x x x
Satu hari telah berlalu sejak rapat itu, dan semua orang akhirnya mengerjakan pekerjaan mereka. Sebenarnya, situasi terakhir rapat belum benar-benar terselesaikan, malahan berakhir dengan penuh tanda tanya. Meski begitu, banyak orang percaya kalau itu semua sudah diselesaikan, dan mereka mengerjakan pekerjaan mereka tanpa bertanya-tanya lebih jauh.
Meski saat ini tidak semua orang termotivasi, bisa dikatakan kalau pekerjaan kita ini sudah selesai di tahap yang minimal. Mungkin, yang tersisa hanyalah mengejar kekurangan pekerjaan dimana hari-hari sebelumnya dikerjakan dengan setengah hati. Pada akhirnya, Pimpinan Panitianya juga turun ke bawah untuk membantu para sukarelawan.
Pengerjaan kostum Kibasen diawasi oleh Kawasaki dan Ebina-san. Dengan adanya Yukinoshita di tengah-tengah mereka, beberapa gadis dengan menggunakan mesin jahit terlihat sedang menjahit kostumnya. Yang tersisa hanyalah bagian-bagian kecil yang bisa dikerjakan oleh siapapun.
Zaimokuza dan beberapa Pengurus OSIS sedang memotong styrofoam dan papan kayu, untuk membuat baju perang dan helm. Seperti yang kuharapkan dari Para Pengurus OSIS, mereka tampaknya bisa mudah akrab dengan Zaimokuza.
Sagami tidak terlihat diantara para pekerja ini, tapi dia sendiri sedang berada di ruang rapat, mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan dokumen bersama Meguri-senpai.
Sedangkan aku, ya seperti biasanya. Sebelumnya, aku tidak punya satupun tugas yang pasti. Aku hanya disuruh kesana-kemari untuk membantu apapun. Kalau tidak salah, ada sebutan untuk pekerjaanku ini...Uh, freelance? Nomad? Akan terdengar keren jika kau menyebutku dengan istilah itu...
Hari ini kami mengatur dokumen-dokumen yang berkaitan dengan para petugas pertolongan pertama yang diusulkan tempo hari. Kami harus memeriksa daftar peralatan-peralatan yang mereka butuhkan, dan juga mengurus posisi-posisi yang bisa dibangun tenda. Setelah itu, kami juga harus membuat sistem komunikasi dimana kami bisa menghubungi mereka ketika ada situasi darurat...Ah, tunggu dulu. Memangnya siapa yang mau menjadi petugas medisnya? Oh, jangan-jangan yang menjadi petugasnya ya Pimpinan Panitianya lagi...
Sial, aku malah memikirkan hal-hal yang tidak diperlukan...
Bukankah ini mirip modus-modus yang itu? Ya benar, pola-pola semacam ini akan menggelinding dan semakin besar ketika kau mulai bekerja. Ya, ini adalah semacam hukum yang akan membuatmu selalu bekerja keras. Sebuah sistem jahat yang akan memastikanmu terus bekerja setelah kau menyelesaikan pekerjaan yang diberikan kepadamu. Yang lebih menakutkan, adalah diriku yang menyadari adanya kemungkinan yang sangat besar kalau akhirnya aku yang akan ditempatkan menjadi petugas medis.
Meski jika aku berhasil lolos dan membiarkan orang lain yang melakukannya, dimana biasanya Para Pengurus OSIS yang akan melakukannya, semua orang di sekitarku sepertinya secara otomatis akan menjadi petugas itu. Kita memang benar-benar kekurangan orang.
Meski jika aku berhasil menyuruh para sukarelawan itu menjadi bagian dari petugas medis, masih ada pekerjaan lain yang harus dikerjakan oleh Pimpinan Panitia. Sagami dan Meguri-senpai pasti akan disibukkan oleh pekerjaan yang berhubungan dengan tenda-tenda selama festival. Itu berarti...
Kampret, kenapa aku bisa menyadari semua ini? Aku memang sangat pintar kalau memikirkan diriku sendiri.
Tepat ketika motivasiku mulai menghilang karena dihinggapi keputusasaan, pintu ruang rapat terbuka.
"Yahallo!"
Sangat jelas siapa orangnya jika mendengar sapaan itu. Atau bisa kau katakan kalau hanya ada satu orang yang menggunakan sapaan itu. Sambil menutup separuh mataku, aku melihat ke asal suara itu, dimana Yuigahama sendiri sedang berlari ke arahku.
"...Kau habis dari mana?"
"Eh?"
Mendengarkan pertanyaanku, Yuigahama mengedip-ngedipkan matanya berkali-kali, entah mengapa, wajahnya tampak memerah.
"Aku baru saja dari kelasku...Apa kau sedang mencariku karena tidak menemukanku di kelas? Sikapmu itu memang tidak terduga...Tapi kejadian yang tidak terduga ini bisa dikatakan sesuatu yang tidak buruk-buruk amat juga."
"Dasar bodoh, maksudku tadi itu, 'kau kemana saja, kenapa tidak pergi kerja'?"
Dia ini bicara apa sih...? Bisakah kau tidak mengatakan sesuatu yang tidak jelas? Kalau kupikir lebih dalam lagi, apakah wajahku juga memerah?
"Ah, ternyata itu maksudmu...Maaf deh! Aku ini benar-benar bekerja, tahu tidak!?"
Tampaknya, dia salah paham dengan kata-kataku, tapi kemudian dia tiba-tiba marah. Seperti itulah, tampaknya gadis ini tidak ada capek-capeknya dengan bersikap berisik dan penuh semangat.
Dirinya yang marah itu memang diluar dugaan, jadi kuputuskan untuk bertanya kepadanya tentang apa keperluannya disini.
"Ya sudah kalau begitu, kuubah pertanyaanku tadi. Kau sebenarnya sedang melakukan apa?"
Ketika aku menanyakan itu, ekspresi wajahnya berubah menjadi ceria.
"Ah, tahu tidak, kan pembagian tugasnya sudah disepakati tempo hari? Setelah kuperiksa, kusadari kalau ternyata hanya ada satu orang yang ditugaskan sebagai penyiar Festival. Jadi, kupikir itu sedikit aneh."
"Bukankah itu wajar saja? Orang itu kan hanya bertugas memainkan musik dan mengumumkan nama peserta-peserta lomba. Jadi, kupikir itu tidak akan butuh banyak orang."
Mendengar hal itu, Yuigahama tampak terkejut.
"...Ah, begitu ya?"
"Ya."
"Benarkah begitu..."
Bahu Yuigahama tampak menurun.
"Memangnya ada apa?"
Aku mencoba bertanya kepadanya, aku takut dia tiba-tiba pergi dan melakukan sesuatu yang diluar dugaan. Yuigahama tertawa dengan ekspresi yang aneh dan bermain-main dengan sanggul rambutnya.
"Ah, kupikir butuh semacam orang yang bisa menjelaskan situasi terkini dari event, dan hal-hal semacam itu."
"Ini cuma Festival level SMA, tidak perlu seperti itu."
"Be-Benarkah?"
"Yeah."
Kuyakinkan lagi pendapatku tadi, tapi Yuigahama sendiri tampak kurang tenang, dan dia seperti kesulitan dalam mengatakan sesuatu. Kutunggu dirinya untuk mengatakannya, dan dia mulai berbicara dengan nada yang pelan.
"...Tapi, aku sudah memberitahu orang itu dan memintanya datang kesini."
"Ya sudah, tinggal suruh dia pulang saja."
"Eh !?"
"Jangan mengatakan Eh kepadaku. Jangan menambah lagi pekerjaan yang sudah banyak ini."
"Tu-Tunggu dulu!"
Ketika mengatakannya, Yuigahama mengambil HP di kantongnya dan mulai memanggil seseorang.
"Ah, halo? Ini aku..."
Ketika dia menelepon, dia berusaha menjaga jarak dariku. Memangnya siapa sih yang dia panggil? Ketika aku terus menatapnya sambil memasang ekspresi keheranan, dia menutup teleponnya.
"Yukinon barusan bilang boleh! Itu artinya aku diperbolehkan mengajaknya, benar tidak?"
...Kenapa dia terkesan seperti bocah yang baru saja membawa anak anjing yang ditemukannya di jalan? Tapi, kalau Yukinoshita memperbolehkannya, maka tidak ada masalah lagi, itu artinya dia punya alasan kuat untuk menyetujuinya. Kalau ini cuma ide sepihak dari Yuigahama, aku akan berpikir kalau akan ada hal yang naif dalam idenya. Tapi, jika Yukinoshita menyetujuinya, maka tidak ada gunanya untuk mendebat hal itu, dan aku akan setuju dengannya.
"Ya sudah, kalau yang lain setuju, maka aku tidak masalah."
"Aku akan menanyakannya ke yang lain dulu!"
Setelah itu, Yuigahama bergegas pergi ke Meguri-senpai dan Sagami. Kupikir, yang lainnya akan setuju. Semua orang tampak baik kepadanya...
Seperti dugaanku, Yuigahama yang berdiri di samping Meguri-senpai, melihatku sambil memberi ekspresi "OK". Tebakanku benar, mereka memberinya lampu hijau.
Setelah itu, Yuigahama lalu pergi ke pintu keluar, dan masuk kembali dengan membawa orang yang dimaksud.
Orang itu memasang ekspresi kurang senang sambil bermain-main dengan rambut pirangnya. Sambil berjalan memasuki ruangan, dia mulai melihat-lihat ke arah sekitarnya.
"...Tapi, dari semua orang, kenapa Miura?"
Aku membisikkan itu ke Yuigahama agar Miura tidak mendengarku. Dengan nada yang sama, Yuigahama menjawab.
"Karena Yumiko sempurna untuk pekerjaan ini. Juga, jika Yumiko yang menjadi penyiarnya, Tobe dan yang lainnya pasti akan ikut-ikutan membantu kita menjadi penyiar dadakan."
Well, kalau itu sih, aku cukup paham. Jika Miura dan teman-temannya terlihat terlibat, maka para peserta festival akan memperhatikan dengan baik instruksi dari penyiar. Yuigahama ternyata memikirkan ini dengan matang. Tepat ketika kekagumanku mulai muncul kepadanya, Yuigahama menambahkan kata-katanya dengan memasang senyum yang kecut.
"Alasan lainnya, ketika aku sedang membicarakan masalah kepanitiaan dengan Hina, Yumiko terlihat kesal karena dia tidak bisa terlibat dalam obrolan kami."
Aku tidak tahu kalau ternyata Miura adalah tipe-tipe orang yang seperti itu. Manisnya! Imajinasiku mulai berjalan...
Tapi, Miura yang di depanku ini tidak ada manis-manisnya. Malahan, dia terlihat menakutkan.
Dia melihat ke arahku, dia seperti hendak mengatakan sesuatu, tapi mengurungkan niatnya. Apa-apaan ini? Apa kau hendak menanyakanku 'apakah ada hadiahnya jika aku melakukan pekerjaan ini?'. Tapi, tahu tidak, ini adalah pekerjaan dengan dasar-dasar sukarela. Jadi tidak ada sesuatu yang diberikan sebagai bentuk terima kasih. Satu-satunya hal yang akan dia terima adalah ucapan terima kasih.
"...Erm, maaf, kalau begitu...Kami akan mengandalkanmu nanti."
Ini adalah sesuatu yang langka dariku, tapi setidaknya aku sudah berterimakasih kepadanya. Ini mungkin karena didikan Yukinoshita yang efektif selama ini ketika aku sudah terlalu berisik kepadanya ketika di Klub. Ataukah, dia memang sengaja mendidikku seperti itu?
Tapi, Miura malah menjawabku dengan ketus.
"Entah juga ya. Aku kesini hanya karena Yui yang memintaku datang kemari. Aku sendiri belum bilang setuju untuk melakukannya."
"Eh!? Bukannya kau tadi bilang setuju!"
Miura memalingkan wajahnya ketika mendengar jawaban Yuigahama barusan. Mau bagaimana lagi. Lagipula, dia ini adalah seorang ratu, memang seharusnya jual mahal.
Meski dia tidak terlihat mau melakukannya, tapi kedua matanya berkata sebaliknya. Malahan, dia terus menatap ke arah Sagami. Sagami sendiri, tampaknya menyadari kehadiran Miura, dan sekarang sedang berjalan ke arah kami.
Apa dia mau menyapanya karena melihat siswi sekelasnya datang kesini? Mungkin karena apa yang terjadi sebelumnya, dia merasa perlu untuk menyapanya.
"Miura-san."
Sagami memanggilnya dan Miura hanya membalasnya dengan sebuah anggukan.
"Apa Miura-san bersedia membantu kami...?"
Sagami tampaknya seperti memiliki perasaan yang campur-aduk kepada Miura dan nada suaranya seperti bingung hendak mengatakan apa. Miura tampaknya tidak begitu suka dengannya dan menjawabnya dengan ketus.
"Aku kan sudah bilang tadi. Aku belum memutuskan apa aku mau bantu atau tidak."
"Be-Begitu ya."
Sagami tampak ketakutan, mungkin karena tatapan tajam Miura kepadanya. Sikapnya itu tampaknya membuat Miura bertambah marah, dia lalu mengembuskan napasnya dan menyilangkan lengannya.
Ini adalah pemandangan yang umum ketika di kelas.
Tapi, kali ini ada yang berbeda.
Meski dia tersenyum kecut, tapi Sagami mengatakan sesuatu yang tidak terduga.
"Kami ini sedang kekurangan orang. Kalau Miura-san bersedia membantu, bisa dipastikan kalau eventnya nanti akan terasa jauh lebih hidup. Bisakah kau menolong kami kali ini?"
Lalu, dia merendahkan kepalanya.
Sikapnya itu akan membuat semua orang merasa dihargai. Meski begitu, ini adalah sesuatu yang tidak pernah terjadi dalam hubungan antara Sagami dan Miura. Miura sendiri tampaknya menyadari hal ini. Dia tidak lagi menyilangkan lengannya, menoleh ke arah lain sambil bermain-main dengan ujung rambutnya yang melingkar. Dia tampaknya ingin meyakinkan sesuatu.
"...Hmm, benarkah begitu?"
Miura mengatakannya dengan nada yang kurang bersemangat. Tapi, Yuigahama yang mendengarkan itu mulai tersenyum dan menterjemahkan kalimat tersebut.
"Maksud dia, dia setuju akan membantu."
"Hei! Aku belum mengatakan apapun!"
Sagami tersenyum, dan melihat keduanya yang saling mengejek. Tampaknya, ada sebuah perkembangan kecil dalam hubungan antara Miura dan Sagami.
Meski dalam sebuah hubungan, manusia biasanya akan menjaga jarak diantara mereka dan berusaha mempertahankannya. Sagami dulu melakukannya, lalu karena konfliknya dengan Haruka dan Yukko, dia belajar bagaimana menjaga jarak yang baik sehingga tidak akan melukai satu sama lain.
Dari sisi manapun kau melihatnya, itu adalah sebuah sikap untuk menghindari adanya orang yang terluka. Meski begitu, ini adalah bukti kalau Sagami sudah berubah.
Meski Sagami sudah belajar bagaimana menjaga jarak dengan Miura, masih sebuah tanda tanya besar apakah dia tahu bagaimana menjaga jarak dengan Haruka dan Yukko.
Tapi, jika dia bisa mengatakan apa yang di pikirannya, memberitahukannya ke semua orang, dan bisa mempertahankan senyumnya yang memalukan itu, aku tidak terkejut jika dia ternyata sudah tahu seberapa jauh jarak yang harus dibuat olehnya dengan orang lain.
Sedangkan aku, ya seperti biasanya. Sebelumnya, aku tidak punya satupun tugas yang pasti. Aku hanya disuruh kesana-kemari untuk membantu apapun. Kalau tidak salah, ada sebutan untuk pekerjaanku ini...Uh, freelance? Nomad? Akan terdengar keren jika kau menyebutku dengan istilah itu...
Hari ini kami mengatur dokumen-dokumen yang berkaitan dengan para petugas pertolongan pertama yang diusulkan tempo hari. Kami harus memeriksa daftar peralatan-peralatan yang mereka butuhkan, dan juga mengurus posisi-posisi yang bisa dibangun tenda. Setelah itu, kami juga harus membuat sistem komunikasi dimana kami bisa menghubungi mereka ketika ada situasi darurat...Ah, tunggu dulu. Memangnya siapa yang mau menjadi petugas medisnya? Oh, jangan-jangan yang menjadi petugasnya ya Pimpinan Panitianya lagi...
Sial, aku malah memikirkan hal-hal yang tidak diperlukan...
Bukankah ini mirip modus-modus yang itu? Ya benar, pola-pola semacam ini akan menggelinding dan semakin besar ketika kau mulai bekerja. Ya, ini adalah semacam hukum yang akan membuatmu selalu bekerja keras. Sebuah sistem jahat yang akan memastikanmu terus bekerja setelah kau menyelesaikan pekerjaan yang diberikan kepadamu. Yang lebih menakutkan, adalah diriku yang menyadari adanya kemungkinan yang sangat besar kalau akhirnya aku yang akan ditempatkan menjadi petugas medis.
Meski jika aku berhasil lolos dan membiarkan orang lain yang melakukannya, dimana biasanya Para Pengurus OSIS yang akan melakukannya, semua orang di sekitarku sepertinya secara otomatis akan menjadi petugas itu. Kita memang benar-benar kekurangan orang.
Meski jika aku berhasil menyuruh para sukarelawan itu menjadi bagian dari petugas medis, masih ada pekerjaan lain yang harus dikerjakan oleh Pimpinan Panitia. Sagami dan Meguri-senpai pasti akan disibukkan oleh pekerjaan yang berhubungan dengan tenda-tenda selama festival. Itu berarti...
Kampret, kenapa aku bisa menyadari semua ini? Aku memang sangat pintar kalau memikirkan diriku sendiri.
Tepat ketika motivasiku mulai menghilang karena dihinggapi keputusasaan, pintu ruang rapat terbuka.
"Yahallo!"
Sangat jelas siapa orangnya jika mendengar sapaan itu. Atau bisa kau katakan kalau hanya ada satu orang yang menggunakan sapaan itu. Sambil menutup separuh mataku, aku melihat ke asal suara itu, dimana Yuigahama sendiri sedang berlari ke arahku.
"...Kau habis dari mana?"
"Eh?"
Mendengarkan pertanyaanku, Yuigahama mengedip-ngedipkan matanya berkali-kali, entah mengapa, wajahnya tampak memerah.
"Aku baru saja dari kelasku...Apa kau sedang mencariku karena tidak menemukanku di kelas? Sikapmu itu memang tidak terduga...Tapi kejadian yang tidak terduga ini bisa dikatakan sesuatu yang tidak buruk-buruk amat juga."
"Dasar bodoh, maksudku tadi itu, 'kau kemana saja, kenapa tidak pergi kerja'?"
Dia ini bicara apa sih...? Bisakah kau tidak mengatakan sesuatu yang tidak jelas? Kalau kupikir lebih dalam lagi, apakah wajahku juga memerah?
"Ah, ternyata itu maksudmu...Maaf deh! Aku ini benar-benar bekerja, tahu tidak!?"
Tampaknya, dia salah paham dengan kata-kataku, tapi kemudian dia tiba-tiba marah. Seperti itulah, tampaknya gadis ini tidak ada capek-capeknya dengan bersikap berisik dan penuh semangat.
Dirinya yang marah itu memang diluar dugaan, jadi kuputuskan untuk bertanya kepadanya tentang apa keperluannya disini.
"Ya sudah kalau begitu, kuubah pertanyaanku tadi. Kau sebenarnya sedang melakukan apa?"
Ketika aku menanyakan itu, ekspresi wajahnya berubah menjadi ceria.
"Ah, tahu tidak, kan pembagian tugasnya sudah disepakati tempo hari? Setelah kuperiksa, kusadari kalau ternyata hanya ada satu orang yang ditugaskan sebagai penyiar Festival. Jadi, kupikir itu sedikit aneh."
"Bukankah itu wajar saja? Orang itu kan hanya bertugas memainkan musik dan mengumumkan nama peserta-peserta lomba. Jadi, kupikir itu tidak akan butuh banyak orang."
Mendengar hal itu, Yuigahama tampak terkejut.
"...Ah, begitu ya?"
"Ya."
"Benarkah begitu..."
Bahu Yuigahama tampak menurun.
"Memangnya ada apa?"
Aku mencoba bertanya kepadanya, aku takut dia tiba-tiba pergi dan melakukan sesuatu yang diluar dugaan. Yuigahama tertawa dengan ekspresi yang aneh dan bermain-main dengan sanggul rambutnya.
"Ah, kupikir butuh semacam orang yang bisa menjelaskan situasi terkini dari event, dan hal-hal semacam itu."
"Ini cuma Festival level SMA, tidak perlu seperti itu."
"Be-Benarkah?"
"Yeah."
Kuyakinkan lagi pendapatku tadi, tapi Yuigahama sendiri tampak kurang tenang, dan dia seperti kesulitan dalam mengatakan sesuatu. Kutunggu dirinya untuk mengatakannya, dan dia mulai berbicara dengan nada yang pelan.
"...Tapi, aku sudah memberitahu orang itu dan memintanya datang kesini."
"Ya sudah, tinggal suruh dia pulang saja."
"Eh
"Jangan mengatakan Eh kepadaku. Jangan menambah lagi pekerjaan yang sudah banyak ini."
"Tu-Tunggu dulu!"
Ketika mengatakannya, Yuigahama mengambil HP di kantongnya dan mulai memanggil seseorang.
"Ah, halo? Ini aku..."
Ketika dia menelepon, dia berusaha menjaga jarak dariku. Memangnya siapa sih yang dia panggil? Ketika aku terus menatapnya sambil memasang ekspresi keheranan, dia menutup teleponnya.
"Yukinon barusan bilang boleh! Itu artinya aku diperbolehkan mengajaknya, benar tidak?"
...Kenapa dia terkesan seperti bocah yang baru saja membawa anak anjing yang ditemukannya di jalan? Tapi, kalau Yukinoshita memperbolehkannya, maka tidak ada masalah lagi, itu artinya dia punya alasan kuat untuk menyetujuinya. Kalau ini cuma ide sepihak dari Yuigahama, aku akan berpikir kalau akan ada hal yang naif dalam idenya. Tapi, jika Yukinoshita menyetujuinya, maka tidak ada gunanya untuk mendebat hal itu, dan aku akan setuju dengannya.
"Ya sudah, kalau yang lain setuju, maka aku tidak masalah."
"Aku akan menanyakannya ke yang lain dulu!"
Setelah itu, Yuigahama bergegas pergi ke Meguri-senpai dan Sagami. Kupikir, yang lainnya akan setuju. Semua orang tampak baik kepadanya...
Seperti dugaanku, Yuigahama yang berdiri di samping Meguri-senpai, melihatku sambil memberi ekspresi "OK". Tebakanku benar, mereka memberinya lampu hijau.
Setelah itu, Yuigahama lalu pergi ke pintu keluar, dan masuk kembali dengan membawa orang yang dimaksud.
Orang itu memasang ekspresi kurang senang sambil bermain-main dengan rambut pirangnya. Sambil berjalan memasuki ruangan, dia mulai melihat-lihat ke arah sekitarnya.
"...Tapi, dari semua orang, kenapa Miura?"
Aku membisikkan itu ke Yuigahama agar Miura tidak mendengarku. Dengan nada yang sama, Yuigahama menjawab.
"Karena Yumiko sempurna untuk pekerjaan ini. Juga, jika Yumiko yang menjadi penyiarnya, Tobe dan yang lainnya pasti akan ikut-ikutan membantu kita menjadi penyiar dadakan."
Well, kalau itu sih, aku cukup paham. Jika Miura dan teman-temannya terlihat terlibat, maka para peserta festival akan memperhatikan dengan baik instruksi dari penyiar. Yuigahama ternyata memikirkan ini dengan matang. Tepat ketika kekagumanku mulai muncul kepadanya, Yuigahama menambahkan kata-katanya dengan memasang senyum yang kecut.
"Alasan lainnya, ketika aku sedang membicarakan masalah kepanitiaan dengan Hina, Yumiko terlihat kesal karena dia tidak bisa terlibat dalam obrolan kami."
Aku tidak tahu kalau ternyata Miura adalah tipe-tipe orang yang seperti itu. Manisnya! Imajinasiku mulai berjalan...
Tapi, Miura yang di depanku ini tidak ada manis-manisnya. Malahan, dia terlihat menakutkan.
Dia melihat ke arahku, dia seperti hendak mengatakan sesuatu, tapi mengurungkan niatnya. Apa-apaan ini? Apa kau hendak menanyakanku 'apakah ada hadiahnya jika aku melakukan pekerjaan ini?'. Tapi, tahu tidak, ini adalah pekerjaan dengan dasar-dasar sukarela. Jadi tidak ada sesuatu yang diberikan sebagai bentuk terima kasih. Satu-satunya hal yang akan dia terima adalah ucapan terima kasih.
"...Erm, maaf, kalau begitu...Kami akan mengandalkanmu nanti."
Ini adalah sesuatu yang langka dariku, tapi setidaknya aku sudah berterimakasih kepadanya. Ini mungkin karena didikan Yukinoshita yang efektif selama ini ketika aku sudah terlalu berisik kepadanya ketika di Klub. Ataukah, dia memang sengaja mendidikku seperti itu?
Tapi, Miura malah menjawabku dengan ketus.
"Entah juga ya. Aku kesini hanya karena Yui yang memintaku datang kemari. Aku sendiri belum bilang setuju untuk melakukannya."
"Eh!? Bukannya kau tadi bilang setuju!"
Miura memalingkan wajahnya ketika mendengar jawaban Yuigahama barusan. Mau bagaimana lagi. Lagipula, dia ini adalah seorang ratu, memang seharusnya jual mahal.
Meski dia tidak terlihat mau melakukannya, tapi kedua matanya berkata sebaliknya. Malahan, dia terus menatap ke arah Sagami. Sagami sendiri, tampaknya menyadari kehadiran Miura, dan sekarang sedang berjalan ke arah kami.
Apa dia mau menyapanya karena melihat siswi sekelasnya datang kesini? Mungkin karena apa yang terjadi sebelumnya, dia merasa perlu untuk menyapanya.
"Miura-san."
Sagami memanggilnya dan Miura hanya membalasnya dengan sebuah anggukan.
"Apa Miura-san bersedia membantu kami...?"
Sagami tampaknya seperti memiliki perasaan yang campur-aduk kepada Miura dan nada suaranya seperti bingung hendak mengatakan apa. Miura tampaknya tidak begitu suka dengannya dan menjawabnya dengan ketus.
"Aku kan sudah bilang tadi. Aku belum memutuskan apa aku mau bantu atau tidak."
"Be-Begitu ya."
Sagami tampak ketakutan, mungkin karena tatapan tajam Miura kepadanya. Sikapnya itu tampaknya membuat Miura bertambah marah, dia lalu mengembuskan napasnya dan menyilangkan lengannya.
Ini adalah pemandangan yang umum ketika di kelas.
Tapi, kali ini ada yang berbeda.
Meski dia tersenyum kecut, tapi Sagami mengatakan sesuatu yang tidak terduga.
"Kami ini sedang kekurangan orang. Kalau Miura-san bersedia membantu, bisa dipastikan kalau eventnya nanti akan terasa jauh lebih hidup. Bisakah kau menolong kami kali ini?"
Lalu, dia merendahkan kepalanya.
Sikapnya itu akan membuat semua orang merasa dihargai. Meski begitu, ini adalah sesuatu yang tidak pernah terjadi dalam hubungan antara Sagami dan Miura. Miura sendiri tampaknya menyadari hal ini. Dia tidak lagi menyilangkan lengannya, menoleh ke arah lain sambil bermain-main dengan ujung rambutnya yang melingkar. Dia tampaknya ingin meyakinkan sesuatu.
"...Hmm, benarkah begitu?"
Miura mengatakannya dengan nada yang kurang bersemangat. Tapi, Yuigahama yang mendengarkan itu mulai tersenyum dan menterjemahkan kalimat tersebut.
"Maksud dia, dia setuju akan membantu."
"Hei! Aku belum mengatakan apapun!"
Sagami tersenyum, dan melihat keduanya yang saling mengejek. Tampaknya, ada sebuah perkembangan kecil dalam hubungan antara Miura dan Sagami.
Meski dalam sebuah hubungan, manusia biasanya akan menjaga jarak diantara mereka dan berusaha mempertahankannya. Sagami dulu melakukannya, lalu karena konfliknya dengan Haruka dan Yukko, dia belajar bagaimana menjaga jarak yang baik sehingga tidak akan melukai satu sama lain.
Dari sisi manapun kau melihatnya, itu adalah sebuah sikap untuk menghindari adanya orang yang terluka. Meski begitu, ini adalah bukti kalau Sagami sudah berubah.
Meski Sagami sudah belajar bagaimana menjaga jarak dengan Miura, masih sebuah tanda tanya besar apakah dia tahu bagaimana menjaga jarak dengan Haruka dan Yukko.
Tapi, jika dia bisa mengatakan apa yang di pikirannya, memberitahukannya ke semua orang, dan bisa mempertahankan senyumnya yang memalukan itu, aku tidak terkejut jika dia ternyata sudah tahu seberapa jauh jarak yang harus dibuat olehnya dengan orang lain.
x Chapter XI | END x
Cukup menarik bagaimana Hachiman cukup percaya kalau Yukino akan selalu memiliki pertimbangan logis dalam tindakannya. Dalam hal ini, menyetujui Yui.
Karena dalam vol 2 chapter 4, Yukino kehilangan kendali dirinya dan hampir berakhir dengan keributan, ketika Saki memprovokasinya dengan membawa-bawa Ayah Yukino.
Uniknya, Yukino juga mempercayai kalau dirinya tidak akan lepas kontrol selama ada Hachiman di sisinya. Setidaknya, itulah yang dipercayai oleh Yukino dan Miura, vol 10 chapter 4. Namun, dalam chapter tersebut, pernyataan Miura masih dicurigai ketulusannya, karena Miura jelas-jelas punya keuntungan jika Hachiman dekat dengan Yukino, yaitu peluangnya mendapatkan Hayama akan bertambah besar.
...
Sadar atau tidak, sikap Hachiman kepada Yui di chapter ini persis sikap Kaori kepada Hachiman di SMP. Kaori hanya sebatas menyapanya saja, namun Hachiman menafsirkannya berbeda, yaitu sebagai bentuk perhatian. Sama halnya Yui di chapter ini yang menafsirkan itu sebagai Hachiman yang mencarinya.
Yeah, anda sering membaca analisis di atas di chapter-chapter reguler Oregairu.
...
Secara garis besar... atau boleh jadi Hachiman jadi susah dekat dengan gadis (terutama Yui) karena traumanya pada Kaori
BalasHapus