Volume R akan dilanjutkan setelah chapter ini selesai...
x x x
Suasana di dalam tempat ini diiringi oleh musik latar yang yang terdengar lembut seperti sengaja disetting untuk melawan suara-suara ledakan yang muncul dari permainan ini. Tapi aku masih bisa mendengar suara-suara teriakan dari para anak muda yang bermain di tempat arcade.
Dan di depanku saat ini, terdengar suara beberapa medal yang bergerak dari atas ke bawah di mesin permainan medal game.
Suara-suara berisik ini berasal dari sekitarku, tapi kalau kau cermati baik-baik, suasana di tempatku berada saat ini bisa dikatakan lebih sunyi karena tidak ada seorangpun yang berbicara.
"....."
"....."
Zaimokuza yang biasanya cerewet dan juga Yukinoshita hanya bisa terdiam ketika kuperhatikan. Meski begitu, tatapan mata mereka terus mengikuti sesuatu, jari-jari mereka seperti siap sedia untuk memasukkan medal lagi ke mesin itu.
"Ahh, aaah, hampir saja. Grrr~, kenapa barusan tidak jatuh sajaaaaa?"
"Yuigahama-san, tenanglah."
Umm, kalian berdua ini terlalu serius, tahu tidak...Yuigahama terlihat sedikit aneh melihatmu, apa kau tidak kasihan dengannya?
Dan kemudian, 'orang menyedihkan lainnya' muncul.
"...Fumu. Jangan meremehkan kekuatan dari mata yang terkutuk ini...Aku bisa melihatnya! Ah, aaafun...meleset...Ngh, ternyata hanya ilusi, huh...?"
"Kau sebenarnya tidak bisa melihat apapun..."
Mungkin lebih tepatnya jika dibilang, otak yang menyedihkan daripada orang yang menyedihkan. Bukannya kau tadi bilang kalau ini permainan level bocah? Malah kau sekarang yang asik sendiri dengan permainannya.
Tapi Zaimokuza bukanlah satu-satunya orang yang bersenang-senang disini.
"...Tch, sepertinya aku baru saja melewatkan sebuah jackpot, sayang sekali harus blunder seperti itu..."
Sepertinya Yukinoshita ini adalah tipe orang yang antusias setelah dia mulai bermain di permainan, karena saat ini, dia terlihat seperti sedang mengepalkan tangannya dengan penuh konsentrasi seperti mengatakan kalau dia mampu melakukan apapun. Malahan, sepertinya dia sudah menikmati game ini dengan cepat karena medal yang dia miliki mulai habis dengan cepat...
"Se-Semua orang tampaknya serius sekali, huh...? Yukinoshita-san tampaknya mengingat aturan permainannya dengan baik."
"Entah mengapa, suasana di tempat ini seperti sekumpulan orang-orang yang haus akan darah..."
Totsuka dan Komachi yang sedari tadi bermain dengan serius tiba-tiba berhenti dengan mendadak dan mulai menjauh dari mesin itu, seperti memutuskan kalau mereka berdua hanya akan melihat-lihat saja setelah ini. Tapi Yukinoshita dan Yuigahama masih bermain di game tersebut dan terus bermain tanpa menyadari kami bertiga.
"Ah, Yukinon, aku pinjam medalmu dulu ya, oke~?"
Tapi tangan Yuigahama yang berusaha mengambil medalnya tertahan oleh tangan Yukinoshita.
"Tunggu dulu. Apa kau sudah memiliki rencana untuk memenangkannya? Sejak tadi, yang kau lakukan hanyalah memasukkan medalnya tanpa berpikir."
"Uu..."
Setelah Yukinoshita menjelaskan itu, Yuigahama terdiam. Jelas saja, dia menghabiskan medalnya seperti meminum air saja. Gadis ini adalah tipe orang yang tidak boleh kau biarkan berjudi begitu saja. Seperti memiliki pendapat yang sama denganku, Yukinoshita menaikkan jari telunjuknya dan mulai menasehati Yuigahama.
"Pertama-tama, Yuigahama-san, sepertinya sejak dulu kau ini kurang memikirkan masa depan dengan baik..."
"Uuuu..."
Satu kata keluar dari Yuigahama, dan itu saja sudah cukup untuk membuat dirinya mundur. Karena apa yang dikatakan Yukinoshita itu ada benarnya, tidak terlihat ada satu orangpun yang berminat untuk menolongnya.
"Komachi, berikan kepadaku medalmu."
"Bahkan tidak menunjukkan satupun kata "pinjam", itulah Onii-chan..."
Ekspresi Komachi mungkin lebih tepat dikatakan menyadari daripada kagum.
Apa? Aku memang tidak berniat untuk mengembalikannya, jadi kata-kata "Kuambil medalmu" itu mungkin lebih tepat diucapkan. Aku ini sedang mengatakan hal yang jujur.
Sambil mengirimkan tanda-tanda komunikasi non-verbal yang hanya bisa dipahami oleh saudara sendiri, sebuah suara memanggilku.
"Hikigaya, kau mau memakai medalku?"
Hiratsuka-sensei memberiku medalnya. "Whoaaa, beruntungngnya!" Tepat ketika aku hendak mengambil medalnya, Komachi menampar tanganku.
Oh, ayolah, Hiratsuka-sensei sendiri sudah mengatakan boleh...Ketika aku menatapnya dengan ekspresi kurang senang, Komachi menaikkan jari telunjuknya dan mengatakan "tidak!".
Lalu, dia menatap ke arah Hiratsuka-sensei.
"Aah, bisakah Sensei tidak memanjakan kakakku? Sensei hanya akan membuatnya lebih cepat menjadi pria yang tidak berguna. Kalau dia menjadi pria yang bergantung secara finansial kepada orang lain, maka yang akan menderita kelak adalah Komachi dan istrinya. Yang Komachi inginkan, adalah kakak yang memiliki kehidupan bahagia."
"Be-Begitu ya...I-Itu sesuatu yang dalam untuk dikatakan oleh siswi SMP..."
Kau memang betul, itu adalah sesuatu yang dalam untuk dikatakan oleh seorang siswi SMP. Sejak kapan kau menjadi luar biasa seperti itu? Apa di keluargamu ada orang yang tidak berguna atau sejenisnya? Bukannya mau menyinggung atau bagaimana, dia menjadi tidak berguna karena memiliki guru yang buruk.
x x x
Entah karena kita sejak awal tidak membeli medal yang cukup banyak atau karena medal yang dipinjam-pinjam, kami kehabisan medal dengan cepat.
"Sekarang, kita akan kemana?" Karena sudah tidak ada lagi yang bisa dilakukan, Komachi memutuskan untuk mengatakan itu dan menatap ke arah semua orang.
"Oke, kita ini sekarang sudah kehabisan medal dan juga waktu yang menipis, jadi ayo kita pergi ke permainan terakhir."
"Permainan terakhir? Apa yang kau rencanakan?"
Apa kita masih mau bermain lagi? Kupikir kita akan langsung pulang ke rumah. Komachi lalu terlihat seperti membayangkan apa yang akan kita lakukan dan dia mengatakan sesuatu dengan nada antusias.
"Bagaimana kalau Ultra Quiz tentang Chiba~!"
Sementara semua orang terlihat keheranan mendengarnya, Komachi lalu berjalan menuju mesin yang berada di belakangnya sambil menambahkan "Bam, bam, puff, puff".
"Begitulah, kita akan mengadakan perlombaan yang menguji pengetahuanmu tentang Chiba di game ini, QUIZ MAGIC CHIBADEMY."
"QUIZ MAGIC CHIBADEMY, sebentar lagi akan dimulai~!"
Ini seperti tiruan game quiz yang biasa kumainkan...Memangnya ada quiz semacam ini di tempat selain Chiba? Malahan, ada quiz semacam ini di Chiba saja sudah cukup mencurigakan bagiku.
Ketika Komachi memasukkan koin ke mesin itu, mesin itu tiba-tiba bersuara "br-r-r-ring" dan tampaknya sebentar lagi akan dimulai. Sepertinya sudah diputuskan kalau kita akan melakukan quiz ini, bahkan tidak bertanya tentang pendapat orang lain soal ini.
"Sekarang, untuk Sensei. Tolong Sensei menjadi pembawa acara sekaligus jurinya."
"Umu, baiklah."
Hiratsuka-sensei lalu menerima permintaan Komachi tersebut.
Dia lalu memulai QUIZ MAGIC CHIBADEMY dan layar mesinnya mulai menyala, tapi ada satu masalah...
"Tapi bukannya ini adalah game untuk orang seperti itu? Pada dasarnya, ini adalah game yang dimainkan sendirian, benar tidak? Bukankah itu artinya pesertanya hanya penyendiri, yaitu diriku seorang, benar tidak?"
Ketika kutanya, Komachi tertawa sambil mengatakan "fufuun".
"Karena itulah, kita akan membuatnya menjadi pertarungan antar tim. Kita akan membentuk tim dan menjawab pertanyaannya. Aturannya adalah...Well, disesuaikan saja."
"Komachi-san tampaknya mulai malas untuk menjelaskannya, benar tidak...?"
Yukinoshita mengatakan itu sambil menaruh tangannya di kening. Serius ini. Aturannya disuruh untuk menyesuaikan sendiri, apa-apaan itu? Apa itu aturan baru tentang cara hidup di Jepang?
Well, karena di depan mesin ini ada dua meja, kurasa kita harus membentuk dua tim.
"Jadi bagaimana kita membagi timnya?"
Ketika Totsuka menanyakan itu, Yuigahama menaikkan tangannya dengan perlahan, sikapnya yang ragu-ragu itu terlihat mencurigakan.
"Ah, kalau ini pertarungan antar tim, kalau begitu aku akan satu tim dengan Hi-Hikki...Umm, karena pengetahuannya soal Chiba..."
Well, alasan yang logis. Kalau kita membahas tentang pengetahuan soal Chiba, aku adalah yang terbaik. Tim dengan diriku berada di dalamnya adalah garansi untuk kemenangan...Selama aku yang menangani semua jawabannya, kurasa ini akan berakhir dengan baik.
Komachi lalu menggeleng-gelengkan kepalanya dengan mengatakan "tidak, tidak", seperti sudah punya rencana sendiri.
"Mari kita bagi timnya menjadi tim laki-laki dan perempuan."
Fumu, itu juga cukup masuk akal. Jadi itu berarti timku akan berisi Zaimokuza, dan...Totsuka? Apakah tidak apa-apa Totsuka ada di timku, benarkah?
Ketika aku mulai mengkhawatirkan itu, aku melihat senyum Totsuka yang ceria, dan kuputuskan untuk tidak mempedulikan itu lagi.
"Jadi kita berada di tim yang sama, huh, Hachiman?"
"Yeah, mari kita berikan yang terbaik, Totsuka."
Baiklah, mari kita berikan yang terbaik!
Di lain pihak, sementara aku mulai dipenuhi oleh motivasi yang tinggi, tim lain terlihat diam, dan terdengar suara depresi dari tim sebelah.
"Eh? Eeeeh..."
Komachi lalu mengendap-endap di samping Yuigahama yang terlihat kecewa.
"Yui-san, aku ada rencana."
"Re-Rencana. Itu? Senyummu cukup menakutkan..."
Komachi setelah itu menjauh dari Yuigahama dan menatap ke arah kami. Dia terus memasang ekspresi senyum yang mencurigakan itu.
"Fufufu....Sekarang, ayo kita mulai! Tim yang kalah akan mendapatkan hukuman!"
Ditutup dengan senyum khas Komachi, akhirnya game ini secara resmi dimulai.
x Volume 7.5 Special Part 3 | END x
Yukino gampang ketagihan game
BalasHapus