Senin, 02 Desember 2019

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol.14 Chapter 1 : Meski Begitu, Keseharian Hikigaya Hachiman Terus Berlanjut (2)






Tidak terasa hari sudah menginjak sore di kelas ketika aku menatap ujung jemariku ini.

Matahari bersinar cerah, tanpa awan sedikitpun sejak pagi, bersamaan dengan menghangatnya temperatur disini. Embusan angin terasa kencang hari ini, membawa kelembaban yang hangat dari selatan. Kehangatannya bahkan terasa lebih lagi karena dibantu oleh pemanas ruangan di kelas, membuat kelas terasa lebih nyaman dari biasanya. Pagi tadi, setelah tiba di sekolah, diriku yang semalam sangat kekurangan jam tidur, mulai diserbu oleh kantuk yang tiada henti, membuatku menaruh kepalaku di meja seharian ini.

Aku baru saja bangun dari tidur siang, meski begitu jari-jariku terasa dingin, mungkin karena merasakan tekanan yang aneh akibat posisi tidurku yang menggunakan lenganku sebagai bantal.

Hari ini dan kemarin, kita diberi cuaca yang bagus, tapi dua hari ke depan sepertinya cuaca akan menjadi dingin kembali. Biasanya, pergantian cuaca yang tidak menentu seperti ini adalah pertanda dekatnya musim semi.

Dalam perjalanan ke sekolah, pohon sakura yang berada di pinggir sungai tidak menunjukkan tanda-tanda akan mekar, daun dan batang-batangnya tampak kusam. Tapi, sebulan lagi mereka pasti akan mekar, menegaskan asal muasal nama Sungai Hanamigawa yang disematkan orang-orang ke tempat ini. Kuembuskan napasku, dimana aku mulai membayangkan rute masa depan bagian kedua, dimana Komachi, akan menggunakan rute yang sama ke sekolah denganku.

Kulihat lagi jam dinding dengan mataku yang mulai berair, sebentar lagi akan masuk jam pulang sekolah. Ini adalah jam keenam, dimana konsentrasi mayoritas siswa sudah habis setengahnya, dengan diriku sebagai yang terdepan tentunya. Karena itulah, ruangan ini terasa mulai santai, tapi pelajaran matematika saat ini membuat suasananya menjadi tidak nyaman. Bagi seseorang yang sudah daftar bimbingan belajar untuk ujian masuk jurusan Liberal Art, untuk siswa kelas 3 SMA tidak akan ada pelajaran matematika. Lagipula, kalau tidak akan digunakan ketika ujian, maka aku tidak perlu untuk mempelajarinya.

Kugunakan waktuku untuk melihat sekelilingku, semua orang sibuk dengan kegiatan masing-masing untuk mengusir kebosanannya: bermalas-malasan, bermain dengan handphone, atau hanya menatap ke jendela saja. Di lain pihak, dengan adanya ujian semester yang akan datang, ada beberapa orang yang fokus belajar dan tidak mempedulikan sekitarnya, seperti menganggap itu sebagai pekerjaan sampingan.

Beberapa orang pura-pura menumpuk buku-bukunya, dimana dengan melihatnya saja orang sudah tahu dia sedang melakukan apa. Disini, ada yang melakukannya dengan ekstrem, orang itu membolak-balik buku catatan yang ada penandanya dan berkata dengan sinis, “Um, apa ada yang salah denganku? Aku ini sedang belajar, bisa lihat tidak?”. Aku tidak akan mengatakan namanya, tapi yang seperti itu memang cocok untuk Sagami Minami. Meski, dia berusaha terlihat seperti sedang berusaha belajar keras daripada orang yang sudah memastikan masa depannya akan dimana.

Kalau tidak begitu, dia akan mengomel dan berpura-pura jadi korban, seperti, “Oh tidak! Tidak akan ada Universitas yang akan menerimaku! Aku baru saja dapat C dalam ujian dadakan tadi! Aku pasti tidak akan diterima di manapun!”.

Terlalu terang-terangan kalau dia hanya berusaha memancing simpati dari teman-temannya, seperti “Itu tidak benar!”. Jaman sekarang, nilai C bisa masuk ke sekolah manapun. Rasanya aku ingin berteriak di depannya dan bilang sudah pilih saja yang kamu suka.

Kadang aku bertanya-tanya, apakah si Manami-chan ini juga seperti itu di rumahnya...Pasti saudaranya sangat menyesal punya hubungan darah dengannya.

Oh, ngomong-ngomong, Kawasesuatu-san juga punya saudara ya? Image emak-emak mulai terbayang di pikiranku, kulihat deretan depan dekat jendela. Aku bisa melihat rambut ponitail birunya, namun postur tubuhnya agak melingkar, sepertinya dia sedang menjahit sesuatu. Dia sepertinya sedang mengerjakan pekerjaan paruh waktunya...Kalau berada di dekat Kawasesuatu-san, aku merasa seperti kembali ke jaman jadul.

Meski begitu, ada orang yang sangat antusias di kelas, dimana mayoritas siswa disini begitu. Ada satu orang, yang berada tidak jauh di belakangku, dengan pakaian olahraga dan sikapnya sedari tadi memang mempesona. Orang itu adalah temanku, Totsuka Saika...Mungkin perlu kukatakan sekali lagi. Temanku, Totsuka Saika...

Totsuka menganggukan kepalanya sembari melihat ke papan tulis. Ketika dia hendak menulis sesuatu dengan pensilnya, dia tiba-tiba terhenti, lalu menyentuh bibirnya sejenak. Dia lalu menyadari diriku, lalu melambai-lambaikan pensilnya ke arahku. Dengan adanya cahaya matahari dari jendela yang menyinarinya, membuat tampilan rambutnya seolah-olah berasal dari sutera, senyumnya juga mempesona. Ya ampun, apa-apaan ini? Manisnya. Apakah adanya cahaya bulan di malam hari adalah ide yang berasal darinya? Kurasa aku sudah terlalu banyak baca Star Twinkle...Meski begitu, dia menatapku dengan malu-malu, dan akupun mengangguk kepadanya sebelum membalikkan tubuhku ke arah depan kelas.

Dengan kelas yang akan berakhir sebentar lagi, kubuka buku catatanku yang jarang kubuka ini dan menulis materi pelajaran di papan, agar aku tidak dimarahi oleh Guru nantinya. Kalau momennya sudah seperti ini, kalau aku terus melihat  ke sekitarku, orang-orang akan berpikir kalau aku punya kelainan jiwa. Meski, aku ragu kalau mereka belum menganggapku begitu.

Kutulis seadanya di buku, lalu bel berbunyi, menandakan kelas berakhir. Pertemuan dengan Wali Kelas juga, berakhir dengan cepat karena hanya diisi oleh pesan-pesan dan catatan-catatan.

Ada satu hal yang kurencanakan untuk kulakukan sepulang sekolah : berbicara kepada Yuigahama tentang hal kemarin dan hasil dari event, lalu menanyakan kepadanya apa keinginannya.

Akupun mulai merapikan mejaku sambil mendengarkan keramaian siswa yang hendak pulang. Sebenarnya, tidak banyak yang perlu kubereskan. Kupakai jaketku, dan merapikan mufflerku, sudah selesai begitu saja. Ketika aku pura-pura berpikir apalagi yang perlu kurapikan, kubuka berulang-ulang tasku, akupun melirik ke arah Yuigahama.

Kebanyakan, siswa sekelasku pergi berdua atau bertiga, tapi target kali ini berada di dekat jendela pojokan yang tersinari matahari. Miura duduk di mejanya, menyilangkan kakinya yang jenjang dan mulus, menjadi pusat dari Yuigahama dan Ebina-san, yang mengenakan jaket, dan duduk dengan kursi yang mereka ambil dari meja terdekat. Melihat percakapan mereka dan merespon sebisanya, Hayama Hayato. Kemudian, tiga idiot Tobe, Ooka, dan Yamato, yang menghebohkan percakapannya. Ini adalah adegan yang familiar dan sering kaulihat sehari-hari.

Mereka memancarkan aura sehingga menyulitkan orang lain untuk mendekat, apalagi ketika topiknya mulai memanas.

Ini tentunya, membuatku sulit untuk berbicara dengan Yuigahama. Aku pernah mengalami situasi serupa, dan setelah sukses menariknya keluar dari grup, malahan aku diminta untuk mengatakannya langsung secara normal. Dimana, itu adalah hal tersulit untuk kulakukan...

Mari kita gunakan sudut yang berbeda. Selesaikan masalah dengan bijak, aku  bisa menyelesaikan masalah ini tanpa harus berbicara dengannya langsung. Kalau susah untukd ikatakan, maka gunakan huruf saja. Itu kata-kata dari Murasaki Shikibuki-senpai!

Kubuka handphoneku, dan kupilih aplikasi mail. Layarku mulai muncul banyak sekali mail yang prematur alias tidak lengkap. Tidak ada subjek atau isi mail, tapi nama penerimanya sudah ada. Kuhabiskan semalam untuk mencoba menulis surat, tapi tidak bisa mengisinya dan tidak mengirim apapun. Yang tersisa hanyalah draf surat yang tidak selesai.

Kutulis di badan surat, “Apakah kau ada waktu hari ini?” lalu kutekan ikon kirim. Tidak lama kemudian, Yuigahama mengambil handphone yang ada di kantongnya. Dia lalu memberi isyarat ke teman-temannya, dan menatap ke arah handphonenya. Lalu, dia menatap ke arahku. Akupun mengangguk.

“Oh, sebentar ya, aku akan kembali lagi,” dia mengatakan itu sambil tersenyum, dan merahasiakan apa yang hendak dia lakukan. Dia meninggalkan topik pembicaraan Miura Cs. Ketika dia mulai berjalan kemari, ekspresi wajahnya tampak mulai kesal. Ketika sampai di kursiku, dia tampak sangat kesal.

“Bukankah sudah kuberitahu untuk berbicara kepadaku secara normal!?” Dia mengatakan itu dengan suara kecil namun tegas, untuk menghindari perhatian orang-orang sekitar.

“...Uh, meski begitu, menurutku ini sudah yang terbaik.”

“Apa kau tidak merasa aneh, mengirim pesan ketika kita sendiri berada sedekat ini!?”

“Ya keunggulan dari fitur pesan kan jarak bukanlah masalah.”

Dengan kekuatan internet, orang yang pemalu bisa banyak bacot tidak peduli kalau itu sudah keluar batas. Bahkan belakangan ini, kau bahkan bisa melihat sosialita dan orang normal mulai gila di internet...

Banyak hal mulai berlarian di kepalaku, dan kedua mata Yuigahama menatapku dengan tajam. Akupun pura-pura batuk agar bisa kabur dari tatapan dinginnya itu. Jadi, kali ini, aku bertanya kepadanya dengan normal.

“...Apa kau ada waktu hari ini?”

“Hari ini ya...?” Yuigahama lalu terdiam. Dia lalu menggaruk-garuk kepalanya, seperti kesulitan untuk menjawab pertanyaanku. Melihat gesturnya, sepertinya hari ini bukan hari yang tepat untuk itu.

“Umm...” dia terdiam dan menatap ke arah grup Miura. Dia lalu mengatakan sesuatu dengan senyum yang kecut.

“Mungkin tidak bisa. Aku mungkin akan jalan-jalan dengan Yumiko Cs.”

Dia mengatakan mungkin dua kali. Kenapa kau terlalu tidak yakin dengan itu? Dia mungkin saja memutuskan pergi ke Sea World di Kamogawa setelah melihat iklannya...Meski begitu, Yuigahama sepertinya tidak ada rencana yang pasti untuk hari ini. Sepertinya, pembicaraan dengan Miura Cs topiknya tentang berhenti di suatu tempat waktu pulang sekolah nanti. Kalau memang begitu, aku pastinya tidak ingin menghalangi kegiatan mereka.

Bagiku, tidak masalah kalau bukan hari ini. Intinya, aku tidak masalah selama dia menyanggupi untuk menyediakan waktu berbicara denganku. Meski bukan hari ini, aku tetap akan melakukannya. Kalender di handphoneku tampak kosong dari catatan kegiatan. Kalau begitu, masuk akal bila aku mengikuti jadwalnya saja.

“Begini, tidak harus hari ini. Kita bisa bicara besok, lusa, atau sehari setelah lusa, atau setelahnya.”

“Kenapa pilihannya banyak sekali! Memangnya kau punya banyak sekali waktu luang, Hikki?” kata Yuigahama, dia tampak setengah kagum dan setengah sedih.

Tentu saja, aku wajib memberitahunya, karena dia jelas salah akan sesuatu.

“Sebenarnya aku tidak punya waktu luang. Aku punya banyak hal yang harus kulakukan,” kataku.

Misalnya: rekaman video yang harus kutonton, tumpukan buku yang harus kubaca, atau game bangun-bangun yang harus kumainkan karena aku baru saja membuka map pulau yang tidak berpenghuni, atau latihan otot berat dimana biasanya hanya bertahan 3 hari, atau solo-screening party Aikatsu yang akan disiarkan di platform streaming. Begitulah, banyak hal yang harus kulakukan, dan hidupku ini saja tidak cukup untuk semuanya. Kalau sudah begitu, aku lebih baik menonton Aikatsu dan mengulangnya terus. Ya ampun, andai saja aku punya 5 nyawa! Karena dengan begitu, aku bisa menonton Aikatsu 5 kali! Ketika aku hendak mengatakan, timingnya batal karena Yuigahama menatapku dengan tatapan kagum.

“Ohh, seperti apa?” tanya Yuigahama sambil memiringkan kepalanya.

Kepalanya seperti dipenuhi rasa ingin tahu, sepertinya dia ingin tahu apa saja itu. Melihat sikapnya itu, akupun mulai bersikap.

“...Be-Begini, tahulah, banyak sekali. Pokoknya banyak, tahu tidak? Aku harus menyelesaikannya...Tapi sebenarnya bisa dilakukan kapan saja,” gumamku, kualihkan pandanganku agar percakapannya terhenti.

Namun tidak lama kemudian, akupun pura-pura batuk untuk mengumpulkan kepercayaan diriku dan menatap kembali ke Yuigahama.

“Jadi begini, aku menyesuaikan saja dengan jadwalmu. Tolong beritahu aku jika kamu ada waktu.”

Dia menyilangkan lengannya. Tiba-tiba, dia mengangguk.

“Mm, oke, kurasa hari ini tidak masalah.”

“Benarkah?” tanyaku, menatap ke arah Miura Cs, membayangkan apakah ini akan menjadi masalah atau tidak.

“Yep. Kita sendiri belum memutuskan apapun.” Dia menjawabnya dengan tersenyum.

“Ya sudah, maaf sudah merepotkanmu.” Kataku, sambil menundukkan wajahku.

“Oke, aku akan ambil barang-barangku dulu,” katanya, dia lalu berjalan ke arah Miura Cs, seperti hendak pamit.

Kuputuskan untuk keluar ruangan karena aku merasa agak awkward kalau meninggalkan kelas bersama Yuigahama. Pintu ruangan kelas tampak tertutup, mungkin karena ada heater, kubuka, dan kututup kembali.

Setelah keluar, hawa dingin mulai menyerangku. Dingin mulai menghuni jari jemariku. Untuk melupakan sensasi ini, kumasukkan tanganku ke kantong, dan menyandar ke tembok.

Jendela kelas tertutup rapat, dan penghangat ruangan di tiap kelas membuat lorong terasa lebih hangat dari biasanya. Meski begitu, jariku yang baru saa menyentuh pintu, masih terasa kedinginan.


x Chapter 1 Part 2 | END x

12 komentar:

  1. ditunggu lanjutan nya . semangat!!

    BalasHapus
  2. Makasih min atas TLnya...

    Btw gua makin penasaran apa yg terjadi vol 13 hehe....

    BalasHapus
  3. Min ada link pdfnya gk nanti klo udah selesai jadi 1 volumenya???

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biasanya ada sukarelawan yang bantu bikin PDFnya,

      Hapus
  4. "... Aku merasa seperti kembali ke jaman jadul." Saya rasa penggunaannya kurang pas pada jaman jadul. Karena jadul adalah gabungan dari jaman dulu. Kurang sesuai aja saya rasa hehe..


    Well saya cuma mau bilang makasih. Senang rasanya baca ke blog ini setelah sekian lama penantian volume 12 rilis wkwk. Sehat terus bang Dan

    BalasHapus
    Balasan
    1. ohh jadul itu jaman dlu, malah baru tau gw wkwk, mungkin tl kaya gw jadul tuh ngiranya gk ada singkatan jadinya nyambung aja gtu kata jaman jadul

      Hapus