Jumat, 20 Maret 2020

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol.14 Chapter 5 : Hiratsuka Shizuka Yang Keren, Selalu Berada Di Depanku -2


Ruangan kantor yang terletak di lantai 2 Gedung Utama tampak gelap karena tidak adanya cahaya dari lampu. Tapi, aku masih bisa melihat cahaya remang-remang yang berasal dari ruangan itu ketika sudah dekat dengan pintu masuknya.

Meski gelap, aku bisa melihat sebuah cahaya dari jendela kaca ruang resepsionis kantor, sesosok wanita yang sedang bersandar ke pintu kaca. Tidak butuh waktu lama bagiku untuk menebak siapa itu.

Yukinoshita Haruno.

Sepertinya, dia menghabiskan waktu luangnya dengan bermain HP. Cahaya layar HP-nya menyinari wajahnya yang cantik. Tapi, ekspresi di wajahnya itu hanya memberi kesan dingin kepada orang yang melihatnya.

Mendengar suara langkah kakiku, dia melihat ke arahku. Karena kedua matanya hanya menatap ke arah bawah, dan disinari oleh cahaya lampu mobil yang lewat di jalan raya, aku tidak bisa melihat dengan jelas ekspresinya, sepertinya dia sedang tertawa sinis.

Ketika dia tidak bersandar lagi ke pintu tersebut, aku mulai bisa melihat wajahnya dengan jelas. Ekspresi kedua matanya yang seakan-akan tidak tertarik, lalu senyumnya yang sinis itu, dia mulai berkata.

“Ternyata, kau memilih kabur.”

Alisku naik, dan aku sendiri seperti kesulitan menahan sesuatunya. Melihat ekspresiku yang terlihat kacau, Haruno-san tertawa.

Bukannya aku tidak bisa menghadapi orang ini, sebenarnya ini karena dia bisa melihat isi pikiranku.

Aku ingin menunjukkan kalau aku bisa bertahan, jadi aku membalikkan kata-katanya tadi.

“Cukup berani juga kau mengatakan itu, setelah memanggilku kesini.”

Dia hanya menaikkan bahunya, tanpa membantah  kata-kataku.

Sebelum meninggalkan ruang konferensi, dia memberikan kode kepadaku dengan tatapannya. Semua orang pasti paham dengan sinyal yang seperti itu. Mustahil bagiku untuk langsung pulang ke rumah. Kalau gagal, biasanya dia akan mencari cara untuk bisa bertemu denganku, entah melalui Hayama atau Komachi. Itulah yang dia lakukan di masa lalu. Untuk menghemat waktuku, kuputuskan untuk menghadapinya sekarang.

Pada akhirnya, aku tidak bisa lari dari orang ini.

Kata-katanya yang menusuk, nada suaranya yang membelah tenggorokan, tatapannya yang membekukan, dan kecantikannya yang mengingatkanku akan adiknya, topengnya yang berwajah dewasa dan ceria, eskpresi tanpa dosanya, dan senyumnya itu selalu menghantuiku, sesuatu yang aku yakin dia juga menyadarinya. Meski sekarang aku sudah bergabung dalam permainannya, aku harus menanyakan sesuatu.

“Kenapa kau mengatakan itu? Apa yang sebenarnya sedang kau rencanakan?”

Pertanyaan yang bernada kesal, namun harus kukeluarkan karena sedari tadi terus bersembunyi di salah satu sudut perutku.

Yukinoshita Haruno selalu mengirimkan racun kepada pikiranku, atau lebih tepatnya, pikiran kami. Bahkan ketika kami akhirnya berusaha mengakhiri ini semua dengan damai, dia mengetuk pintu kami dan memperkenalkan masalah baru.

Aku tidak mau membiarkan dia membuat situasi yang sudah kacau bertambah kacau lagi.

Kata-kataku tadi ternyata lebih tajam dari yang kuperkirakan, dan nadaku mulai kasar. Sedang dia sendiri, hanya menatapku dengan santai.

“Bukankah sudah kuberitahu. Apapun juga bisa, dan aku tidak masalah dengan ini atau itu. Lagipula, aku tidak peduli dengan situasi keluargaku. Tidak masalah apabila Yukino-chan atau aku yang terpilih.”

Mendengarkan sesuatu yang sudah kudengar sebelumnya, hanya membuatku terdiam. Dan dia mulai menatap ke arah jendela kaca di dekatnya.

“Hanya saja, aku ingin merasa yakin, tidak peduli seperti apa endingnya.”

Kata-katanya hanyalah sebuah pengulangan yang dia katakan sebelumnya, jadi tidak ada yang baru. Tapi, aku merasakan nada yang sangat kesepian dari suaranya itu.

Sekali lagi, aku tidak bisa memahami Yukinoshita Haruno.

Ada kalanya dia menyembunyikan niat baiknya dibalik wajahnya yang kejam, dan berpura-pura menjadi iblis yang dibenci. Ada kalanya juga dia bertutur kata dengan lemah lembut dan membuat orang bersimpati.

Kalau memang sikapnya kali ini hanyalah pura-pura belaka, yang bisa kulakukan hanyalah melempar handuk putih ke tengah ring. Apapun yang kulakukan, maka aku akan selalu berada dalam genggaman tangannya.

“Apa kau hendak mengatakan kalau kami harus menunjukkan niat kami dengan sungguh-sungguh? Apa kau ini preman perasaan...?”

Aku hanya menatapnya dengan ekspresi tidak percaya dan dia hanya membalasnya dengan sebuah senyuman.

“Aku tidak mau mengatakan itu salah, tapi...Kupikir Ibuku juga tidak yakin dengan itu.”

“Bukankah tadi beliau terlihat optimis?” kataku, melihat senyum Nyonya Yukinoshita tadi.

Haruno-san tertawa.

“Ibuku bukan orang yang dengan mudahnya percaya. Karena itulah dia hanya memberikan respon tanpa sebuah jawaban yang pasti, dan itu artinya tidak ada yang terjadi. Aku yakin Yukino-chan juga menyadarinya.”

Nyonya Yuikinoshita memang tidak memberikan jawaban ya atau tidak, dan memberikan jawaban kalau itu bisa dibahas nanti adalah sebuah jawaban diplomatis. Dan sepertinya Yukinoshita paham itu. Ini menyadarkanku kalau senyumnya yang datar ketika menyatakannya memang mengindikasikan itu.

“Tidak percuma kau menjadi putrinya selama ini...”

Karena sudah menghabiskan waktu bersama-sama, mereka bisa mengartikan maksudnya dengan akurat. Buktinya, aku dan Komachi juga begitu.

Karena mengenalnya kurang dari setahun, maka aku tidak bisa membacanya sejauh itu. Aku tidak bisa membaca dengan akurat gestur, ekspresi, dan kata-kata dari Nyonya Yukinoshita dan Haruno-san.

Aku merasa sudah tidak bisa berbuat banyak kalau soal itu, tapi Haruno-san menambahkan sesuatu dan tertawa.

“Siapapun bisa membacanya kalau dia ada di lokasi. Tidak harus diriku, kakaknya, atau Ibunya. Aku yakin kau sebagai temannya, bisa tahu juga, benar tidak?”

“Kami tidak sedekat itu untuk disebut sebagai teman, jadi aku kesulitan untuk membacanya.”

“Itukah menurutmu setelah semua hal yang pernah terjadi selama ini? Kau ini benar-benar terbaik...Dan kau ini benar-benar keras kepala.” mengesampingkan senyumannya, tatapannya memang sangat dingin.

Seperti sudah mulai tidak tertarik dengan situasinya, dia merasa bosan dan membuka pintu kaca tersebut.

“Aku ragu ada orang yang yakin dengan itu.”

Dia melewatiku dan pergi keluar.

Kuikuti langkahnya, dan melewati lantai kayu dimana kau berganti sepatu dengan sandal indoor. Masalahnya, aku masih memakai sandal indoor. Kulihat sandalku, dan menatapnya dengan kesal. Kalau aku mengganti sandal dengan sepatu indoor, maka akan memakan waktu. Jadi, kuputuskan untuk terus memakai sandal tersebut dan menuruni anak tangga.

“Mmm, mengapa begitu?” tanyaku setelah berhasil mengejarnya menuruni anak tangga.

Dia berhenti dan secara perlahan menatapku. Pupil matanya terefleksi jelas karena adanya cahaya dari lampu jalanan, mata yang berkaca-kaca, sebuah tatapan yang membuatnya terlihat seperti hendak menangis.

“Karena...Keinginannya itu hanyalah sebuah bentuk kompensasi.”

Kata-katanya membuat kedua kakiku bergetar, dan diriku hanya diam terkejut dibuatnya.

Kompensasi, adalah sebuah tindakan untuk menutupi tujuan aslinya dengan tujuan yang lain karena tujuan aslinya tidak bisa terwujud.

Dengan kata lain, sebuah bentuk untuk menutupi dirimu dengan sesuatu yang palsu.

Kalau keinginannya itu hanyalah sebuah keinginan untuk menutupi sesuatu, apakah aku akan mengakui itu?

Aku berdiri, tanpa suara.

Dia menatapku, tatapan kami hanya terpisah oleh satu anak tangga untuk membuat tatapan kami sejajar. Dengan pelan, dia berbisik.

“Kalian bertiga, Yukino-chan, Hikigaya-kun, dan Gahama-chan, kalian semua berusaha dengan keras untuk meyakinkan diri kalian sendiri, benar tidak? Kalian terus meyakinkan diri kalian kalau ini demi itu, kalian cari kata-kata yang tepat untuk membela itu, dan kalian sengaja memalingkan pandangan kalian dari itu...”

Hentikan itu.

Jangan bicara lagi.

Aku sudah tahu soal itu.

Tapi tidak peduli seberapa banyak tolakanku, dia terus melanjutkannya.

Dia menatapku dengan tatapan yang menyedihkan, dan nadanya mulai terdengar seperti sedang menguliahiku.

“Kau sibuk mencari alasan untuk itu, dan setelah itu kau berusaha membuatnya terasa logis...Kau melakukannya agar kau bisa memalingkan pandanganmu dari kenyataan dan membuat dirimu sendiri tertipu. Benar, tidak?”

Dia sepertinya tidak berniat untuk menunggu jawabanku, dan aku mendengar semuanya dengan jelas. Suaranya, tarikan napasnya, dan kata-katanya menembus dadaku seperti sebuah gelombang arus air. Napasku memenuhi tenggorokanku sehingga aku tidak bisa mengatakan apapun lagi.

Aku sudah tahu sejak lama.

Aku menyamarkannya dengan alasan-alasan, seperti mengatakan kalau ini memang tugas seorang pria.

Tapi pada akhirnya, yang kulakukan tidak ada bedanya dengan yang sudah kulakukan sebelumnya.

Tidak, bahkan lebih buruk lagi.

Karena aku membuat keduanya menelan sebuah kebohongan yang besar.

Aku hanya terdiam. Haruno-san dengan lembut menepuk-nepuk pipiku, memegang wajahku seperti sedang mengumpulkan barang yang sudah pecah.

“Karena itu, aku sudah memberitahumu.” dia tersenyum, dan memindahkan jarinya dari pipiku dan menepuk dadaku. “Kau tidak bisa mabuk.”

“Kurasa begitu...” kataku.

Haruno-san tersenyum seperti sedang merefleksikan dirinya sendiri dan merasakan kesedihan itu. Senyum sedih yang berlinang air mata dan menusuk dadaku.

Rasa sakit yang dulu pernah kupendam, kini muncul kembali.

“Kalau kau tidak mengakhiri ini dengan baik, maka ini akan terus menghantui dirimu sampai tua. Itu tidak akan pernah ada akhirnya. Aku tahu rasanya karena aku selama 20 tahun ini hidup dengan menipu diriku sendiri. Aku hidup seperti sedang meniru sesuatu.”

Nada suaranya terdengar naik dan turun, dan kedua matanya tampak sembab. Karakter dewasa dan ceria hilang entah kemana, dan dia tampak lebih kekanak-kanakan dari diriku.

Sepertinya, ini pertamakalinya aku mengetahui siapa sebenarnya Yukinoshita Haruno.

Tanpa mempedulikan tatapan mataku yang terkejut itu, dia membalikkan badannya.

“Hey, Hikigaya-kun, apakah sesuatu yang murni itu benar-benar ada...?”

Angin malam membawa pergi kata-katanya menuju kegelapan malam. Dia merapikan rambutnya dan mulai berjalan seperti mengejar angin yang sedang berembus.

Setelah menuruni tangga, dia berjalan menuju arah gerbang sekolah, lalu membalikkan badannya dan melambaikan tangan sambil tersenyum.

Aku hanya berdiri menatap dirinya dan melihat figur cantik itu dari belakang. Aku sendiri tidak punya energi untuk melambai balik. Dia kemudian menghilang dalam kegelapan malam.

Kakiku terasa kram dan akupun berbaring di tangga.

Yang kuinginkan adalah Yukinoshita Yukino membuat keputusannya sendiri, setelah membuat keputusannya, dia mengatakannya dengan jujur.

Tapi apabila keputusannya itu hanyalah sebuah kompensasi karena dia sudah menyerah akan sesuatu, maka dia sudah melakukan kesalahan.

Kata-katanya tidak mengandung sebuah kebohongan, tapi proses menuju itu yang membuat jawabannya menjadi salah.

Tidak, yang salah itu adalah diriku.

Hikigaya Hachiman.

Aku tahu kalau hanya ada satu jawaban saja, dan aku terus berusaha untuk tidak memilih jawaban itu.

Aku membuat alasan agar jawaban itu tidak terpilih.

Aku memaksakan alasan palsu itu untuk menipunya.

Aku memanfaatkan kebaikan hatinya.

Aku memanfaatkan kepeduliannya kepadaku.

Dan aku pura-pura mabuk oleh kesenangan sesaat itu, sehingga aku bisa merasa yakin kalau itulah jawaban yang benar.

Memang akan terasa lancang sekali jika mengatakan yang kulakukan itu salah sementara aku sudah sejauh ini.


Adanya kepalsuan itulah yang kini membuat harga diriku hancur.



x Chapter 5 Part 2 | END x






Saya sengaja menaruh bagian pendek ini menjadi part tersendiri karena ini adalah bagian terpenting dari cerita Oregairu. Seperti kata saya, kunci cerita Oregairu itu ada di interaksi Haruno dan Hachiman, empat mata saja.

...

Jadi, Haruno ini selama ini hidup dengan memenuhi ekspektasi keluarganya, tanpa bisa menjalani kehidupan yang diinginkannya. Dan ini terus menyiksanya, hingga saat ini.

Kalau memang bisa melawan ekspektasi itu, bagaimana? Kalau memang ada, Haruno tentu akan mencobanya daripada dihantui seumur hidupnya.

Disini, dia melihat Hachiman mirip dirinya.

Darimana? Dari memperhatikan interaksi Yui, Yukino, dan Hachiman.

Yui menyukai Hachiman. Ada kecurigaan dari Yui kalau Yukino dan Hachiman ini saling suka satu sama lain (kejadian UKS vol.10). Yui bergabung Klub Relawan untuk mendekati Hachiman.

Hachiman menyukai Yukino. Hachiman tahu Yui menyukainya. Agar Yui tidak terluka, Hachiman merencanakan untuk berpisah secara "alami" dengan Yui melalui proses kelulusan SMA dan kuliah di kota lain (vol.10 dan vol.14). Juga, apa yang dia rasakan terhadap Yukino ini mirip dengan dirinya yang menyukai Orimoto dulu. Adanya perasaan Yui yang digantung dan bingung dengan perasaan yang dia alami membuat Hachiman seperti saat ini. Dan dia merasa kalau ini mungkin yang terbaik bagi dirinya dan Yukino, tidak ada yang terluka.

Yukino tahu Hachiman ada perasaan ke dirinya. Yukino juga tahu Yui menyukai Hachiman (vol.11 chapter 9).

Lalu masalahnya dimana?

Hachiman menggunakan alasan yang logis, seperti menjalankan request, hutang budi, karena janji, dll untuk menolong Yukino. Karena hal-hal yang dilakukan Hachiman ini memakai metode yang tidak wajar, Hachiman sering mengorbankan dirinya.

Ini memang membuat Hachiman terlihat keren di mata Yukino.

Tapi, ini juga membuat Yukino juga meragukan perasaannya juga, karena sejak awal ini bukan tentang dirinya, ini hanyalah sebuah "pekerjaan" dan "pengorbanan" ini hanyalah sebuah cara untuk membuat "pekerjaan" ini selesai.

Karena itulah, Yukino memberikan hak pemenang kepada Yui. Meyakini Yui akan menggunakannya untuk mendapatkan Hachiman.

Tidak jauh berbeda dengan hubungan Miura dan Hayama di vol 7.

...

Tapi, disini Yukino salah kalau meremehkan Yui.

Memberikan hak request ke Yui dan berpikir itu bisa membuatnya berpisah secara "logis" dengan Hachiman.

Memang, awalnya Yui bergabung ke Klub karena Hachiman. Tapi, seiring waktu berjalan, Yui akan berubah dan lebih bijak.

Apakah ini Yui yang sama ketika pertama bergabung ke Klub Relawan?

...

Lalu, apa sebenarnya keinginan original Yukino yang berubah menjadi bekerja seperti Ayahnya?

Super easy, baca prolog 2 volume 11. Lagipula, keinginan untuk bekerja seperti ayahnya itu diutarakan di vol 12 chapter 1, artinya keinginannya yang sebenarnya berada di bawah volume 12.

Yukino menginginkan seseorang yang benar-benar tulus mencintainya.

Gadis ini tidak tahu apa yang dia rasakan ini adalah cinta. Karena itulah dia tidak memberi nama perasaan itu.

...

Hachiman harus berhenti berusaha mencari alasan lain kalau yang dia rasakan itu adalah perasaan cinta. Itu hanya membuat Yukino semakin ragu akan perasaannya. Hachiman tidak harus punya alasan untuk selalu berada di samping Yukino. Hachiman mencintainya, dan itu sudah cukup.

...

99.9% pembaca mulai menyukai karakter Haruno di part ini.

...

Kenapa Hachiman tidak bisa mabuk?

Bagi orang Jepang dan RRC, kalau sudah pernah mabuk bareng, mereka baru dianggap teman dekat, bahkan saudara. Karena ketika mabuk, orang akan mengatakan apa yang ada di hatinya. Jadi, mereka sama-sama tahu apa yang ada di kepala masing-masing.

Karena sangat berbahaya apabila Hachiman "ngoceh" jujur, disitulah Haruno yakin Hachiman tidak akan bisa mabuk...Seperti dirinya.



13 komentar:

  1. Penjelasan nya mantap gan
    Semangat

    BalasHapus
  2. Sungguh mengejutkan, ternyata Haruno sebenarnya adalah orang yang sangat peduli. Segala hal yang dilakukannya selama ini adalah demi kebaikan adiknya.

    Jika sejak awal dia seperti ini, aku yakin Haruno akan akan menjadi karakter favorit banyak orang. Sayangnya, jika itu terjadi ceritanya tidak akan semenarik ini.

    Watari Watari benar-benar luar biasa ya, Admin. Bagiku, Oregairu adalah Ligt Novel terbaik!

    Thanks ya admin, jasamu sungguh luar biasa. Semoga selalu sehat ya!

    BalasHapus
  3. Gw ngiranya gk bisa mabuk tuh gk bisa terbawa suasana atau semacamnya

    BalasHapus
  4. Klopun yukinobga sama hachiman toh masih ada hayama ,, dia jg baik kan , ganteng pula .. bayangin klo yukino nikah sama hachiman trus anak2nya punya muka nyebelin ky 8man wkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. hayama baik? itu komen mikir dulu apa engga? lu bayangin aja yukino dulu dibully habis2an bahkan sampai jalan kaki kerumahnya tanpa alas kaki karna dibully cewek2 yg iri karna hayama dgn yukino itu teman masa kecil, trus apa yg hayama lakuin? nothing, ga ada usaha buat membela yukino karna emg pada dasarnya hayama ini laki2 yg mementingkan status pandangan org ke diri dia sendiri, dia ingin terus terlihat laki2 baik dimata orang2, sampah emg hayama ga ada pantas2nya sama yukino

      Hapus
  5. Sebenernya udah tau kalo haruno itu jahat untuk kebaikan mereka, tapi setelah tau karakter asli haruno keluar disini. . .

    Damn, saya benar" mulai menyukai haruno :)
    Min apakah anda seorang penerawang? Hahaha

    BalasHapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  7. Hmm,kalo saya udah suka karakter Haruno dari awal sih,soalnya udah ketara dia punya maksud baik dibalik sikapnya itu

    BalasHapus
  8. min jadi berdasarkan penjelasan mimin kalo hachiman menggunakan alasan yang logit untuk menolong yukino tapi yukino mengira itu semua karena pekerjaan? gitu kah?

    BalasHapus
  9. min abistu kalo menurut ane yukino ngasih hak pemenang ke yui bukan karena dia meragukan perasaan hachiman deh tapi karena dia TIDAK MAU HACIMAN TERLUKA lagi gara gara dia karena sampai saat ini pun dia masih ada masalah sama keluarganya dan ditambah pernytaan haruno tentang hubungan ketergantungan mereka bertiga. jadi si yukino ini mikir he deserve better gitu kah min. kalo salah koreksi dong yang baca. mau diskusi ni ane

    BalasHapus
  10. ayo segera bergabung dengan kami hanya dengan minimal deposit 20.000
    dapatkan bonus rollingan dana refferal ditunggu apa lagi
    segera bergabung dengan kami di i*o*n*n*q*q

    BalasHapus