Selasa, 11 Juli 2017

[ TRANSLATE ] Biblia Vol 3 Chapter 1 : Young, Robert F. Gadis Dandelion. Shueisha Bunko. (4/7)

Merapikan meja area kasir merupakan hal pertama yang kulakukan ketika toko kembali buka. Kubuatkan area kosong untuk menaruh buku-buku yang kami dapatkan di Pasar. Gudang di rumah utama sedang penuh, jadi mau tidak mau kami harus menaruh buku-buku ini di toko.

Kemarin, event pasar buku sudah berakhir, tapi kami masih tidak tahu darimana asal buku-buku yang katanya berasal dari toko kami. Karena perkumpulan disana tidak mau menampung buku itu dan membuangnya akan terasa merepotkan, akhirnya kami disuruh untuk membawa buku-buku itu. Aku bukannya ingin menganggap mereka tidak mau peduli tentang siapa yang menaruh buku itu dan memilih untuk "yang penting tidak disini".

Perkumpulan memutuskan agar kami menampung buku-buku itu sampai ditemukan siapa pemilik aslinya, karena dari formulir pendaftarannya tertulis berasal dari kami. Jadi, kami tidak saja kalah dalam lelang buku, tapi juga kami disuruh membawa buku-buku yang bahkan tidak layak lagi untuk dijual. Kemudian, kami kena tilang karena mobil van kami diparkir di pinggir jalan. Ini semacam ditendang tanpa ampun ketika kita sudah jatuh KO.

Meski begitu, aku juga penasaran siapa sih yang menaruh buku-buku itu atas nama Biblia? Sulit rasanya untuk mengatakan kalau itu adalah sebuah kesalahan penulisan saja, tapi aku sendiri juga sulit menemukan alasan mengapa seseorang melakukan hal tersebut. Bahkan Shioriko yang selalu bisa memecahkan misteri yang semacam ini, tidak bisa mengatakan apapun.

Akupun terus menatap buku-buku tersebut. Ibu Shioriko katanya punya kemampuan untuk memahami karakter seseorang hanya dengan melihat koleksi bukunya. Meski aku tahu kalau aku tidak punya kemampuan yang semacam itu, tapi kurasa aku bisa menemukan petunjuk jika melihat sampul-sampulnya.

Kesanku belum berubah sejak pertama aku melihatnya. Ini hanyalah kumpulan buku tentang petunjuk suatu hal dan kondisi bukunya sudah tidak layak. Bukannya aku mau mengatakan kalau buku-buku ini tidak ada harganya. Ada beberapa judul yang membawa-bawa nama toko buku. Misalnya "Seni dari Buku-Buku Antik", "Mendaftarkan Buku Cetakan", dan "Pengenalan Penggunaan Buku Di Kota Anda". Menurutku, orang yang meninggalkan buku ini pastinya tertarik dengan buku-buku tua.

Tidak, bukan begitu...

Kugelengkan kepalaku dan mulai berdiri. Itu adalah karakter pemilik buku, tapi yang kita cari kan toko mana yang menjualnya. Jadi tidak ada gunanya melihat dari sisi yang tadi.

Kemudian, pintu yang menuju rumah utama terbuka dan muncullah Shioriko. Dia memakai dress rajut dengan pita tipis di dadanya. Dia tampak lebih manis dari biasanya, meski begitu dia juga tampak "kurang senyum" daripada dirinya yang biasanya.

"Tolong beri sampul vinyl buku-buku ini dan setelah itu taruh saja di lantai. Aku sudah melabeli buku-buku itu dengan harga."

Dia lalu memberiku satu tas penuh buku yang kurang lebih berisi delapan atau sembilan buku. Seluruh buku sudah memiliki label harga di tempat yang berbeda-beda.

"Dari mana kau dapatkan koleksi ini?"

"Itu buku-buku yang berasal dari kamarku...Aku sendiri punya copy lainnya dan kupikir buku-buku ini akan cepat terjual. Kurasa di kamarku masih ada beberapa buku yang seperti ini, aku akan membawanya kesini nanti."

Dengan kata lain, dia mengambil ini dari koleksinya. Dia pasti memutuskan untuk menjualnya agar stok koleksi di rak buku tidak terlihat kosong. Kukeluarkan buku-buku itu dari tas dan menaruhnya di meja kasir. Ada buku-buku Sci-Fi seperti The Groote Park Murder karya FW Croft, Julia and The Bazooka karya Anna Kavan. Kalau tidak salah, aku pernah melihatnya membaca Julia and The Bazooka ketika dia masih dirawat di rumah sakit.

Hmm?

Ada sebuah buku yang mencolok disana. Bergambarkan ilustrasi seorang gadis muda memakai gaun putih di bawah sebuah judul Gadis Dandelion yang ditulis dengan warna pink. Kalau menurut keterangan bukunya, ini adalah koleksi kedua dari Kumpulan Mahakarya Sci-Fi Asing, artinya ini ditulis oleh penulis Non-Jepang. Kalau dilihat secara seksama, ini diterbitkan oleh Shueisha Cobalt. Kupikir penerbit yang semacam ini fokusnya ke buku-buku bacaan anak SMP dan SMA, tapi ternyata ini juga laku dijual di toko buku bekas.

Kulihat dengan seksama buku tersebut untuk memeriksa harganya dan tertera tulisan     8.000 Yen. Mudah saja kutebak kalau ini adalah buku termahal di tumpukan ini.

"Kenapa buku ini bisa mahal?"

"Ah, buku itu ya!"

Tiba-tiba suara Shioriko menajam.

"Itu karena Gadis Dandelion itu karangan Robert F Young! Ceritanya sangat luar biasa dimana ada adegan melintasi waktu!"

Dia mengepalkan tangannya ketika mengatakan itu. Shioriko selalu berubah menjadi antusias ketika dia membicarakan buku, tapi kali ini memang lebih dari biasanya. Kurasa dia sangat menyukai ceritanya.

Ini juga membuatku tertarik. Melintasi waktu artinya kita kembali ke masa lalu ataupun masa depan. Tentu aku juga tertarik.

"Jadi, apakah si karakter yang disana pergi ke masa depan atau masa lalu?"

"Kalau tidak salah ke masa lalu...Tapi yang pergi melintasi waktu bukanlah karakter utamanya. Protagonisnya adalah seorang pria paruh baya yang tinggal di sebuah villa pegunungan di liburan musim panasnya. Istrinya ada keperluan mendadak sehingga harus meninggalkannya, jadi si pria tersebut kebosanan. Suatu ketika, dia kebetulan bertemu dengan seorang gadis pirang cantik bergaun putih di bukit terdekat."

"Si gadis memberitahunya kalau dia datang dari 240 tahun di masa yang akan datang, dia datang menggunakan mesin waktu yang dibuat oleh ayahnya. Gadis itu menyukai bukit yang berada di jaman si protagonis dan selalu pergi ke masa lalu di waktu yang sama setiap harinya. Kalau dari sudut pandang si protagonis, dia seperti gadis yang baru datang ke bukit. Tapi apakah kau tahu apa yang gadis itu katakan ke protagonis dalam pertemuan itu?"

Shioriko mendekatkan wajahnya kepadaku, seperti hendak memberitahukan sebuah rahasia. Kedua matanya tambak berkaca-kaca dan wajahnya cukup dekat denganku.

"Kemarin lusa aku melihat kelinci yang kesini, kemarin rusa, sedang hari ini adalah dirimu."

Jantungku mulai berdetak kencang.

"Ba-barusan itu terdengar manis sekali."

"Benar kan? Siapapun akan jatuh cinta jika mendengar hal yang manis seperti itu, benar tidak?"

Dia tersenyum tanpa mempedulikan situasinya, dia jelas-jelas tidak sadar kalau apa yang dia lakukan juga terlihat manis.

"...Lalu apa yang terjadi setelah itu?"

"Si protagonis menganggap ceritanya adalah sebuah halusinasi saja dan pura-pura menganggap serius ceritanya. Dari kedekatan mereka sehari-hari, si protagonis mulai menyukai gadis yang umurnya hampir separuh umurnya sendiri itu. Tapi, suatu hari, gadis itu menghilang tanpa jejak. Pikiran si protagonis mulai bimbang dengan perasaannya kepada gadis tersebut dan merasa bersalah dengan istrinya. Dalam pertemuan berikunya dengan si gadis, gadis tersebut memakai gaun hitam."

Akupun berpikir sejenak.

"Apa dia berpakaian seperti itu karena ayahnya baru dimakamkan?"

"Benar sekali. Ayahnya, sang pembuat mesin waktu telah meninggal, dan gadis itu mulai kehabisan spare-part untuk mesin tersebut. Gadis itu mungkin tidak akan bisa melintasi waktu lagi dan tidak bisa bertemu si protagonis lagi..."

Ekspresi Shioriko mendadak gelap seperti teringat akan sesuatu.

"Ayahku menyukai Gadis Dandelion dan sering membacanya. Karena itulah aku juga ingin memiliki bukuku sendiri...Meski begitu, mencari buku serupa di pasaran merupakan hal yang sulit."

Secara perlahan, dia menyentuh sampul buku tersebut dengan jari telunjuknya. Buku berjudul Gadis Dandelion ini kondisinya sangat bagus sekali, saking bagusnya sehingga tidak terlihat seperti buku yang didapat beberapa tahun lalu. Ini jelas-jelas buku yang menjadi bagian penting dirinya selama ini.

"Apa kau merasa tidak masalah dengan menjualnya?"

"Aku yakin ada pelanggan lain yang juga menginginkan buku ini...Lagipula, aku masih punya satu lagi buku itu."

Akupun menelan kata-kataku. Dia punya satu buku lainnya. Buku tersebut sepertinya adalah buku warisan ayahnya.

"...Jadi bagaimana kelanjutan ceritanya tadi?"

"Si gadis berjanji ke protagonis kalau dia akan berusaha untuk kembali lagi dan menemuinya, lalu dia mengutarakan perasaannya ke protagonis sebelum kembali ke masa depan. Setelah itu, dia tidak pernah muncul lagi di bukit tersebut."

"Apa   , apa cuma begitu saja?"

Ceritanya benar-benar menggantung.

"Tidak, ada lanjutannya. Ceritanya masih berlanjut setelah itu."

Aku malah semakin penasaran dengan cerita Shioriko tadi. Seperti apa lanjutan ceritanya, apa yang terjadi dengan si gadis yang kembali ke masa depan dan tidak bisa menemui si protagonis lagi?

Ketika aku hendak memintanya melanjutkan tentang apa yang terjadi setelahnya   

"Heey, kapan kalian selesai?"

Suara tersebut berasal dari rumah utama. Seorang gadis dengan rambut ponytail duduk di ujung lorong dengan salah satu tangan menopang dagunya. Dia memiliki mata yang besar dan kulit kecoklatan, memakai seragam olahraga yang tampak lama dan sarung tangan kerja. Dia adalah adik Shioriko, Shinokawa Ayaka.

"Aku dari tadi menunggu sejak Shioriko memintaku untuk mengambil beberapa buku tua. Bersih-bersih akhir tahun kita ini belum selesai loh! Kita harus masih membersihkan kipas ventilasi, menyikat lantai kamar mandi, dan memperbaiki pintu kertas! Waktu kita tidak banyak lagi karena akhir tahun sudah dekat!"

Aku ingat kalau Shioriko tadi bilang kalau dia akan mengambil beberapa buku dari raknya. Mungkin dia meminta tolong karena kakinya masih belum sembuh betul.

"Ah, Aya, maaf ya..."

"Maaf ya sudah membuat Shioriko menceritakan buku itu."

Ketika aku meminta maaf, Shioriko malah mengibas-ngibaskan tangannya.

"Bukan, ini bukan salah Daisuke, Ayaka...Aku memang selalu begini kalau..."

"   Ya kalian berdua sama saja!"

Ayaka langsung menolak alasan kami berdua.

"Mungkin lebih tepatnya, itu tidak penting! Aku cuma ingin menyelesaikan ini dengan cepat! Shioriko, ayo ikut aku."

"O-ok..."

Shioriko lalu pergi ke rumah utama, dengan ditarik oleh adiknya. Sedang aku yang ditinggalkan sendirian di toko, aku mulai mengambil buku Gadis Dandelion dan membuka halamannya.

Gadis yang di bukit itu mirip Edna St.Vincent Millay. Mungkin karena posenya yang membelakangi matahari senja, rambut dandelionnya berdansa tertiup angin; mungkin juga mirip karena gaunnya yang tertiup angin dan menampilkan kakinya yang kurus dan panjang. Mungkin karena tampilan yang seperti itulah dia menganggap gadis yang berasal dari masa depan itu seperti gadis-gadis di jamannya.

Mungkin saja gara-gara ini adalah karya penulis asing sehingga membuatku tertarik. Aku melewatkan peluang untuk mendengarkan sisa ceritanya dari Shioriko, tapi aku masih penasaran dengan ending ceritanya. Masalahnya, aku masih punya pekerjaan untuk dilakukan meski tidak ada pelanggan di toko.

Tiba-tiba telepon berdering ketika aku sedang berpikir untuk mengambil sebuah keputusan. Kuangkat teleponnya, tapi sebelum aku memperkenalkan diriku, orang yang di ujung telepon langsung berbicara.

"Ini Takino dari Toko Takino...Err...Apa ini Goura?"

"Ah, ya. Terimakasih atas bantuanmu kemarin."

"Shinokawa sibuk?"

"Oh dia sedang ada di rumah sekarang. Apa kau ingin aku memanggilnya kesini?"

"Yeah, kalau bisa ya...Eh tunggu dulu! Mending aku cerita ke kamu saja; aku tidak perlu memberitahu Shinokawa secara langsung. Apa kau ada waktu?"

Aku merasakan firasat yang buruk dengan nada serius Takino barusan.

"Ya, silakan saja."

"Kemarin kalian kan menawar beberapa buku. Ada beberapa buku yang dimenangkan oleh Si Inoue dari Toko Hitori."

"Hmm? Benar."

Kami kalah hanya dengan selisih 10 Yen. Kalau menang, Shioriko mungkin tidak akan menaruh buku koleksinya sendiri hari ini untuk dijual.

"Jujur ya, Inoue barusan datang kepadaku. Ini tentang buku-buku itu."

"Dia datang...Ke tokomu?"

"Bagaimana ya, mungkin lebih tepatnya disebut membawa masalah...Dan ini sangat merepotkan."

"Memangnya ada apa?"

Perasaan tidak enak yang kurasakan ini malah menjadi-jadi.

"Yeah, kurang lebih begini, ada sebuah insiden."

"Insiden...?"

"Ah, begini. Kalau ada halaman yang hilang, atau halaman buku yang dipotong, atau ada orang yang menemukan kalau buku yang mereka menangkan ada yang kurang lengkap, kami menyebutnya insiden. Semacam kau membeli barang tapi ada cacatnya. Sepertinya, Inoue merasa kalau ada satu buku yang ada di tumpukan buku dimana dia melakukan penawaran, tapi ketika dia sudah menang dan mengambil buku-buku tersebut, ternyata buku tersebut tidak ada disana. Buku itu lumayan mahal, jadi dia datang padaku untuk mendapatkan informasi tentang buku-buku yang kami jual kemarin."

"Jadi ada sebuah buku yang hilang?"

"Aku sendiri tidak yakin, tapi Inoue yakin kalau buku itu dicuri orang. Aku sendiri tidak percaya kejadian semacam itu bisa terjadi. Orang-orang yang diperbolehkan masuk dan keluar dari gedung perkumpulan hanyalah anggota perkumpulan saja, dan kita semua kenal satu sama lain. Mustahil ada pencuri bisa masuk ke tempat itu."

Sebelum memikirkan itu, kurasa aku lupa menanyakan pertanyaan terpenting soal ini.

"Ngomong-ngomong, buku yang hilang itu apa?"

"Gadis Dandelion terbitan Cobalt Publishing. Pernah dengar, tidak?"

Akupun secara spontan menahan napasku karena terkejut mendengar hal itu.




x Chapter I Part IV | End x



5 komentar:

  1. tau novel sugaru miyaki atau pernah baca belum? ane recomend buat admin, ane udah baca salah satunya yg translate indo, kalo suka mungkin bisa translate karya beliau lainnya hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. ceritanya sangat serius untuk orang dewasa

      Hapus
  2. gan ane rekomendasiin light novel youkoso jitsuryoku shijou shugi no e, Karakternya kaya oregairu

    BalasHapus