x x x
Beberapa
hari telah berlalu semenjak rapat yang terakhir, dan pekerjaan yang beberapa
hari lalu dibagi sudah mulai dikerjakan.
Tapi, aku tidak bisa mengatakan kalau
pekerjaan tersebut dikerjakan dengan lancar. Meski jadwal yang baru sudah
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing sukarelawan, efisiensi dalam
pengerjaan pekerjaan mereka bisa dikatakan rendah.
Kurasa, berpikir kalau semua orang akan
langsung bekerja hanya dengan menyesuaikan jadwal masing-masing adalah sebuah
ilusi belaka.
Manusia bukanlah mesin, tubuh kita butuh
istirahat ketika lelah. Akan ada momen dimana stamina mencapai puncaknya atau
juga harus istirahat ketika sudah merasa lelah.
Jika itu terjadi, Yukinoshita lagi-lagi harus
menyesuaikan jadwalnya, memberikan ruang bagi semuanya untuk bernapas.
Meski begitu, ada beberapa hal yang tidak
bisa ditanggulangi.
Menyusun ulang jadwal, artinya sudah menyusun
jadwal dengan sangat baku bagi tiap individu. Setelah menyusun jadwal dan pekerjaannya, mereka
seperti berjanji kepada diri mereka sendiri, untuk mengerjakan sesuai yang
dituliskan, mereka tidak mau berpikir untuk membantu pekerjaan panitia yang
lain karena itu tidak ada di jadwal mereka.
Membagi-bagi pekerjaan, kalau kau memikirkan
itu dari sudut pandang yang berbeda, itu artinya kau sudah memberikan
batas-batas pekerjaan bagi mereka.
Ironisnya, jumlah pekerjaan yang mereka
terima akan menjadi sebuah borgol bagi mereka, dan itu menjadikan sebuah alasan
bagi mereka untuk tidak mau bekerja.
Well, bukannya aku mau mengatakan aku tidak
bisa memahami mereka.
Huh? Itu bukan pekerjaanku...Kata-kata
semacam itu adalah hal yang wajar di dunia ini. Orang-orang yang mendapatkan bayaran
mereka, tetapi tidak melakukan pekerjaan mereka sebagaimana mestinya memang terdengar sangat
aneh. Itu benar, benar sekali!
...Daripada memikirkan itu, kenapa malah
diriku yang dirasuki perasaan untuk bekerja keras?
Sambil menyiapkan program kegiatan, pikiranku
sendiri sedang mensimulasikan bagaimana mereka akan lewat di depanku dan
melemparkan dokumen-dokumen mereka kepadaku ketika masuk dan keluar dari ruangan ini.
“Masalah apa lagi kali ini?” akupun
menggumamkan itu sambil membuka dokumen itu. Ternyata itu adalah permintaan
peralatan yang akan digunakan di event nanti.
“...”
Aku lalu menggaruk-garuk kepalaku sambil berdiri
dari kursiku.
Aku perlu mengganti suasana hatiku yang
seperti ini. Untuk itu, aku harus pulang, mandi di rumah, makan malam dan pergi
tidur. Mengubah suasana hati memang sangat penting.
Ketika aku keluar dari ruang rapat untuk
membeli kopi, Yuigahama berjalan ke arahku.
“Ah, Hikki, tepat ketika aku sedang
membutuhkanmu.”
Pekerjaan Yuigahama sendiri sepertinya
menyiapkan ornamen-ornamen untuk eventnya. Apaan, apa kau mau ikut aku
beristirahat? Ketika memikirkannya, kumiringkan kepalaku untuk menanyakan apa
maksudnya.
“Bukan itu, kami kekurangan tenaga. Hikki,
ayo bantu-bantu.”
“Tidak bisa, aku masih ada pekerjaan
lain...Bukannya ada sukarelawan yang membantu?”
Mendengarkan kata-kataku, Yuigahama memasang
senyum yang kecut.
“Mereka tidak hadir, katanya ada kegiatan
Klub...”
“Alasan itu lagi?”
Belakangan ini, alasan yang seperti itu
menjadi sebuah pola yang tetap dan muncul terlalu sering.
Memanfaatkan kata-kata Sagami ‘Kami tidak ingin mengganggu aktivitas Klub
kalian’ sebagai alasan, banyak yang pulang lebih dulu dari kepanitiaan,
ataupun bolos datang.
Lalu, jumlah sukarelawan panitia yang datang
menjadi berkurang dan berkurang, dan ini memberikan efek mental kepada
kepanitiaan untuk menarik kembali para sukarelawan untuk hadir, ini berimbas ke
efisiensi pekerjaan yang tiap hari semakin menurun.
Semua orang punya kegiatan untuk dihadiri,
mustahil semua orang secara serempak mau hadir dan bekerja disini. Selama ada
celah, orang akan selalu memanfaatkan itu.
Meski begitu, kalau semua orang hanya
memikirkan ‘pekerjaanku’, maka
mustahil untuk mengisi kekurangan sektor yang lain. Meski kita sudah memiliki
bantuan tenaga untuk situasi yang semacam itu, tapi akhirnya kekurangan juga,
dan pekerjaan yang harus selesai tersebut akhirnya tidak selesai.
Meski begitu, pimpinan panitia tetap bekerja
dengan aktif.
Terutama Yuigahama, yang terlihat hilir-mudik
kesana-kemari, dan juga sibuk dalam menjadwal ulang pekerjaan.
Tapi, kalau dipikir-pikir dengan baik, dari
standar gadis sepertinya, sebenarnya Yuigahama sendiri tidak cocok untuk
pekerjaan semacam ini...Meski salah satu alasan dia ditempatkan disana karena
dia ‘seorang gadis’, orang-orang
harusnya tahu kalau dia tidak bisa menangani sesuatunya secara efektif dari
skill memasaknya yang buruk. Karena aku juga sudah lelah melakukan pekerjaan
duduk di belakang meja ala karyawan kantoran, kurasa melakukan pekerjaan kasar
bukanlah hal yang buruk. Setelah itu, kesana, kemari...Ah sudahlah.
“...Ya sudah kubantu, kurasa aku juga butuh
suasana baru.”
“Un! Terima kasih.”
Yuigahama mendorongku dari belakang dengan
ceria.
Punggungku menurut begitu saja kepadanya.
Tapi, kalau dipikir-pikir, kegiatan mengganti suasana ini ditempuh dengan cara
mengganti pekerjaan, artinya aku ini masih harus melakukan pekerjaan lagi.
Ini...Membuatku merasa ingin menyerah saja kepada nasibku ini.
Berjalan melewati lorong, menuruni tangga,
aku sampai di ruang terbuka dimana banyak sekali pilar disana. Aku tidak tahu
pilar ini hendak digunakan untuk apa, tapi ini mungkin untuk sebuah gerbang
masuk ke tempat event. Awalnya kukira yang ada disini adalah panitia yang
berasal dari sukarelawan Klub, ternyata ada juga panitia yang berasal dari
Pengurus OSIS, mereka membuat suara-suara yang gaduh ketika menggergaji sesuatu.
Sedang panitia yang lain tidak melakukan
apapun, mereka berulang-kali melirik ke arah jam dinding.
“Apa-apaan ini...?”
“Aiya, Ahaha.”
Yuigahama berusaha menjelaskannya dengan
tawanya, tapi sebenarnya, dia hanya pura-pura tertawa. Festival Olahraga tidak
lama lagi akan tiba. Dan pemandangan semacam inilah yang kita lihat saat ini.
Meski aku sebenarnya sudah menyiapkan
skenario untuk melihat hal-hal yang semacam ini, tapi melihat hal ini secara
langsung memang seperti membuat hatiku hancur saja. Kalau situasinya semacam
ini, kurasa aku akan lebih memilih pulang dan tidur saja.
“...Serius ini, sikapku persis seperti mereka
waktu dulu mendapatkan pekerjaan yang seperti ini.”
“Hikki, aku cukup terkejut kau tidak dipecat
ketika bersikap seperti ini...”
Jangankan kamu, akupun begitu, kupikir waktu
itu ada sebuah keajaiban yang terjadi. Kenapa aku malah tidak dipecat ketika
aku santai-santai saja? Malah aku melakukan itu dengan harapan dipecat. Aku
memang terbiasa santai-santai jika mendapat pekerjaan seperti ini.
Perusahaan itu tahu resikonya jika merekrut
siswa SMA sebagai karyawannya. Lagipula, akan sangat mudah untuk menemukan
orang hanya untuk menggantikan kita.
Tapi masalah saat ini, tidak mudah untuk
menemukan pekerja pengganti di kepanitiaan. Tentunya, masih mungkin untuk
merekrut sukarelawan baru jika kita mau bernegosiasi dengan Klub-Klub itu. Tapi
masalahnya adalah, kita tidak punya waktu untuk itu, juga tidak ada orang yang
punya waktu luang untuk bernegosiasi satu-satu dengan para Klub itu.
Langkah paling cerdas untuk saat ini adalah
berusaha berdamai dengan para sukarelawan Klub.
Begitulah, aku lalu menggunakan mata busukku
itu untuk mengamati sekitarku.
Tidak ada satupun sukarelawan yang terlihat
niat untuk mengerjakan sesuatu. Bahkan diriku, yang sudah dari sananya malas
untuk mengerjakan sesuatu, bisa melihat kalau situasi ini benar-benar buruk.
Ketika aku memikirkan mengapa bisa menjadi
seperti ini, Yuigahama yang berada di sampingku, menggaruk-garuk pipinya dan
memasang senyum yang kecut di wajahnya.
“Meski aku sudah memotivasi mereka, tampaknya
situasinya tetap menjadi seperti ini...”
“Ya sudahlah, tidak apa-apa.”
Dalam situasi ini, kalau ada seseorang yang
tiba-tiba terlihat super antusias, hanya akan menimbulkan emosi bagi mereka.
Ini juga bukan waktu yang tepat untuk memotivasi orang-orang.
Sejak awal, orang-orang harusnya bersikap
apatis kepada sesamanya, melakukan apa yang mereka pikir itu pantas bagi
mereka. Mereka yang merasa tidak bersalah ketika tidak melakukan apa-apa, mereka adalah orang-orang yang tidak
akan mau melakukan apapun, tidak peduli seperti apa perkataanmu kepada mereka.
Baik pekerjaan di meja ataupun pekerjaan
kasar di lapangan, kedua jenis pekerjaan di kepanitiaan ini masih banyak yang harus
diselesaikan. Karena aku sudah berada di tempat ini, mungkin akan menjadi hal
yang bagus jika aku sekalian menyelesaikan sesuatu disini.
Saat ini, ada panitia yang berasal dari
Pengurus OSIS tampak mengenaliku dari kejauhan. Kulihat di belakangnya, ada
beberapa orang yang sedang beristirahat. Ada apa ini, apa mereka menerapkan
sistem shift disini?
“Aku membawanya kesini untuk bantu-bantu...”
Yuigahama mengatakan itu sambil menunjuk ke
arahku, dan Pengurus OSIS tersebut tampak lega mendengarnya.
...Fumu. Akan kulakukan yang terbaik. Secara
diam-diam, kujulurkan tanganku. Seperti menyadari maksudku, dia menyerahkan
palu kepadaku. Lalu kuanggukkan kepalaku. Setelah itu, dia mengangguk dan pergi
untuk duduk di tempat yang dingin.
Para Pengurus OSIS memang pasukan yang bisa
diandalkan. Akan menjadi masalah jika terus-terusan membuat mereka bekerja.
Kalian istirahat saja yang santai disana.
Kuayun-ayunkan sejenak palu ini, dan
bersiap-siap untuk mengerjakan pekerjaan yang akan datang kepadaku.
“Kalau begitu, ayo kita kerja.”
“Oh...”
Yuigahama membalas itu sambil duduk jongkok
di depanku dan memegang kayunya. Jangan, itu, kalau kau duduk seperti itu,
celana dalammu akan kelihatan. Itu...Kau harusnya memakai celana pendek lain
kali! Serius ini! Aku mulai tidak tahu harus melihat kemana!
Kuayunkan paluku sambil berusaha
menghilangkan hal-hal yang mulai menarik perhatianku. Kalau aku tidak fokus,
aku akan mengenai jari-jariku.
Ketika kami berdua mulai bekerja, mereka yang
sedari tadi istirahat tampak kurang nyaman. Mereka berdiri dan mengatakan “Ya
sudah kubantu juga.”
Lalu, mereka tiba-tiba memutuskan untuk
bekerja di dekat kami. Well, mereka mungkin merasa kalau kami sedang melihat
mereka sedari tadi. Tapi kejadian ini hanyalah sementara saja.
Sambil melihat mereka, kulanjutkan kegiatanku
memasang paku di kayu. Apa mereka benar-benar menggunakan palunya dengan
benar...
Tidak lama kemudian, seseorang memanggil
kami. Biasanya, yang mereka panggil bukanlah aku.
“Ah, Yuigahama-san.”
“Oh, ada apa?”
Yuigahama melihat ke arahnya dan bertanya.
Gara-gara itu, kayunya hilang keseimbangan dan palu yang kuayunkan hampir
mengenai jariku. Ini berbahaya sekali. Jika benar-benar mengenai jariku, aku
akan menangis sambil berteriak “Kugyu”.
Kau tahu, ini berbahaya? Jadi tolong pegang
dengan benar kayunya? Aku mencoba
memberitahunya dengan ekspresi wajahku, tapi Yuigahama tampaknya menatap ke
orang itu dari kejauhan.
Sepertinya, dia hendak mencari tahu apa yang
hendak orang itu tanyakan.
“Apa benar yang kami kerjakan ini?”
“Ah...Sepertinya benar!...Meski aku sendiri
kurang yakin.”
Tidak yakin...Gadis ini tampaknya
menggampangkan sesuatunya...Di saat yang bersamaan, seorang Pengurus OSIS
mendatanginya dan mengatakan sesuatu sebelum pergi lagi meninggalkannya.
“Oh, tampaknya sudah benar.”
“Terima kasih. Kau sangat membantu. Ah,
benar, setelah ini kalau ada pertanyaan yang tidak bisa kumengerti, bisakah kau
memberiku nomor HP-mu?”
“Oke.”
Begitulah, Yuigahama lalu pergi bersama
Pengurus OSIS tersebut. Dia meminta nomor HP dari Pengurus OSIS yang sedang
beristirahat di bawah pohon tersebut. Tidak lama kemudian, keduanya bertukar
nomor HP.
“Terima kasih ya...”
Wajah Pengurus OSIS tersebut seperti kehilangan
kata-kata untuk membalasnya ketika mendengarkan ucapan terimakasih darinya.
...Well, dia memang tipe orang yang seperti
itu.
Biasanya, para pria memiliki maksud
terselubung untuk mengikuti kegiatan semacam ini, yaitu bisa berkenalan dengan
gadis-gadis. Kurasa, hal-hal yang semacam ini bisa dimaklumi.
Fokus, fokus. Aku harusnya tidak memikirkan
hal-hal yang semacam itu.
Hari ini, aku hanyalah seorang kuli bangunan
yang pekerjaannya memasang paku dengan cepat. Selebihnya, bodoh amat.
Meski
aku berusaha untuk tidak mempedulikannya, tapi suara-suara mereka terdengar
sangat jelas di telingaku. Aneh sekali. Ini bisa saja dianggap tiga besar dari
tujuh keajaiban dunia. Tidak, total keajaiban dunia adalah 21!
“Kalau dipikir-pikir, akhir pekan nanti
bagaimana?”
Meski aku tahu kalau aku bukanlah orang yang
diajak mereka untuk mengobrol, aku masih melirik ke arah si pembicara.
Yang terjadi selanjutnya, dia berhenti
bekerja dan mulai fokus mengobrol. Oi oi, bahkan Kaminuma Emiko di Oshaberi
Cooking tidak bekerja sambil berbicara. Coba kau belajar kepadanya.
Meski begitu, aku merasa kalau melanjutkan
ini dalam sebuah obrolan adalah hal yang wajar. Yuigahama sendiri adalah
seorang gadis yang akan memberikan respon yang wajar kepada semua orang.
“Ah? Ya sama seperti biasanya. Tapi, aku
sendiri banyak pekerjaan soal Festival Olahraga. Apalagi hari ini.”
“Kalau akhir pekan, bagaimana kalau aku ikut
bantu-bantu setelah kegiatan Klubku selesai? Boleh minta nomor HP-mu?”
Ah, ya ya, kalau kau benar-benar berniat
untuk membantu, kenapa kau sekarang bermalas-malasan?
Tanganku mulai berkeringat. Beginilah diriku.
Dulu ketika aku masih kelas 2 SMP, anak laki-laki dan perempuan disuruh untuk
berpegangan tangan ketika darmawisata. Itu adalah momen dimana mereka membenci
diriku karena tanganku akan selalu berkeringat. Keringatku ini membuatku sulit
untuk memegang paluku. Mungkin aku akan melemparkan paluku ini ke arah
kepalanya. Ufufu.
Ketika aku mulai membidik targetku, Yuigahama
berbicara.
“Oh, kurasa itu ide yang bagus. Tapi, kalau
kita melakukan pekerjaan kita dengan baik untuk minggu ini, maka kita tidak
perlu mengerjakannya di akhir pekan. Kurasa, aku sendiri juga ingin pergi
jalan-jalan dan bersenang-senang di akhir pekan.”
Meski Yuigahama sudah berusaha mengubah
topiknya kembali ke pekerjaan, pria tersebut sudah tidak berminat lagi untuk
kesana, dan terus melanjutkan obrolannya. Bagaimana ya, pria ini bisa dibilang
sangat memaksa sekali...
“Pergi bersenang-senang kemana?”
“Ah? Mungkin itu akan diputuskan oleh
Yumiko...Well, aku akan menyerahkannya ke Yumiko?”
“Ah, Miura-san...Miura-san ya...”
Suara pria itu terdengar semakin lemah, dan
melemah.
Ada apa ini? Apakah ini akibat diriku yang
fokus dan berkonsentrasi? Pastinya begitu. Seperti diriku yang belajar dan
mendengarkan musik, setelah aku masuk mode konsentrasi, aku sudah tidak
mendengarkan lagi musik tersebut. Ya, mungkin ini semacam itu.
Fokus, fokus. Fokus di papan kayu ini. Ini
bukanlah momen dimana fokusmu ke hal lain. Begini, aku ini, aku ini, aku ini
sangat senang mengerjakan pekerjaanku...
...Ngomong-ngomong, aku ingin cepat-cepat
menyelesaikan ini dan meninggalkan tempat ini.
Kuteruskan pekerjaanku mengayunkan palu ini
dan memasang paku-pakunya. Suasana hatiku saat ini mirip ketika diriku
mengunjungi kuil pada jam dua pagi. Kuberikan seluruh tenagaku di palu untuk
memaku pintu yang terkutuk itu, nama Inggrisnya adalah Fantasista Doll.
Kutumpahkan seluruh kebencian dan rasa sakitku ini untuk memaku dengan keras
paku-paku ini.
Ketika aku hendak mengambil paku lainnya dari
kotak, aku baru sadar kalau kotaknya kosong.
“...Pakunya habis.”
Paku yang panjang. Tidak, yang ukuran sedang
juga boleh.
“Ini.”
Ketika kulihat, Yuigahama sudah menyiapkan
pakunya untukku.
“...Oh.”
Kuambil paku itu darinya, dengan sangat
hati-hati sehingga tangan kita tidak bersentuhan. Ini, mirip dengan bagaimana
menerima uang kembalian dari mbak
kasir yang manis di sebuah minimarket, dan gara-gara hal itu, aku malah jatuh
hati ke mbak kasir tersebut. Para
pria harusnya berusaha yang terbaik untuk mengurangi sentuhan dengan para
wanita.
“Ngomong-ngomong, apa ini benar-benar tidak
masalah?”
“Ah, apa maksudmu?”
Mendengarkan pertanyaanku, Yuigahama
menatapku dengan kaget.
“Tidak ada, kalau menurutmu ini tidak
apa-apa, maka tidak apa-apa.”
Yuigahama adalah gadis yang sangat populer di
kalangan pria disini.
Ini adalah info dari Tobe yang pernah
kudengar ketika liburan musim panas di Desa Chiba. Meski Tobe tidak
mengatakannya kepadaku secara langsung, tapi aku memang pernah mendengarnya
mengatakan itu.
Aku sendiri merasa, itu adalah sesuatu yang
wajar.
Kalau kita membicarakan wajah Yuigahama, maka
dia sudah termasuk dalam kategori sangat manis. Dia baik kepada semua orang.
Lebih jauh lagi, dia adalah member dari grup level elit, dimana itu hanya
membuatnya terlihat lebih menarik daripada gadis yang lain.
Tapi bagian terpentingnya adalah, dia itu
gadis yang baik.
Meski kekurangan terbesarnya adalah bodoh, di
mata yang lainnya, bahkan mungkin dianggap sebagai hal yang tidak penting.
Mereka memiliki halusinasi seperti kegiatan
event sekolah yang seperti ini, bisa membuat jarak dua gender ini semakin
dekat, dia mungkin saja akan mendekati anak laki-laki yang dia sendiri tidak
familiar dengannya. Itu adalah hal yang wajar. Hal-hal semacam ini mungkin
tidak terbatas di event-event seperti ini.
Melihat hal semacam ini secara langsung,
membuatku nostalgia terhadap diriku sendiri di masa lalu.
Pria barusan itu bukanlah pria medioker disini. Seperti yang kuduga,
begitulah para kaum elit disini. Apa dia berusaha mendekatinya dengan
membuatnya terlihat senatural mungkin? Setelah berusaha keras seperti tadi,
lalu mundur teratur? Pria ini aneh sekali.
Ketika aku memikirkan itu, aku menyadari
kalau orang-orang di sekitarku terlihat diam.
“Huh? Kemana para pria tadi?”
Kulihat sekelilingku, tapi yang kulihat
hanyalah para Pengurus OSIS yang beristirahat. Termasuk Yuigahama, yang berdiri
di depanku.
“Un, tampaknya mereka pergi lebih dulu karena
ada aktivitas Klub...Atau mungkin, setelah mendengar Yumiko?”
...Ah, seperti dugaanku, apa pria barusan
baru saja menyadari efek dari aksinya dan kabur bersembunyi?
Sepertinya, dia sengaja menyebut nama Miura
untuk menghindari pria itu. Dari sikapnya sehari-hari dan caranya dia
berbicara, Miura adalah gadis yang disegani disini. Dia tipe-tipe wanita yang
memiliki karir cemerlang di politik, atau lebih tepatnya, skillnya dalam berpolitik
di kelas memang tidak tertandingi. Jika kau memiiliki nilai minimal 90 dalam
ujian politik, maka mungkin kau bisa memiliki status yang sama dengan Miura.
Skill kepemimpinannya mungkin sekitar 95. Menggunakan namanya untuk mengusir
pria benar-benar taktik yang menakutkan. Tidak, aku benar-benar paham bagaimana
perasaan pria barusan. Miura memang menakutkan.
Tapi, kurasa harusnya tidak ada masalah jika
hanya memberitahu nomor HP-nya. Well, mungkin ada beberapa alasan.
Ngomong-ngomong, kalau dipikir-pikir lebih jauh, itu hanya akan membuatku
bertambah pusing saja, jadi akan lebih baik jika melupakan saja hal itu.
Kukumpulkan segenap niatku kembali, dan
bersiap-siap untuk mengayunkan lagi palunya dengan tanganku.
“...Ngomong-ngomong, ayo lanjutkan.”
“O-“
Yuigahama menaikkan tangannya dan membalas
dengan enerjik. Meski begitu, orang yang bekerja tetaplah diriku.
Suara hentakan palu kembali berlanjut.
Suaranya menggema dengan keras hingga
lapangan sekolah. Dari kejauhan, suara itu akan bercampur dengan suara-suara
dari tim baseball, tim sepakbola, tim rugby, dan juga suara tim atletik.
Setelah memasang satu, dua paku, aku merasa
ada sepasang mata sedang mengamatiku.
“...Apaan?”
Kalau kau terus menatapku seperti itu, aku
tidak bisa terus bekerja. Ketika kutanya, Yuigahama mengibas-ngibaskan
tangannya. Tidak, jangan begitu, tolong pegang kayunya dengan benar, oke?
“Ah, tidak apa-apa...Ngomong-ngomong, Hikki,
kau tampaknya sangat terbiasa dengan ini.”
“Kupikir semua orang tahu cara mengerjakan
ini.”
Karena anak laki-laki sudah terbiasa dengan
mainan mobil-mobilan, karena itulah mereka terbiasa menggunakan peralatan
sejenis itu. Obeng, pin, tang adalah peralatan-peralatan yang sering digunakan.
Karena penerapannya berawal dari mainan,
mereka akhirnya mulai terbiasa untuk menggunakannya.
Penerapan ini tidak serta merta bisa lewat
mainan, pria memang memiliki sifat dasar untuk membuat sesuatu dari peralatan
yang ada di sekitar mereka. Mereka bisa membuat benda-benda tidak berguna dari
beberapa potong kayu. Bahkan sebuah kotak bisa mereka buat dari itu.
Apakah hasilnya bagus atau tidak, bukanlah
masalah. Yang terpenting, pekerjaan sederhana ini selesai dikerjakan. Terutama,
bagi pria yang tidak punya keterampilan lainnya.
Well, para gadis ada di posisi yang
sebaliknya, mereka tidak tahu membuat sesuatunya. Jika mereka membutuhkan
bantuan di lain kesempatan, mungkin mereka berpikir akan lebih baik memanggil
pria untuk melakukannya, misalnya diriku. Tentunya, aku akan merasa sangat
senang jika aku tidak datang...
Sambil memikirkan ini dan mengerjakan
pekerjaanku, Yuigahama tiba-tiba menggumamkan sesuatu.
“Hei tahu tidak...Kurasa ini tidak
buruk-buruk amat, benar tidak?”
“Apaan yang tidak buruk-buruk amat?”
Aku tidak bisa memikirkan itu sambil mengerjakan
ini...Kalau dipikir-pikir, pekerjaanku masih menungguku di tempat lain, dan aku
sendiri masih mengerjakan pekerjaan lainnya saat ini. Ini aneh sekali...Sumpah beneran kalau aku masih punya pekerjaan
lainnya...
Apa sih
yang gadis ini katakan...Kutatap Yuigahama
untuk menanyakan itu, tapi dia tampak seperti menyadari sesuatu dan
tersenyum sebelum melanjutkan kata-katanya.
“Kupikir, masa muda adalah menjalani hal-hal
yang semacam ini.”
“...Dasar idiot. Hal-hal seperti ini hanya
membuatku merasa seperti menjadi budak perusahaan.”
Kalau mengerjakan pekerjaan semacam ini
disebut masa muda, dan tidak lupa
kalau aku disini juga mengerjakan pekerjaan yang bukan pekerjaanku, plus aku
dipaksa untuk mengerjakannya. Kalau ini yang disebut masa muda, maka para karyawan itu pasti bermandikan keringat yang
bernama masa muda. Setidaknya, ketika
pulang kerja ke rumah, wajah Ayahku tampak seperti setengah meninggal, dia
terus-terusan menyumpahi perusahaan dan komunitas sosial dengan dipenuhi
kebencian yang mendalam. Jelas sekali kalau diriku tidak melihat adanya
tanda-tanda masa muda dengan apa yang
dialami oleh Ayahku itu.
“Kupikir masa muda yang kau bicarakan itu
seperti, hal-hal tidak berguna yang tiba-tiba muncul, hal-hal bodoh, dan
hal-hal yang mengejutkan?”
“Ada apa dengan kesan yang seperti itu? Aku
tidak pernah mengatakan hal-hal yang semacam itu.”
Dia menyangkal pendapatku dengan alasan yang
tidak terduga. Memangnya aku salah? Kukira dia menyukai hal-hal semacam itu.
Yuigahama mengembuskan napasnya yang berat.
“Bagiku, aku hanya bekerja di kelas ketika
Festival Budaya. Aku tidak punya kesempatan untuk bekerja bersama kalian berdua
di kepanitiaan.”
Fumu. Dia ada benarnya. Mungkin lebih tepat
jika dikatakan kegiatan kelas kami berjalan dengan lancar karena Yuigahama
sendiri berperan aktif di dalamnya. Gadis ini, meski dia tidak tahu apa-apa,
tapi aku yakin dia juga perhatian dengan pengelolaan keuangan festival.
Tapi, partisipasi aktif semacam ini tidak
bisa dikatakan masa muda.
“Bukankah kau sendiri sudah cukup mengalami masa muda di kelas? Juga, bukankah kau
tampil dalam sebuah band bersama Yukinoshita? Cobalah pikir dengan dalam
sebelum mengatakan itu. Kurasa kau sendiri sudah mengalami apa yang kau maksud
dengan masa muda itu sendiri.”
“Bukan yang seperti itu...”
Yuigahama menegakkan kepalanya dan
memalingkan wajahnya dariku. Wajahnya terlihat memerah. Matahari yang mulai
tenggelam memancarkan sinarnya melalui celah-celah Gedung Khusus. Ketika
kuamati, halaman sekolah tampak disinari oleh cahaya yang berwarna kemerahan.
Menurut hipotesisku, makna masa muda bagi Yuigahama, adalah
melakukan hal-hal tertentu bersama Yukinoshita, well, itu benar-benar sebuah
cinta dengan level yang sangat berat.
Kurasa aku harusnya memberi dia sebuah
peringatan.
“Kalau kau terus menempel ke seseorang,
mereka akan merasa terganggu. Yang paling penting adalah, pasti akan sangat
melelahkan jika kau sendiri tahu kalau itu memang melelahkan.”
“Uwa...Jangan terus-terusan mengatakan
hal-hal yang mengganggu seperti itu...”
Yuigahama menatapku dengan tatapan jijik.
Tolong jangan miringkan tubuhmu ke depan. Papan kayunya sudah hampir terbalik!
Selama kau tidak membuat papan kayunya miring, terserah apa kau mau
mencondongkan tubuhmu ke depan atau ke belakang.
Setelah membetulkan posisi papan kayunya,
kupasang pakunya ke tempat yang terakhir.
Fumu. Ngomong-ngomong, kurasa pekerjaanku
selesai disini. Yang tersisa hanyalah menggergaji beberapa bagian kecil. Warga
Chiba memang punya hubungan yang amat dalam dengan gergaji. Ini karena adanya
Gunung Nokogiri di Chiba. Selain itu, kita tidak punya hubungan apapun dengan
itu. Atau bisa kau katakan kalau kita punya 0 hubungan dengan itu.
[note:
Nokogiriyama alias gunung Nokogiri adalah gunung setinggi 1000 meter di Chiba.
Gunungnya membentang jauh, dan jika dilihat dari Teluk Tokyo, seperti deretan
taring hewan buas, dan lebih tepatnya seperti gigi gergaji.]
Aku lalu berdiri untuk mengambil gergaji.
Ketika aku kembali setelah mendapatkan gergajinya, kulihat Yuigahama menatapku
dengan kesal.
“Itu bukanlah yang ingin kukatakan...”
“Wel, terserah kamu saja.”
Kugunakan tangan yang tidak memegang gergaji
untuk memegang papan tersebut agar stabil. Agar pekerjaanku tidak kacau, aku
melihat lurus ke depan, tidak memindahkan tatapan mataku sedikit saja.
“Aku tetap akan melakukan pekerjaan ini meski
punya kegiatan Klub yang harus kuhadiri. Meski kita pada akhirnya tidak
mengerjakan ini bersama-sama, aku harusnya tetap melakukannya.”
Creak,
creak, suara dari gergaji yang mulai memotong papan kayu ini menghasilkan
banyak sekali bunyi yang berisik. Kuteruskan kegiatan menggergajiku ini dengan
posisi agak diagonal.
“...Un, ya kurasa begitulah.”
Meski begitu, tidak peduli seberapa berisik
suara yang kubuat, tetaplah tidak ada makna dibalik itu. Karena aku masih bisa
mendengar suara dari Yuigahama.
Aku
harusnya tetap melakukannya.
Kata-kata tersebut agak...
Kata-kata tersebut langsung membuatku gugup
seketika.
Akan lebih baik jika mengasumsikan kalau
tidak akan ada lagi lain kali.
Kupikir lebih baik begitu. Hubungan antar manusia memang jauh lebih berbahaya
daripada yang kubayangkan. Hubungan kami juga seperti itu.
Sedikit demi sedikit, bagian dari papan kayu
yang sedang kugergaji ini meninggalkan debu sisa gergajian. Gergaji yang
kupegang ini terasa lebih ringan dan ringan, dan pada akhirnya, suara papan
yang terpotong terdengar olehku.
x Chapter VIII Part 1 | END x
Lucu jika melihat Pengurus OSIS itu dengan mudahnya mendapatkan nomor HP Yui, sedang pria elit yang merupakan sukarelawan Klub Olahraga harus memakai berbagai modus untuk memperoleh nomor HP Yui. Akhirnya, zonk juga...
...
Jadi, apakah perasaan yang ada di Hachiman ketika melihat pria elit yang mendekati Yui itu semacam rasa cemburu?
Perlu kita garis bawahi, kegiatan persiapan Festival Olahraga sendiri terjadi beberapa hari setelah Festival Budaya selesai. Artinya, ini tidak lama setelah Hachiman sengaja mengulur hutang kencannya dengan Yui di vol 6 chapter 7. Jika Hachiman benar-benar ada rasa dengan Yui ataupun cemburu, Hachiman harusnya sudah menerima ajakan kencan Yui tersebut. Kenyataannya, Hachiman memutuskan untuk mengulurnya. Untuk menguatkan argumen ini, Hachiman kembali mengulur hutang kencannya dengan Yui di vol 9 chapter 7.
Jika tidak rasa cemburu, lalu apa? Ini dijelaskan sendiri oleh monolog Hachiman. Sikap pria tersebut yang berusaha mendapatkan nomor HP Yui mengingatkan tentang dirinya sendiri ketika SMP. Dengan kata lain, Hachiman dulu sengaja terlibat kegiatan event di SMP, demi bisa mendekati salah satu gadis populer dan mendapatkan nomor HP-nya.
Ini juga counter beberapa opini yang mengatakan Hachiman sebenarnya penyendiri sejak kecil. Hachiman setidaknya sewaktu SMP, merupakan pria aktif dalam mencari mangsa alias predator cinta. Sulit memberi label pria seperti Hachiman ini penyendiri. Namun, Hachiman memang menjadi penyendiri semenjak terjadi sesuatu di kelas 3 SMP.
...
Patut diduga, bagaimana Hachiman memperoleh nomor HP Kaori, bisa jadi dari event semacam ini. Alias, Hachiman mendapatkan nomor HP Kaori dengan modus yang sama, di SMP.
Keyword untuk mendukung hal tersebut berada di kata-kata 'Yui adalah gadis populer', dan Kaori adalah gadis populer di SMP-nya. Kaori juga suka aktif terlibat event, terbukti di vol 9 dan vol 11 Kaori bersedia ikut dalam event Kolaborasi Natal dan Memasak Coklat. Apa tidak aneh jika Kaori terlibat event serupa ketika SMP dulu?
Juga, ucapan Kaori yang menceritakan bagaimana Hachiman ikut perlombaan ketika SMP dulu, vol 8 chapter 5. Mengapa Kaori ingat hal itu? Mungkinkah mereka dulunya berada dalam satu kepanitiaan?
...
Masa muda yang dibicarakan oleh Yui sebenarnya bisa berinteraksi lebih jauh dengan orang yang disukai, diluar jam sekolah. Ini dijelaskan sendiri oleh analisis di bawah.
...
Aku harusnya tetap melakukannya.
Mengapa kata-kata tersebut membuat Hachiman gugup? Keywordnya ada di kata-kata sebelumnya.
“Aku tetap akan melakukan pekerjaan ini meski punya kegiatan Klub yang harus kuhadiri. Meski kita pada akhirnya tidak mengerjakan ini bersama-sama..."
Anda teringat sesuatu dengan kata-kata tersebut? Ini sangat mirip dengan kata-kata Yui sepulang dari menonton Festival Kembang Api dengan Hachiman, vol 5 chapter 6. Waktu itu, Yui hendak menembak Hachiman. Sebelum itu, Yui menceritakan pengandaian kepada Hachiman. Yaitu meski kecelakaan tidak terjadi, Yui tetap datang ke Klub Relawan untuk request kue, dan Hachiman tetap menolongnya, itu karena Hachiman memiliki kebaikan hati, dll...
Hachiman memotong kata-kata Yui dengan alasan panggilan telepon. Setelah itu, Yui tidak melanjutkan lagi kata-katanya. Tentu saja pengandaian Yui dengan harusnya tetap melakukannya akan membuat Hachiman gugup, karena itu membawanya kembali kepada kejadian dimana Yui harusnya menembak Hachiman.
Ini juga dikuatkan monolog selanjutnya tentang hubungan antar manusia yang sangat berbahaya, dan itu termasuk hubungannya dengan Yui.
...
Hachiman mengambil pengandaian dalam pemanfaatkan perkakas pertukangan dari pengalamannya dengan tamiya, ada di vol 5 chapter 3.
Tapi ada yang aneh, yaitu bagaimana penggunaan palu bisa dianalogikan dengan kebiasaan tamiya?
Tapi ini bisa dijelaskan jika kita membaca vol 3 chapter 4, Hachiman dulunya hidup di pedesaan/ kota pertanian/ atau entah apa itu. Melihat orang bekerja dengan menggunakan palu adalah hal yang umum, terutama dalam industri mebel, memperbaiki alat-alat pertanian, dll.
...
Tawa Hachiman "Ufufu" adalah tawa Yukino di vol 2 chapter 2, dimana Hachiman sendiri merasa tawa itu cukup mengerikan untuk gadis selevel Yukino.
Ironisnya, Hachiman sendiri meniru tawa tersebut.
...
Pengandaian mbak kasir minimarket itu sebenarnya terjadi sendiri ke Hachiman di volume 6 chapter 8.
...
...
Tawa Hachiman "Ufufu" adalah tawa Yukino di vol 2 chapter 2, dimana Hachiman sendiri merasa tawa itu cukup mengerikan untuk gadis selevel Yukino.
Ironisnya, Hachiman sendiri meniru tawa tersebut.
...
Pengandaian mbak kasir minimarket itu sebenarnya terjadi sendiri ke Hachiman di volume 6 chapter 8.
...
Aoi san
BalasHapusKau monster ingatannn
Urayamashiii
Saya mulai curiga Aoi san memang adalah monster ingatan...
BalasHapusIngatan seperti itu sangat membantu kalau kau mahasiswa jurusan Sejarah macam saya
Mbak kasir kalau ngasih kembalian berupa uang kertas dan di atas nya ada receh kemungkinan bakal bersentuhan.(analisa yang tidak penting hahaha)
BalasHapus