Minggu, 05 Januari 2020

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol.14 Chapter 3 : Aroma Itu Akan Selalu Mengingatkanmu Akan Nostalgia Di Musim Itu - 1





Di sebuah ruangan karaoke, yang berlokasi di dekat Stasiun.

Suara hiruk pikuk dari ruangan sebelah benar-benar “menggoyang” ruangan ini. Kulihat lagi langit-langit ruangan ini dan bersandar di tembok, Malah membuat suara itu semakin keras.

Bukan hanya makin keras, sial, malahan hanya itulah suara yang bisa kudengar. Aneh sekali, karena di ruangan ini ada tujuh orang...

Memang, ruangan ini terlalu besar untuk tujuh orang, tapi, satu-satunya suara yang keluar dari mereka hanyalah suara batuk-batuk, lenguhan napas,  dan sedotan ketika meminum minuman; bernyanyi atau mengobrol tidak terjadi disini. Kalaupun ada, itupun suara ketukan jari ke plastik. Ketika kulihat, Miura sedang menopang dagunya dan mengetuk-ngetuk handphone sambil memasang wajah cemberut.

Posisi duduk kita seperti segi empat yang salah satu sisinya terbuka. Ebina-san ada di sebelah kiri Miura, dan Yuigahama berada di kanannya. Agak jauh dari kanan Yuigahama, ada diriku, Zaimokuza, Adik Sagami, dan Hatano.

Aku berada tepat di tengah, bertindak sebagai perbatasan antar gender, seakan-akan diriku ini semacam Nabi Musa. Posisi yang membuatku memiliki sudut pandang yang adil di kedua sisi. Di sisi ini Miura tapak cemberut, Ebina-san juga tidak jauh berbeda, dan Yuigahama tampak tersenyum kecut. Di sisi lainnya, Zaimokuza dan dua member Klub Gamers sedari tadi hanya melihat-lihat ke seluruh penjuru ruangan.

Acara "kumpul-kumpul" ini adalah perayaan kesuksesan rencana Malam Perpisahan Palsu, atau itulah seharusnya, tapi suasana ruangan ini tidak sedang menuju ke arah "perayaan" dan pikiran orang-orang disini sudah mulai berada di dunia lain.

Mengesampingkan antusiasme mereka ketika berada di ruangan Klub, ketiga "makhluk" ini  hanya terdiam.

Halo?

Apa yang terjadi dengan kalian?

Apa kalian terkena efek samping penggunaan obat-obatan?

Ataukah kalian baru saja memakan masakan Gekiouchi-kun?

Meski begitu, ini bukanlah salah mereka. Ini adalah pengalaman pertama mereka dengan Grup Miura. Bagi orang-orang seperti kami bertemu dengan manusia lainnya, wajar kalau kami bereaksi dengan munculnya aura arogansi di sekitar kita. Reaksi malu-malu akan muncul. Bagi orang dengan level sepertiku, sikap malu-malu yang muncul bukanlah level 1, malah bisa level 2 atau level 3. Dulu, aku memang masih newbie, dan saat inipun juga, selamanya newbie. Alhasil, aku juga, terdiam di depan Miura dan Ebina-san.

Dengan tidak adanya makhluk yang bersedia untuk bernyanyi, tekanan yang muncul di ruangan ini semakin menjadi-jadi.

Yuigahama menarik lengan bajuku dan berbisik.

"H-Hikki, suasana disini agak aneh..."

Tercium aroma citrus, dan bisikannya barusan membuat telingaku geli.

"Anda benar sekali..."

Ini mungkin pertamakalinya dari dalam lubuk hatiku setuju dengan pendapat orang lain.

Dia ini terlalu dekat...

Kenapa dia tidak paham kalau ini cukup memalukan!? Apalagi di depan banyak orang! Lihat, Miura dan Ebina-san sedang menatap kita! Tapi aku sendiri tidak bisa bilang kalau aku membenci ini, jadi tolong lakukan lagi di lain waktu!

Kuperingatkan Yuigahama dengan gestur tatapanku dan menjaga jarakku. Dia tampak keheranan, namun tidak lama kemudian memalingkan pandangannya ketika mengetahui maksudku. Akupun bernapas lega, tapi tidak lama kemudian diamenarik lengan bajuku lagi. Dia lalu mendekat lagi dan menutup jarak yang baru saja kuciptakan.

Apa lagi?

"Hikki, lakukan sesuatu..."

"Yeah, kapan-kapan..." kataku dengan senyum yang kecut.

Kucondongkan tubuhku ke depan, membuat Yuigahama melepaskan ikatannya ke lenganku, dan akupun mulai menaruh kedua tanganku untuk berpose ala Gendo.

Dalam situasi seperti ini, tidak peduli bagaimana caraku untuk membuat suasananya lebih hidup, ujung-ujungnya akan berakhir dengan pertandingan battle royal. Aku bisa menghajar Zaimokuza dengan monitor ruang karaoke, dan mengumumkan pensiun dari bidang ini.

"Sebenarnya, kamu cerita apa sih ke Miura dan Ebina-san soal acara ini?"

"Huh? Aku cuma bilang kau akan hadir, karaoke, dan lain-lain..." dia mengatakan itu seperti hal yang biasa.

"Kau bilang begitu, dan Miura masih mau hadir? Aku mulai berpikir dia memang orang yang terlalu baik..."

"Tidak seperti yang kau katakan ke mereka bertiga..."

"Karena kalau kukatakan sebenarnya siapa yang akan hadir, mereka tidak akan mau datang."

Ngomong-ngomong soal mereka bertiga, mereka sekarang sedang menatapku dengan serius. Aku tidak bisa membiarkan suasana seperti ini terus berkembang. Untuk membantu persiapanku dalam menghajar Zaimokuza, aku mulai mengambil tablet monitor karaoke ini. Tapi, tanganku dihentikan oleh seseorang yang duduk di seberang Yuigahama.

Ketika kulihat, Zaimokuza sedang menarik lenganku. Kedua matanya berair seperti anjing yang ditinggalkan oleh tuannya.

"H-Hachiman..."

"Diamlah, Zaimokuza, diam. Diam."

"Bahkan diriku yang sekarang disuruh diam!? Kau sadar tidak kalau daritadi aku belum bicara sama sekali? Kau pasti sudah merasa kalau suasana kita disini sangatlah aneh."

Suaranya cukup terdengar meskipun nadanya berusaha untuk berbisik-bisik. Ini membuat mereka berdua kini menatap ke arah kami.

"Serius ini. Apakah ini semacam Wake, upacara penghormatan terakhir ke jenazah? Kalau kau tanya ini ke 100 orang, maka 108 orang akan mengatakan hal yang sama."

"Darimana muncul 8 orangnya? Apa nilai itu muncul setelah kau kalkulasi dengan pembayaran pajak...?"

"Kalau pajak, kurasa 108 masih kurang..."

Hatano dan Adik Sagami memasang wajah kecut dan menunjukkan ketidaksetujuannya.

Oh lihat, sekarang jumlahnya sudah naik jadi 110 orang! Pajaknya sekarang naik 10%!

Chat kami ternyata hanya bertahan beberapa detik saja. Tekanan yang muncul di ruangan ini sudah membunuh banyak jiwa yang berusaha menghidupkan suasananya, dan akhirnya yang terjadi hanyalah suara desahan kesal dari tiap orang. Semua laki-laki di ruangan ini secara gugup, mulai menatap ke arah seberang.

Di ujung tatapan tersebut, ada Miura yang sedang bermain-main dengan ujung rambutnya. Dia bahkan tidak berusaha menutup sikapnya yang sedang bosan, dan ini membuat para laki-laki di ruangan ini mulai tenggelam di tempat duduk masing-masing.

Sekilas, kelakuan Miura ini mengintimidasi, tapi kalau dari sudut pandang yang lain, ini bisa dibilang salah satu kebaikan dari Miura. Dengan menunjukkan ekspresi kurang senang dan memunculkan aura itu, membuat orang-orang lebih mudah dalam bersikap kepadanya. Semakin kecil kita terlibat dengan urusannya, maka semakin aman hidup kita.

Yuigahama yang memperhatikan situasi ini, mulai mendekati Miura dan mengoperasikan tablet kontrol karaokenya.

"Yumiko, mau bernyanyi?"

"Mm..."

Yuigahama mulai menyenggol bahu Miura. Seperti tidak bisa lari darinya, dia mulai menatap ke tablet SmartDAM tersebut. Mereka kemudian mulai berbisik satu sama lain. Tidak lama kemudian, Miura tampak bersemangat, sedikit tersenyum, dan mencolek pinggang Yuigahama. Bagi orang luar, tampilan ini kurang lebih seperti melihat dua orang gadis yang berteman akrab, pemandangan yang sungguh berharga.

Miura sudah berada "di tangan yang benar" dengan perhatian Yuigahama. Masalah masih tersisa satu...Kulihat ke arah Ebina-san. Meskipun dia tersenyum sejak datang hingga saat ini, aku masih bisa melihat kegelapan yang dalam di kedua matanya. Ini adalah hal yang paling menakutkan.

Orang yang bersikap seperti orang dewasa adalah orang yang paling sulit untuk ditangani karena kau tidak tahu apa yang ada di pikiran mereka saat itu.

Sementara aku duduk terdiam dan menerka-nerka apa yang akan dilakukannya, dia tiba-tiba berbicara.

"Klub Gamers berarti kalian ini bermain game?"

"Oh, betul."

Hatano, yang dari tadi merasa tidak nyaman, membalasnya dengan malu-malu. Adik Sagami sendiri tidak mengatakan apapun, tapi menganggukkan kepalanya. Setelah melihat respon mereka, Ebina-san melanjutkan.

"Ohh, game seperti apa?"

"Umm, seperti board game..."

"Ohh, game menggunakan papan game ya? Aku sendiri sering memainkannya."

"Oh, benarkah?"

"Gamenya sendiri belakangan ini lagi populer."

"Betul."

"Seperti Werewolf."

"Betul..."

"Juga, Kabur Dari Ruangan, betul tidak?"

"Betul..."

Hatano dan Adik Sagami menjawab pertanyaan Ebina-san. Betul, betul, tultultultul. Mereka terus menjawab dengan jawaban yang sama sampai selesai. Apakah mereka sedang berusaha menyanyikan sebuah lagu atau sesuatu?

Karena keingintahuan Ebina-san, mereka akhirnya bisa berkomunikasi satu sama lain. Tapi, tekanan di ruangan ini masih belum hilang. Aku bahkan merasa kalau udaranya terasa stagnan.

Kulihat sebelahku, mulut Zaimokuza bergerak-gerak seperti mulut Ikan Mas. Aku paham yang kau rasakan; kita seperti sedang berhalusinasi gara-gara oksigennya mulai menipis. Kitapun saling mengangguk.

Ini tidak nyaman sama sekali.

Memang.

Haruskah kita menambahkan sesuatu dalam obrolan mereka?

Kau hanya menambah ketidaknyamanan tadi.

Betul sekali.

Suara kami sunyi sekali, saking sunyinya kau tidak bisa merasa kalau suara kami ada, yang ada hanyalah senyap. Kami sendiri tidak mengiyakan arti percakapan kami, yang kami lakukan hanyalah mengembuskan napas kami yang dalam ini.

Percakapan yang gagal untuk mengangkat suasana adalah hal yang lebih buruk dari diam, sedang Zaimokuza dan diriku ini sudah ada di level burung camar ketika membahas tentang diam. Kami berada dalam posisi setengah meditasi untuk menunggu percakapan tidak berguna ini hilang, tapi yang terjadi tidak lama setelah ini malah mengacaukan segalanya.

"Permainan papan memang menyenangkan. Apa kalian memainkan yang lain juga?" kata Ebina-san sambil tersenyum.

Adik Sagami dan Hatano saling menatap satu sama lain, dan kacamata mereka tiba-tiba bercahaya. Itu membuat Zaimokuza kaget dan menggumamkan sesuatu dalam paniknya.

Ja-jangan lakukan itu!

Dia melakukannya sambil melakukan gestur dengan tangannya. Aksi minimalisnya itu tidak dipedulikan oleh member Klub Gamers.

Sagami kemudian membetulkan posisi kacamatanya.

"Be-Begini, kita tidak hanya memainkan yang terkenal-terkenal saja seperti Catan dan Scotland Yard. Kami juga memainkan permainan klasik seperti Catur, Shogi, dan Othello. Untuk game yang tidak membutuhkan perangkat fisik, kita juga bisa bermain teka-teki."

"Kami juga mengunjungi Game Market untuk cari produk baru. Untuk game lainnya, kami bermain TRPG seperti CoC, yaitu Call of Cthulu. Ngomong-ngomong, karena tujuan utama kita adalah mendesain game sendiri, kami harus mencoba banyak game yang berbeda-beda. Kalau kau tertarik, kita punya banyak game di ruangan Klub kami, dan kau bisa datang kapan saja untuk bermain."

Hatano mengakhirinya dengan mengangkat frame kacamatanya. Melihat bagaimana gagapnya mereka di awal pertemuan, mereka kali ini terlihat berpengalaman dalam kata-kata mereka.

Tahukah kau apa yang menjengkelkan ketika ada yang membahas tentang hal yang kita anggap ahli dalam hal itu? Yaitu kebiasaan kita dalam meresponnya. Ketika ada orang yang tertarik dengan hobi kita, maka kita anggap itu sebagai peluang untuk tampak superior dan sok tahu di depan mereka.

Meski kedua member Klub Gamers tampak puas, Zaimokuza dan diriku tampak menggeleng-gelengkan kepalanya karena malu akan sikap mereka. Tentunya, Ebina-san yang familiar dengan dunia semacam ini hanya mengangguk saja.

"Oh OK, tentu."

Respon Ebina benar-benar netral. Sedang di lain pihak, keduanya tampak terkejut.

"Dijawab segitu saja..."

"Ugh..."

Responnya pendek, tapi sudah cukup menunjukkan mental mereka. Sial, malahan Miura mulai menjaga jarak dengan mereka berdua.

Tolong ampuni mereka, oke?

Ketika Adik Sagami dan Hatano melihat ekspresinya, mereka lalu pura-pura tertawa—entah mencoba menghilangkan rasa malu mereka atau meringankan rasa malunya—dan kedua bahu mereka mulai tenggelam. Pada akhirnya, suasana muram kembali mengisi ruangan ini. Kurasa, mereka berdua sudah tamat.

Tiba-tiba, ada yang mengetuk pintunya. Kulihat, berpikir apakah pesanan makanan yang kita pesan sudah datang, sebelum ada yang menjawab pertanyaan itu, pintunya terbuka.

"Yaaay!"

"Yaaay!"

Satu suara menjijikkan itu berasal dari Tobe Kakeru sementara satu suara yang indah itu berasal dari Totsuka Saika. Mereka mengatakan hal yang sama, tapi mengapa satunya terdengar lebih manis dari lainnya? Totsuka-Totsuka jelas sangat manis sekali, benar tidak? Glitterific!

Ketika hal-hal tersebut muncul di kepalaku, tiba-tiba muncul Hayama Hayato dari belakang mereka. Dia membawa banyak sekali minuman bersamanya.

"Hachiman, maaf menunggu."

"Ohh, Totsuka, kau datang juga," kataku, sambil mendorong Zaimokuza lebih ke pinggir. Dengan membuka ruang seperti ini, akan sangat wajar kalau Totsuka duduk di sebelahku. Aku mulai mengagumi kejeniusanku dalam rencana ini!

Aku benar-benar tulus mengundang Totsuka, tapi dua orang lainnya...Akupun menatap mereka yang mulai duduk samping Miura dengan curiga.

Totsuka kemudian tertawa.

"Oh, aku bertemu mereka di jalan, dan ketika aku bercerita soal karaoke, Tobe ingin ikut juga."

"Oh, masuk akal..."

Kulihat ke arah Tobe, dan dia sudah mengamankan tempat duduk tepat di samping Ebina-san, lalu mulai bermain-main dengan ujung rambutnya.

"Aduh ya amvun! Yumiko dan Ebina-san juga ada disini? Aku engga nyangka loh! Ini beneran kebetulan yang aneh, eh?"

Akting yang payah sekali.

Dengan kehadiran Hayama dan Tobe, Miura tiba-tiba bersemangat, dan mereka mulai lebih tenang dari biasanya. Di lain pihak, Klub Gamers tampak kurang nyaman. Tapi ini lebih baik daripada dua sisi diam membeku seperti di awal tadi. Dengan mulai ramainya obrolan di ruangan ini, maka ini mulai terlihat seperti sebuah pesta.

Yuigahama lalu menepuk bahuku.

"Apa kamu sudah siap untuk memimpin toast minuman?"

"Memimpin apaan...?"

"Wow, kau tidak berniat melakukannya ya, huh...?"

Mulutku mulai kebingungan, dan Totsuka mulai tertawa kecil.

"Memimpin toast itu harusnya dilakukan oleh orang yang lebih cocok untuk itu," kataku, sambil melihat ke arah orang yang dituju. Hayama sepertinya mendengar percakapan kami dan hanya menaikkan bahunya ke arahku. Kemudian, dia melanjutkan obrolannya dengan Miura.

Hayama-senpai ternyata tidak sebaik yang kukira...

Ngomong-ngomong, alasan adanya pesta ini karena proposal pesta palsuku. Kalau pesta ini ada karena ingin menghargai usaha mereka, memang sudah benar kalau aku yang harus memimpin toastnya.

"Ya sudah, aku akan mengatakan sesuatu."

Yuigahama mengangguk gembira, dan Totsuka mulai bertepuk tangan. Dengan support mereka, akupun mulai membersihkan tenggorokanku dan berdiri dengan gelas di tanganku.

"Permisi, mohon waktunya, aku ingin mengatakan sesuatu..."

Yuigahama dan Totsuka kemudian meminta lainnya untuk tenang, dan semua orang di ruangan ini tampak kebingungan.

Karena tidak ada pengalaman untuk hal semacam ini, akupun memulainya dengan aneh.

"Uhh, ini pesta yang menyenangkan, dan aku ingin berterimakasih kepada kalian atas—"

"Simpan saja nanti ketika pestanya selesai." Hayama memotong seperti tidak percaya itu keluar dari mulutku.

Akupun membuat gestur dengan tanganku, memberitahunya untuk diam dan tidak memotongku.

"Semuanya berjalan tanpa masalah berarti karena kerjasama kalian pada waktu itu," kataku, dan akupun dengan cepat menambahkan.

"Terima kasih semuanya, dan mari bersulang!"

Setelah memimpin toast, semua orang tampak tersenyum dan bersulang dengan orang terdekatnya. Sepertinya pesta ini mulai berubah menjadi pesta yang sebenarnya. Akupun bernapas lega dan duduk di sofa, membiarkan semua orang tenggelam dalam kebahagian pesta kecil ini.






x Chapter 3 Part I | END x

4 komentar: