x x x
Berpindah langsung ke paginya. Atau begitulah yang kutulis, kecuali diriku yang sangat mengantuk dan sedang berada di McDonalds pada jam 5 pagi, dan meminum cangkir kedua dari kopiku ini. Langit mulai terlihat dan terdengar suara cuitan burung gereja sebelum mereka terbang lagi entah kemana.
Setelah insiden semelam, kami berpisah. Setelah sampai di rumah, aku meminta tolong Komachi untuk melakukan sesuatu untukku dan aku pergi keluar untuk menghabiskan waktu. Mungkin harusnya aku tidur saja, tapi aku sendiri tidak yakin kalau aku bisa bangun tepat jam 5.
Hanya ada satu alasan aku begadang semalaman.
"Jadi dia datang..."
Suara pintu otomatis yang terbuka terdengar, dan muncullah Kawasaki Saki, berjalan dengan lesu ke arahku.
"Apa maumu?"
Dia menanyakan itu seperti jengkel saja, mungkin karena dia sendiri juga kurang tidur.
Dia terlihat sangat jengkel, terlihat dari hentakan sepatunya di lantai yang mulai membuatku berpikir banyak, tapi aku menghentikan semua pikiranku itu dan bersikap setenang mungkin.
"Terang dulu." Aku mencari-cari kata yang tepat untuk mengganti kesalahanku. "Maksudku, tenang dulu."
Oke, ternyata bersikap santai-santai adalah sebuah kegagalan. Tapi itu karena Kawasaki sangat menakutkanku.
Kesalahan kecil tadi itu membuatku semakin percaya diri, dan kata-kataku selanjutnya keluar dengan baik.
"Semuanya akan kesini sebentar lagi. Jadi tunggulah sebentar lagi."
"Semuanya...?"
Ketika Kawasaki menatapku dengan keheranan, terdengar suara pintu otomatis yang terbuka, menandakan kedatangan Yukinoshita dan Yuigahama.
Setelah kami berpisah semalam, aku mengirim Yuigahama sebuah SMS singkat. Kuperintahkan dia untuk tinggal di tempat Yukinoshita, meminta ijin ke orang tuanya, dan datang ke McDonalds bersama Yukinoshita jam 5 pagi. Itu saja aku menuliskan tiga poin penting yang harus kusampaikan, pesan yang pragmatis.
"Kalian lagi?" Kawasaki mengembuskan napasnya dengan kesal.
Tapi dia bukanlah satu-satunya orang yang sedang kesal disini.
Dengan ekspresi kesal di wajahnya, Yuigahama menolak untuk melihat ke arahku.
"Ada apa? Apa dia kurang tidur?" kutanya Yukinoshita, tapi dia malah menaikkan bahunya.
"Entahlah? Kupikir dia sudah cukup tidur...Tapi kalau tidak salah, setelah dia menerima SMS darimu, kurasa waktu itulah dia mulai kesal. Apa kau menulis sesuatu yang mesum di SMS itu?"
"Bisakah kau, berhenti memperlakukanku seperti seorang penjahat mesum? Ngomong-ngomong, aku tidak tahu kalau ternyata mengirimkan SMS berisi perintah-perintah sederhana akan membuatnya marah."
Ketika diriku dan Yukinoshita saling menatap satu sama lain, Komachi tiba-tiba muncul.
"Yep, itulah Onii-chanku! Dia memang tidak punya sopan-santun."
"Oi, Komachi. Jangan biasakan muncul entah darimana hanya untuk menghinaku."
"Onii-chan, biasanya orang hanya mengirimkan SMS instruksi jika mereka adalah rekan kerja di kantor. Jika tidak punya hubungan itu dan kau mengirim SMS instruksi, kau hanya membuat suasananya memburuk."
"Jadi kau dipanggil kesini juga, Adik-kecil?" tanya Yukinoshita, seperti kembali ke dirinya.
"Yep, aku kesini karena ada sesuatu yang harus kukerjakan. Aku kesini membawa dia, tahu tidak?" Komachi mengatakan itu sambil menunjuk ke Taishi. Dia terlihat menggerutu ketika ditunjuk.
"Taishi...Apa yang kau lakukan di jam seperti ini?" Kawasaki menatap ke arah Taishi dengan eskpresi terkejut bercampur marah.
Tapi Taishi tampak tidak terpengaruh.
"Akulah yang harusnya bertanya seperti itu, Nee-chan. Apa yang kau lakukan di jam seperti ini?"
"Itu bukanlah urusanmu..." Kawasaki mencoba mengalihkan topiknya.
Mungkin jawaban seperti itu bisa diterima oleh orang lain, tapi tidak bagi Taishi, yang merupakan keluarganya. Sampai saat ini, percakapan antara Kawasaki dan Taishi selalu berakhir dengan Kawasaki berhasil kabur dari percakapan itu. Dia hanya menjawab dengan singkat dan pergi. Dia melakukan apa saja yang dia suka.
Tapi saat ini, dia tidak bisa melakukan itu. Kami mengelilinginya, mencegahnya untuk kabur tidak lupa juga, ini pagi hari, jadi kita menghentikannya tepat di dekat tempat kerjanya.
"Jelas saja urusanku," Taishi terus memaksa. "Aku ini adikmu..."
"...Kan sudah kuberitahu, kau tidak perlu tahu soal ini," jawab Kasawaki, suaranya melemah. Meski begitu, dia tetap tidak mau berbicara lebih jauh.
Alasan mengapa dia tidak mau menceritakannya karena dia pikir kalau Taishi harusnya tidak tahu soal ini, begitulah kesimpulanku.
"Kawasaki, biar kutebak mengapa kau bekerja dan mengapa kau butuh uang," kataku, membuat Kawasaki menatapku. Yuigahama dan Yukinoshita juga menatapku dengan penasaran.
Alasan mengapa Kawasaki bekerja paruh waktu: pastinya hanya dia yang tahu persis apa itu. Tapi kalau kau pikir baik-baik, sebenarnya ada petunjuk disana.
Kawasaki menjadi nakal ketika menginjak kelas 2 SMA, itu menurut Kawasaki Taishi. Kau bisa katakan kalau itu dari sudut pandang Kawasaki Taishi. Tapi bagaimana dengan sudut pandang Kawasaki Saki? Belum tentu begitu.
Dari sudut pandang Kawasaki Saki, dia mulai bekerja paruh waktu ketika Kawasaki Saki masuk kelas 3 SMP. Dengan begitu, alasannya pasti ada di kejadian yang terjadi di rentang waktu tersebut.
"Taishi, apa ada yang berubah ketika kau masuk kelas 3 SMP?"
"Err, uhh...Kalau tidak salah aku mulai ikut bimbingan belajar?" Taishi berusaha mengingat-ingat sesuatu di kepalanya, tapi tampaknya hanya itu saja yang dia ingat. Seperti sudah tahu apa yang akan kukatakan selanjutnya, Kawasaki seperti mulai menggigit bibirnya sendiri, frustasi akan sesuatu.
"Ah, aku paham! Dia bekerja untuk membayar biaya bimbingan belajar adiknya " Yuigahama tiba-tiba memotong, tapi aku tegaskan kepadanya.
"Bukan.Biaya bimbingan belajar harus sudah dibayar sebelum bimbingan belajar dimulai, yaitu awal bulan April. Itu artinya, keluarga Kawasaki pasti membayar bimbingan bulan April itu jauh hari sebelumnya. Dengan kata lain, kau bisa katakan kalau bimbingan belajar Kawasaki Taishi tidak ada hubungannya dengan ini."
"Begitu ya, tampaknya aku mulai paham." Yukinoshita lalu menatap Kawasaki seperti memahami sesuatu dan memasang ekspresi simpati. Lalu, Yukinoshita menambahkan.
"Kalau begitu, berarti uangnya digunakan untuk membiayai sesuatu yang akan datang."
Tepat sekali. SMA Sobu memang didesain untuk menyiapkan siswanya menuju jenjang universitas. Mayoritas siswa memang ingin kuliah setelah lulus. Hasilnya, mereka mulai mempersiapkan itu baik-baik ketika menginjak kelas 2 SMA, tidak lupa juga ada orang-orang yang serius dengan mengikuti bimbingan belajar musim panas.
Dan ketika kau ingin kuliah, maka kau butuh uang di setiap detailnya.
"Seperti kata Taishi sebelumnya. Nee-channya dulu adalah gadis yang pandai dan ramah. Sebenarnya, dia masih seperti itu saat ini." aku menutup kesimpulanku.
Kawasaki merendahkan bahunya ketika mendengar kesimpulanku.
"Nee-chan...Kucoba untuk membatalkan bimbingan belajarku, mungkin..."
"...Karena itulah kubilang kalau kau tidak perlu tahu." Kawasaki memukul kepala adiknya dengan lembut.
Aww, tampaknya ini adalah akhir yang hangat dari seluruh drama ini. Maksudku, ini bagus bagi mereka. Dan mereka hidup bahagia selamanya. Atau begitu pikirku, tapi Kawasaki mengatakan sesuatu.
"Meski begitu, aku tidak bisa berhenti dari pekerjaanku. Aku berniat kuliah nantinya. Aku tidak ingin membuat orangtuaku memiliki masalah soal itu, Taishi." Kawasaki mengatakan itu dengan tajam.
Dia jelas-jelas mengambil keputusan sepihak, dan cakar besinya itu kembali membuat Taishi terdiam.
"Um, bolehkah aku mengatakan sesuatu?" sebuah suara yang lembut memecah kesunyian ini.
Ternyata itu Komachi. Kawasaki lalu menatapnya dengan penasaran. "Apa?" dia seperti hendak mengatakan itu dengan ekspresinya.
Tapi Komachi bisa membalikkan kemarahannya itu dengan senyuman.
"Oke, jadi begini. Kedua orangtua kami ini sehari-harinya sibuk bekerja, dan karena itu, ketika aku pulang ke rumah, tidak ada orang di rumah. Ketika aku memberikan salam, tidak ada seorangpun yang menyambutku."
"Umm, kalau ada yang menyapa balik kepadamu ketika tidak ada orang di rumah, itu akan sangat menakutkan," aku mencoba menambahkan. "Ada apa dengan topik ini?"
"Oh, benar. Onii-chan, tolong jangan banyak bacot dulu."
Dia tiba-tiba membuatku terdiam. Seakan-akan menerima hal itu, aku mencoba untuk menahan lidahku dan memasang telingaku baik-baik untuk mendengar apa yang akan dia katakan.
"Jadi, aku mulai lelah dengan pulang ke rumah dan selalu menghadapi kondisi seperti itu. Lalu aku kabur dari rumah selama lima hari. Waktu itu, yang menjemputku bukanlah orangtuaku, tapi Onii-chan. Setelah itu, Onii-chan selalu pulang lebih awal dariku dan menungguku di rumah. Jadi aku sangat berterimakasih kepada Onii-chan untuk apa yang dilakukannya itu."
Kakak terbaik di dunia yep, itu memang diriku. Cerita yang hangat tadi (dimana aku sendiri tidak ingat sama sekali) sudah cukup untuk membuatku mengeluarkan air mata. Sebenarnya, dulu aku tidak ada niatan untuk menemani Komachi atau sejenisnya; Aku pulang lebih dulu ke rumah karena aku tidak punya teman bermain dan ingin melihat anime yang biasa mengudara jam 6 sore di TV Tokyo.
Kawasaki lalu menatapku dengan ekspresi penuh hormat, sementara Yuigahama seperti hendak menangis saja mendengarnya. Hanya Yukinoshita saja yang tampak memiringkan kepalanya.
"Alasan Hikigaya-kun pulang lebih dulu karena dia tidak punya satupun teman waktu itu, benar tidak?"
"Hei, kau tahu dari mana soal itu? Apa kamu ini Yukipedia atau sejenisnya?"
"Well, yeah, aku sendiri tahu soal itu," Komachi mengakui itu dengan santainya,"Tapi aku tetap mengatakannya seperti itu agar 'Komachi Poin' milikku bertambah."
Itu membuat Yuigahama berkomentar. "Kau benar-benar adik dari Hikki,"
"Hei, apa maksudmu?" Apa dia hendak mengatakan kalau aku juga sama manisnya dengan adikku? Kalau benar begitu, aku setuju-setuju saja.
"Jadi, apa yang hendak kau katakan?" Kawasaki seperti mulai jengkel dibuatnya.
Jujur saja, tubuhku mulai berkeringat dingin, tapi Komachi melihat Kawasaki langsung ke kedua matanya dengan senyum yang ceria.
"Meskipun kakakku itu tidak berguna, dia setidaknya tidak akan melakukan sesuatu yang akan membuatku khawatir itulah yang kupahami selama ini. Bahkan hal-hal kecil yang dia lakukan benar-benar untuk membantuku dan membuatku merasa bahagia." dia lalu menyeringai. " Oh, tampaknya itu baru saja membuat poin Komachi bertambah!"
"Jangan menambahkan kalimat yang tidak penting di akhir penjelasanmu."
"Mustahil itu! Jelas-jelas kau berusaha menyembunyikan rasa malumu! Oh, itu juga baru saja membuat Poin Komachi bertambah lagi!"
"Sudah diam."
Ya ampun, karena aku berhubungan dengan orang yang mengatakan sesuatu yang idiot, ceroboh, tidak heran aku mudah sekali diperdaya oleh makhluk yang bernama wanita. Ketika aku berusaha menjelaskan kalau sikapnya ini sangat mengganggu, Komachi kesal dan komplain. Ketika aku tetap ngotot, dia lalu mengatakan sesuatu ke Kawasaki.
"Jadi pada dasarnya, seperti bagaimana dirimu tidak ingin membebani keluargamu, Saki-san, Taishi-kun juga tidak ingin memberimu masalah, begitulah? Kurasa, sebagai adik, aku akan merasa bahagia jika kakakku bisa memahami poin itu."
Tidak ada respon.
Kawasaki hanya terdiam. Di saat yang bersamaan, akupun juga begitu.
...Sial, aku tidak tahu bagaimana memecahkan kesunyian ini. Aku sendiri tidak menduga kalau Komachi akan berpikir seperti itu terhadapku. Aku jelas-jelas tidak pernah menyadarinya karena aku sendiri tidak pernah memberinya masalah.
"...Well, kurasa sejenis itu," Taishi menambahkan. Dia memalingkan wajahnya yang terlihat memerah.
Kawasaki lalu membelai rambut Taishi dengan perlahan. Ekspresinya yang sebelumnya hilang entah kemana, dia lalu tersenyum dengan lembut.
Meski begitu, masalahnya belum selesai. Satu-satunya hal yang didapat oleh mereka adalah bagaimana membuka komunikasi kembali diantara keduanya. Mendapatkan kepuasan emosional bukan berarti semuanya akan terlihat baik-baik saja. Itu tidak bisa menyelesaikan masalah. Pada akhirnya, uang dan materi merupakan hal dasar yang tidak bisa dipisahkan.
Uang merupakan masalah serius bagi siswa SMA. Uang yang kau dapatkan dari bekerja paruh waktu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan berbagai hal di dunia ini. Kau akan depresi jika kau mengkalkulasi berapa jam kau harus bekerja untuk mendapatkan jutaan Yen untuk membayar biaya kuliahmu.
Memberinya satu atau dua juta Yen akan membuat kita terasa keren, tapi sayangnya kita tidak punya uang itu dan bertentangan dengan prinsip Klub Relawan. Seperti kata Yukinoshita waktu itu...
Berikan pria itu ikan, maka kau memberinya makan untuk sehari; mengajari pria itu untuk mendapatkan ikan, maka kau sudah memberinya makan untuk seumur hidup.
Dengan pikiran itu, aku berikan salah satu strategiku yang hendak kuterapkan di masa depan untuk 'kaya dengan cepat'.
"Kawasaki. Kau tahu soal beasiswa?"
"Taishi...Apa yang kau lakukan di jam seperti ini?" Kawasaki menatap ke arah Taishi dengan eskpresi terkejut bercampur marah.
Tapi Taishi tampak tidak terpengaruh.
"Akulah yang harusnya bertanya seperti itu, Nee-chan. Apa yang kau lakukan di jam seperti ini?"
"Itu bukanlah urusanmu..." Kawasaki mencoba mengalihkan topiknya.
Mungkin jawaban seperti itu bisa diterima oleh orang lain, tapi tidak bagi Taishi, yang merupakan keluarganya. Sampai saat ini, percakapan antara Kawasaki dan Taishi selalu berakhir dengan Kawasaki berhasil kabur dari percakapan itu. Dia hanya menjawab dengan singkat dan pergi. Dia melakukan apa saja yang dia suka.
Tapi saat ini, dia tidak bisa melakukan itu. Kami mengelilinginya, mencegahnya untuk kabur
"Jelas saja urusanku," Taishi terus memaksa. "Aku ini adikmu..."
"...Kan sudah kuberitahu, kau tidak perlu tahu soal ini," jawab Kasawaki, suaranya melemah. Meski begitu, dia tetap tidak mau berbicara lebih jauh.
Alasan mengapa dia tidak mau menceritakannya karena dia pikir kalau Taishi harusnya tidak tahu soal ini, begitulah kesimpulanku.
"Kawasaki, biar kutebak mengapa kau bekerja dan mengapa kau butuh uang," kataku, membuat Kawasaki menatapku. Yuigahama dan Yukinoshita juga menatapku dengan penasaran.
Alasan mengapa Kawasaki bekerja paruh waktu: pastinya hanya dia yang tahu persis apa itu. Tapi kalau kau pikir baik-baik, sebenarnya ada petunjuk disana.
Kawasaki menjadi nakal ketika menginjak kelas 2 SMA, itu menurut Kawasaki Taishi. Kau bisa katakan kalau itu dari sudut pandang Kawasaki Taishi. Tapi bagaimana dengan sudut pandang Kawasaki Saki? Belum tentu begitu.
Dari sudut pandang Kawasaki Saki, dia mulai bekerja paruh waktu ketika Kawasaki Saki masuk kelas 3 SMP. Dengan begitu, alasannya pasti ada di kejadian yang terjadi di rentang waktu tersebut.
"Taishi, apa ada yang berubah ketika kau masuk kelas 3 SMP?"
"Err, uhh...Kalau tidak salah aku mulai ikut bimbingan belajar?" Taishi berusaha mengingat-ingat sesuatu di kepalanya, tapi tampaknya hanya itu saja yang dia ingat. Seperti sudah tahu apa yang akan kukatakan selanjutnya, Kawasaki seperti mulai menggigit bibirnya sendiri, frustasi akan sesuatu.
"Ah, aku paham! Dia bekerja untuk membayar biaya bimbingan belajar adiknya
"Bukan.Biaya bimbingan belajar harus sudah dibayar sebelum bimbingan belajar dimulai, yaitu awal bulan April. Itu artinya, keluarga Kawasaki pasti membayar bimbingan bulan April itu jauh hari sebelumnya. Dengan kata lain, kau bisa katakan kalau bimbingan belajar Kawasaki Taishi tidak ada hubungannya dengan ini."
"Begitu ya, tampaknya aku mulai paham." Yukinoshita lalu menatap Kawasaki seperti memahami sesuatu dan memasang ekspresi simpati. Lalu, Yukinoshita menambahkan.
"Kalau begitu, berarti uangnya digunakan untuk membiayai sesuatu yang akan datang."
Tepat sekali. SMA Sobu memang didesain untuk menyiapkan siswanya menuju jenjang universitas. Mayoritas siswa memang ingin kuliah setelah lulus. Hasilnya, mereka mulai mempersiapkan itu baik-baik ketika menginjak kelas 2 SMA, tidak lupa juga ada orang-orang yang serius dengan mengikuti bimbingan belajar musim panas.
Dan ketika kau ingin kuliah, maka kau butuh uang di setiap detailnya.
"Seperti kata Taishi sebelumnya. Nee-channya dulu adalah gadis yang pandai dan ramah. Sebenarnya, dia masih seperti itu saat ini." aku menutup kesimpulanku.
Kawasaki merendahkan bahunya ketika mendengar kesimpulanku.
"Nee-chan...Kucoba untuk membatalkan bimbingan belajarku, mungkin..."
"...Karena itulah kubilang kalau kau tidak perlu tahu." Kawasaki memukul kepala adiknya dengan lembut.
Aww, tampaknya ini adalah akhir yang hangat dari seluruh drama ini. Maksudku, ini bagus bagi mereka. Dan mereka hidup bahagia selamanya. Atau begitu pikirku, tapi Kawasaki mengatakan sesuatu.
"Meski begitu, aku tidak bisa berhenti dari pekerjaanku. Aku berniat kuliah nantinya. Aku tidak ingin membuat orangtuaku memiliki masalah soal itu, Taishi." Kawasaki mengatakan itu dengan tajam.
Dia jelas-jelas mengambil keputusan sepihak, dan cakar besinya itu kembali membuat Taishi terdiam.
"Um, bolehkah aku mengatakan sesuatu?" sebuah suara yang lembut memecah kesunyian ini.
Ternyata itu Komachi. Kawasaki lalu menatapnya dengan penasaran. "Apa?" dia seperti hendak mengatakan itu dengan ekspresinya.
Tapi Komachi bisa membalikkan kemarahannya itu dengan senyuman.
"Oke, jadi begini. Kedua orangtua kami ini sehari-harinya sibuk bekerja, dan karena itu, ketika aku pulang ke rumah, tidak ada orang di rumah. Ketika aku memberikan salam, tidak ada seorangpun yang menyambutku."
"Umm, kalau ada yang menyapa balik kepadamu ketika tidak ada orang di rumah, itu akan sangat menakutkan," aku mencoba menambahkan. "Ada apa dengan topik ini?"
"Oh, benar. Onii-chan, tolong jangan banyak bacot dulu."
Dia tiba-tiba membuatku terdiam. Seakan-akan menerima hal itu, aku mencoba untuk menahan lidahku dan memasang telingaku baik-baik untuk mendengar apa yang akan dia katakan.
"Jadi, aku mulai lelah dengan pulang ke rumah dan selalu menghadapi kondisi seperti itu. Lalu aku kabur dari rumah selama lima hari. Waktu itu, yang menjemputku bukanlah orangtuaku, tapi Onii-chan. Setelah itu, Onii-chan selalu pulang lebih awal dariku dan menungguku di rumah. Jadi aku sangat berterimakasih kepada Onii-chan untuk apa yang dilakukannya itu."
Kakak terbaik di dunia
Kawasaki lalu menatapku dengan ekspresi penuh hormat, sementara Yuigahama seperti hendak menangis saja mendengarnya. Hanya Yukinoshita saja yang tampak memiringkan kepalanya.
"Alasan Hikigaya-kun pulang lebih dulu karena dia tidak punya satupun teman waktu itu, benar tidak?"
"Hei, kau tahu dari mana soal itu? Apa kamu ini Yukipedia atau sejenisnya?"
"Well, yeah, aku sendiri tahu soal itu," Komachi mengakui itu dengan santainya,"Tapi aku tetap mengatakannya seperti itu agar 'Komachi Poin' milikku bertambah."
Itu membuat Yuigahama berkomentar. "Kau benar-benar adik dari Hikki,"
"Hei, apa maksudmu?" Apa dia hendak mengatakan kalau aku juga sama manisnya dengan adikku? Kalau benar begitu, aku setuju-setuju saja.
"Jadi, apa yang hendak kau katakan?" Kawasaki seperti mulai jengkel dibuatnya.
Jujur saja, tubuhku mulai berkeringat dingin, tapi Komachi melihat Kawasaki langsung ke kedua matanya dengan senyum yang ceria.
"Meskipun kakakku itu tidak berguna, dia setidaknya tidak akan melakukan sesuatu yang akan membuatku khawatir
"Jangan menambahkan kalimat yang tidak penting di akhir penjelasanmu."
"Mustahil itu! Jelas-jelas kau berusaha menyembunyikan rasa malumu! Oh, itu juga baru saja membuat Poin Komachi bertambah lagi!"
"Sudah diam."
Ya ampun, karena aku berhubungan dengan orang yang mengatakan sesuatu yang idiot, ceroboh, tidak heran aku mudah sekali diperdaya oleh makhluk yang bernama wanita. Ketika aku berusaha menjelaskan kalau sikapnya ini sangat mengganggu, Komachi kesal dan komplain. Ketika aku tetap ngotot, dia lalu mengatakan sesuatu ke Kawasaki.
"Jadi pada dasarnya, seperti bagaimana dirimu tidak ingin membebani keluargamu, Saki-san, Taishi-kun juga tidak ingin memberimu masalah, begitulah? Kurasa, sebagai adik, aku akan merasa bahagia jika kakakku bisa memahami poin itu."
Tidak ada respon.
Kawasaki hanya terdiam. Di saat yang bersamaan, akupun juga begitu.
...Sial, aku tidak tahu bagaimana memecahkan kesunyian ini. Aku sendiri tidak menduga kalau Komachi akan berpikir seperti itu terhadapku. Aku jelas-jelas tidak pernah menyadarinya karena aku sendiri tidak pernah memberinya masalah.
"...Well, kurasa sejenis itu," Taishi menambahkan. Dia memalingkan wajahnya yang terlihat memerah.
Kawasaki lalu membelai rambut Taishi dengan perlahan. Ekspresinya yang sebelumnya hilang entah kemana, dia lalu tersenyum dengan lembut.
Meski begitu, masalahnya belum selesai. Satu-satunya hal yang didapat oleh mereka adalah bagaimana membuka komunikasi kembali diantara keduanya. Mendapatkan kepuasan emosional bukan berarti semuanya akan terlihat baik-baik saja. Itu tidak bisa menyelesaikan masalah. Pada akhirnya, uang dan materi merupakan hal dasar yang tidak bisa dipisahkan.
Uang merupakan masalah serius bagi siswa SMA. Uang yang kau dapatkan dari bekerja paruh waktu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan berbagai hal di dunia ini. Kau akan depresi jika kau mengkalkulasi berapa jam kau harus bekerja untuk mendapatkan jutaan Yen untuk membayar biaya kuliahmu.
Memberinya satu atau dua juta Yen akan membuat kita terasa keren, tapi sayangnya kita tidak punya uang itu dan bertentangan dengan prinsip Klub Relawan. Seperti kata Yukinoshita waktu itu...
Berikan pria itu ikan, maka kau memberinya makan untuk sehari; mengajari pria itu untuk mendapatkan ikan, maka kau sudah memberinya makan untuk seumur hidup.
Dengan pikiran itu, aku berikan salah satu strategiku yang hendak kuterapkan di masa depan untuk 'kaya dengan cepat'.
"Kawasaki. Kau tahu soal beasiswa?"
x Chapter IV Part 11 | END x
Sebenarnya, SMS instruksi itu jika dilihat baik-baik, tentunya relevan dengan posisi mereka saat ini. Mereka adalah member Klub Relawan. Mereka sedang mengerjakan pekerjaan mereka. Bahkan mereka menyamar untuk masuk ke Bar Angel. Dilihat dari berbagai aspek, situasi mereka berdua saat ini memang rekan kerja.
Tapi tampaknya Yui berharap SMS Hachiman berisi pujian akan penampilannya atau mengajaknya chatting...
...
Jika Yukino bisa tahu detail seperti Yui menerima SMS, dll, artinya mereka tidur satu ruangan. Jika Yui tidak tahu kalau Yukino menyukai Pan-san, kemungkinan besar Yukino waktu itu masih belum memiliki boneka Pan-san.
BTW, menyedihkan juga jika tahu boneka Pan-san yang diterimanya di kencan kelak adalah dari memenangkan (membeli) Mesin Crane.
...
Kadang saya masih penasaran darimana Yukino tahu persis julukan Hachiman ataupun yang terjadi di masa lalu. Misalnya soal bakteri Hiki, lalu disini soal Hachiman pulang lebih dulu karena tidak ada teman...Yukipedia?
...
Buat yang belum tahu, di vol 2 chapter 1, Hachiman punya rencana untuk kuliah dengan beasiswa, tapi mengaku ke orangtuanya kalau dia mahasiswa reguler. Jadi, uang dari orangtua akan masuk ke kantong pribadi.
Tapi jika melihat di masa depan dia akan kuliah bersama Yukino dan Komachi berencana untuk sering berkunjung, maka rencana ini bisa gagal. Yukino bisa saja bercerita ke Komachi kalau Hachiman adalah mahasiswa dengan status beasiswa.
...
One more
BalasHapus