Minggu, 26 Juli 2015

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol 10 Chapter 8 : Dan akhirnya, kini mereka telah menyatukan masa lalu dan masa depannya




x Chapter VIII x







  Ketika matahari tenggelam, suhu udara terasa turun secara drastis dan tiupan angin dingin terasa semakin menusuk. Ketika kita berjalan melalui jalan taman ke arah stasiun dekat sekolah, tampak dedaunan yang gugur dari pepohonan akibat angin dari utara.

  Aku membetulkan kerah mantelku dan mengubur separuh wajahku dibalik syal. Yukinoshita, Yuigahama, dan Miura berjalan di depanku. Kegiatan rutin kami seusai sekolah sengaja kami tiadakan sehingga kami bisa melaporkan hasil request yang kami terima dari Miura dan menemaninya menuju pesta setelah marathon Chiba.

  Ketika syal wool bergaris milik Miura dan rambut keritingnya bergerak tertiup angin, dia berkata, "Oh...Jadi Hayato memilih kelas sosial."

  "Uh huh. Itu informasi yang sejauh ini kita dapatkan," kata Yuigahama.

  Sebenarnya informasi ini baru saja menyebar dari sumbernya, dan sumbernya sendiri adalah sumber yang kurang bisa dipercaya. Aku tidak heran kalau dia sendiri kurang yakin dengan hasilnya.

  Setelah mendengarnya, Miura seperti menghentakkan sepatu kasualnya ke jalan dan melihat ke arah langit. "Baiklah, kurasa aku akan memilih jurusan yang sama dengannya."

  "Apa tidak masalah bagimu memilih jurusan semudah itu?"

  Yukinoshita mengatakannya dengan lembut dan terdengar krusial. Tanpa menoleh, Yukinoshita tetap memandangi kegelapan di depannya, dan Miura tetap berjalan sambil memandangi bintang-bintang.

  "Maksudku, aku sebenarnya sudah tidak ada yang ingin kulakukan lagi. Aku hanya...Jika nantinya memang perlu mata pelajaran sains, aku tinggal ikut bimbingan belajar sains saja bukan?"

  Ekspresi barusan hanya sukses jika kamu punya nilai akademik selevel Hayama, tetapi bagaimana kalau Miura? Apa kamu tidak terlalu optimis? Nampaknya bukan aku saja yang berpikir demikian. Yukinoshita juga memiliki ekspresi yang sama sepertiku. Ngomong-ngomong, Yuigahama juga menganggukkan kepalanya. Satu-satunya orang yang harusnya khawatir dengan nilai akademiknya adalah kamu...

  Nampaknya kekhawatiranku baginya hanya seperti angin lalu saja.

  "Aku masih bisa meluangkan waktuku untuk belajar ujiannya...Tetapi aku sungguh tidak bisa jika harus melalui ujian tanpa bersamanya," kata Miura. Dia menghentikan langkahnya, mengangkat sedikit sepatunya seperti meregangkan punggungnya dan menyentuh kedua tangannya di belakang punggungnya. Aku tidak tahu bagaimana ekspresinya dari belakang sini. Tetapi kurasa matanya sedang menatap langit dengan berbinar-binar.

  "Aku hanya memberitahu saja, kamu mungkin bisa mendapatkan masalah lain jika cara berpikirmu seperti itu."

  "Diamlah, Hikki!" Yuigahama menyenggolku dengan sikutnya seperti memperingatkanku.

  Miura menatap ke arahku. "Huh? Aku tidak mau mendengar itu darimu, Hikio."

  "Be-begitu ya."

  Waah...Miura-tan, kamu sungguh menakutkan...Miura menatapku dengan tajam untuk sejenak, lalu dia melanjutkan langkahnya. Dengan suara kecil seperti membalasku, dia berkata.

  "Hanya saja,...Meskipun akan ada masalah-masalah lain ke depannya," kata Miura, membalikkan badannya seperti sedang berputar. Lipatan mantel dan rambutnya yang berkilauan seperti sedang berdansa. Dalam gerakan lambat itu, dia mengatakannya dengan ekspresi malu-malu. "Kupikir aku tidak akan mempermasalahkannya."

  Aku tidak bisa mengkomentarinya lagi karena dia mengatakannya dengan senyum yang manis. Dengan mengatakannya secara sederhana, seperti mengatakannya secara singkat, sadar, dan langsung ke pokok masalah.

  Sejenak, aku menatap senyumannya. Ketika dia sadar aku sedang menatapnya, Miura menarik senyumnya dan mulai berjalan dengan ekspresi kurang senang.

  "Oh, kalau cuma itu masalahnya, aku sendiri tidak merasa berat. Aku lebih suka jika masalah itu terlihat sederhana..."

  Ketika aku melihatnya menutup kata-katanya, Yuigahama nampak meremas lengan mantelnya. Berdiri di sebelahnya, Yukinoshita melihat Miura dengan ekspresi membatu.

  Meski begitu, bagiku itu bukanlah hal yang mengejutkan. Ketika darmawisata kemarin, Miura sudah mencium perilaku aneh Hayama dan Ebina-san. Mungkin, perasaan lembut miliknya bisa kukatakan adalah perasaan yang real...Tidak lupa juga kalau Miura-san juga memiliki kualitas sebagai seorang Ibu juga!

  Miura membalikkan badannya dan menyadari kalau kita dari tadi hanya terdiam melihatnya.

  "Terima kasih, Yui." dia melihat wajah Yuigahama dan menepuk pundaknya. Lalu, dia merubah pandangannya kepadaku. "Ahh, Hikio, juga."

  Dia bahkan tidak peduli...Aku diperlakukan sebagai figuran, belum lagi namaku bukanlah Hikio. Meski, itu sebenarnya tidak masalah sih.

  "Juga...Yukinoshita-san? Emm, ini seperti..." Miura memalingkan tatapannya ke arah Yukinoshita. Dia seperti menelan kata-katanya, lalu terlihat seperti sedang termotivasi, dia menatap ke arah Yukinoshita secara langsung dan menundukkan kepalanya. "Maafkan aku."

  Yukinoshita mengedipkan matanya dengan tatapan kosong, tetapi setelah itu dia tersenyum kecil, dia menyentuh rambut di bahunya dengan tangannya yang memakai sarung tangan.

  "Sebenarnya bukan masalah bagiku. Bahkan, aku mengapresiasi keberanianmu untuk konfrontasi langsung denganku."

  "Tch, ada apa dengan egomu itu? Kata-katamu sungguh mengganggu...Aku seperti meminta maaf untuk hal yang sia-sia."

  Kata-kata mereka terdengar seperti orang yang bermusuhan, tetapi sebenarnya mereka mengatakannya dengan cukup lembut.

  Yuigahama melihat mereka dengan keheranan, tetapi dia tidak mau memikirkannya lama-lama dan langsung melompat ke arah Yukinoshita dan Miura. "Oke! Ayo kita ke pestanya."

  "Aku..."

  Dipegangi oleh Yuigahama, bahasa tubuh Yukinoshita seperti sedang hendak menolak undangan tersebut. Miura, yang berada di lengan Yuigahama, menatap Yukinoshita dan berkata, "Kenapa kamu tidak ikut saja dengan kami?"

  "...Baiklah kalau begitu. Tetapi sebentar saja ya."

  Keragu-raguannya tadi hanya bertahan sebentar saja. Yukinoshita tersenyum kecil ketika menjawabnya. Sedang Miura sendiri seperti berusaha memalingkan wajahnya.

  Lokasi pestanya sendiri berada di kafe yang terkesan modern, dengan gaya barat. Disana, para siswa berkumpul di sekitar grup Hayama dan Isshiki, grup-grup tersebut tampak membaur dan membuat suasananya ramai.

  Kalau melihat suasananya, ini lebih mirip pesta perayaan kemenangan Hayama daripada pesta setelah marathon. Disana terdapat grup Hayama, Isshiki, Totsuka dan member klubnya, dan entah kenapa ada disana, Zaimokuza juga berada di kafe ini.

  Setelah memasuki kafe tersebut, Miura pergi ke arah Hayama. Yuigahama sepertinya ingin melakukan sesuatu, tetapi ketika Yukinoshita mengangguk kepadanya, dia tersenyum dan mengejar Miura.

  Ketika hanya ada kita berdua di tempat itu, aku dan Yukinoshita memesan minum dan berdiri di salah satu sudut bar.

  "Terima kasih atas kerja kerasmu."

  "Hmm, ya."

  Yukinoshita yang berdiri disampingku mengangkat gelasnya dan aku mengikuti gerakannya dan mengangkat gelasku sama tingginya. Kita tidak begitu terbiasa dengan suasana semacam ini, tetapi itulah Yukinoshita dan diriku. Aku hanya bisa menonton keramaian itu dari pojokan dan ini adalah jarak yang sempurna bagi penyendiri seperti kita.

  Untuk beberapa saat, kita hanya memandangi keramaian tersebut dengan terdiam, tetapi seperti melihat kedatangan kita, Hayama yang sedari tadi mampir ke kerumunan satu dan lainnya berjalan ke arah kita. Sebagai pemeran utama di acara ini dan harus berbasa-basi kesana-kemari terlihat seperti pekerjaan yang berat...

  "Hai kalian...Terima kasih sudah datang."

  Yukinoshita menunjukkan ekspresi tidak masalah dan aku mengangguk  untuk mengatakan hal serupa. Ketika aku bingung apakah aku harus mengucapkan selamat kepadanya atau bagaimana, Hayama menundukkan kepalanya.

  "Maaf...karena menyebabkan banyak hal terjadi...seperti gosip aneh itu. Itu pasti sangat menganggumu."

  Yukinoshita tidak bisa mengeluarkan kata-katanya karena bingung. Tetapi itu hanya sebentar karena dia langsung mengganti ekspresinya seperti yang dia katakan di klub.

  "Itu bukanlah hal yang mengangguku. Dibandingkan waktu itu, kali ini hanyalah masalah waktu saja sebelum menghilang dengan sendirinya."

  "Oh yang waktu itu ya?" Hayama mengatakannya dengan samar-samar merasa seperti membahas hal yang kurang menyenangkan baginya.

  Melihat hal itu, ekspresi Yukinoshita semakin serius.

  "...Aku baru menyadarinya sekarang. Aku tahu kalau dulu ada banyak cara untuk mengatasinya. Maka dari itu aku percaya juga itu telah menyebabkan banyak masalah untukmu...oleh karena itu, aku juga meminta maaf." Kali ini, Yukinoshita menundukkan kepalanya. Ketika dia mengangkat kepalanya, dengan mata yang seperti sedang bernostalgia ke masa lalunya, dia menambahkan, "Tetapi aku cukup senang karena kamu sekarang sudah peduli terhadapku mengenai gosip itu."

  Ekspresi Hayama bercampur dengan keterkejutannya. Dia menatap Yukinoshita. "...Kamu sudah sedikit berubah."

  "Aku juga memikirkannya. Hanya saja banyak hal telah berubah sejak dulu," kata Yukinoshita dan memalingkan tatapannya ke Yuigahama di kejauhan. Lalu, dia menatapku.

  Aku merasa kurang enak karena mendengarkan sesuatu yang seharusnya tidak kudengar, akupun memalingkan pandangan mataku.

  Yukinoshita menghembuskan napas kecilnya sambil tersenyum, lalu menatap ke arah Hayama. "Aku percaya kamu juga tidak perlu terus terikat dengan masa lalu...Tidak perlu memaksakan dirimu untuk terus mengejar bayangan seseorang."

  "...Sepertinya itu juga termasuk diriku," kataku.

  Hayama tersenyum, entah mengapa dia seperti sedang tercerahkan.

  Yuigahama berjalan menuju kami dari belakang Hayama. Di belakangnya ada Totsuka mengikutinya. Seperti teracuni suasana di kafe ini, Yuigahama memeluk lengan Yukinoshita.

  "Yukinon, makanannya sudah datang! Disana, banyak menu ayamnya! Dan mereka semua dipanggang!"

  "Kelihatannya enak! Ayo Hachiman, kamu ikutan juga!" Totsuka tersenyum kecil.

  Aku berterima kasih atas undangannya karena aku dari tadi merasa kikuk disini. "Yeah!" aku meresponnya dengan semangat dan ketika aku hendak berjalan ke Totsuka, Hayama menghentikanku dengan tangannya.

  "Kami akan kesana sebentar lagi...Benar kan Hikigaya?" kata Hayama, dan menatap ke arah Totsuka dan Yuigahama dengan senyum.

  Yuigahama mengangguk. "Oke, kita akan menunggu kalian disana!"

  Dia lalu memaksa Yukinoshita mengikutinya. Totsuka melambaikan tangannya dan kembali ke tempat duduknya. Ahh...Aku ingin makan ayam bersama Totsuka juga...

  Setelah melihat ketiganya pergi, Hayama menepuk gelasku dengan gelas miliknya.

  "Yep, nampaknya dia memang telah sedikit berubah...Dia tidak seperti mengejar bayang-bayang Haruno-san lagi." Hayama mengatakannya sambil menatap tajam ke arah Yukinoshita. Kata-kata berikutnya terdengar suram. "...Tetapi hanya itu saja."

  "Itu saja sudah cukup bagiku." aku menjawabnya tanpa berpikir. Untuk Yukinoshita, aku yakin itu adalah salah satu proses kedewasaannya. Sepertinya dia selalu dibanding-bandingkan dengan seseorang yang dirasa lebih baik darinya. Berhenti mengejar bayangan dari Haruno-san dan mencoba mendapatkan hal yang berbeda darinya adalah bukti dari perjuangannya selama ini. Dalam hal ini, aku juga merasa itu cukup membanggakan.

  Tetapi Hayama menatapku dengan kagum. Dia melukiskan kata-katanya dengan bertanya kepadaku, "...Kamu belum menyadarinya ya?"

  "Menyadari apa?"

  "Well, kalau kau belum menyadarinya, itu sebenarnya tidak apa-apa juga sih..."

  "Kata-katamu tadi cukup mengusikku."

  "Dulu ada orang yang mengatakan hal itu kepadaku, jadi secara spontan aku mengatakannya kepadamu kali ini." Hayama mengatakannya sambil tersenyum kecil.

  Cara berbicaranya yang seperti ini membuatku melabeli ini sebagai ciri khasnya.

  Ketika Yuigahama dan lainnya sudah duduk di tempatnya, Miura dan Isshiki melambaikan tangannya ke Hayama. Mereka mungkin memberi tanda kepadanya untuk segera bergabung. Hayama melambaikan tangannya dan ketika dia hendak pergi, dia mengatakan "ah" seperti mengingat sesuatu dan kembali ke posisinya semula untuk berbicara denganku.

  "Benar, aku lupa memberitahumu sesuatu."

 "Huh?"

  "Ini berhubungan dengan penjelasanmu. Tentang alasanku tidak memberitahu orang-orang antara sains dan sosial. Itu bukan karena aku ingin memotong hubunganku. Hubungan tidak akan terputus meski kau terpisah setahun ataupun pergi ke universitas."

  "Tidak, mereka pasti akan putus."

  "Itu mungkin hanya berlaku untukmu, Hikigaya. Aku berbeda denganmu".

  "...Baiklah kalau itu pendapatmu. Tetapi mengapa kamu tidak menyanggahnya tadi waktu marathon?"

  Ketika aku bertanya ke Hayama, dia membuat bahunya terkesan seperti mempermainkanku, lalu dia meminum isi gelasnya dan menghembuskan napasnya keluar. Seperti sedang mengumpulkan seluruh kemampuannya, dia perlahan-lahan membuka mulutnya.

  "Aku tidak bisa menyebut memilih sesuatu yang merupakan satu-satunya pilihan tersisa adalah keputusanku sendiri."

  Ketika dia mengatakannya, aku akhirnya mengerti. Sebenarnya bukanlah Hayama yang tidak mau mengatakan tentang pilihan jurusannya.

  Meskipun dia tidak bisa. Bahkan tidak mengatakan apapun sendiri bukanlah kemauan dirinya.

  Setelah terus-menerus menjawab ekspektasi orang-orang, dia melakukannya hanya untuk menghibur orang-orang agar tidak ada yang terluka. Dia tidak boleh punya pilihan lain dan hanya boleh memilih rute dimana ekspektasi orang berada. Meskipun dia pernah mengatakan ke Tobe kalau dia akan menyesal jika tidak memilih sendiri jurusannya, orang yang benar-benar menyesal sebenarnya, tanpa ragu kusebut, adalah Hayama. Penyesalan adalah inti utama masalahnya.

  "Oleh karena itu, aku menjadi satu-satunya orang yang tidak mengingkarinya. Aku harus menunjukkan kepada mereka bahwa diluar sana masih ada orang yang tidak memaksakan ekspektasinya kepada mereka."

  Dia merasa kalau melakukan hal sebaliknya dari hal yang menimpa dirinya berarti memahami sepenuhnya hal itu dan perbedaan tersebut membuatnya menjadi orang yang baik. Baginya, orang yang tidak mengerti dirinya tidak berbeda dari rantai besi yang selalu membelenggunya.

  "Aku juga lupa memberitahumu sesuatu...Aku juga tidak menyukaimu," kataku sambil memalingkan wajah.

  Hayama melihatku dengan tatapan penuh tanda tanya, lalu dia tertawa.

  "Begitu ya? Ini pertama kalinya ada orang yang mengatakannya langsung kepadaku." 

  Hayama tidak mampu menahan tawanya dan tertawa puas. Kali ini, dia mengatakannya sambil menjauhi konter bar. "Meski begitu...Aku akan tetap mengatakan kalau aku tidak akan memilih apapun. Aku percaya kalau itu adalah jalan yang terbaik."

  Ketika aku menambahkan, "Kau mengatakannya hanya untuk memuaskan dirimu sendiri" Hayama tersenyum dan berjalan kembali ke tempatnya.

  Tetapi aku sendiri tidak tersenyum.

  Jika Hayama Hayato tidak memiliki kepribadian ganda, maka pastinya jawaban darinya pasti jawaban yang memuaskan. Dia pasti akan memberikan jawaban yang berbeda dengan Hayama Hayato yang satunya.

  Aku meminum habis Ginger Ale di tanganku dan berjalan menuju tempat orang-orang duduk.

  Yang tersisa di tenggorokanku hanyalah rasa pahit dari minuman tadi.





  




x Chapter VIII | END x








  
  Buat yang belum tahu, Ginger Ale memiliki sejarah tersendiri antara Hachiman dan Yukino. Itu adalah minuman yang dipesankan Yukino di bar Angel karena menduga kalau di bar ala western tidak menyediakan kopi kaleng. Kenyataannya, Saki memberitahu kalau bar juga menyediakan kopi kaleng. Volume 2 chapter 4.

  Hachiman memilih untuk tidak memesan MAX COFFEE dan memilih Ginger Ale di chapter ini.

  ...

  Hayama mengatakan Yukino berubah.

  Lalu mengatakan apakah Hachiman menyadari sesuatu dari Yukino?

  Apa maksud kata-kata Hayama ini?

  Pernyataan Hayama soal Hachiman merubah orang-orang di sekitarnya pertama muncul di vol 9 chapter 8. Jika Hayama mengatakan Yukino berubah, maka jelas itu karena Hachiman.

  Hayama mengatakan kalau dulu orang mengatakan hal yang sama kepadanya. Baik Hayama dan Hachiman ada di satu tempat dan mendengarkan Yui di vol 2 chapter 4. Disana, Yui mengatakan kepada mereka kalau satu-satunya hal yang bisa membuat seorang gadis berubah adalah cinta. Jadi orang yang dimaksud Hayama tersebut adalah Yui.

  Sederhananya, Hayama mencoba mengatakan kalau Yukino berubah karena ada cinta, dan itu karena Hachiman. Hayama memutuskan untuk tidak memberitahunya karena yakin Hachiman akan sadar itu cepat atau lambat. Pada marathon tadi, Hachiman sendiri mengatakan terganggu dengan gosip Yukino-Hayama, artinya Hachiman menyukai Yukino. Lalu Yukino berubah karena mencintai Hachiman. Jelas, bagi Hayama itu hanya tinggal menunggu waktu saja.

  ...

  Hayama mencoba menegaskan kalau dia tidak memilih apapun, apa maksudnya?

  Sebenarnya sederhana, kata-kata Hayama kalau dia akan memilih IPS artinya Hayama rela tidak memilih IPA demi Miura.

  Dengan menyatakan kalau dia belum memilih apapun, Hayama menegaskan kalau dia belum menyerah untuk mendapatkan Yukino, Miura bukanlah pilihan final.

  Bebas untuk menterjemahkan kalau ini adalah candaan ataukah pernyataan kalau rivalitas akan muncul lagi. Tapi fakta kalau vol 11 chapter 5 Hayama langsung mengoreksi kesalahpahaman kisah coklat valentine SD, bisa jadi Hayama melakukan ini untuk becanda kepada Hachiman.


1 komentar: