Minggu, 08 Oktober 2017

[ TRANSLATE ] Biblia Vol 3 Chapter 3 : Spring & Asura (2/9)

Matahari sudah terbenam ketika kami pergi setelah menutup toko.

Kata Shioriko, kami tidak perlu memakai mobil karena tempat yang dituju tidak terlalu jauh. Kami lalu berjalan bersama melewati jalan lurus yang mengarah ke Stasiun. Tidak banyak orang yang keluar dari Stasiun Kita-Kamakura. Kami melewati semacam terowongan yang dindingnya didesain seperti mirip sebuah tebing. Karena bebatuan buatan tersebut tingginya cukup rendah, jadi aku terpaksa sedikit menundukkan kepalaku.

"Hari ini ada yang menelponku dan bilang kalau dia dulunya teman sekelas Ibuku." Shioriko menjelaskan itu sambil berjalan.

"Teman sekelas...Sejak jaman apa?"

"Katanya teman sekelas waktu SMP. Dia tinggal di Kita-Kamakura, katanya Ayahnya sejak dulu tinggal di sana...Ke situlah tujuan kita kali ini."

"Oh, tunggu dulu." akupun memotong ceritanya. "Memangnya dulu Ibumu di SMP mana?"

"Seioujo Academi...Kurasa aku belum pernah memberitahumu sebelumnya."


Ini pertamakalinya aku mendengar itu. Shioriko juga siswi di Seioujo...Jadi baik Ibu dan putrinya ke sekolah yang sama.

"Apa Ibumu dulu tinggal di dekat situ?"

"Ya, kalau tidak salah dia kecil di Fukasawa." jawab Shioriko.

Itu masuk akal kalau Ibunya menjadi pelanggan tetap Toko Buku Biblia.

"Bagaimana dengan keluarga Ibumu?"

Kalau rumahnya di sekitar situ, maka pastinya keluarganya juga di dekat situ. Tapi, Shioriko menggelengkan kepalanya.

"Tidak ada yang tinggal disana lagi. Ibuku dulu bilang kalau keluarganya sudah tidak ada lagi disana, tapi aku sendiri tidak tahu detailnya seperti apa. Baik Ayaka ataupun diriku belum sekalipun bertemu keluarga dari Ibuku..."

Sunyi menghinggapi perjalanan kami, hanya suara tongkatnya yang terdengar dalam kegelapan ini. Kalau diasumsikan keluarga dari Ibunya sudah meninggal semua sekali-pun, kurang logis rasanya kalau Shioriko tidak pernah bertemu satupun keluarga dari Ibunya. Pasti ada sesuatu disini.

Di persimpangan jalan kami-pun berbelok ke kanan, dan mulai berjalan menuruni jalan yang menurun. Aku sangat familiar dengan jalan ini. Aku selalu lewat sini ketika berjalan ke SMA-ku dulu dari Stasiun Kita-Kamakura..

"Jadi ada apa tiba-tiba teman sekelasnya di SMP menelponmu?" aku mengembalikan pembicaraan ini ke topiknya.

"Aku...Sebenarnya tidak tahu itu."

"Huh?"

"Dia bilang akan memberitahuku secara detail setelah bertemu."

"Itu saja?"

"Dia juga bilang kalau ini sesuatu yang penting."

Kedengarannya pembicaraan nanti topiknya tentang Shinokawa Chieko. Kalau kutebak alasan Shioriko memintaku untuk menemaninya, mungkin dia merasa kurang nyaman dengan request aneh ini dan meminta bantuanku.

Jalanan menurun ini semakin menajam. Ini karena kontur pegunungan yang mengelilingi Kamakura. Rumah-rumah disini terlihat tua tapi mahal-mahal, meski begitu rata-rata mobil yang terparkir disini ukurannya kecil-kecil. Mau bagaimana lagi, jalanannya saja kecil-kecil.

Kami akhirnya sampai di ujung jalan ini dan ada sebuah tangga besar yang menuju ke puncak gunung. Kalau kita menggunakan tangga ini untuk terus naik ke atas selama lima menit, kita akan sampai di SMA-ku yang dulu. Aku belum pernah kesana lagi setelah lulus.

"Apa rumahnya di bagian atas?"

"Tidak...Di sekitar sini." Shioriko menghentikanku yang hendak naik tangga.

Ada sebuah rumah tua yang dikelilingi pagar tinggi dan berada di dekat kami. Ada banyak es yang menempel di dinding rumah, tapi itu wajar di musim dingin, dan dedaunan di halaman rumah itu juga rontok.

Sebuah papan nama bertuliskan Tamaoka tertempel di kotak pos depan rumah.  Di balik pagar besinya, aku melihat sebuah ruangan yang terang dan menghadap ke halaman kebun. Tempat tersebut terasa suram.

"..."

Shioriko tampak diam sejenak, tapi tidak lama kemudian dia membuka gerbang tersebut. Kebunnya tampak terawat, tapi kulihat tidak ada satupun tanaman yang berbuah di musim seperti ini.

Ketika menunggu pemilik rumah keluar setelah Shioriko menekan bel, akupun berdiri di belakangnya dan melihat kumpulan tanaman bunga yang tertanam di pinggir pagar. Setahuku, dulu aku sering melihat bunga-bunga ini mekar ketika melewati rumah ini menuju SMA-ku.

Aku mendengar suara pintu dibuka dan secara spontan aku menegakkan posisi berdiriku. Seorang wanita pendek memakai sweeter hitam muncul dibalik pintu. Model rambutnya bisa dikatakan short bob cut dengan poni. Beberapa bagian rambutnya mulai beruban. Kalau kutebak, usia wanita ini sekitar 50-an tahun.

"Maaf kalau datang malam-malam. Sa-Saya dari Toko Buku Biblia. Ka-Kami mendapatkan panggilan te-telepon hari ini..." Shioriko berusaha menjelaskan dirinya dengan penuh perjuangan.

"Kau ini putri Shinokawa Chieko ya?" Wanita itu lalu tersenyum. "Yang menelponmu hari ini itu aku; Tamaoka Satoko. Silakan masuk."

Kata Satoko, ada sesuatu yang menurutnya perlu kami lihat dan kami dibimbing menuju ruangan bergaya barat yang berada di ujung lorong. Sepertinya, ruangan tersebut berfungsi sebagai perpustakaan, dengan rak buku kaca di tiap dindingnya, jendelanya juga ditutup oleh gordin. Di ruangan ini ada sebuah kursi kayu dengan sandaran tangan yang kecil dan sebuah meja kecil. Mungkin, si pemilik rumah sangat suka membaca disini.

"Ini adalah perpustakaan Ayahku. Beliau meninggal dua tahun lalu, tapi aku tetap merawatnya hingga kini." kata Tamaoka Satoko.

Beberapa buku ada yang ditumbuk di meja dan lantai, dimana kebanyakan adalah buka tentang seni dan literatur. Sepertinya almarhumah ini punya ketertarikan dengan seni dan sastra Jepang.

Hmm...?

Ada yang janggal tentang ruangan ini. Aku merasa pernah melihat pemandangan semacam ini sebelumnya     tidak, mungkin ini hanya imajinasiku saja. Ini pertamakalinya aku berada di rumah ini.

"Ayahku pindah kesini sekitar 50 tahun lalu, dia sering mengunjungi Toko Buku Biblia. Banyak sekali buku disini yang dibeli dari toko itu, dan banyak juga koleksi di toko tersebut yang dibeli dari sini. Apa orangtuamu pernah bercerita tentang Ayahku? Misalnya buku apa saja yang Ayahku pernah beli, dan Ayahku suka buku apa?"

Shioriko hanya menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan itu.

"Maaf, orangtuaku tidak begitu banyak bercerita..."

"Begitu ya." Satoko kemudian tersenyum. "Kurasa itu bisa dipahami. Ayahku tidak mampu lagi berkunjung ke toko kalian semenjak kesehatan kakinya memburuk 10 tahun lalu. Kurasa aku harus meminta maaf kepada kalian karena bertanya hal-hal yang aneh."

"Oh anda tidak perlu seperti itu, kami tidak keberatan..."

Sepertinya Ayahnya adalah salah satu pelanggan penting toko, tapi Shioriko sendiri belum membantu pekerjaan toko Ayahnya sejak 10 tahun lalu. Kurasa bukan hal aneh kalau dia tidak tahu.

"Umm...So-Soal request anda...Apakah anda membutuhkan bantuan kami?" tanya Shioriko.

Akupun ingin tahu. Kalau keperluannya hanya ingin menjual koleksi buku-buku di perpustakaan, maka menjelaskan di telepon harusnya sudah cukup. Jika dia ingin bertanya-tanya tentang Ayahnya, maka harusnya yang dipanggil bukanlah Shioriko     dia jelas tidak kenal Ayahnya.

"Apa kau juga membuka konsultasi seperti Chieko dulu?"

Ekspresi Shioriko berubah menjadi tegang ketika nama Ibunya disebut.

"Apa maksud anda?"

"Chieko sering menerima request dari orang yang datang ke toko. Dia bahkan menerima request yang sulit jika itu berkaitan dengan buku...Kudengar dari orang-orang kalau kau belakangan ini melakukan hal yang sama."

Akupun menelan ludahku. Ini mengingatkanku dengan kata-kata Takino kalau ada gosip yang mengatakan kalau toko kami sekarang menerima request lagi. Aku seakan tidak percaya kalau kami sekarang mendapatkan konsultasi yang serupa.

"Aku tidak menangani request dengan cara yang persis dengan Ibuku..." setelah berpikir sejenak, Shioriko lalu menambahkan. "...Tapi aku bisa mendengarkan requestmu, jika anda tidak masalah dengan itu."

Dengan kata lain, Shioriko tidak menolak sepenuhnya. Aku merasa kurang yakin dengan ini. Aku tidak tahu apakah ini berbahaya atau tidak, tapi aku merasa kalau kali ini berbeda dengan yang biasa kita terima. Seperti kata Takino, kita harus hati-hati.

"Kalau begitu, terima kasih banyak." Satoko mengucapkan rasa terimakasihnya, dan menambahkan sesuatu dengan nada yang pelan.

"Aku ingin kalian mendapatkan kembali buku yang sudah dicuri dari ruangan ini."





x Part 2 | END x



Tidak ada komentar:

Posting Komentar