dengan uke yang dia katakan itu? Aku tidak memberikan aura apapun.
Ketika semua ini terjadi, Hayama kembali bersama Hiratsuka-sensei. Dia menjelaskan kepada kami tentang pekerjaan kami hari ini.
"Kupercayakan kepada kalian untuk menyelesaikan pekerjaan orientasi ini. Yang harus kalian lakukan adalah menyiapkan makan siang di lokasi finish. Menyiapkan meja, kotak makan siang, dan minuman mereka. Aku akan membawa makanan dan minumannya ke tempat finish dengan mobil."
"Bisakah kami menumpang mobil anda menuju tempat finish?"
"Kami tidak punya cukup tempat untuk kalian. Jadi cepatlah kalian ikuti rute perjalanan mereka. Pastikan kalian sampai di tempat finish sebelum para siswa itu tiba."
Kami pasti akan mendapatkan masalah jika tidak sampai lebih dulu daripada para siswa SD di garis finish, karena kami harus menyiapkan makan siang dan lain-lainnya. Kulihat sudah ada beberapa siswa yang diberangkatkan. Kurasa aku harus bergegas kesana, mumpung matahari masih bersinar dengan cerah di atas kepalaku.
x Chapter III Part 2 | END x
"...Apa mungkin...Kau baru saja meniru seseorang?"
Kata-kata Yukino kepada Hachiman ketika Hachiman membalas balik sindirannya.
"Apa kau ini seorang stalker?" itu adalah kata-kata Yukino yang menuduh Hachiman stalker yang menyukainya di vol 1 chapter 2.
"Apa kau tahu hukuman apa yang menantimu ketika kau hendak menghancurkan perdamaian dunia?". Pembahasan melanggar perbuatan melanggar hukum merupakan penjelasan Hiratsuka-sensei di vol 1 chapter 1 ketika mengatakan Hachiman tidak akan melakukan perbuatan cabul kepada Yukino di Klub. Perdamaian dunia adalah alasan yang dikatakan Hachiman ketika Yukino menuduhnya hendak memakai hadiah sayembara Klub untuk perbuatan cabul.
"Apa kau berharap mati?". Itu jawaban Hachiman atas pertanyaan Yukino di vol 1 chapter 2 ketika Yukino menjelaskan pengandaian jika punya teman yang populer dan brengsek. Hachiman menjawab "Akan kubunuh dia".
Sederhananya, Yukino tersenyum dingin ke Hachiman karena kata-kata Hachiman tersebut mengutip percakapan mereka di vol 1 chapter 1 dan 2, juga kebanyakan isinya mengenai asmara, cabul, dan tentunya terselubung tentang Hayama.
Terima kasih, tolong donasikan seikhlasnya untuk analisis tersebut...Just kidding.
...
Entah kebetulan atau tidak, Watari disini sangat rapi dalam menyusun dialog dan plotnya. Kali ini saya membahas mengenai kata-kata Yuigahama yang mengatakan kalau Komachi lebih masuk akal jika dikira adik dari Yukino.
Ini terjadi di volume 8 chapter 3, Haruno menyebut dirinya adalah kakak ipar Hachiman di depan Kaori dan Nakamachi. Lebih lucu lagi, Hachiman setelah itu dalam monolognya menyebut ingin sekali melihat Haruno menjadi adiknya...
Kebetulan atau tidak, Watari menulis Yui mengatakan kalau Komachi masih masuk akal jika disebut adik Yukino.
...
Jelas saja Hayama tidak bisa melanjutkan lebih jauh mengenai alasannya dia tahu Yukino tidak punya adik.
Hayama tidak bisa mengatakan kalau dia adalah teman masa kecil Yukino. Satu grup pertemanan ketika kecil dulu. Itu berkemungkinan membuat Yukino jengkel dengan mengatakan mereka teman masa kecil. Juga, itu bisa membuat Miura curiga dengan hubungan Hayama-Yukino di masa lalu.
...
"Kalau kau menjadi rival pria tampan itu, peluang menangmu adalah nol, Onii-chan! "
Seluruh pembaca LN Oregairu tahu tentang ramalan Komachi ini. Mereka ternyata benar-benar rival, dan Hachiman-lah pemenangnya!
Hachiman sendiri yang mengkonfirmasi di chapter ini kalau rival dengan Hayama harus memperebutkan sesuatu, tapi apa itu?
Lucunya, jawaban ini terkuak perlahan-lahan di volume 4.
Pertama ada di vol 4 chapter 4, Hayama hendak bertanya tentang "Yu...". Kita semua tahu itu berujung ke Yukino, dan kemungkinan besar tentang kencan Hachiman dan Yukino di Lalaport.
Kedua, ada di vol 4 chapter 5, tentang gadis inisial Y yang disukai Hayama. Kita semua tahu siapa gadis itu...
Ketiga, ada di awal vol 4 chapter 7, Hayama mengatakan gadis tersebut lebih terbuka ke Hachiman. Lalu ending vol 4 chapter 7, Hayama bercerita tentang kesalahannya di masa lalu.
...
Menarik sekali, darimana Ebina tahu kalau Hachiman ini ada tsundere-tsundere...
Tapi tidak heran jika kita membaca keterangannya di vol 10 chapter 6, Ebina sering melirik ke arah Hachiman ketika di kelas...
...
Kata-kata Yukino tentang Hachiman sebenarnya hanyalah jiwa yang kesepian dan menyedihkan...
Ajaib, kata-kata itu benar-benar tepat sasaran...
Kata-kata Yukino tentang Hachiman sebenarnya hanyalah jiwa yang kesepian dan menyedihkan...
Ajaib, kata-kata itu benar-benar tepat sasaran...
Banyak keajaiban
BalasHapusKeren min analisis nya
BalasHapus