Kami berjalan menyusuri lorong sekolah yang sunyi ini.
Lingkungan sekolah tampak sunyi, banyak siswa yang sudah pulang ataupun sibuk
dengan aktivitas Klubnya.
Setelah pergi dari Klub Gamers, Aku dan Yuigahama menuju
ke Sekretariat OSIS yang berada di Gedung Utama sambil mendiskusikan lokasi karaokenya. Ketika sudah dekat, tiba-tiba dari pintu muncul
siswi dengan rambut bob; Ketua OSIS Isshika Iroha. Di belakangnya, terdapat beberapa Pengurus
OSIS. Melihat ada “penampakan” siswi
berambut hitam panjang di situ, Yuigahama berlari masuk ke ruang OSIS.
“Oh, Yukinon.”
Orang yang dituju adalah Yukinoshita. Meski sedikit
terkejut, dia tidak mempermasalahkan kedatangannya yang tiba-tiba melompat dan
memeluk dirinya.
“Kau tahu soal kemarin itu? Aku akan pastikan libur musim
semi nanti jadwalku penuh.”
“Baguslah. Jadwalku sendiri sudah cukup padat di separuh
liburan itu,” jawab Yukinoshita, sambil mencoba lepas dari wajah Yuigahama yang
sangat dekat itu.
Yang bisa kubaca dari kejauhan kalau mereka sepertinya
mendiskusikan rencana mereka di liburan musim semi, tapi aku juga tidak
menghentikan diriku untuk mencampuri situasi yang canggung ini. Kalau kuhetikan,
maka akan butuh waktu lama untuk mengisi kembali kesadaran di kepalaku ini.
Jadi kupikirkan dahulu bagaimana agar terlihat biasa saja, tapi perlahan akupun
mulai melangkah, mengerti berhenti disini bukanlah ide yang bagus.
Menyadari kehadiranku, Isshiki dengen terburu-buru
mengambil posisi tepat di depanku.
“Oh, ternyata ada Senpai juga disini ya?”
“Yeah. Sepertinya kau sedang bekerja keras,” kataku.
Yukinoshita menyadari kehadiranku, dan melirik ke arahku,
dan akhirnya kedua mata kami bertemu. Dia kemudian memalingkan pandangannya.
Akupun mengalihkan pandanganku ke samping ketika dia mengedipkan matanya.
Karena itulah, hanya Isshiki yang posisinya agak diagonal dari posisiku berada,
satu-satunya orang yang berbicara kepadaku.
“Sepertinya, semuanya berjalan dengan lancar-lancar saja?”
tanyaku, dan Isshiki tampak keheranan mendengarnya.
“Sulit untuk dijelaskan...Benar tidak?” jawab Isshiki.
Dia tersenyum dan mengarahkan pembicaraannya ke Yukinoshita.
“Y-Ya, kurang lebih begitu.” Gumamnya, dan dia menutup
kedua matanya. “Sementara ini, belum ada masalah besar, tapi tidak bisa serta
merta dikatakan kalau rencana kita 100% sesuai rencana.”
Aku dan Yuigahama hanya bisa menatap satu sama lain
mendengar jawaban yang semacam itu, sikap kami yang diam seperti bertanya, “Jadi bagaimana?”
“Kupikir kita lancar-lancar saja sejauh ini,” kata
Isshiki, seperti hendak mengusir kesunyian ini. Dia menaikkan bahunya dan tersenyum
kecut.
Begitu, begitu ya.
Sulit mengerti penjelasan absurd mereka, tapi kurang
lebih berjalan sesuai rencana, kuharap begitu. Tapi, Yuigahama tampak tidak
yakin dan menggoyang-goyang lengan Yukinoshita.
“Yukinon, penjelasanmu berantakan! Sulit kupahami!”
“Ma-Maaf. Aku sendiri tidak tahu bagaimana mendeskripsikannya,
karena aku merasa progress kita sendiri masih belum bisa dibilang sesuai target...”
kata Yukinoshita dengan wajah memerah. Dia lalu menyembunyikan ekspresinya
dibalik poni dan rambut panjangnya.
“Kau terlalu jujur! Tapi kurasa yang seperti itu memang
karaktermu, Yukinon,” kata Yuigahama dengan tersenyum.
Dia tetap memegang lengan Yukinoshita dengan kencang.
Sedang Yukinoshita sendiri menggumamkan, “Terlalu dekat...”, namun tidak
melakukan apapun untuk lepas darinya.
Jarak keduanya memang seperti ini, selalu seperti ini,
atau mungkin yang sekarang lebih dekat. Akupun bernapas lega melihat hal ini.
“Sepertinya semuanya berjalan dengan mulus,” kataku.
“Kurang lebih begitu. Meski, kami sendiri masih belum
yakin,” kata Isshiki, sambil melihat ke arah Yukinoshita untuk menyetujui argumennya.
“Tapi, kami semua masih menganggap ini bisa selesai tepat
waktu.”
“Kurang lebih seperti itu.”
“Hmm, ya sudah, jangan terlalu keras bekerja.”
“Kau becanda, tentu saja kami akan bekerja keras. Kalau
tidak, ini tidak akan selesai tepat waktu. Kami terbuka untuk bantuan orang
luar,” kata Isshiki. Dia kemudian melihat ke arah Yukinoshita yang menaruh
jarinya di bibir, dan berpikir sejenak. Kemudian, dia mengatakan sesuatu.
“Hari ini dan besok adalah momen kritikal bagi kami, jadi
kami akan mendapatkan penambahan pekerjaan yang sangat banyak, tapi masih dalam
batas wajar dan bisa kita atasi, tentunya itu juga karena kerja kerasmu,
Isshiki-san.”
Setelah itu, dia tersenyum ke Isshiki, yang wajahnya
tampak memerah.
“Ya sudah, mungkin hari ini momennya kurang tepat, tapi
kalau besok butuh bantuan, kau bisa cari aku.”
“Benarkah!?”
“Isshiki-san, besok ada rehearsal, jadi kita tidak akan
mendapatkan pekerjaan yang melebihi hal itu. Kurasa kita tidak akan membutuhkan
tambahan orang untuk itu.”
“Oh, ya sudah...”
Aku dan Yukinoshita menatap tajam ke arah Isshiki.
Melihat dirinya berada diantara itu, dia menaikkan
tangannya.
“Umm, saya bukan penerjemah kalian ya...”
“Maaf, saya kurang percaya diri dengan kemampuan Bahasa
Jepang saya, jadi saya kesulitan untuk berbicara kepada orang Jepang.”
“Kurasa ini bukan masalah bahasamu! Ini adalah masalah
skill komunikasimu! Menggunakan bahasa lain jelas tidak akan merubah
sesuatunya...” kata Yuigahama.
Kasar sekali...
Kuberi tahu ya, aku ini sangat ahli dalam gestur. Aku
sangat berpengalaman dalam memberitahu semua orang kalau “aku ingin pulang”
dengan senyum yang kaku dan keringat berlebih.
Dan begitulah, senyum kaku dan keringat berlebih mulai
muncul, dan akupun hanya bisa mengembuskan napasku. Isshiki sendiri tampak
sudah menyerah dalam hal ini.
“Ya mau bagaimana lagi...Yukino-senpai juga payah dalam
komunikasi,” katanya.
Alis Yukinoshita mengkerut.
“Isshiki-san? Kau salah. Apa kau tahu kalau kurang sopan
bila berbicara langsung ke seseorang yang level sosialnya berada di atasmu?”
“Eh! Menakutkan...”
Yukinoshita mengibaskan rambutnya yang berada di bahu
dengan tangannya, dan tersenyum ke Isshiki yang sedang ketakutan.
Kurasa hal semacam itu memang ada! Jaman sekarang memang
ada kesenjangan antar kelas sosial. Kalau kau adalah orang berada atau pejabat,
kau bisa lolos dari jeratan hukum. Aku sendiri meyakini begitu.
Sekretaris OSIS yang berada beberapa langkah dariku
tiba-tiba berkata.
“Umm, hampir tiba waktunya bagi kita untuk ke ruang
Gym...”
“Oh, maafkan aku,” kata Yukinoshita. Kemudian dia
melepaskan tangan Yuigahama.
“Kami harus pergi, sampai jumpa nanti...”
“Oke.”
Yuigahama melambaikan tangannya, dan Yukinoshita
mengangguk. Dia lalu memberi tanda Isshiki dan lainnya untuk pergi. Ketika
mereka hendak pergi, Isshiki berjalan mendekatiku. Dia memegangi bahuku dan
berbisik.
“Tolong bantu kami di hari-H, aku sangat terbuka untuk
bantuanmu.”
“Mungkin, kalau aku ada waktu luang...”
“Tentu saja kau ada waku luang di hari-H. Ya ampun,
kenapa tidak jujur saja dengan dirimu dan bilang kalau kau ingin membantu. Kau
ini merepotkan sekali tahu!” kata
Ishhiki.
Napasnya yang manis itu berkumpul di telingaku, dan
akupun secara spontan mundur untuk menghindarinya. Lalu, dia mengembungkan
pipinya. Sambil menggerutu, dia mengejar Yukinoshita dan yang lain. Setelah
melihat mereka pergi, kami kembali berjalan menuju pintu masuk Gedung Utama.
“Aku bersyukur semuanya berjalan dengan baik.”
“Yeah.”
Akupun menjawab pernyataannya.
Kemudian, akupun bertanya
kepada diriku sendiri. Akankah semuanya akan baik-baik saja? Bisakah aku
bersikap sebagaimana mestinya?
Dalam derap langkah
ini, jarak antara kami semakin jauh dan menjauh. Tempat yang kami tuju berada
dalam jalan yang berbeda.
Hubungan kami
hanyalah sesuatu yang sementara, tercipta oleh hal-hal yang kita taruh bersama
disana. Kini, itu sudah hilang, membuat diriku dan Yukinoshita semakin terpisah
jauh.
Seperti bagaimana
kita terbiasa dengan masa-masa itu, dengan ruangan itu, hubungan kita pada
akhirnya tidak akan lebih dari itu. Dan seperti bagaimana kita bisa terbiasa
dengan diri kita yang dekat satu sama lain, maka pada akhirnya kita juga akan
terbiasa dengan diri kita yang saling berjauhan satu sama lain.
x Chapter 2 | END x
Menurut saya...Ending arc ini sudah bisa ditebak dari monolog Hachiman...Termasuk gadisnya...
Analisisnya mana min
BalasHapusHubungan kami hanyalah sesuatu yang sementara, tercipta oleh hal-hal yang kita taruh bersama disana. Kini, itu sudah hilang, membuat diriku dan Yukinoshita semakin terpisah jauh..
BalasHapusAyolah haciman jangan nunggu doank..
Kayaknya mereka berdua udh berfikir pakai perasaan, jadi tiap ngomong keliatan canggung. Gua penasaran apaan isi dari Volume 13.
BalasHapusGaris besarnya tentang prom. Nanti promnya mau dibatalin tp yukino mau revisi lg promnya tp gk mau dibantu 8man, karena kakaknya bilang hubungan mereka ber3 itu cuman kodependensi. Trus 8man akhirnya bikin tantangan ke yukino kalo si 8man bakal mgebuat rencana prom jg, trus nanti rencana prom yg dipilih menang dan yg menang boleh menyuruh yg kalah. Dan akhirnya 8man kalah (krn emg niatnya kalah). Dan yukino nyuruh hachiman buat memenuhi permintaan yui.
HapusDi chapter ini juga bakal ada curhatan/interlude dr yui,iroha,hayato,haruno, dan yukino
Monolog terakhir Hachiman benar-benar bernada memilukan. Arrggh sial, sebenarnya apa yang telah terjadi antara Hachiman-Yukino di Vol. 13!?
BalasHapusTerimakasih telah update, Admin. Semoga kau selalu sehat.
Di ending vol 13 hachiman kalah dari yukino sehingga hachiman hrus memenuhi permintaan yukino.Permintaan yukino yaitu,hachiman harus memenuhi permintaan yuigahama dan yukino ingin menghentikan hubungan apapun dengan hachiman dan yukino juga memberhentikan club service....CMIIW
BalasHapusSebenarnya ini semua dimulai dari kata2 haruno san yg bilang hubungan mereka bertiga itu cuma hubungan saling ketergantungan saja (codependency) dan bukan hubungan yg genuine. Nah codependency itu apa, yaitu ada orang yg tidak keberatan bergantung kepada orang lain (yukino) dan ada orang yg meresa punya arti hidup karena ada orang yg bergantung padanya (hachiman). Makanya yukino mau berubah, dia tidak mau bergantung sama hachiman terus, ya udah akhirnya yukino putuskan untuk bubarkan klub. Berpisah deh mereka
HapusHappy ending
Gk kok bro nanti 8man nembak yukino dengan bilang mau terlibat dimasa depan yukino dan hukino menerimanya.
HapusY
BalasHapus