Selasa, 28 Juli 2015

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol 11 Chapter 1 : Ketika mereka menyadarinya, musim dingin mereka telah lama berlalu


x Chapter I x










  Beberapa hari telah berlalu semenjak memasuki bulan Februari.

  Angin musim dingin masih bertiup seperti biasanya dan ketika angin kering dari utara berhembus, terdengar suara jendela kaca di kelasku yang berderit.

  Ketika pelajaran BK yang mengakhiri jam sekolah telah berakhir, suhu udara seperti naik dengan drastis. Tempat dudukku, yang dekat dengan lorong sekolah, sayangnya tidak terasa begitu hangat dan kadang ada angin kecil berhembus melewati celah-celah pintu kelas. Ketika angin itu bertiup dan menerpa leherku, aku seperti menggigil kedinginan.

  Meski begitu, aku melihat ke arah jendela dan matahari nampak masih tinggi di langit. Nampaknya sore akan terasa lebih lama dari bulan-bulan biasanya.

  Jika menurut kalender, vernal equinox akan segera tiba. Tetapi setiap tahunnya di saat yang sama kamu akan berpikir, "Kenapa kamu menyebut ini musim semi, apakah karena lagu Spring Has Come yang sering kamu dengar atau ada hal yang lain?"

  Tetapi ada satir yang mengatakan : "Jika musim dingin tiba, apakah berarti musim semi sedang berada di belakangnya?"

  Waktu itu adalah jam seusai sekolah dan suasana kelas seperti menunjukkan kalau musim semi akan tiba sebentar lagi.

  Kurang dari sebulan, musim dimana serangga akan bangkit dan menandai datangnya musim semi.

  Karena adanya pemanas di ruangan sekolah, teman-teman sekelasku seperti menggambarkan bagaimana serangga, katak, dan ular yang terbangun lebih awal dari tidur panjangnya.

  Jendela yang berada di sisi ruangan kelas terlihat hangat karena adanya pemanas ruangan yang berada di bawah frame jendela. Sebuah grup menempati area tersebut dan menampakkan suasana yang hidup. Seperti hari-hari biasanya, aku bisa mendengar suara mereka yang keras dan mencolok.

  "Ya ampun, aku kok pengen makan yang manis ya hari ini," kata Tobe sambil mengibas-ngibaskan ujung rambutnya. Ooka dan Yamato menyenggol lututnya seperti tahu apa maksud Tobe dan menunjuk ke arahnya.

  "Kamu benar juga."

  "Banget."

  Lalu ketiganya saling menatap masing-masing.

  "Kamu tahu artinya...? Dari semua manisan itu, yang terbaik adalah coklat, benar tidak?" kata Tobe seperti mendramatisir sesuatu. Ketiganya membuat tatapan gembira dan menatap para gadis...Mmm, kukira kita sudah dekat dengan musim semi, namun aku merasa kita masih di tengah-tengah musim dingin!

  Tetapi reaksi Miura tetap datar dan dingin dibanding reaksi ketiganya.

  "...Ha?"

  Setelah kata tersebut keluar dari lidahnya, dia memberi tatapan menyedihkan ke ketiga trio idiot itu dan membuat mereka terdiam. Yuigahama dan Ebina-san tersenyum kecut melihatnya.

  "Oh ya, sepertinya sudah dekat ke tanggal itu ya?" kata Hayama yang berada di tengah-tengah kedua grup tersebut. Ooka dan Yamato menganggukkan kepalanya.

  "Kamu benar sekali Hayato-kun, tetapi kita dalam posisi buruk nih."

  "Benar."

  Ooka nampak mengatakannya dengan serius sedang Yamato hanya mengangguk setuju. Kata-kata mereka seperti membuat itu terdengar seperti masalah yang serius. Meski begitu, kecemburuan rendahan milik perjaka oportunis ini adalah hal yang luar biasa...pikirku. Lalu, Tobe menepuk pundak Hayama dengan ekspresinya yang sedang pusing.

  "Nah, Hayato-kun biasanya tidak menerima pemberian apapun."

  "Serius tuh!? Sayang banget!"

  Teriakan Ooka membuat Hayama tertawa lepas. Oh begitu, jadi dia memang sengaja memilih jalan dimana dia bisa terhindar dari masalah yang tidak perlu.

  Meski begitu, bagi para gadis yang mencintainya, mungkin kurang bisa menerima kenyataan itu. Di ujung simpul pernyataan tadi, Miura, mendengarkan pembicaraan mereka dengan diam-diam sambil memalingkan wajahnya dengan ekspresi kurang tertarik.

  Melihatnya begitu, Yuigahama mengatakan "ah" dan berbicara.

  "Tetapi bukankah agak menakutkan jika menerima sesuatu dari seseorang yang tidak kamu kenal?" Yuigahama menganggukkan kepalanya seperti menunjukkan simpatinya.

  Selanjutnya, Ebina-san mengangkat rendah tangannya dengan tatapan serius dan menghentikan pembicaraan itu. "Tunggu dulu. Jika dia tidak menerima apapun dari gadis, berarti...dia akan menerima itu. Jadi yang diterima adalah pemberian Hikitani-kun?"

  Ketika dia selesai mengatakannya, Miura menyentil kepalanya. Apa-apaan yang barusan dia katakan dengan mimik serius itu...? Miura mengambil tisu dan menempelkannya ke Ebina-san.

  "Ebina, hidungmu mimisan tuh."

  "Oh, terima kasih, terima kasih."

  Ebina-san menahan tawanya ketika dia membersihkan hidungnya dan Miura tersenyum lembut. Berada di samping pemanas ruangan bukanlah faktor utamanya, namun orang-orang yang berkumpul disanalah yang membuatnya terlihat hangat.

  Tidak, mereka nampaknya bukanlah satu-satunya. Seluruh kelas nampaknya diselimuti kehangatan yang sama. Suasana ini tidak hanya terjadi diantara trio idiot Tobe dan lainnya, tetapi juga seluruh grup yang menyebar di kelas ini.

  Hari Valentine akan tiba sebentar lagi.

  Hari Valentine adalah hari dimana diberkati oleh cinta, tetapi pengertian tersebut datang bukannya dari sesuatu yang tanpa masalah. Melihat bagaimana sejarahnya, sebenarnya itu adalah hari dimana terjadi pertumpahan darah. Berawal dari seorang saint, dan disaat yang sama ada pertikaian diantara dua kelompok. Lagipula, ada beberapa orang di Chiba tidak akan berpikir tentang coklat ketika mendengar Valentine karena mereka akan terpikir ke Bobby Valentine yang menjadi nama Manager Klub Baseball Chiba.

  Mengesampingkan opini-opini orang sepertiku, kupikir sangat mustahil untuk merubah persepsi orang-orang tentang Valentine. Bahkan kenyataannya, kalau aku mengatakan ke orang-orang kalau ini hanyalah even konspirasi industri coklat, mereka akan melabeli diriku orang dengan idealisme garis keras.

  Hari Valentine sudah menjadi tradisi yang mengakar di budaya masyarakat Jepang. Begitupun juga Natal, meskipun sedikit berbeda. Bahkan, Halloween juga sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat Jepang juga. Festival musim panas, Festival dansa Bon, atau ziarah makam ketika awal musim semi ataupun gugur juga tidak jauh berbeda.

  Sebenarnya, ini adalah masalah kamu menyukainya atau tidak. Tidak ada yang akan bertanya apakah kamu aliran orthodox ataupun blasphemous. Jika kamu tidak menyukainya, apakah itu Natal atau Valentine, kamu tidak perlu mengeluarkan opini apapun dan cukup berteriak, "Aku benci itu!"

  Sejak Komachi selalu memberi coklat tiap tahunnya, aku tidak begitu membenci Valentine. Bahkan, aku sangat mencintai Komachi sebagai kakaknya, dan aku tidak sabar menunggu hari itu tiba.

  Aku membayangkan coklat mahal seperti apa yang diinginkan Komachi kali ini sebagai balasan pemberian coklatnya...Ketika aku sedang asyik berpikir tentang membelikan sesuatu untuk adik kecilku, suasana kelas semakin riuh.

  "Ya ampun, aku tidak akan mau membuatnya!"

  "Tidak apa-apa, kamu masih punya waktu! Teruslah berusaha! Jangan menyerah!"

  Aku melihat ke arah beberapa gadis yang duduk di tempat yang berbeda, dimana mereka berada di grup kedua atau grup ketiga di kelas, dan mereka seperti merajut semacam muffler atau sweater. Aku seperti mendengarkan pembicaraan antara penulis light novel dan editornya. Coba kamu pikir, biasanya, kamu tidak akan bisa melakukannya. Ini sudah hampir Hari Valentine dan kamu baru mengerjakan 10%nya. Daripada berusaha mati-matian membuatnya tepat waktu sebelum deadline, akan lebih realistis dan produktif kalau kamu mengundurkan lagi jadwal deadlinenya!

  Ketika suasana kelas berubah, ternyata aku bukanlah satu-satunya orang yang melihat perubahan itu.

  Miura yang memutar-mutar rambutnya dengan jemarinya dan mendesah.

  "...Well, buatan sendiri mungkin terlalu sulit? Kurasa masuk akal kalau kita tidak melakukannya."

  Setelah agak malu-malu mengatakan kata-kata tersebut, ekspresi melemah muncul dari arah yang sebaliknya.

  "Sulit...ya ada benarnya juga sih..." Yuigahama sambil menggosok-gosok sanggul rambut berwarna peachnya dengan jarinya yang menjulur keluar dari cardigannya yang longgar. Lalu dia tersenyum malu-malu.

  Ketika melihat senyum itu, sesuatu terlintas di pikiranku tentang hal yang terjadi dahulu kala.

     Buatan sendiri, huh?

  Sebenarnya dulu dia membuat coklatnya untuk siapa? Ketika aku memikirkannya, aku melihat ke arahnya dan kedua mata kami bertemu. spontan Yuigahama dan diriku memalingkan pandangan kami.

  "Well, bukankah sebenarnya yang terpenting adalah perasaan yang membuatnya, bukan coklat yang kamu dapat."

  Hayama mengatakannya dengan jelas.

  "Benar sekali itu! Tapi, tahu enggak? Aku setuju denganmu, ngerti kan maksudku?" Tobe tiba-tiba menyenggol lututnya dan mengekspresikan setuju. Berseberangan dari posisinya, Ebina-san menyilangkan lengannya dan menatap sebelahnya.

  "Tetapi kamu tidak boleh gagal dalam membuat coklat buatan sendiri, atau kamu bisa dianggap buruk. Dan juga sebenarnya biayanya juga tidak begitu mahal, bagaimana yah aku bilangnya. Nah, apa tidak lebih mudah kalau kita membeli coklat yang hampir jadi saja daripada membuatnya dari awal?"

  "Yeah, benar juga!"

  Ketika Ebina-san selesai mengucapkannya, Tobe tiba-tiba mengubah pendapatnya... Ayolah, kenapa kamu merubah pendapatmu semudah itu.

  "...Mmhmm, buatan sendiri ya?"

  Ketika Miura mengatakannya dengan nada kurang tertarik, mereka tertawa dengan gembira.

  Sebelumnya, grup mereka terbagi menjadi dua kelompok, namun sekarang sudah tidak terlihat lagi.

  Hayama telah berpura-pura bersikap seperti Hayama Hayato yang semua orang inginkan sementara Miura secara perlahan, namun pasti berusaha memperpendek jaraknya dengan caranya sendiri. Sedang untuk Tobe dan Ebina-san, mereka terlihat sama seperti biasanya, namun setelah beberapa waktu berlalu, mereka seperti terlihat membaur satu sama lain.

  Dan Yuigahama melihat mereka dengan gembira.

  Suasana kelas yang riuh seperti tidak pernah mengenal istirahat, meski begitu, tempat mereka berada nampak lebih hangat seperti perubahan musim dingin ke musim semi dan terlihat terlalu terang ketika aku hendak memejamkan mataku dari tempat dudukku.





x x x






  Udara yang memenuhi lorong menuju gedung khusus terasa dingin dan kering. Bibirku terasa mengering dan tubuhku mengeras.

  Embun terlihat dari jendela kaca kelasku, tetapi tidak di lorong ini dimana aku bisa melihat jelas ke arah halaman sekolah. Disana terlihat pohon dan tanaman yang daunnya rontok, berdebu dan berwarna coklat gelap, pemandangan musim dingin yang jarang terlihat di bagian utara Jepang.

  Tidak banyak salju turun di Chiba. Bahkan salju menjadi sangat langka seperti di daerah Kanto yang tidak familiar dengan salju. Bulan lalu, seorang pembawa berita melaporkan kalau salju turun di Tokyo, tetapi tidak satupun salju terlihat di Chiba.

  Kurangnya hal-hal yang berbau musim dingin malah membuat keadaan disini menjadi sangat dingin. Seperti merasakan perbedaan kehangatan dari ruang kelasku sebelumnya, aku membetulkan muffler yang mengelilingi leherku.

  Alasan utama kenapa di kelas terasa hangat bukanlah karena dekat dengan pemanas ruangan. Itu karena celah kosong yang menghantui mereka belakangan ini sudah terisi.

  Aku cukup yakin Hayama dan yang lainnya tidak mau mengisi saat-saat terakhir mereka dengan drama, tetapi dengan damai dan hangat, seperti halnya tahu kapan dunia akan berakhir. Pada kenyataannya, kebahagiaan dan kedamaian yang mereka usahakan dengan segenap upaya telah lama tenggelam ke dasar laut.

  Sangat mungkin kalau pengalaman mereka yang sudah melalui musim dingin yang tidak terhitung jumlahnya membuat mereka memahami kalau musim semi akan segera tiba.

  Yang menunggu kami bukanlah musim semi yang hangat, tetapi musim semi tentang perpisahan. Seperti badai yang datang ketika bunga mulai berkembang, teman-teman mereka akan pergi.

  Kelas kami akan berganti dan kami akan membangun hubungan yang baru lagi. Musim dingin tahun depan, kita akan menjalani ujian dan tidak perlu datang ke sekolah lagi. Oleh karena itu, semuanya menikmati musim dingin ini, menunggu akhir dari semuanya dengan damai.

  Karena itu, ada sedikit kehangatan diantara cuaca dingin ini diantara mereka. Aku menggumam "dingin,dingin" dibalik mufflerku sambil berjalan dan aku mendengar suara langkah kaki ringan bergema dari belakangku.

  Aku hendak berbalik dan bahuku seperti menerima gelombang kejut kecil. Aku melihat tatapan Yuigama yang masam.

  "Kenapa kamu keluar duluan...?"

  "Kamu tidak mengatakan sesuatu tentang keluar kelas bersama..." aku mengatakannya dengan ekspresi kurang senang, dan aku tidak tahu mengapa perilakunya seperti itu.

  Mulut Yuigahama terbuka dan dia menggosok rambutnya dengan lembut dipenuhi rasa malu. "...Oh, kupikir kamu tadi menungguku. Soalnya kamu tadi tinggal sebentar di kelas, jadi..."

  "Sebenarnya enggak begitu..."

  Ketika mengatakannya, aku berpikir tentang alasanku mengapa aku tetap di kelas sejenak tadi. Memang benar kalau Yuigahama pernah mengajakku pergi ke klub bersama beberapa kali. Mungkin karena itulah jika aku tetap di kelas sejenak maka aku berpikir dia akan datang ke arahku dan mengundangku.

  Tetapi aku punya alasan yang lebih tepat.

  "Yeah, aku hanya ingin melihat bagaimana Hayama dan Miura sekarang."

  "Ahh, benar. Aku pikir mereka sekarang sudah baikan, jadi aku sangat senang."

  Yuigahama menghembuskan napas kecil dan mengangguk. Lalu dia melangkah di depanku di lorong yang sepi ini dan membalikkan badannya.

  "Ini terlihat bagus. Aku yakin semua orang sedang memikirkan banyak hal sekarang, tetapi mereka seperti berusaha menjalaninya sebaik mungkin sambil mensyukurinya..."

  Dia mengatakan per hurufnya dengan penuh penekanan, dan senyum di wajahnya.

  "Yeah, kurasa begitu. Mungkin ini adalah masa-masa terbaik dalam hidup kita."

  "Oh, tidak biasanya kamu berpikir positif..."

  "Kalau kamu memikirkan masa lalu, kamu seperti ingin mati saja dalam penyesalan. Dan ketika kamu memikirkan masa depan, kamu akan mengalami depresi dari kegelisahan. Jadi karena tidak punya pilihan lain, maka waktu kita yang sekarang harus dipenuhi dengan kebahagiaan."

  "Ternyata pikiranmu negatif!" Yuigahama menurunkan bahunya dengan tatapan cemberut. Lalu dia berjalan ke depan dan mengatakan komplainnya. "Kamu lagi dengan pikiran seperti itu...Apa kamu tidak bisa membaca suasananya?"

  "Suasana, huh...?"

  Seperti suasana apa?

  Misalnya, suasana dari Hari Valentine?

  Kupikir aku bisa memahami permasalahannya. Biasanya, aku belajar dari apa yang terjadi di keramaian, membaca suasananya, dan berpura-pura terlibat di dalamnya. Lalu, aku akan mengakhirinya dengan kalimat sederhana "Ini yang dilakukan orang-orang." Melakukannya seperti membuatmu memiliki ekspektasi, mengetahui apa yang terjadi, hilang kesabaran, dan menunggu.

  Tetapi, sebenarnya itu bukanlah hal yang harus kamu lakukan.

  Itu akan terasa tidak jujur jika yang kau lakukan hanya menunggu. Daripada menunggu jawaban yang menunggumu di akhir terowongan itu, kau harusnya mengambil langkah maju tanpa ragu dan memikirkan penyesalannya belakangan.

  Oleh karena itu, aku sudah membaca suasananya dan memutuskannya untuk bertanya kepadanya.

  "Ngomong-ngomong..."

  Aku mengatakan kata-kata tersebut dengan serak dan Yuigahama membalikkan badannya. Dia memalingkan kepalanya dan matanya mengisyaratkan aku untuk meneruskan kalimatku. Ekspresinya yang to the point tersebut membuatku pangling dan memalingkan wajahku.

  "...Apa kamu ada waktu senggang di waktu dekat?"

  "Huh? U-Um, yeah, ada...kupikir," kata Yuigahama dan menggerakkan tangannya untuk menunjukkan keterkejutannya.

  Dia menatap ke arah pintu klub. Setelah itu, dia seperti kesulitan mengeluarkan kata-katanya. Dan tidak seperti sebelumnya, ekspresinya seperti tenggelam.

  Aku agak terkejut mengapa wajahnya seperti itu, dan aku sendiri seperti sedang menahan napasku. Udara di lorong terasa sangat dingin dan kering dimana aku sangat tidak terbiasa dengan suasana ini seperti ada sesuatu yang tersangkut di tenggorokanku.

  Bertanya seperti tadi di di tempat ini mungkin bukan opsi yang baik. Atau mungkin, ada cara yang lebih baik untuk mengatakannya. Apa akan terasa aneh kalau aku tanya sekali lagi? Aku sendiri kurang yakin.

  Karena tidak ada kata-kata yang bisa kukatakan lagi, aku melihat ke arah wajahnya, aku merendahkan punggungku dan menatap ke bawah. Senyumnya yang terasa penuh dengan masalah membuatku tidak mampu bernapas.

  Untuk mengisi kesunyian itu, Yuigahama berkata, "Biar kupikirkan dahulu dan akan kuberitahu nanti!"

  "...B-Baiklah."

  Apa barusan aku merasa lega atau kelelahan? Mungkin, sedikit berbeda dari itu?

  Apapun itu, ketika aku menghembuskan napas panjangku dan disaat yang bersamaan, Yuigahama sepertinya tidak menunggu responku, dia mengambil beberapa langkah ke depan, dan membuka pintu klub.






x x x






  Pintu ruang klub dibuka. Kita berjalan masuk ke dalam dan merasa diselimuti oleh suasana yang nyaman.

  Disini hanya ada beberapa orang dibandingkan di kelas tadi, agak aneh memang, tetapi aku merasa nyaman berada disini. Bisa jadi, ini karena efek dari sinar matahari yang dengan mudahnya masuk di ruangan klub di gedung khusus ini.

  Dengan sinar matahari yang lembut menyinarinya, Yukinoshita Yukino duduk di kursi biasanya.

  Dia menolehkan wajahnya yang menatap buku di tangannya, menggeser rambutnya kesamping, dan tersenyum lembut. "Halo."

  "Yahallo, Yukinon."

  "Sup."

  Yuigahama meresponnya dengan mengangkat tangannya sedangkan diriku hanya membalas salamnya seperti biasa dan kita berjalan menuju tempat duduk kita masing-masing.

  Aku sebenarnya tidak tahu sejak kapan, tetapi tempat duduk ini seperti menjadi tempatku saja. Tidak ada yang meragukan kenapa aku duduk disini, tidak ada yang bilang kalau ini tempatku, juga tidak ada yang memaksa kalau ini adalah tempatku. Ternyata ini lebih nyaman daripada yang kubayangkan.

  Dan alasan-alasan tadi tidak cukup untuk membuatku merasa nyaman karena aku melihat sesuatu yang tidak biasa disini.

  "Senpai, kamu lamaaaaaa sekali."

  "Kamu ngapain disini...?"

  Berbaring di meja sambil menghentakkan kakinya adalah ketua OSIS sekolah ini, Isshiki Iroha. Dari bahasa tubuhnya, apakah dia yang menunjukkan ekspresi cemberut atau sikapnya yang memalingkan wajahnya, semuanya terlihat licik...Bukan, tapi serius nih, aku tidak percaya kalau dia datang lebih dulu dari Yuigahama dan diriku.

  "Aku tadi bertanya kepadanya apakah ada perlu datang kemari, tetapi dia bilang ingin menunggu kalian berdua datang dahulu. Jadi dia dari tadi menunggu kalian disini," kata Yukinoshita sambil menghembuskan napasnya. Lalu dia memberikan tatapan yang sangat dingin kepadanya. Meski begitu, dia tidak lupa untuk bersikap ramah dan menyiapkan teh untuknya.

  Dan seperti sikap Isshiki yang kukatakan sebelumnya, dia bahkan tidak peduli terhadap tatapan dingin Yukinoshita. Lalu dia mendekatkan tubuhnya kepadaku, menaruh tangannya di mulut, dan berbisik kepadaku.

  "Yukinoshita-senpai tadi tersenyum manis kepadaku ketika aku baru sampai disini, tapi dia tiba-tiba berubah setelahnya...Dia selalu bersikap seperti itu setiap aku kesini."

  Ahh, benarkah begitu...Well, setiap Isshiki kesini, dia selalu merasa ditemani orang yang kurang bermanfaat, hahahaha. Serius ini, ngapain kamu kesini hari ini? Pikirku. Lalu, terdengar suara batuk kecil.

  "...Isshiki-san?"

  Ketika melihatnya, Yukinoshita tersenyum lebar. Uh oh, senyum yang ini! Senyum yang Yukinon perlihatkan ketika dia dalam mode menakutkan!

  "Y-Yaaa! Maafkan aku, aku benar-benar ada keperluan kesini kok!"

  Isshiki lari bersembunyi di belakangku dan mendorongku ke depan, sudah kuduga kalau dia akan begini ketika merespon senyumannya yang seperti itu. Hey, hentikan itu, senyuman itu juga membuatku takut.

  "W-Well, semuanya tenang dulu. Iroha-chan, apa kamu kesini untuk urusan kegiatan OSIS?" Yuigahama mencoba menengahi dan memanggilnya kembali ke tempatnya.

  Dengan ekspresi masa bodohnya "Yui-senpai, kamu baik sekali!" lalu dia kembali ke tempat duduknya.

  Aku memberinya tatapan tanda tanya seperti menanyakan keperluannya. Lalu, ekspresi wajahnya menjadi semakin tanpa ekspresi sambil mengibaskan tangannya. "Masalahnya adalah, aku merasa kalau aku punya banyak waktu luang dari yang seharusnya, atau semacam itu?"

  "Huh?"

  Lagi-lagi dengan hal yang tidak masuk akal... Aku harap kamu tidak lupa kalau dirimulah yang membuat kita mendapat masalah di request yang lalu...Atau karena kita selalu menyelesaikan pekerjaanmu yang seharusnya kamu kerjakan? Aku tidak berpikir kalau ini adalah sindrom kelebihan beban pikiran karena kamu terus menerus mendapatkan pekerjaan kasar atau semacamnya...? Tapi aku malah merasa kalau kita yang dari dulu yang terbebani olehnya, jadi apa masalah dia? Aku menatapnya dengan tajam, berusaha mencari arti maksudnya.

  Dia menaruh jari telunjuknya di dagu dan dengan manis dia memiringkan kepalanya. "Tidak ada even sekolah di tahun ajaran tersisa dan wakil ketua sudah menangani pekerjaan-pekerjaan kecil untukku. Pekerjaan yang tersisa untukku hanyalah menstempel laporan akhir tahun kami."

  You don't say. Aku sebenarnya tidak begitu familiar dengan pekerjaan pengurus OSIS, tetapi aku cukup terkejut, ternyata pekerjaan mereka seperti ini pada saat ini. Siswa kelas tiga sedang menjalani musim ujiannya sedangkan administrasi sekolah disibukkan dengan ujian masuk bagi siswa baru nanti.

  Ini artinya siswa kelas satu dan dua seperti tidak diperhatikan. Semua orang merasa tidak ada yang dilakukan saat ini.

  "Oleh karena itu, karena tidak ada yang terjadi saat ini, aku memutuskan pengurus OSIS untuk mengambil istirahat."

  Ohh, kamu ternyata adalah manager dari perusahaan yang baik... Kebetulan sekali, klub ini yang memaksa kita berkumpul di ruangan ini bahkan ketika tidak ada pekerjaan yang masuk adalah perusahaan jahat!

  Dan ngomong-ngomong tentang manager dari perusahaan jahat itu, dia menganggukkan kepalanya, dan menggerakkan tangannya ke dagunya.

  "Bukankah kamu juga punya klub untuk kamu hadiri?" Kata Yukinoshita sambil menolehkan kepalanya ke samping.

  Pipi Isshiki memerah seperti merasa malu dan keringat dingin mengalir dari kepalanya.

  "...Klub sepakbola sekarang terasa terlalu dingin."

  Kau seharusnya malu kepada dirimu sendiri. Yukinoshita menepuk keningnya seperti terkena sakit kepala sedangkan Yuigahama terlihat tertawa.

  "A-Ahaha...Jadi, apa yang kau perlukan disini?" Tanya Yuigahama.

  Lalu, Isshiki seperti sedang melegakan tenggorokannya dan mengarahkan tubuhnya kepadaku. "Jadi senpai, sebenarnya aku tidak begitu peduli sih, tetapi apa kamu suka manisan?"

  "Kalau ini soal Hayama, aku yakin dia akan senang dengan apapun pemberianmu."

  Aku memahami bagaimana perilaku Isshiki pada umumnya. Aku langsung berinisiatif untuk menjawabnya ke pokok permasalahan dan mengisi dirinya yang seperti kebosanan dari tadi. Mendengarkan pembicaraan tadi, Yuigahama nampaknya ingat akan sesuatu.

  "Oh, tetapi sepertinya Hayato-kun tidak mau menerima coklat dari siapapun."

  "Ehh, kenapa begitu?"

  "...Entahlah?" Yuigahama nampak bingung untuk menjawabnya.

  Lalu, Yukinoshita menghembuskan napasnya sejenak. "Itu jelas karena hal itu akan mengakibatkan menyebarnya gosip. Ketika SD dulu, siswa-siswa di kelas langsung menggosipkannya...2"

  "...Ahh."

  "...Ahhhh, kupikir aku paham maksudnya."

  Isshiki dan Yuigahama mengangguk. Yep, yep, aku bisa melihatnya juga. Sangat!

  Aku bisa dengan mudah membayangkan suasana kelas esok harinya dimana para gadis akan menjadikan itu topik. Pembicaraan diantara para gadis kebanyakan berisi tentang keburukan gadis lainnya (hasil pengamatanku).

  Sangat menakutkan, kupikir. Isshiki, yang telah lama berada dalam dunia bawah tana- maksudku, sosial para gadis, mengeluarkan kata-katanya.

  "Baiklah, kalau begitu ke senpai saja deh. Kamu suka manisan?"

  "Cara bertanya kepadaku yang cukup aneh..."

  Bagaimana kamu bisa mendapatkan jawaban yang berbeda dariku ketika kamu bertanya pertanyaan yang sama? Aku merasa hanya diperlakukan sebagai pelengkap saja dan sifat acuhnya sudah di luar batas. Ketika aku memikirkannya, terdengar suara kursi bergeser. Aku melihat apa yang terjadi dan Yuigahama maju ke depan.

  "Hikki sangat menyukainya!"

  "Itu benar."

  Di lain pihak, Yukinoshita tersenyum lebar dengan tertawa kecil dengan alasan yang tidak kuketahui. Merasa perilaku keduanya aneh, Isshiki menggumam.

  "Kok agak aneh ya kalian berdua yang malah menjawabnya,...tapi itu bagus untuk didengar!"

  "Benar...Tunggu, ada apa memangnya?"

  "Aku sedang membayangkan seberapa besar kadar manis coklat yang kubuat nantinya. Tiap orang punya standarnya masing-masing bukan?" Isshiki menambahkan dan tidak mempedulikan pertanyaanku.

  Yukinoshita memiringkan kepalanya. "Seberapa manis...Isshiki-san, apa kamu berencana membuatnya sendiri?"

  "Ini baru mengejutkan..." Kataku.

  Lalu, Isshiki membuat ekspresi penasaran. "Kenapa begitu? Aku ini sebenarnya pintar membuat manisan, loh."

  "Sial, pasti itu bagus sekali. Aku ingin belajar untuk membuatnya juga, tetapi aku sangat buruk dalam membuatnya..."

  Isshiki terkejut dan dadanya merasa tegang ketika Yuigahama menempel di bahunya dan seperti mengecil melihat ukurannya yang kontras. Hmm, ini lucu sekali, dadanya yang menonjol terlihat lebih kecil...Ini karena sebuah perbandingan yang kontras apa bagaimana? Di lain pihak, aku ingin membuat permintaan kalau adegan ini harusnya ada dalam edisi Blue-Ray!

  Ngomong-ngomong, di kasus Yuigahama, dia sebenarnya tidak buruk-buruk amat. Hanya masalah waktu saja dia akan bisa membuatnya.

  "Yui-senpai, memasak itu tentang sebuah ketulusan. Ketika kamu membuatnya sendiri, perasaan tentang kebaikan hati dan simpati adalah yang terpenting. Cara cepat untuk belajar adalah dengan memikirkan orang yang akan memakan masakanmu."

  Isshiki menepuk pundak Yuigahama untuk membuatnya nyaman. Dengan senyum yang damai, dia membuatnya termotivasi.

    "Lagipula, objek kita kan anak laki-laki yang jelas tidak tahu apa-apa soal coklat buatan sendiri. Buat saja dengan bahan-bahan yang murah dan sedikit sentuhan akhir yang berbeda tergantung siapa laki-laki yang kamu suka. Semua anak laki-laki pasti akan menyukainya."

  "Pernyataan simpatimu tadi sudah diluar cakrawala...Bahkan kebaikanmu hanya sebatas isi dompetmu."

  "Sebenarnya maksudku itu lebih kompleks, tetapi pendapatmu tadi juga tidak sepenuhnya salah..."

  "Mendengarnya malah tidak membuatku senang sama sekali..."

  Dengan semua jawaban tadi, bahkan Isshiki berusaha menjaga jarak denganku. Lalu dia tiba-tiba merubah topiknya.

  "Sebenarnya tadi aku cuma becanda. Bukan jawaban seperti senpai tadi yang kucari...Bagaimana ya, aku ingin referensi untuk membuat coklatku. Jadi senpai, manis yang seperti apa yang kamu suka?"

  "Seperti apa...? Kurasa seperti ini."

  Aku mengambil keluar dari tasku, tentu saja, MAX COFFEE. Kenapa? Karena ini adalah sesuatu yang spesial untukku.

  Setelah aku taruh kalengnya di atas meja, ketiganya menatapku.

  Ada apa dengan pandangan kalian yang skeptis itu...? Tidak ada satupun orang di Chiba yang menolak rasa manis dari ini. Aku sebenarnya ingin mengatakan itu, tetapi orang-orang disini terus menatapku dengan penuh keraguan...

  Yuigahama yang menatap kaleng itu menggumam. "...Aku berani bertaruh kalau aku saja bisa membuat yang seperti itu."

  "Mana mungkin kamu bisa. Tidak usah sok bisa dan memandang remeh ke MAX COFFEE. Jika kamu pikir itu hanya mencampur susu dan gula ke kopi, kamu sudah salah besar. Serius ini."

  "Apa dia barusan marah gara-gara itu?"

  Jelas saja. Ini adalah level kesulitan yang berbeda dari sekedar menaruh susu bubuk ke kopi. Kamu tidak bisa mendapatkan rasa manis yang melekat itu dengan cara biasa. Ini bukanlah hal yang bisa ditangani para amatir.

  Isshiki menaruh ujung jarinya di bibirnya untuk berpikir dan membuka mulutnya.

  "Sebenarnya, itu mungkin bisa menambah pengeluaranku."

  "Aku tidak tahu berapa banyak uang yang kamu siapkan untuk membuatnya, tapi budget kamu bisa dikatakan kecil kalau kamu merasa sekaleng kopi seharga 130 yen memberatkanmu..." Yukinoshita seperti tidak percaya sambil menggosok-gosok keningnya. Meski begitu, dia tidak begitu peduli terhadap topiknya.

  "Sebenarnya bukan masalah. MAX COFFEE akan lebih murah jika kamu membelinya di toko yang benar dan dalam jumlah banyak."

  "Ya ampun Hikki, sebenarnya seberapa serius sih kamu sama benda ini...?"

  "Ya beginilah jika kamu jarang punya kesempatan untuk meminum hal-hal yang manis. Kebanyakan minumanku selama ini terasa pahit."

  Lalu, Yukinoshita yang sambil menyentuh rambut panjang di bahunya tersenyum. "Yang pahit itu bukan minumanmu, tetapi pengalaman hidupmu."

  "Ya, ya, terserahlah. Tetapi rasa pahit dari masa laluku tidak akan bisa berubah. Karena itu, aku hanya ingin menghabiskan sisa hidupku dengan meminum minuman yang manis."

  "Itu terdengar seperti bukan minumannya yang terasa pahit, tetapi hidupmu sendiri yang pahit..." Yukinoshita mengatakannya dengan dalam.

  Tidak, tidak, ini memang persis seperti yang kau katakan. Aku memang merasakan semuanya terasa pahit, bahkan hiduku. Dengan membandingkan sebelumnya, hidup ini pahit, jadi hidup ini adalah sebuah penderitaan! Aku memikirkan ide yang sia-sia ini di pikiranku.

  Isshiki mengejek. "Benar. Lagipula aku juga tidak peduli itu."

  Kejam sekali. Isshiki meminum habis tehnya, menaruh gelasnya, dan memandangiku.

  "Aku ingin mendengar pendapatmu tentang coklat pemberian."

  "Coklat yang dijadikan pemberian ya...?"

  Aku menggaruk kepalaku dan mencari ingatan yang tersisa. Sayangnya, aku tidak punya pengalaman menerima coklat, jadi aku tidak tahu harus mengatakan apa. Coklat yang kuterima dari adikku adalah coklat cinta!

  Ketika melihat ekspresiku, Isshiki tertawa kecil.

  "Ohh, senpai, ternyata kamu adalah tipe yang tidak pernah diberi ya? Kupikir anak laki-laki biasanya berlomba-lomba untuk mendapatkan coklat terbanyak? Apa harga dirimu tidak terluka sebagai laki-laki jika tidak mendapatkan satupun coklat?"

  "Uh, bukannya aku seperti butuh coklat atau semacamnya...Lagipula sejak kapan Hari Valentine jadi sebuah perlombaan?"

  Tidak ada yang lebih sederhana dari menentukan pemenang dari jumlah yang didapat, tetapi aturan itu nampaknya berlaku di keadaan apapun. Terutama jebakan offside yang bernama coklat pemberian! Jelas ini adalah kartu merah. Jadi, jebakan offside itu apa? Aku sendiri, tidak tahu apapun tentang aturan sepakbola.

  Aku mengoceh kesana-kemari. Isshiki nampaknya tidak mempedulikanku dan bahkan dia nampak tidak mendengarkanku. Dia yang awalnya tidak percaya lalu menatapku dengan tatapan hangat.

  "Nampaknya, itu sudah tidak tertolong lagi..."

  "Kamu tidak perlu peduli kepadanya."

  Isshiki dipotong oleh Yukinoshita. Dia perlahan-lahan menyentuh rambutnya dan tersenyum sedangkan mulut Isshiki terdiam sebaliknya.

  "Huh...? Jangan bilang kalau Yukinoshita-senpai yang akan memberinya-"

  Yukinoshita tidak membiarkannya menyelesaikan kalimatnya dan tertawa lembut. "Karena Hikigaya-kun tidak punya teman untuk diajak berlomba coklat Valentine."

  "Oh, itu sangat masuk akal."

  Aku sendiri mengangguk seperti Isshiki, dan entah mengapa kita seperti pasangan Ayam Betina di rumah penampungan Ayam Betina.

  Ketika pikiranku hampir menemukan apa arti kedamaian sebenarnya, Yuigahama yang duduk di sebelah terlihat mengembangkan pipinya.

  "Kamu tidak usah khawatir...Karena, Hikki akan mendapatkan coklat...Benar tidak?" Dia mengatakannya sambil menatapku.

  Aku mengangguk dengan tersenyum.

  "Wha...? Maksudnya?"

  Isshiki memandang diriku dan Yuigahama. Ketika kedua matanya menatap mataku, aku tertawa dengan bangga.

  "Hmph, kau benar sekali...Aku sudah punya Komachi!"

  Dan itulah mengapa aku pasti akan mendapat coklat! Woohoo! Aku sangat senang punya adik perempuan! Selama kamu punya adik perempuan, kamu sudah aman!

  Meski begitu, Isshiki memiringkan kepalanya sambil mengedipkan matanya seperti kebingungan. "Huh? Komachi? Siapa itu? Nama Beras?"

  "Bukan."

  "Oh, Komachi-chan adalah adik perempuan dari Hikki." Jawab Yuigahama.

  Isshiki memandangku dengan ekspresi rendah dan berkata dengan datar.

  "Kamu punya adik perempuan, senpai?"

  "Yeah."

  Aku punya. Dia adalah adik perempuan kelas dunia. Bahkan kenyataannya, dialah pusat dunia dari seluruh adik perempuan.

  Aku menjawabnya dengan bangga dan Isshiki menatapku dengan curiga. Dia menatapku, dan melihatku dari atas ke bawah, lalu menggeser kepalanya ke samping.

  "...Siscon?"

  "Bukan itu bodoh, jelas bukan," kataku, tetapi reaksi orang-orang sekitarku malah sangat dingin.

  "...Um, aku sendiri tidak yakin kalau aku tidak setuju dengannya," kata Yuigahama. Yukinoshita menatap ke bawah sambil termenung. Ayolah, bantu aku kali ini.

  Irohasu menganggukkan kepalanya melihat respon mereka. Dia memindahkan jari telunjuknya ke dagunya, lalu memiringkan kepalanya dengan tersenyum gembira. "Senpai, ternyata kamu menyukai gadis yang lebih muda."

  "Bukan begitu."

  Lebih tua, muda, itu bukan masalah. Aku adalah tipe dimana orang kebanyakan tidak mau berurusan denganku.

  Aku berusaha menjawabnya dan Isshiki seperti sedang menggigit lidahnya.

  "Kalau begitu..."

  Isshiki terbatuk-batuk, memandangku, dan tiba-tiba memalingkan wajahnya.

  Dia menggenggam lipatan seragam di pergelangan tangannya sedang tangan satunya seperti bergetar dan membetulkan posisi roknya. Dengan matanya yang lembab, napas yang keluar dari mulutnya terasa panas.

  Lalu, dia mengatakannya dengan terbata-bata.

  "Apa kamu enggak suka...gadis yang lebih muda?"

  Aku...tidak begitu! Jika kamu bertanya kepadaku, jelas-jelas aku menyukainya!

  Yuigahama menatap Isshiki. "Kamu tahu, cara bertanyamu itu yang membuatnya seperti mendapat masalah..."

  "...Yeah, kupikir begitu."

  Benar sekali. Meski begitu, aku akhirnya sudah cukup terbiasa dengan itu. Isshiki nampaknya kurang senang dan menatapku dengan sebal.

  Kelakuannya yang seperti ini yang membuatku tersenyum kecut.

  Isshiki, kelakuan dan cara bicaranya memang mempesona, tetapi ada beberapa alasan mengapa aksinya hari ini tidak begitu mengena kepadaku. Dulu aku sudah bersumpah kepada diriku, kalau aku akan kehilangan akal sehatku jika masuk jebakannya.

  Sebenarnya ada alasan sederhana di balik itu.

  "Selama aku memiliki saudara perempuan, aku menyukainya, tidak masalah lebih muda atau lebih tua."

  "Itu terdengar seperti penyakit yang lebih parah dari sekedar menjadi siscon atau penyuka gadis yang lebih muda!"

  Teriakan tragis dari Yuigahama menggema ke seluruh sudut ruangan dan Isshiki mengangguk setuju disertai pandangan agak menjijikkan. Sekarang kau malah membuatku membayangkan seperti apa Komachi jika lebih tua dariku. Aku melihat ke sekitar berharap seseorang akan setuju denganku dan Yukinoshita memiringkan kepalanya dengan ekspresi yang kompleks sambil menyilangkan tangannya.

  "Masalah utamanya adalah apa yang membuat seseorang kita kualifikasikan dengan sebutan lebih muda. Apa angkatannya di sekolah? Tanggal lahirnya? Apa mereka disebut lebih muda jika ulang tahunnya setelahmu...? Definisinya agak abu-abu. Aku percaya kita harus mendefinisikan itu dulu, benar tidak?" Kata Yukinoshita.

  Yuigahama menyentuhkan kedua tangannya. "Oh, tetapi, Hikki nampaknya sangat serasi dengan gadis yang lebih tua, aku yakin...! Eh tidak, itu pasti."

  Dia mengepalkan tangannya, seperti berusaha mengumpulkan seluruh energinya disana. Tetapi aku jelas-jelas tidak memiliki obsesi itu, benar sekali.

  "...Itu kurang cocok disini. Kalau kita bicara tentang selisih tahun, itu bukanlah perbedaan yang besar."

  Contohnya jika dilihat dari segi penghasilan! Yang penting adalah mereka bisa merawatku. Dan jika mengacu ke hal itu, Komachi sudah sempurna. Dia memiliki bakat untuk menjadi pengasuhku yang terbaik.

  Isshiki menggumam. "Ehh, kamu yakin? Apa Hayama-senpai juga berpikir seperti itu?"

  "Enggak tahu."

  "Tetapi senpai, kamu bilang menjadi yang lebih muda memiliki keunggulan, benar?"

  "Yeah, kupikir begitu..."

  Setelah menjawabnya, aku berpikir.

  Ngomong-ngomong, dia sendiri setahun lebih muda dariku, bukan...? Tapi aku kenapa tidak merasakan itu? Apakah karena dia tidak pernah menunjukkan hormat dan terima kasihnya kepadaku, sehingga dia tidak merasa seperti adik kelasku...?

  Serius ini, apa dia seperti menganggap remeh diriku? 

  "Apapun itu, kamu sendiri kan lahir di bulan April, jadi selisih umur kita sebenarnya kurang dari setahun. Jadi sebenarnya kamu tidak terlalu muda dari diriku."

  Aku hanya memikirkan kembali tentang jarak usia diantara kita. Jika kita mengobrolkan tentang jarak usia seperti Komachi atau Haruno-san, itu mungkin masuk akal. Kalau Hiratsuka-sensei, itu...ya begitulah.

  Isshiki hanya terpaut delapan bulan dariku dan tiga bulan dari Yukinoshita. Namun, Isshiki nampaknya tidak melihat halaman buku yang sama denganku kali ini dan berkedip kepadaku dengan terkejut.

  "..."

  "Apa...?"

  "Oh, tidak...Aku hanya sedikit terkejut."

  Ketika aku mengatakannya, dia seperti sibuk membetulkan  poninya.

  Di lain pihak, Yuigahama di pinggir terlihat menggerakkan kursinya dan mengambil jarak denganku.

  "Apa-apaan kamu kok bisa tahu ulang tahunnya!? Itu sangat menakutkan! Kamu menakutkan, Hikki...Tidak, ini serius..."

  "...Tampaknya kamu tahu banyak ya." Yukinoshita tersenyum. Nampaknya senyumnya bisa dikatakan mirip Nikkari Aoe daripada tersenyum senang, jadi aku melihat sebuah tekanan yang mengalir di matanya.

  "Bukan begitu, Isshiki pernah menyebutkannya kapan hari sambil berpura-pura bersikap licik..."

  "Apa maksudmu dengan pura-pura!? Bukan kok! Sebenarnya, bukan aku saja yang pura-pura licik, sebenarnya senpai juga!"

  Isshiki berdiri dari kursinya dan menunjuk ke arahku. Sebenarnya, aku bukanlah orang yang licik, kamulah yang biasanya licik, Isshiki...

  "Aku hanya punya ingatan yang bagus, karena itulah... Ngomong-ngomong, kalau urusanmu sudah selesai disini, cepat kembali ke ruangan OSIS atau klub sepakbola," kataku.

  Isshiki kesal dan marah sambil berjalan menuju pintu. Untung saja, gadis ini bersikap seperti ini lagi. yeah, yeah, kamu memang licik, sangat licik.


  Yukinoshita, Yuigahama, dan diriku tersenyum melihat kepergiannya. Lalu, pintu ruangan klub relawan, dimana Isshiki sedang berjalan ke arahnya, terdengar ada seseorang yang mengetuk.









  

x Chapter I | END x





  Perhatikan timing Hachiman ketika mempertanyakan kepada siapa request kue Yui di volume 1 chapter 3 itu dituju. Dalam request itu, Yui mengatakan kue tersebut untuk pria yang disukainya. Timing munculnya flasback itu setelah respon Yui yang mendengar jawaban Miura atas ajakan membuat coklat sendiri. Miura menjawab kalau dia tidak mau membuat coklat karena sulit. Dalam vol 1 chapter 3, Yui bercerita kalau Miura dan Ebina tidak mau membantunya membuat kue karena menurut mereka, itu sudah ketinggalan jaman.

  Jelas ada yang tidak benar dalam request Yui itu. Mengapa Yui harus berbohong? Jelas Hachiman mempertanyakan siapa pria yang diberi kue itu, karena itu satu-satunya misteri yang belum terjawab.

  Dalam chapter 9 nanti, Hachiman setelah 'dipaksa' menerima kue coklat Yui itu, dan Yui mengatakan kalau itu adalah kue hasil request yang dulu, mengatakan sudah punya dugaan tentang apa ini...Alias Hachiman memang sudah menduga kalau dia adalah pria penerima kue tersebut.

  ...

  Sebenarnya, apa tujuan Hachiman mengajak Yui pergi keluar? Sudah dijawab di monolog sebelumnya, membeli hadiah Valentine Komachi.

  Mengapa harus Yui? Bukan Yukino? Vol 10 chapter 2 Komachi memberitahu Hachiman kalau selera belanjaan Komachi sama dengan Yui.

  ...

  Awalnya Yui mengatakan ada waktu luang, lalu setelah melihat pintu ruangan Klub, dia menarik kata-katanya. Pintu ruangan UKS dan Klub itu sama bentuknya, juga ada di gedung yang sama, Gedung Khusus. Ini mengingatkan Yui tentang adegan UKS Hachiman dan Yukino di vol 10 chapter 7, mereka berdua berjanji akan kuliah bersama-sama. Lalu di vol 10.5 chapter 1, Hachiman berkata akan berpacaran ketika kuliah nanti.

  Meski Hachiman tidak mengatakan alasannya mengajak keluar Yui, tentu ajakan semacam itu terdengar seperti ajakan kencan, dan Hachiman memang punya satu hutang kencan. Yui pernah menagih hutang itu, tapi Hachiman terus mengulurnya. Tiba-tiba Hachiman terdengar membahas hal itu.

  Kemungkinan besar Yui berpikir kalau Hachiman ini hendak membayar hutang kencan. Mengingat ini sudah masuk bulan Februari, sedang April mereka sudah di kelas 3 dan kemungkinan besar tidak sekelas. Setelah itu...lulus SMA Hachiman akan pergi bersama Yukino. Entah apa pertimbangan Yui, dia memilih untuk membahasnya di lain waktu.

  ...

  Iroha mengatakan kalau sikap dingin Yukino itu setiap kali dirinya datang lebih awal daripada Hachiman ke Klub. Jika Iroha mengatakan setiap kali, artinya saat itu bukanlah yang pertama. Kita tinggal cari momen dimana Iroha tiba lebih dulu, dan itu terjadi di volume 10 chapter 3.

  Artinya, Yukino kesal ke Iroha karena sesuatu, dan itu terjadi di bawah volume 10 chapter 3.

  Sebenarnya cukup mudah, ada di vol 9 chapter 5, Yukino menyindir Hachiman yang dekat dengan Iroha. Yeah, Yukino kesal karena cemburu.

  ...

  Opini Yui tentang Hachiman serasi dengan gadis lebih tua bisa saja merujuk dirinya, yang lahir 2 bulan lebih awal dari Hachiman. Atau juga Shiromeguri Meguri, yang dekat dengan Hachiman ketika membujuk Klub Relawan membantunya di Festival Olahraga, vol 6.5.

  ...

  Iroha memang pernah menyebutkan tanggal lahirnya di volume 10 chapter 3.

  ...

  Iroha sebenarnya tidak membahas topik coklat Valentine untuk Hayama, tapi Klub Relawan menggiringnya ke arah sana karena mengira begitu. Kenyataannya, Iroha bertanya detail kepada Hachiman dan hari Valentinenya.

  Semua orang punya kepentingan...Yui menyukai Hachiman, Yukino menyukai Hachiman, dan Hachiman mempercayai Iroha menyukai Hayama. Jadi paling aman jika asumsi mereka Iroha ini ingin membuat coklat untuk Hayama.

  Tapi mereka bertiga tidak jeli dengan situasinya, mereka lupa kalau orang yang ditunggu oleh Iroha sejak tadi adalah Hachiman, bukan Yui ataupun Yukino. Artinya, Iroha ingin atau berencana memberikan coklat Valentinenya ke Hachiman.

  Iroha hanya ingin memastikan kalau Hachiman tidak alergi coklat, dan juga ingin tahu saingannya siapa saja.
  

5 komentar:

  1. min bisa di unduh ga min? PDF gitu contoh nya atau yg lain.. mau ane baca offline tapi ga bisa di copas, mohon bantuannya TY :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. bisa kirim via email request seperti itu ^^

      Hapus
    2. min kirim ke email saya juga dong pdf nya min saya mau baca offline juga

      Hapus
  2. "Aku seperti mendengarkan pembicaraan antara penulis light novel dan editornya. Coba kamu pikir, biasanya, kamu tidak akan bisa melakukannya. Ini sudah hampir Hari Valentine dan kamu baru mengerjakan 10%nya. Daripada berusaha mati-matian membuatnya tepat waktu sebelum deadline, akan lebih realistis dan produktif kalau kamu mengundurkan lagi jadwal deadlinenya!"

    Kata-kata itu menggambarkan Watari banget anjay dengan diundurnya terus menerus volume 13 dan 14.

    BalasHapus
  3. ada trivia ya di chapter ini. Yui ternyata lebih tua dari 8man. dan yukino seumuran dengan ishifoxy (:

    BalasHapus