Minggu, 16 Juli 2017

[ TRANSLATE ] Biblia Vol 3 Chapter 1 : Young, Robert F. Gadis Dandelion. Shueisha Bunko. (7/7)






Setelah jam makan siang esok harinya, Takino datang ke Toko Biblia. Dia berjalan menuju meja kasir dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam kantong mantel duffelnya.

"Tempat ini selalu dingin seperti biasanya, huh."

Dari yang seharusnya menyapaku, dia malah berkomentar tentang suhu ruangannya.

"Itu karena angin dingin yang masuk gara-gara pintu yang dibuka...Ada perlu apa kesini?"

"Shinokawa menelponku kemarin. Dia bilang hendak membicarakan sesuatu yang penting tentang kasus Buku Gadis Dandelion. Dia sendiri dimana?"

"Dia masih makan siang di dalam."

Shioriko tampak tidak berbeda pagi ini; sepertinya efek alkohol semalam tidak berpengaruh kepadanya. Kalau mengingat bagaimana dia mengatakan sesuatunya dengan nada serius semalam, dia berpikir kalau pelakunya akan datang ke toko.

Hmm?

Kulihat wajah Takino. Mungkinkah dia ini si...Ah mustahil, itu konyol sekali. Aku terlalu banyak berpikir yang tidak-tidak.

"Aku bisa ke dalam dan memanggilnya kesini kalau kau mau."

Pintu ruang utama terbuka dan Shioriko sudah kembali dari rumah.

"Ah, Renjou...Terimakasih sudah repot-repot datang kesini."

Dia merendahkan kepalanya.

"Libur sehari dari pekerjaan toko kurasa tidak masalah...Memangnya mau membicarakan hal penting apa?"

"Kurang lebih, aku mulai paham tentang apa yang terjadi dengan buku Gadis Dandelion...Tapi kira-kira bisa tidak jika kau membantuku untuk menyerahkan penyelesaian masalah yang selanjutnya ke Toko Hitori?"

Jadi begitu ya. Memang lebih cepat jika si korban, Inoue, dihadirkan disini, tapi Shioriko merasa kurang nyaman dengannya. Karena itulah dia menginginkan Takino bertindak sebagai mediator.

"Memangnya kau sudah tahu siapa pelakunya?"

"Ya..."

"Begitu ya...Baiklah. Akan kuberitahu Inoue setelah ini."

Takino mengangguk dan Shioriko kini pura-pura batuk untuk membersihkan tenggorokannya.

Mustahil Takino pelakunya jika dia memintanya menjadi mediator. Jadi, siapa pelakunya?

"Ketika aku dengar tentang insiden itu, ada satu hal yang sangat aneh. Kenapa hanya buku Gadis Dandelion yang dicuri?"

"Mungkin buku itu berharga sangat mahal?" kataku.

"Banyak buku yang lebih mahal dari itu di tumpukan tersebut. Meski begitu, si pelaku tidak mempedulikan yang lain dan hanya mengambil buku Gadis Dandelion. Itulah yang membuatku berpikir kalau pelakunya adalah orang yang hanya menginginkan buku dengan spesifikasi tertentu. Dari situ, aku mulai menyusun hipotesis tentang pelakunya."

"Apa kau berpikir kalau pelakunya itu member perkumpulan?" tanya Takino.

Shioriko menggelengkan kepalanya.

"Tidak harus orang dari perkumpulan untuk menjadi pelakunya."

"Hmm? Orang luar kah?"

"Kujelaskan alasanku nanti, tapi benar, itulah yang kupercayai. Orang yang mencuri Gadis Dandelion adalah orang diluar perkumpulan."

"Tunggu dulu, orang luar dilarang masuk ke pameran, dan siapapun yang masuk harus memakai plat nama. Pasti ada orang yang tahu kalau ada orang luar masuk ke dalam. Kita semua tahu siapa-siapanya dan dari toko mana."

"Itu bukan berarti tidak ada celah. Setidaknya ada satu pegawai toko yang nama dan wajahnya tidak dikenal. Kurasa si pelaku mencoba meniru orang itu."

"Lalu siapa yang ditiru?" tanyaku.

Shioriko mulai melihat ke arahku. Aku hanya menoleh ke kanan dan ke kiri sebelum sadar apa maksudnya.

"Maksudmu...Aku yang ditiru?"

"Benar. Si Pelaku mengambil satu plat nama toko kita dan menyusup ke dalam. Pelaku dengan mudahnya bilang kalau dia bekerja di Biblia agar yang lainnya tidak curiga...Meski begitu, tidak ada yang curiga sama sekali."

"Tapi, setidaknya ada orang yang ingat wajah si pelaku, benar tidak?" Takino masih belum puas dengan penjelasannya.

"Benar, dan disitulah yang akan kita bahas. Daisuke, apa kau ingat waktu kau bertemu Hitori di dekat pintu masuk pameran?"

Mungkin tidak tepat kalau disebut "bertemu" karena dia tidak mempedulikanku   tidak, dia mengatakan satu hal kepadaku.

"Apa momen dimana aku mencoba menaruh pin nama tapi tidak bisa, dan dia bilang kepadaku kalau pinnya rusak...?"

"Tepat sekali. Kupikir aneh sekali kejadian itu. Kenapa Hitori tahu kalau salah satu pin nama kami rusak? Bahkan aku sebagai pemilik toko dari pin nama tersebut tidak tahu soal itu."

Kalau dipikir-pikir lagi, seluruh pin nama dibariskan rapi di rak. Mustahil dia punya waktu untuk memeriksa satu-persatu sisi belakang dari seluruh pin yang ada disana.

"Dia sering berada di area merokok waktu itu. Mungkinkah dia melihat seseorang yang hendak masuk ke pameran dan kebingungan waktu mencari-cari pin nama kita?"

"Bukankah harusnya dia menghentikan orang kebingungan mencari pin nama dan hendak masuk ke pameran dengan tangan kosong?" Takino menyilangkan lengannya.

"Karena mustahil tahu orang itu anggota perkumpulan sampai orang itu menaruh pin di tubuhnya?"

"Bagaimana jika kukatakan kalau si pelaku tidak masuk ke pameran dengan tangan kosong?"

"Huh?"

"Aku yakin buku-buku yang panitia pameran kira berasal dari Biblia tempo hari...Dibawa oleh si pelaku."

Shioriko menambahkan.

"Kalau si pelaku pura-pura sebagai karyawan salah satu toko dan masuk ke pameran dengan membawa buku, maka dia tidak akan tampak mencolok. Mari kita coba susun kronologisnya. Renjou menaruh buku-buku yang hendak dijual di Pasar Buku pada hari Sabtu. Pada hari Minggu, Hitori menaruh penawarannya. Setelah itu, si pelaku menyusup ke pameran dan membawa buku-bukunya sendiri. Setelah mendaftarkan buku-bukunya untuk dijual atas nama Biblia, dia mencuri Gadis Dandelion. Hari itu jelas tidak seramai hari biasanya, jadi peluang untuk melakukannya sangat bagus."

Masuk akal. Inoue sedang menaruh penawaran ketika si pelaku menyusup masuk. Jadi tidak ada yang mencurigai orang masuk ke pameran lewat pintu masuk.

"Tunggu. Andaikan ini benar, andaikan ya, bagaimana si pelaku bisa tahu caranya mengisi formulir pendaftaran buku? Serius, siapa sih si pelaku?" kata Takino.

Shioriko lalu menatapku.

"Daisuke, bisakah kau membawa buku bersampul tebal yang berada di bawah meja kasir? Apa saja yang bisa kau dapatkan juga tidak apa-apa."

"Ah, oke."

Kumasukkan tanganku di bawah meja dan berhasil menarik satu ikat buku. Kutaruh buku-buku tersebut di lantai sehingga mereka bisa melihatnya dengan jelas.

"Besar kemungkinan kalau si pelaku ini pemilik buku-buku yang dijual atas nama kami. Coba lihat baik-baik, banyak buku yang bertema bisnis buku bekas. Misalnya Seni dari Buku-Buku Antik karya Akayami Masami, Mendaftarkan Buku Cetakan karya Iawai Junichirou, lalu Pengenalan Penggunaan Buku-Buku Bekas di Kota Anda karya Shida Saburou..."

"Mungkinkah si pelaku seorang maniak buku kuno?"

Masuk akal jika dia menjadi pencuri buku bekas.

Tapi sepertinya Shioriko berusaha menjelaskan hal yang berbeda.

"Coba lihat baik-baik ini."

Dia menunjuk ke buku Pengenalan Penggunaan Buku-Buku Bekas di Kota Anda.

Tulisannya agak pudar, tapi aku bisa membaca keterangan di bawah judulnya jika kita cermati.

Buku Panduan Wajib Bagi Pelaku Bisnis Buku Bekas Dalam Membeli, Menjual, dan Menjalankan Bisnis.

"Ada kemungkinan si pelaku adalah orang yang bekerja di toko buku bekas."

"Kemungkinan itu terbuka lebar karena buku ini dikenal sebagai petunjuk manual dalam bisnis ini. Benar tidak, Renjou?"

"Yeah, dulu aku pernah membacanya. Edisi yang di depan kita saat ini kalau tidak salah edisi lama yang perlu diperbarui, meski begitu ini tetap buku yang bagus."

"Kita juga harus mempertimbangkan kalau Pelaku adalah orang yang tahu banyak mengenai sistem di pameran, maka kita simpulkan kalau si pelaku mungkin bekerja di salah satu toko buku bekas yang berada di bawah perkumpulan pedagang buku bekas Kanagawa. Kalau melihat tanggal terbit buku dan kondisi buku ini, kemungkinan ini sekitar 10 tahun lalu."

"Kau...Kau ternyata punya kemampuan yang sama dengan ibumu..."

Ekspresi wajah Shioriko tampak gelap setelah mendengar komentar Takino. Mengetahui karakteristik pemilik buku hanya dari melihat buku adalah kemampuan spesial dari Shinokawa Chieko.

"Tidak, aku tidak seperti itu..."

Takino pasti mulai sadar kalau membawa-bawa nama ibunya adalah sebuah kesalahan. Dia lalu mencoba memperbaiki suasananya.

"Sejauh ini, kata-katamu masuk akal, tapi tetaplah hanya sebuah hipotesis. Hanya karena kita tahu kalau pelakunya orang luar, bukan berarti kita tahu siapa identitas pelakunya."

Aku setuju dengannya. Kalau menurut hipotesisnya, maka tersangkanya banyak sekali.

"Memang faktanya seperti itu...Tapi penjelasanku masih belum selesai. Ketika si pelaku masuk ke gedung pameran, ada beberapa hal yang wajib diketahui olehnya."

Shioriko mengatakannya dan menaikkan satu jarinya.

"Pertama, dia harus tahu kalau Biblia tidak hadir di pameran pada hari itu.Si pencuri harus membawa buku-bukunya ke dalam, mendaftarkan bukunya untuk dijual, menemukan buku yang dia hendak cari, dan mencurinya. Melakukan seluruh pekerjaan itu pasti membutuhkan banyak sekali waktu. Dan jika ada pemilik atau karyawan Biblia yang asli muncul di lokasi, rencananya pasti buyar."

Shioriko lalu menambahkan.

"Kedua. Pelaku harus tahu kalau kita punya karyawan baru yang belum pernah muncul di Pasar Buku. Kalau kau kombinasikan seluruh poin tersebut dengan fakta kalau si pelaku terobsesi dengan Gadis Dandelion, maka hanya ada satu orang yang muncul di pikiranku."

Meski aku berpikir keras tentang itu, aku tidak bisa menemukan jawabannya.

"...Memangnya ada orang yang memenuhi kriteria itu?" tanyaku. "Ingat tidak, kita memutuskan untuk tidak membawa apapun ke Pasar Buku waktu Minggu pagi? Mustahil ada orang tahu selain kita berdua soal itu."

"Tidak, ada satu orang lagi."

"Tapi kita adalah satu-satunya yang ada disana waktu i...." kuhentikan kata-kataku.

Benarkah begitu?

Kucoba mengingat kembali, lalu pintu kaca terbuka dan seorang pria berjalan menuju meja kasir. Dia adalah pelanggan yang pernah membeli dua buku bekas tempo hari. Mungkin karena cuaca dingin, tapi wajahnya tampak pucat.

"Selamat datang."

Aku sadar setelah aku menyapa pelanggan ini.

Benar   ini adalah pria yang ada di toko waktu itu.

"Pastinya, dia ada disini waktu itu."

Shioriko kemudian menatap pelanggan itu dan mulai berbicara.

"Orang yang mencuri Gadis Dandelion di Pasar Buku adalah kau, benar tidak?"




x x x



Pria tersebut mengambil sebuah bungkusan dari kantong jaketnya dan menaruhnya di meja. Kubuka bungkusan tersebut dan menemukan Gadis Dandelion yang disampul wax paper.

"Maafkan aku."

Pria tersebut menundukkan kepalanya dan meminta maaf sedalam-dalamnya, benar-benar tidak cocok dengan ukuran tubuhnya. Memang usia kita berbeda, tapi ukuran tubuhnya benar-benar mirip denganku.

"Apa kau memintanya datang kesini?" tanya Takino ke Shioriko.

"Ya. Ingat kemarin aku telepon kepadamu dan meminta info kontak orang yang sudah menjual buku itu kepadamu? Aku menelponnya dan meninggalkan pesan   tolong bawa buku Gadis Dandelion ke Toko Buku Biblia."

"Huh? Bukannya orang yang menjual buku itu ke Takino adalah seorang wanita?"

"Pria ini adalah mantan suami dari wanita itu...Benar?"

Kalau dipikir-pikir lagi, Takino memang pernah bilang kalau si wanita itu baru bercerai dan hendak membuang buku-buku di rumahnya karena si wanita mau pindah rumah...Itu artinya buku-buku tersebut adalah koleksi mantan suaminya yang tetap tinggal di rumah itu.

"Kau tahu darimana kalau aku mantan suaminya...?" pria tersebut menanyakan itu dan menambahkan. "Aku sering datang ke toko ini, tapi tidak pernah sekalipun berbicara denganmu."

"Aku juga tahunya baru-baru ini juga. Aku menyadari itu setelah melihat buku-buku yang kau bawa ke pameran."

Shioriko lalu duduk jongkok sambil menunjuk ke buku-buku yang posisinya agak jauh di lantai. Tepat di sebelah judul Seni dari Buku-Buku Antik, buku berjudul Tentang Kehidupan Pernikahan. Jelas buku dimana orang yang hendak menikah saja akan membelinya.

"Kau dulunya pernah kerja di toko buku mana?"

Bahu pria tersebut menurun. Mungkin dia sadar kalau tidak ada gunanya menyembunyikan hal ini darinya. Dia hanya menatap ke bawah seperti hendak mengakui sesuatu.

"Dulu aku bekerja di toko buku bekas yang berada di Ofuna, tepat setelah lulus SMA. Toko tersebut fokus di manga dan buku terbitan, tapi kadang juga menjual CD dan video."

"Aku dulu pernah kesana..."

"Ah, aku tahu itu. Itu toko dengan satu lantai yang berada di tepi Sungai Kashio. Kalau tidak salah, toko itu sudah tutup sekitar tiga tahun lalu."

Shioriko dan Takino meresponnya. Hanya aku satu-satunya yang tidak tahu itu meski lokasinya berada di lingkunganku.

"Disana juga aku bertemu istriku. Dia bekerja paruh waktu disana dan juga menyukai buku. Kami berdua mengoleksi banyak sekali novel misteri dan sci-fi, dan karena sering bertukar buku, kita akhirnya berpacaran. Kehidupan pernikahan kita juga berjalan dengan baik untuk beberapa tahun."

Pria tersebut berbicara sambil menatap kejauhan. Sebuah hubungan karena memiliki hobi yang sama.

"Hubungan kami mulai renggang setelah toko buku tutup. Latar belakang pendidikan kami berbeda dan akhirnya kami bekerja di tempat yang berbeda. Aku tetap mengoleksi buku, tapi dia sudah mulai berhenti. Buku koleksiku bertambah banyak, namun cekcok yang terjadi juga bertambah. Buku-buku mungkin bukanlah alasan ini terjadi, tapi kadang aku berpikir...Bagaimana jika toko buku tempat kami bekerja dulu masih tetap buka?"

Pria tersebut mengembuskan napas panjangnya dan menatap ke arah Shioriko.

"Kau tahu dari mana kalau aku dulunya karyawan toko buku?"

"Aku menyimpulkan kalau kau mungkin punya pengalaman bekerja di toko buku atau perpustakaan ketika kau kesini tempo hari."

"Kenapa bisa begitu?"

"Karena kau bertanya 'apakah kalian ada rencana untuk stok ulang buku di rak ini?'. Tidak banyak orang yang diluar bisnis ini yang mengucapkan hal itu."

"Ah..."

Pria tersebut mengucapkan itu dengan nada yang rendah.

Kalau dipikir lagi, aku juga tidak tahu kalimat semacam itu hingga aku bekerja di toko buku. Kurasa lumrah aku tidak tahu, karena aku belum pernah bekerja di toko buku sebelumnya.

"Dari situ aku menduga kau ada ketertarikan dengan Gadis Dandelion. Kalau seandainya kami punya buku itu versi terbitan Penerbit Cobalt, tampaknya kau akan membelinya."

"Ternyata kau sudah menduganya sampai sejauh itu..."

Pria tersebut tampaknya mengerti penjelasan Shioriko. Tapi aku sendiri tidak paham, jadi Shioriko mulai menjelaskan.

"Dua buku yang dia beli waktu itu adalah Select Annual Masterpiece 2 terbitan Sogen Mistery dan Strange Tales terbitan Bushun Bunko. Hanya cerita Gadis Dandelion yang muncul di kedua buku tersebut. Aku tidak berpikir kalau itu hanya kebetulan saja."

"Maksudmu cerita Gadis Dandelion bisa dibaca di buku lain?"

"Ya, seluruhnya sudah tidak pernah diterbitkan lagi. Hanya versi Penerbit Cobalt, yang tertulis judul cerita itu, dan itu paling langka diantara semuanya."

Aku akhirnya paham mengapa dia menaruh buku koleksinya sendiri untuk dijual. Dia berpikir kalau pria ini akan membelinya ketika dia datang kembali ke toko. Ini benar-benar bukan sebuah kebetulan.

"Buku ini milik mantan istriku...Tapi ini buku favoritku."

Pria tersebut mengatakan itu sambil tersenyum, senyum yang penuh dengan kesendirian.

"Ketika aku tahu kalau ini adalah salah satu buku yang dijual istriku, aku langsung panik...Kenapa dia tidak berikan saja kepadaku daripada menjualnya ke toko buku? Kutelepon toko tempat dia menjual buku itu. Kukatakan kalau aku akan membelinya dengan harga berapapun, tapi jawaban yang kuterima adalah buku tersebut sudah dimasukkan di Pasar Buku."

"Ah   pasti yang menerima teleponmu itu ibuku, yakin aku." Takino menggaruk-garuk kepalanya. "Aku sering memintanya menjaga toko ketika aku berada di Pasar Buku."

"Awalnya, aku berpikir untuk merelakan saja karena sudah tidak ada lagi yang bisa kulakukan. Aku datang ke Biblia sambil berpikir mungkin saja aku bisa menemukan buku serupa disini. Kupikir di Biblia akan ada stoknya...Tapi akhirnya, tidak ada lagi."

Aku teringat akan sesuatu, dan kubuka buku Gadis Dandelion yang pria tersebut bawa. Sebuah label yang cukup lama menempel di halaman terakhir buku tersebut dan terdapat sebuah nama toko, Toko Buku Bekas Biblia. Buku ini awalnya dibeli disini.

"Kuputuskan untuk membeli buku lainnya yang punya cerita serupa di dalamnya, tapi membacanya malah membuatku tidak mendapatkan kepuasan serupa. Satu-satunya buku yang kubutuhkan adalah buku milik mantan istriku...Tidak bisa yang lain. Ketika aku mendengar percakapan kalian berdua di toko ini, aku berpikir kalau mungkin saja aku bisa mendapatkan kembali buku itu jika aku menyelinap masuk ke Pasar Buku."

"Kau bilang mendapatkan kembali, tapi sejak awal itu bukanlah milikmu." Takino mengomentari itu dengan ekspresi yang terkejut. "Kenapa kau sampai sejauh itu demi buku yang aslinya milik mantan istrimu?"

"Kuberikan buku ini ke istriku ketika hari pernikahan kami. Bersama dengan cincin nikah kami."

Semua orang hanya terdiam setelah mendengarkan kata-katanya.

Aku akhirnya mengerti alasan mengapa sampai melakukan pencurian itu. Dia pasti tidak menemukan sebuah kepuasan di buku yang lain karena buku tersebut tidak memiliki kenang-kenangan dari pernikahannya. Mungkin yang hendak pria ini dapatkan kembali tidak hanya sekedar sebuah buku.

"Aku beli buku Gadis Dandelion ini 10 tahun lalu...Ibumu yang merekomendasikannya kepadaku."

"Eh?" kedua mata Shioriko melebar. "Benarkah Ibuku yang merekomendasikannya, bukan ayahku?"

"Ya, kukatakan kepadanya kalau aku mencari sebuah buku yang hendak kuberikan ke tunanganku dan dia bilang kalau Gadis Dandelion akan cocok untuk itu. Dia bilang kalau dia memberikan hadiah buku serupa ke suaminya di hari pernikahan mereka..."

Aku mengingat kembali kata-kata Shioriko di bar semalam. Setelah ibunya pergi, ayahnya selalu membaca buku itu terus. Kupikir ayahnya melakukan itu bukan karena marah. Dia pasti membaca itu karena berisi kenang-kenangan ketika istrinya masih bersamanya.

"Sayangnya kisah kami tidaklah berakhir bahagia..."

Pria tersebut mengatakan itu dengan pelan.



x x x



Ternyata tidak butuh semalaman untuk membaca Gadis Dandelion. Beberapa kali aku merasa pusing ketika membacanya, tapi akhirnya, aku senang karena bisa membacanya. Aku tidak terkejut kalau ibu dan putrinya juga merekomendasikan buku yang sama untuk dua orang yang berbeda.

Shioriko tidak mengatakan apapun tentang Gadis Dandelion sejak kunjungan si pelaku. Dia memberikan sinyal seperti hendak menghindari pembicaraan itu. Perasaannya pasti campur aduk setelah tahu kalau buku milik ayahnya itu adalah pemberian ibunya.

Diberikan oleh ibunya ke ayahnya, lalu ayahnya memberikan itu ke putrinya. Sekarang buku itu berada di tanganku. Sepertinya dia tidak ada keinginan untuk meminta buku itu dalam waktu dekat, jadi kuputuskan untuk memegangnya untuk sementara.

Dalam beberapa adegan, dia berpikir kalau gadis tersebut berasal dari masa lalu dan datang ke masa sekarang...

Entah mengapa, kalimat yang ada di awal buku itu terus berputar-putar di kepalaku. Akan terasa aneh, misalnya, seseorang bertemu dengan seorang gadis yang tampilannya mirip tampilan ibunya bertahun-tahun yang lalu. Kalau hanya kecantikannya saja, mungkin hanya menimbulkan nostalgia, tidak kurang tidak lebih. Tapi bagaimana jika ibunya adalah sosok yang ditakuti oleh seseorang, mungkin saja putrinya akan menimbulkan rasa teror dari dalam dirinya.



x x x



Esok sorenya, aku berkunjung ke Toko Hitori. Tokonya berada di sebelah perpustakaan setempat, dan gedungnya mirip Toko Biblia. Tidak ada pelanggan lainnya ketika aku masuk kesana. Seorang pemilik toko yang berambut putih, sedang menaruh buku-buku ke raknya, dia lalu menatap ke arahku.

"Apa urusanmu kesini?"

Gadis Dandelion terpajang di rak itu.

"Apa itu buku dari yang sebelumnya?"

Inoue tidak membalasku. Takino sudah membawa pencurinya ke kantor polisi kemarin, dan buku yang dicuri sudah dikembalikan ke toko ini. Dia memberitahuku kalau si pelaku sudah berniat mengembalikan bukunya dan menyesali perbuatannya, pelaku mungkin hanya akan terkena hukuman yang ringan.

"Aku malas mengobrol denganmu disini. Kalau tidak ada urusan disini, lebih baik pergi saja."

"Bisakah kau mengembalikan buku yang kau sita dari toko kami tempo hari?"

Kasus kali ini melibatkan tiga buku serupa dari Gadis Dandelion. Pertama adalah buku yang dulunya dibeli di Biblia, lalu dijual ke Toko Takino, dan akhirnya berada di toko ini. Kedua adalah milik Shioriko yang diberi oleh ayahnya, dimana saat ini sedang berada dalam pengamananku. Ketiga, adalah milik Shioriko yang dia beli untuknya sendiri, itulah yang Inoue sita dari toko kami.

Inoue berjalan melewatiku dan pergi ke meja kasir yang dekat dengan pintu. Meja kasir di toko ini tepat berada di sebelah pintunya.

"Ini bukunya."

Dia memberiku buku tersebut. Dia bahkan tidak meminta maaf sedikitpun karena telah mencurigai Shioriko.

"...Ngomong-ngomong, tahu dari mana soal namaku?"

Kutanyakan itu ketika menerima buku tersebut, dan Inoue hanya bisa terdiam. Aku sendiri masih belum tahu jawaban atas pertanyaan itu. Tidak ada pelanggan lain di toko, tapi Inoue masih menoleh kesana-kemari dan mendekatkan tubuhnya kepadaku.

"Kau pernah bertemu Shinokawa Chieko?"

"Tidak, belum pernah."

"Tidak pernah berbicara dengannya lewat telepon ataupun mengiriminya email?"

"Tidak." meski bingung, aku tetap menganggukkan kepalaku. "Kupikir tidak ada seorangpun yang tahu keberadaannya. Dia bahkan tidak pernah mengontak keluarganya selama 10 tahun..."

"Hah." Inoue mengatakan itu dengan nada yang menjengkelkan. "Lalu kau percaya begitu saja?"

"...Apa maksudmu?"

"Gadis pemilik tokomu itu, dia selalu kontak dengan ibunya. Kalau dia bilang tidak tahu kabar ibunya, itu cuma pura-pura saja."

"Huh? Mustahil lah itu. Mustahil."

Aku langsung menyangkalnya. Aku tidak tahu apa yang terjadi antara dirinya dengan Shinokawa Chieko di masa lalu, tapi ini jelas-jelas hanya hal yang dibuat-buat. Aku pasti tahu kalau kata-kata Shioriko dan sikapnya hanya pura-pura, aku ini sudah bersamanya sejak lama.

"Itukah jawabanmu?"

Inoue lalu mencari-cari sesuatu di bawah meja kasir, lalu menarik sebuah kartu kecil berwarna putih, lalu memberikannya kepadaku.

"Coba kau baca ini."

Sepertinya dia tidak mau menjelaskan lebih jauh, jadi aku mengambil kartu yang dia tunjukkan kepadaku. Itu adalah sebuah kartu Natal yang terbuat dari kertas Jepang dan dilipat menjadi dua. Kubalik kartunya untuk mencari nama pengirimnya.

Chieko Shinokawa.

"Aku benci wanita itu, tapi fakta kalau kita adalah kenalan. Kadang aku dapat surat semacam ini darinya."

"Tapi keluarganya tidak pernah sama sekali..."

"Makanya aku bilang kepadamu kalau kau ini sudah dibohongi. Baca saja isinya."

Akupun membuka kartu itu secara perlahan. Ada semacam latar gereja di kartunya. Di separuh kartunya ada pesan pendek yang ditulis dengan tinta biru. Yang menakutkan, tulisannya mirip dengan tulisan Shioriko.


Kepada Inoue Taichirou

Cuaca disana pasti dingin sekali.

Tolong berhenti menakut-nakuti putriku setiap kali kau bertemu dengannya.

Juga jangan takut-takuti Goura yang bekerja disana.

Dia sepertinya anak yang baik, jadi cobalah kau berteman dengannya.

Kudengar, dia tidak bisa membaca buku.


Buku kudukku langsung berdiri. Darimana dia tahu namaku   tidak, tahu darimana semua tentangku hanya dengan sedikit petunjuk? Yang lebih penting, tahu darimana dia soal kondisiku? Itu sesuatu yang tidak bisa kuberitahu dengan mudahnya ke semua orang. Yang tahu hal itu hanya keluarga, kerabat, dan teman lama   juga Shioriko.

Mustahil.

Ini adalah hal yang mustahil.

"Ada baiknya kau waspada dengan ibu dan anak itu."

Inoue membisikkan itu dengan pelan seperti takut seseorang mendengarkannya.

"Ketika mereka sudah menemukan kelemahanmu, kau akan bernasib buruk. Jangan bilang aku tidak pernah memperingatkanmu soal ini."






x Chapter I | END x


Translator : Aoi









*Jika kualitas translasi jelek atau semacamnya, mohon dituliskan di kolom komentar agar bisa menjadi perbaikan dalam kualitas translasi ke depannya. Terima kasih.
*Buat yang penasaran darimana Inoue tahu pin Goura rusak, dari keterangan Takino kalau Inoue tahu buku-buku apa saja yang dijual di Pameran. Mendengar Biblia menaruh buku untuk dijual sedang dia ada di pintu masuk tidak melihat orang Biblia, membuat Inoue memeriksa pin nama Biblia.

4 komentar:

  1. Bang gk ada niatan gitu buat translate LN Youkoso JitsuryokuShijou Shugi no Kyoushitsu e

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belum ada rencana kesitu =(

      Bagus ceritanya?

      Kalau bisa, silakan ceritakan sinopsisnya di kolom komentar

      Hapus
    2. Lihat aja di sini min, http://www.novelupdates.com/series/youkoso-jitsuryoku-shijou-shugi-no-kyoushitsu-e/
      .
      Animenya baru tayang 2 episode. Anime & novelnya Recommend banget min ^^

      Hapus
    3. Iya min tolong translate klo bisa :3 Recommended bgt deh min :D

      Hapus