X X X
Di tempat arcade yang suasananya sudah kembali seperti biasanya, bahkan lebih berisik daripada sebelumnya, Komachi mengatakan sesuatu dengan suara yang keras.
"Saatnya mengumumkan hasilnya~!"
Tidak berbeda dengan sebelumnya, Komachi seperti mengatakan "bam, bam, puff, puff" ketika mengatakan itu, lalu dia mengambil satu langkah ke depan, dan memberikan tanda kepada Hiratsuka-sensei. Dengan sekali anggukan, Hiratsuka-sensei tersenyum.
"Tim para gadis memenangkan pertandingan ini dengan 10,003 poin."
"Aku merasa tidak puas dengan semua ini..."
Ah sudahlah, komplain tidak akan membantu banyak. Tidak peduli kapan dan dimana, dunia ini memang kejam, kadang juga lucu. Nilai dari banyaknya usaha yang dilakukan masih saja kalah dengan satu keajaiban.
Karena itulah, satu-satunya hal yang bisa dilakukan para pecundangnya adalah memuji yang menang, memuji mereka yang mendapatkan keajaiban tersebut. Sikap tersebut memperbolehkan si pemenang, yang sudah diakui oleh para pecundangnya, untuk menekankan superioritasnya terhadap pertandingan itu.
Sambil memberikan tepuk tangan kami, tim gadis yang sedang bersuka cita tampak membicarakan sesuatu. Mereka mungkin sedang mendiskusikan hukuman bagi tim kita.
"Karena kemenangan ini diberikan oleh Yui-san, maka Yui-san boleh menentukan hukuman apapun yang menurutnya pantas."
"Kurasa begitu. Cukup masuk akal. Aku sendiri tidak ingin berkomentar banyak karena kita sudah menang dan aku sendiri tidak punya satupun keinginan terhadap mereka."
Ketika Komachi dan Yukinoshita memberikan keputusan soal hukumannya kepada Yuigahama, dia terlihat tersipu malu. Well, memang jarang-jarang dia mendapatkan peluang untuk memutuskan sesuatu, jadi tiba-tiba disuruh menentukan sesuatunya mungkin membuatnya bingung seperti itu.
"Eh, kenapa tiba-tiba begini..."
Yuigahama mengatakan itu sambil memikirkan sesuatu, lalu Komachi terlihat menepuk-nepuk bahunya.
"Yui-san, Yui-san. Sini aku ingin berbisik tentang sesuatu."
"Eh? Ada apa?"
Yuigahama lalu mendekati Komachi dan menganggukkan kepalanya.
"Bisik, bisik, bisik..."
"...Uh huh, uh huh, eh, eeeh~, itu cukup memalukan..."
Aku tidak tahu apa yang Komachi barusan katakan kepadanya, tapi wajah Yuigahama tampak memerah. Ketika mereka terlihat selesai membicarakannya, Hiratsuka-sensei menatap ke arah kami.
"Sekarang, saatnya menerima hukumanmu."
Setelah mengatakan itu, dia menatap ke arah Yuigahama.
"Be-Begini...Hikki."
Tiba-tiba dia berhenti sejenak. Dia lalu mengambil beberapa tarikan napas. Seperti sedang berusaha mengontrol pernapasannya, dia lalu melirik ke arahku.
"...Ayo, kapan-kapan kita pergi dan bermain lagi?"
Itu adalah sebuah langkah sederhana, kurasa langkah kecil, bukan, mungkin separuh langkah. Ini seperti sebuah pernyataan yang sedang mengetes gelombang dari permukaan air yang tenang.
Kalau kausuruh aku untuk mengatakan seberapa besar riak air tersebut, mungkin hanya beberapa senti. Dengan kata lain, ini berada diantara "bermain sungguhan" dan "berusaha mencari peluang".
Perasaan yang rapuh ini seperti sebuah jarak yang memisahkan antara adanya konflik perasaan dan sebuah kelelahan fisik yang sebenarnya, begitulah situasi kita saat ini. Karena itulah, aku memilih jalan tengah dan meresponnya dengan tepat.
"...Well, kalau memang itu hukumannya, mau bagaimana lagi."
Benar sekali, ini adalah sebuah hukuman, dan karena itulah aku tidak boleh mengatakan tidak terhadap hal tersebut.
Pecundang memang harus menanggung seluruh dosa dan juga menerima hukumannya. Jadi menemaninya sekali lagi, persis seperti yang kita semua lakukan saat ini, kurasa bukan masalah besar.
Setelah aku menjawabnya, bahu Yuigahama terlihat menurun dan dia mengembuskan napasnya. Dia tersenyum seperti merasakan kalau sebuah beban besar sudah pergi darinya, dan aku sendiri berusaha memalingkan pandanganku atas situasi yang memalukan ini.
Di lain pihak, Komachi sedang mengangguk-anggukkan kepalanya, membuatku merasa takut saja.
Apa yang sedang dipikirkan oleh adikku ini, jelas-jelas aku bisa membacanya, tapi situasi ini dan mempertimbangkan perasaannya nanti, membuatku tidak bisa memarahinya. Ketika aku menggaruk-garuk kepalaku dan memikirkan situasi semacam apa yang sedang kuhadapi ini, sebuah suara yang berasal dari arah yang tidak terduga mulai terdengar.
"Yeah, itu terdengar bagus! Kita harusnya pergi lagi bersama-sama!"
Saking lembutnya, suara itu terdengar seperti berasal dari Angel's bra, atau bahkan Angel's wing.
Wajah Komachi tampak keheranan mendengar suara tersebut.
"...Hmm?"
Ketika kulihat asal suara tersebut, Totsuka mendekat ke arahku sambil tersenyum, seperti hendak mengatakan "Aku tidak sabar!". Secara spontan, aku malah meresponnya dengan kata-kata seperti 'Pasti!", "Oke!", dan "Ya, ya!"
"Eh? To-Totsuka-san? Setahu Komachi, itu tidak berarti semua orang, tapi..."
Komachi dengan panik berusaha memotong percakapanku dengan Totsuka, tapi usahanya itu sia-sia karena ada sebuah bayangan besar muncul di depannya.
"Fumu. Kurasa aku akan menemanimu juga. Me-Meski aku bilang akan menemani, maksudku tadi hanyalah menemanimu hang out saja, oke? Ja-Jangan salah paham! Hachiman!"
"Ogah. Semua harapanmu barusan tidak akan pernah terjadi."
Sekali lagi, apa-apaan sikap genitnya barusan? Zaimokuza sialan! Ketika aku merasa jijik, tampaknya suasana jijik itu mulai menulari Yuigahama yang tersenyum sambil mengatakan"fufu".
"Ini seperti...Sesuatu yang tidak kuharapkan, tapi karena menyenangkan, ya sudah terserah saja."
Setelah dia mengatakan itu, Yuigahama tersenyum ke arah Yukinoshita. Yukinoshita yang paham apa maksud senyumannya tersebut mendesah dan mengangguk.
"Ya sudah. Aku sebenarnya tidak terlalu terbiasa berkumpul dengan banyak orang, tapi kalau kau tidak masalah dengan itu, aku akan menemanimu jika ada waktu."
Yuigahama yang mendapat respon seperti itu tiba-tiba melompat ke arah Yukinoshita.
"Oke, janji ya! Yukinon, aku menyukaimu!"
"Tunggu, kenapa kau sangat yakin begitu? Aku tadi bilang kalau aku punya waktu luang saja."
Yukinoshita mencoba untuk lepas dari pelukannya, tapi Yuigahama tidak membiarkannya pergi begitu saja. Hiratsuka-sensei melihat keduanya dengan tatapan nostalgia.
"Enak sekali menjadi anak muda..."
Cepat! Siapa saja tolong cepat lamar dia!
Dan kemudian, ada satu orang dengan ekspresi yang kompleks sedang melihat kami dari kejauhan.
"O-Ooph, ternyata ada serangan kejutan yang tidak terduga...Rencana sempurna Komachi...Seperti yang kuduga, kisah rom-com masa muda dari Onii-chanku ternyata salah..."
Hahaha, benar-benar memalukan, bukan begitu Komachi?
Tidak peduli rencana seperti apa yang sedang kau jalankan, Onii-chanmu tetaplah orang yang malas untuk diajak jalan oleh orang lain.
...Kalau dipikir-pikir, harusnya Onii-chanlah yang harusnya malu.
Kalau kausuruh aku untuk mengatakan seberapa besar riak air tersebut, mungkin hanya beberapa senti. Dengan kata lain, ini berada diantara "bermain sungguhan" dan "berusaha mencari peluang".
Perasaan yang rapuh ini seperti sebuah jarak yang memisahkan antara adanya konflik perasaan dan sebuah kelelahan fisik yang sebenarnya, begitulah situasi kita saat ini. Karena itulah, aku memilih jalan tengah dan meresponnya dengan tepat.
"...Well, kalau memang itu hukumannya, mau bagaimana lagi."
Benar sekali, ini adalah sebuah hukuman, dan karena itulah aku tidak boleh mengatakan tidak terhadap hal tersebut.
Pecundang memang harus menanggung seluruh dosa dan juga menerima hukumannya. Jadi menemaninya sekali lagi, persis seperti yang kita semua lakukan saat ini, kurasa bukan masalah besar.
Setelah aku menjawabnya, bahu Yuigahama terlihat menurun dan dia mengembuskan napasnya. Dia tersenyum seperti merasakan kalau sebuah beban besar sudah pergi darinya, dan aku sendiri berusaha memalingkan pandanganku atas situasi yang memalukan ini.
Di lain pihak, Komachi sedang mengangguk-anggukkan kepalanya, membuatku merasa takut saja.
Apa yang sedang dipikirkan oleh adikku ini, jelas-jelas aku bisa membacanya, tapi situasi ini dan mempertimbangkan perasaannya nanti, membuatku tidak bisa memarahinya. Ketika aku menggaruk-garuk kepalaku dan memikirkan situasi semacam apa yang sedang kuhadapi ini, sebuah suara yang berasal dari arah yang tidak terduga mulai terdengar.
"Yeah, itu terdengar bagus! Kita harusnya pergi lagi bersama-sama!"
Saking lembutnya, suara itu terdengar seperti berasal dari Angel's bra, atau bahkan Angel's wing.
Wajah Komachi tampak keheranan mendengar suara tersebut.
"...Hmm?"
Ketika kulihat asal suara tersebut, Totsuka mendekat ke arahku sambil tersenyum, seperti hendak mengatakan "Aku tidak sabar!". Secara spontan, aku malah meresponnya dengan kata-kata seperti 'Pasti!", "Oke!", dan "Ya, ya!"
"Eh? To-Totsuka-san? Setahu Komachi, itu tidak berarti semua orang, tapi..."
Komachi dengan panik berusaha memotong percakapanku dengan Totsuka, tapi usahanya itu sia-sia karena ada sebuah bayangan besar muncul di depannya.
"Fumu. Kurasa aku akan menemanimu juga. Me-Meski aku bilang akan menemani, maksudku tadi hanyalah menemanimu hang out saja, oke? Ja-Jangan salah paham! Hachiman!"
"Ogah. Semua harapanmu barusan tidak akan pernah terjadi."
Sekali lagi, apa-apaan sikap genitnya barusan? Zaimokuza sialan! Ketika aku merasa jijik, tampaknya suasana jijik itu mulai menulari Yuigahama yang tersenyum sambil mengatakan"fufu".
"Ini seperti...Sesuatu yang tidak kuharapkan, tapi karena menyenangkan, ya sudah terserah saja."
Setelah dia mengatakan itu, Yuigahama tersenyum ke arah Yukinoshita. Yukinoshita yang paham apa maksud senyumannya tersebut mendesah dan mengangguk.
"Ya sudah. Aku sebenarnya tidak terlalu terbiasa berkumpul dengan banyak orang, tapi kalau kau tidak masalah dengan itu, aku akan menemanimu jika ada waktu."
Yuigahama yang mendapat respon seperti itu tiba-tiba melompat ke arah Yukinoshita.
"Oke, janji ya! Yukinon, aku menyukaimu!"
"Tunggu, kenapa kau sangat yakin begitu? Aku tadi bilang kalau aku punya waktu luang saja."
Yukinoshita mencoba untuk lepas dari pelukannya, tapi Yuigahama tidak membiarkannya pergi begitu saja. Hiratsuka-sensei melihat keduanya dengan tatapan nostalgia.
"Enak sekali menjadi anak muda..."
Cepat! Siapa saja tolong cepat lamar dia!
Dan kemudian, ada satu orang dengan ekspresi yang kompleks sedang melihat kami dari kejauhan.
"O-Ooph, ternyata ada serangan kejutan yang tidak terduga...Rencana sempurna Komachi...Seperti yang kuduga, kisah rom-com masa muda dari Onii-chanku ternyata salah..."
Hahaha, benar-benar memalukan, bukan begitu Komachi?
Tidak peduli rencana seperti apa yang sedang kau jalankan, Onii-chanmu tetaplah orang yang malas untuk diajak jalan oleh orang lain.
...Kalau dipikir-pikir, harusnya Onii-chanlah yang harusnya malu.
x Volume 7.5 Special | END x
Hachiman benar-benar sadar kalau hukuman yang Yui katakan itu, pergi bersama dengannya, berpeluang dimanfaatkan Yui untuk mendekatinya kembali.
Tapi sayangnya, sistem hukuman di game ini tidak memungkinkan orang yang kalah untuk komplain dengan hukumannya.
Ini sekali lagi membuktikan kalau Hachiman, sebenarnya tidak benar-benar kehilangan kemampuan dirinya untuk menilai situasi. Hachiman benar-benar sadar dan tahu kalau Yui hendak memanfaatkan itu untuk mendekatinya kembali.
Hachiman juga tahu kalau ini semua adalah taktik dari Komachi.
...
Dalam vol 4 chapter 1, Yui mengajak Hachiman hang out di ulang tahunnya, tanggal 8 Agustus. Kenyataannya, Hachiman tidak pernah mengajak Yui keluar, dan Yui juga tidak mengajak Hachiman. Kemungkinan besar, Yui mengira itu adalah kode untuk membayar hutang kencan dari chapter ini, jadi Hachiman-lah yang harusnya mengajak.
Kenyataannya, tidak seperti itu. Akhirnya Yui mencari taktik lain dengan aktif mengajak Hachiman kencan di Festival Kembang Api, vol 5 chapter 5. Meski ditolak Hachiman, tapi Yui mendapatkan dukungan Komachi, yang pastinya auto-win.
Kencan di Festival Kembang Api, endingnya...Well, anda semua tahu...Yui memutuskan lagi untuk membuat Hachiman berhutang kencan di kue panggang madu, vol 6 chapter 7. Hasilnya, well, Hachiman mencoba mengulur janji itu dua kali.
Sebenarnya, di poin ini harusnya Yui menyadari kalau ada sesuatu yang terjadi dengan Hachiman sehingga membuat Hachiman ragu untuk berkencan dengannya.
Whoahhh...
BalasHapus