x x x
Arlojiku menunjukkan jam 8.20 malam. Aku bersandar ke monumen di tempat pertemuan kami, depan Stasiun Kaihin-Makuhari. Di belakangku, ada Hotel Royal Okura, dimana lantai teratas dari Hotel tersebut memiliki sebuah bar yang bernama "Angel Ladder".
Ini adalah tempat terakhir di Kota Chiba dengan nama Angel yang buka sampai pagi. Bahkan papan nama bar tersebut ditulis dua kali, pertama dengan huruf alpabet, dan kedua dengan huruf Jepang.
Aku membetulkan lagi, jas yang terasa tidak familiar ini agar aku benar-benar terbiasa dengan ini. Ini adalah jas yang kupikir paling bagus dan kupinjam dari lemari pakaian Ayahku tanpa meminta ijinnya. Kebetulan jas tersebut pas dengan badanku karena kami berdua memiliki tinggi badan yang sama. Aku memakai celana jeans dan kemeja hitam dengan kerah model berdiri. Tidak lupa juga memakai sepatu kulit dengan model ujung sepatu yang meruncing.
Jujur saja, benda-benda semacam ini bukanlah sesuatu yang kupakai sehari-hari.
Serius ini, aku bahkan tidak betah memakai pakaian ini. Semua yang kupakai, kecuali celana jeans, adalah barang-barang milik ayahku. Rambutku bahkan memakai gel dan sejenisnya. Oke, sebenarnya ini merupakan rekomendasi Komachi. Ketika aku meminta tolong kepadanya untuk membantuku menyiapkan tampilan pakaian yang akan membuatku tampak dewasa, dia langsung mengobrak-abrik seisi rumah dalam misinya untuk menyelesaikan requestku.
"Karena mata Onii-chan sendiri sudah memberikan kesan sebagai seorang karyawan yang kelelahan, maka Onii-chan tinggal perlu mencari pakaian dan model rambut yang cocok untuk membuat Onii-chan terlihat dewasa,"
Begitulah katanya, dimana aku sendiri merasa tersinggung ketika mendengarnya. Memangnya mataku seburuk itu?
Orang pertama yang muncul di tempat yang kita sepakati ini adalah Totsuka Saika.
"Maaf, apa kau menunggu?"
"Nah, aku saja baru sampai disini," kataku.
Totsuka memakai pakaian sporty yang terlihat bagus jika dipakai pria ataupun wanita. Dia memakai celana cargo panjang dipadu dengan kaos ketat. Dia memakai topi rajutan dan terlihat ada sebuah headphones menggantung di lehernya. Setiap kali dia bergerak dengan sepatu basketnya, rantai dompetnya mulai mengeluarkan bunyi yang aneh.
Ini pertamakalinya aku melihat Totsuka dengan pakaian biasa kurasa wajar saja jika aku terus-terusan menatap ke arahnya saat ini. Ketika kulakukan, Totsuka memegangi topi rajutannya dan berusaha menutupi matanya karena malu.
"Oh, jangan menatapku seperti itu...A-Apa aku terlihat aneh?"
"Ti-Tidak sama sekali! Kau...Tampak cocok sekali."
Percakapan semacam ini mungkin lebih tepat jika dikatakan ketika sedang kencan. Tapi sayangnya, Totsuka dan diriku tidak dalam hubungan yang seperti itu.
Zaimokuza yang baru muncul juga tidak ada hubungan sama sekali denganku.
Oke, entah mengapa dia memakai pakaian biksu dan sebuah handuk melilit di atas kepalanya.
Ah sudahlah, lebih baik tidak kuhiraukan saja dia.
"Hmm. Harusnya disini tempat pertemuannya...Oooh! Bukankah itu Hachiman!?"
Ketika kau sedang jengkel dengan seseorang, kau seperti tidak tahan untuk segera memberikan komentarmu.
"Ada apa dengan pakaianmu itu? Kenapa kau melilitkan handuk di kepalamu? Apa kau ini koki restoran ramen?"
"Oho, untunglah. Bukankah kau sendiri yang bilang untuk berpakaian seperti orang dewasa? Karena itulah, aku memakai pakaian biksu ini dan melilitkan handuk di kepalaku agar terlihat seperti orang dewasa yang bekerja..."
...Ah, memang benar aku mengatakan itu. Sial, sekarang dia sudah berpakaian seperti itu dan tidak ada yang bisa kita lakukan lagi. Dia harusnya tidak berlebihan seperti ini, tapi...Ah sudahlah.
Tidak lama kemudian, aku melihat sosok Yuigahama. Dia lalu menoleh kesana-kemari dan mengambil HP-nya. Dia tidak sadar kalau aku ada di sampingnya?
"Yuigahama," akupun memanggilnya, dia tampak terkejut mendengarnya.
Dia lalu menoleh secara perlahan dengan ekspresi wajah ketakutan. Serius ini, bukankah dia awalnya melihat ke arah kami ketika datang kesini?
"Hi-Hikki?! Oh, benar Hikki. Aku tadi tidak mengenalimu...Pa-Pakaianmu tampak berbeda, huh?"
"Sudah, tidak usah banyak komentar. Dan juga jangan tertawa."
"A-Aku tidak tertawa! Aku hanya, seperti, terkejut melihatmu sangat berbeda dari kau yang biasanya...A-Apa Komachi-chan yang memilihkan pakaian itu untukmu?" Dia menatapku dari bawah sampai atas, lalu mengangguk secara perlahan.
"Yeah, lumayan juga tebakanmu."
"Seperti dugaanku..." Yuigahama tampaknya menemukan sesuatu. Tapi aku sendiri tidak tahu apa yang dia temukan.
Yuigahama memakai tank-top dengan bra-strap dari vinyl yang menyelimuti baju kanannya dan tampak tidak terlihat di bahu kirinya. Dia memakai kalung berbentuk hati, mungkin kalung favoritnya. Dia memakai jaket denim dengan lengan pendek.
Dia memakai hotpants dengan aksesoris kancing berwarna emas, dan dia memakai sepatu hak tinggi dengan motif tali sulur. Setiap kali dia berjalan, suara haknya terdengar jelas.
"Entah mengapa, kau tampak tidak terlihat dewasa bagiku..."
"Huh?! Bagian mananya?!" Yuigahama dengan panik melihat ke arah lengannya, lalu ke kakinya.
Kalau melihat dari aksesoris yang dipakainya, dia ini mirip tampilan mahasiswi, kurasa begitu...
Dengan begitu, maka sebentar lagi jumlah kita akan lengkap. Tepat ketika aku sedang memikirkan itu, aku mendengar sebuah suara dari belakangku.
"Maaf. Apakah aku terlambat?"
Gadis pemilik suara tersebut muncul dengan anggun dalam kegelapan malam, dia memakai gaun musim panas berwarna putih. Ketika kulihat bagian bawahnya, aku bisa melihat jelas garis-garis kakinya, terlihat luwes dibalik legging berwarna hitam. Sepatu kecil ber-hak rendah dan bermotif sederhana, terasa pas di kakinya seperti sebuah sarung tangan. Aku sendiri serasa ingin memujinya. Ketika dia mengangkat tangannya untuk melihat waktu, arloji kecil berwarna pink tersebut membuat kulitnya yang berwarna putih terlihat dengan sangat jelas, dia terlihat sangat manis sekali. Aku bisa tahu kalau gelang yang menghiasi pergelangan tangannya yang kurus dan lembut itu terbuat dari perak.
"Kurasa, aku tepat waktu."
Yukinoshita Yukino mengatakan itu seperti menebarkan aura bunga alpine yang mekar di malam hari.
"Be-Benar..." Aku tidak bisa mengatakan apapun lagi.
Ini mengingatkanku kembali tentang bagaimana diriku terbuai oleh penampilannya pada pertemuan pertama kami di Klub Relawan.
Andai saja, sifatnya itu seperti penampilannya...
"Apa kau ini Hantu dari Mottainai yang suka menakut-nakuti anak kecil untuk memakan sayuran?"
"Jangan konyol. Hantu Mottanai itu tidak ada," Yukinoshita langsung menyangkalku dan melihat ke arah kami semua.
Dia mengatakan "Hmm..." lalu mulai menunjuk ke arah Zaimokuza.
"Pakaianmu itu salah."
"Huh?"
"Lalu yang ini juga salah."
"...Eh?"
"Ini juga salah."
"Apa?"
"Pakaian kalian bertiga salah semua."
"Hei..."
Entah mengapa dia tiba-tiba memberikan penilaian terhadap penampilan kami. Dan entah mengapa, dia tidak komplain terhadap pakaianku...
"Bukannya sudah kuberitahu sebelumnya untuk memakai pakaian formal?"
"Kupikir kau meminta kami berpakaian seperti orang dewasa?"
"Tempat dimana kita pergi, adalah tempat dimana tidak akan ada orang-orang yang berpakaian seperti kalian. Para prianya memakai dasi dan sangat wajar melihat mereka memakai jas."
"Be-Begitu ya ternyata...?" tanya Totsuka.
Yukinoshita mengangguk.
"Semua Hotel dan Restoran yang berkelas seperti itu. Mungkin ada bagusnya jika ini dijadikan pengalaman bagi kalian."
"Kau mengatakan itu semua seperti kau ini sangat ahli dalam bidang ini."
Itu adalah sesuatu yang tidak akan diketahui oleh siswa SMA pada umumnya, kujamin itu. Siswa SMA biasanya hanya kenal restoran seperti Bamiyan dan Saize. Restoran paling elit yang bisa dikunjungi mungkin Royal Host.
Ngomong-ngomong, hanya diriku yang memakai jas disini. Totsuka memakai pakaian biasa, sedang Zaimokuza mirip koki restoran ramen.
"A-Apa pakaianku seburuk itu?" tanya Yuigahama.
Untuk sejenak, Yukinoshita terdiam.
"Kalau kau masuk kesana sebagai mahasiswi, maka tampilanmu tidak terlalu buruk...Tapi jika kau terlihat masuk bersama Hikigaya-kun, maka kau harusnya berpakaian yang lebih formal lagi."
Aku lalu merapikan kerah kemejaku untuk menunjukkan rasa puasku karena eksistensiku diakui olehnya, tapi Yukinoshita malah menyindirku.
"Pakaianmu mungkin membuatmu terlihat seperti pria baik-baik, tapi matamu itu berkata lain."
...Apakah mataku seburuk itu?
"Aku lebih memilih untuk tidak kembali lagi setelah ditolak masuk hanya karena dress-code. Jadi, kurasa kau mungkin bisa meminjam pakaian di rumahku, Yuigahama-san."
"Whoa, kau memperbolehkanku datang ke rumahmu?! Aku mau, aku mau! Oh, tapi apakah tidak merepotkan orang lain jika datang ke rumahmu jam segini?" tanya Yuigahama.
"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Aku tinggal sendirian."
"Apa kau ini wanita yang mandiri?!" Yuigahama mengedipkan matanya berkali-kali karena terkejut.
Aku tidak tahu atas dasar apa asumsinya itu. Apa dia pikir semua orang yang hidup sendirian adalah wanita mandiri? Tapi kalau membahas Yukinoshita, aku setuju. Masakannya memang super enak dan itu membuatku berpikir kalau dia memang mungkin tinggal sendirian.
"Kalau begitu, ayo kita pergi? Letaknya di sebelah sana." Yukinoshita menunjuk ke arah langit di belakangnya.
Di arah yang ditunjuk tersebut terdapat kompleks apartemen elit. Aku sebenarnya tidak sering menonton TV, tapi kalau tidak salah kompleks apartemen ini sering dijadikan tempat shooting sinetron atau iklan. Sekedar info saja, Kaihin-Makuhari memang sering dijadikan tempat shooting.
Yukinoshita lalu melihat ke atas, ke sebuah apartemen tertinggi di kompleks tersebut, apartemen pencakar langit. Menarik sekali, ternyata Yukinoshita tinggal di salah satu lantai teratas. Whoa. Whoa. Jadi disitu-kah tempat kaum elit tinggal...
Entah mengapa, aku sendiri ragu apakah ada keluarga dari kaum elit tersebut yang membiarkan putri mereka yang masih SMA tinggal sendirian...
"Totsuka-kun," katanya, "Maaf sudah mengatakan itu meski kau sudah bersusah payah datang kesini..."
"Tidak juga, aku sendiri tidak masalah. Sangat menyenangkan melihat kalian semua tidak memakai seragam yang biasanya," Totsuka mengatakan itu sambil tersenyum.
Dirinya yang manis itu hampir membuatku langsung ingin pulang saja ke rumah. Aku tidak ingin melihatnya pergi begitu saja.
"Oke, begini saja. Sementara menunggu Yuigahama berganti pakaian, kami bertiga akan pergi mencari makan. Hubungi aku jika kalian selesai."
"Oke, tentu saja!"
Setelah kedua gadis tersebut pergi, kami bertiga hanya diam saja, mendengarkan teriakan lapar dari perut kami.
"Jadi, apa yang akan kita makan?" Zaimokuza mengatakan itu sambil menggosok-gosok perutnya.
Totsuka dan diriku hanya bisa menatap satu sama lain.
"Ramen," kami mengatakannya secara bersamaan.
...
Hachiman gengsi untuk memuji Yukino, padahal monolognya benar-benar mengagumi penampilannya. Akhirnya, menyindirnya dengan menyebutnya hantu.
...
Sebenarnya dasar asumsi Hachiman tentang bisa memasak enak berarti tinggal sendirian juga tidak ada dasarnya. Mungkinkah Hachiman hanya ingin memuaskan diri dengan berharap Yukino tinggal sendirian?
Yuigahama memakai tank-top dengan bra-strap dari vinyl yang menyelimuti baju kanannya dan tampak tidak terlihat di bahu kirinya. Dia memakai kalung berbentuk hati, mungkin kalung favoritnya. Dia memakai jaket denim dengan lengan pendek.
Dia memakai hotpants dengan aksesoris kancing berwarna emas, dan dia memakai sepatu hak tinggi dengan motif tali sulur. Setiap kali dia berjalan, suara haknya terdengar jelas.
"Entah mengapa, kau tampak tidak terlihat dewasa bagiku..."
"Huh?! Bagian mananya?!" Yuigahama dengan panik melihat ke arah lengannya, lalu ke kakinya.
Kalau melihat dari aksesoris yang dipakainya, dia ini mirip tampilan mahasiswi, kurasa begitu...
Dengan begitu, maka sebentar lagi jumlah kita akan lengkap. Tepat ketika aku sedang memikirkan itu, aku mendengar sebuah suara dari belakangku.
"Maaf. Apakah aku terlambat?"
Gadis pemilik suara tersebut muncul dengan anggun dalam kegelapan malam, dia memakai gaun musim panas berwarna putih. Ketika kulihat bagian bawahnya, aku bisa melihat jelas garis-garis kakinya, terlihat luwes dibalik legging berwarna hitam. Sepatu kecil ber-hak rendah dan bermotif sederhana, terasa pas di kakinya seperti sebuah sarung tangan. Aku sendiri serasa ingin memujinya. Ketika dia mengangkat tangannya untuk melihat waktu, arloji kecil berwarna pink tersebut membuat kulitnya yang berwarna putih terlihat dengan sangat jelas, dia terlihat sangat manis sekali. Aku bisa tahu kalau gelang yang menghiasi pergelangan tangannya yang kurus dan lembut itu terbuat dari perak.
"Kurasa, aku tepat waktu."
Yukinoshita Yukino mengatakan itu seperti menebarkan aura bunga alpine yang mekar di malam hari.
"Be-Benar..." Aku tidak bisa mengatakan apapun lagi.
Ini mengingatkanku kembali tentang bagaimana diriku terbuai oleh penampilannya pada pertemuan pertama kami di Klub Relawan.
Andai saja, sifatnya itu seperti penampilannya...
"Apa kau ini Hantu dari Mottainai yang suka menakut-nakuti anak kecil untuk memakan sayuran?"
"Jangan konyol. Hantu Mottanai itu tidak ada," Yukinoshita langsung menyangkalku dan melihat ke arah kami semua.
Dia mengatakan "Hmm..." lalu mulai menunjuk ke arah Zaimokuza.
"Pakaianmu itu salah."
"Huh?"
"Lalu yang ini juga salah."
"...Eh?"
"Ini juga salah."
"Apa?"
"Pakaian kalian bertiga salah semua."
"Hei..."
Entah mengapa dia tiba-tiba memberikan penilaian terhadap penampilan kami. Dan entah mengapa, dia tidak komplain terhadap pakaianku...
"Bukannya sudah kuberitahu sebelumnya untuk memakai pakaian formal?"
"Kupikir kau meminta kami berpakaian seperti orang dewasa?"
"Tempat dimana kita pergi, adalah tempat dimana tidak akan ada orang-orang yang berpakaian seperti kalian. Para prianya memakai dasi dan sangat wajar melihat mereka memakai jas."
"Be-Begitu ya ternyata...?" tanya Totsuka.
Yukinoshita mengangguk.
"Semua Hotel dan Restoran yang berkelas seperti itu. Mungkin ada bagusnya jika ini dijadikan pengalaman bagi kalian."
"Kau mengatakan itu semua seperti kau ini sangat ahli dalam bidang ini."
Itu adalah sesuatu yang tidak akan diketahui oleh siswa SMA pada umumnya, kujamin itu. Siswa SMA biasanya hanya kenal restoran seperti Bamiyan dan Saize. Restoran paling elit yang bisa dikunjungi mungkin Royal Host.
Ngomong-ngomong, hanya diriku yang memakai jas disini. Totsuka memakai pakaian biasa, sedang Zaimokuza mirip koki restoran ramen.
"A-Apa pakaianku seburuk itu?" tanya Yuigahama.
Untuk sejenak, Yukinoshita terdiam.
"Kalau kau masuk kesana sebagai mahasiswi, maka tampilanmu tidak terlalu buruk...Tapi jika kau terlihat masuk bersama Hikigaya-kun, maka kau harusnya berpakaian yang lebih formal lagi."
Aku lalu merapikan kerah kemejaku untuk menunjukkan rasa puasku karena eksistensiku diakui olehnya, tapi Yukinoshita malah menyindirku.
"Pakaianmu mungkin membuatmu terlihat seperti pria baik-baik, tapi matamu itu berkata lain."
...Apakah mataku seburuk itu?
"Aku lebih memilih untuk tidak kembali lagi setelah ditolak masuk hanya karena dress-code. Jadi, kurasa kau mungkin bisa meminjam pakaian di rumahku, Yuigahama-san."
"Whoa, kau memperbolehkanku datang ke rumahmu?! Aku mau, aku mau! Oh, tapi apakah tidak merepotkan orang lain jika datang ke rumahmu jam segini?" tanya Yuigahama.
"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Aku tinggal sendirian."
"Apa kau ini wanita yang mandiri?!" Yuigahama mengedipkan matanya berkali-kali karena terkejut.
Aku tidak tahu atas dasar apa asumsinya itu. Apa dia pikir semua orang yang hidup sendirian adalah wanita mandiri? Tapi kalau membahas Yukinoshita, aku setuju. Masakannya memang super enak dan itu membuatku berpikir kalau dia memang mungkin tinggal sendirian.
"Kalau begitu, ayo kita pergi? Letaknya di sebelah sana." Yukinoshita menunjuk ke arah langit di belakangnya.
Di arah yang ditunjuk tersebut terdapat kompleks apartemen elit. Aku sebenarnya tidak sering menonton TV, tapi kalau tidak salah kompleks apartemen ini sering dijadikan tempat shooting sinetron atau iklan. Sekedar info saja, Kaihin-Makuhari memang sering dijadikan tempat shooting.
Yukinoshita lalu melihat ke atas, ke sebuah apartemen tertinggi di kompleks tersebut, apartemen pencakar langit. Menarik sekali, ternyata Yukinoshita tinggal di salah satu lantai teratas. Whoa. Whoa. Jadi disitu-kah tempat kaum elit tinggal...
Entah mengapa, aku sendiri ragu apakah ada keluarga dari kaum elit tersebut yang membiarkan putri mereka yang masih SMA tinggal sendirian...
"Totsuka-kun," katanya, "Maaf sudah mengatakan itu meski kau sudah bersusah payah datang kesini..."
"Tidak juga, aku sendiri tidak masalah. Sangat menyenangkan melihat kalian semua tidak memakai seragam yang biasanya," Totsuka mengatakan itu sambil tersenyum.
Dirinya yang manis itu hampir membuatku langsung ingin pulang saja ke rumah. Aku tidak ingin melihatnya pergi begitu saja.
"Oke, begini saja. Sementara menunggu Yuigahama berganti pakaian, kami bertiga akan pergi mencari makan. Hubungi aku jika kalian selesai."
"Oke, tentu saja!"
Setelah kedua gadis tersebut pergi, kami bertiga hanya diam saja, mendengarkan teriakan lapar dari perut kami.
"Jadi, apa yang akan kita makan?" Zaimokuza mengatakan itu sambil menggosok-gosok perutnya.
Totsuka dan diriku hanya bisa menatap satu sama lain.
"Ramen," kami mengatakannya secara bersamaan.
x Chapter IV Part 9 | END x
Sepatu model runcing bagi pria, biasanya melambangkan simbol kejantanan, macho, maskulin. Mungkin bagus jika teman anda atau pasangan kencan anda bukan orang dengan intelijensi tinggi. Namun jika teman kencan anda, misalnya, gadis cerdas, anda lebih baik tidak memakai itu, pakai sepatu yang biasa, dan jangan menjadi sesuatu yang bukan diri anda. Memakai sepatu model itu bisa juga diartikan anda sedang kurang percaya diri. Jangan tanya tips kencan ini dapat dari mana.
Sebenarnya, tidak ada aturan tertulis kalau harus pakai jas. Umumnya hanyalah pria tidak memakai celana pendek, sandal, kaos, dll. Tapi jika anda tidak pakai jas atau penampilan terlihat janggal, anda akan diawasi security. Kebanyakan, aturan memakai jas atau dasi diterapkan di Hotel dan Restoran bintang 5, juga beberapa restoran elit. Well, memang untuk amannya, pria harusnya memakai jas dan kemeja. Ini dari pengalaman pribadi. Eh...Admin sering mampir tempat gituan? Tentu saja sering, bahkan setiap hari! Karena saya security-nya...(peace - hanya becanda)
Sekalian tips kencan buat pembaca, jika anda diarahkan menuju meja kosong oleh pelayan, lihat lokasinya. Jika berada di dekat jendela, pintu masuk, berarti anda dianggap tamvan. Kalau anda diberi meja pojokan atau di belakang, berarti anda...Ini pengalaman pribadi juga, sering diberi meja belakang...
...
Pakaian Zaimokuza...WHAT THE FVCK!
...
Hachiman benar-benar menyukai selera berpakaian Yukino.
Pengandaian Hachiman tentang sifat Yukino...Benar-benar terjadi di volume-volume berikutnya.
Kadang saya berpendapat, di titik ini...Hachiman berpikir kalau dia benar-benar menyukai Yukino seandainya sifat Yukino ini manis seperti caranya berpakaian. Sebenarnya, ini benar adanya...
...
Mari kita berpikir cerdas.
Jika kita bicara efisiensi, maka tinggal memulangkan Totsuka, Zaimokuza, dan Yui. Lalu Yukino dan Hachiman yang melakukan penyelidikan ke dalam. Tapi, Yukino memilih untuk mengajak Yui, dengan meminjaminya baju. Artinya, Yukino-lah yang memutuskan kalau mereka akan masuk bertiga, dari yang harusnya bisa berdua.
Disini, Yukino masih belum bisa benar-benar percaya dan nyaman bersama Hachiman. Tentunya, karena Yukino memang sejak awal tidak mencintai Hachiman. Volume 1-11 adalah prosesnya. Berbeda dengan Yui yang menyukai Hachiman sejak awal.
Turning point Yukino ke Hachiman baru terjadi di volume 3 chapter 4, adegan mesin Crane untuk memperoleh (membeli) Pan-san.
...
Pertanyaan Hachiman mengenai misteri keluarga elit membiarkan putrinya yang masih SMA tinggal sendirian akan terjawab di vol 3 chapter 4.
...
Kemungkinan besar Watari hanya meminjam nama besar dan level hotel, tapi tidak lokasinya. Hotel Okura di Chiba itu tidak terletak di Kaihin-Makuhari, tapi di dekat Disney Land. Hotel Okura sendiri memang hotel bintang 5, tidak heran Yukino meminta para pria memakai jas dan wanitanya memakai gaun.
...
Hachiman gengsi untuk memuji Yukino, padahal monolognya benar-benar mengagumi penampilannya. Akhirnya, menyindirnya dengan menyebutnya hantu.
...
Sebenarnya dasar asumsi Hachiman tentang bisa memasak enak berarti tinggal sendirian juga tidak ada dasarnya. Mungkinkah Hachiman hanya ingin memuaskan diri dengan berharap Yukino tinggal sendirian?
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusDi animenya gwe kgk tau klo totsuka sama zaimokuza jga datang
BalasHapuskayaknya sengaja biar nggak capek2 animatornya ngegambar, lagian mereka nggak terlalu berperan di sini
HapusTranslate abang memang yang terbaik...
BalasHapus