Siang yang damai dan bermandikan cahaya matahari ketika
aku sedang makan siang di tempat yang biasanya. Kukunyah makan siangku sambil
ditemani suara-suara dari Klub Tenis.
Hari ini terasa lebih dingin dari kemarin, tapi itu tidak
membuat suasana diluar ruangan kurang nyaman. Pagi dan Sore memang akan lebih
dingin, tapi tidak ketika siang, kau malah tidak butuh mantel ketika siang hari
disini. Mandi cahaya matahari ketika langit tidak seberapa berawan memang
terasa luar biasa.
Dalam beberapa hari, daerah sini akan berganti musim, dan
musim semi sudah mulai lebih dekat dari sebelumnya.
Kumakan potongan terakhir dari roti yang kubeli di kantin
dan kututup dengan teh. Akupun bernapas lega dan menaruh tanganku di dagu.
Dalam posisi bermandikan cahaya, kututup kedua mataku.
Kufokuskan pendengaranku untuk mendengar suara pantulan
bola dari lapangan dan suara dari kapten Klub Tenis, Totsuka. Tiba-tiba, suara
langkah kaki mulai bercampur. Kubuka kedua mataku menuju arah suara itu, dan
disapa oleh rambut bermodel sanggul yang berwarna peach ini. Si pemilik,
Yuigahama, menyadari kehadiranku dan melambaikan tangannya.
“Ohh, ada apa?”
“Ketika membeli minuman di kantin, aku berpikir untuk
memberikanmu ini ,” katanya. Setelah itu dia memberikanku sekaleng Maxx Coffee,
lalu merapikan roknya dan duduk di sebelahku. Kuterima sekaleng kopi hangat
tersebut, namun aku kurang tahu ada apa ini sebenarnya.
“Huh, ada apa ini? Ini untukku? Berapa?”
“Tidak usah bayar, karena kau sudah mentraktirku
kemarin.”
“Oh, masuk akal. Ya sudah, kuambil ya.”
“OK.”
Sulit rasanya membayangkan dia sejauh itu hanya untuk
membalas budiku, namun ini saja sudah sesuatu yang benar untuk dilakukan.
Kubuka penutup kalengnya dan meneguk hangatnya kopi
tersebut, Max Coffee yang manis. Akupun mengangguk merasakan kehangatan kopi
tersebut di tubuhku, namun...Aku merasakan ada yang menatapku. Kulihat ke arah
tersebut, dan Yuigahama sedang melihat ke arahku, sambil memiringkan kepalanya.
Tatapannya terasa hangat, sehangat matahari. Namun karena aku sudah merasa
kurang nyaman, akupun memindahkan perhatianku dari dirinya dan memandangi
daftar gizi di kopi ini.
Apa kau baik-baik saja? Entah mengapa sekarang diriku
merasa sangat bersemangat sekali. Jangan bilang...Kalau tidak salah Max Coffee
memakai beberapa bahan aneh? Seperti, memakai beberapa bubuk putih
berbahaya...? Eh ini becanda kah? Tentu saja, ada disana! Bubuk putih yang
membuat semua orang menjadi semangat, dan namanya adalah gula!
Akupun mulai mengumpulkan beberapa fakta tidak berguna di
kepalaku. Lalu, Yuigahama berbicara kepadaku.
“Jadi, kapan kita akan mengadakan pestanya?”
“Ahh...”kataku, untuk mengisi kesunyian ini, dan
mengambil waktu untuk berpikir.
Pesta adalah sesuatu yang dia katakan semalam dan juga
menjadi hal yang ingin dia wujudkan.
Tujuan pesta itu adalah sebagai apresiasi bagi semua
orang yang sudah membantu mewujudkan usulan acara Malam Perpisahan palsu:
Zaimokuza, dua member dari Klub Gamers, Miura, dan Ebina-san.
Tentu saja, ketiga laki-laki di atas pasti susah kalau
diajak menghadiri pesta...Meski begitu, karena ini adalah keinginan Yuigahama,
maka aku tidak bisa menolak.
Menganggap diriku yang terdiam ini sebagai gestur kalau
aku sudah menyadari maksudnya, dia lalu menyentuh handphonenya dan menunjukkan
sesuatu padaku.
“Yumiko dan Hina bilang mereka ada waktu luang hari ini,
dan aku juga. Bagaimana kalau kita adakan hari ini?”
“Tapi kenapa kau tidak bertanya kepadaku apakah aku ada
waktu luang hari ini?” tanyaku.
“Bukankah kau sendiri yang bilang kalau kau ada waktu
luang? Katamu besok, lusa, atau setelahnya?” kata Yuigahama sambil mengatakan
itu dengan nada jengkel.
“Ya benar juga sih...”
Aku hanya bisa menaikkan bahuku karena tidak akan
menyangka kalau itu akan dipakai untuk memastikan komitmenku. Kurasa aku harus
hati-hati dalam berbicara di lain kesempatan! Aku sendiri tidak bisa memberikan
argumen lain karena faktanya aku memang tidak ada kegiatan hari ini.
“Jadi, sekarang kita tanya ke Chuuni Dkk apakah mereka
bisa datang...” katanya, menandakan kalau aku harus mendapatkan konfirmasi dari
mereka.
“Kurasa hari ini bisa,” kataku, menjawab begitu saja.
“Huh? Serius?” katanya dengan nada terkejut.
Akupun mengangguk. “Yeah, mereka pasti tidak ada kerjaan
lain. Aku ini ahlinya kalau soal ini.”
“Kau jangan terlalu percaya diri...”
Aku ragu kalau Klub Gamers sibuk dengan aktivitas Klub,
atau apalah kegiatan mereka, dan itu
juga berlaku ke Zaimokuza. Aku tahu karena aku berpengalaman di sebuah Klub
yang aktivitasnya tidak jelas. Jadi
aku ini bisa dikatakan orang yang berpengalaman.
Yuigahama yang sudah menjadwalkan acaranya, tampaknya
tidak begitu paham dengan penjelasanku dan menatapku dengan tatapan curiga.
“Sekedar info saja ya,
kalau mereka tidak datang, maka kau akan menjadi satu-satunya laki-laki yang
hadir disana.”
“Itu terdengar menakutkan sekali...”
Situasi yang disebut harem adalah sesuatu yang mevvah
dimana hanya Raja saja yang bisa menikmatinya. Kenyataannya, ingin muntah
adalah hal pertama yang ada di pikiranmu ketika kau adalah satu-satunya
laki-laki di dalam ruangan yang dipenuhi gadis-gadis. Dan yang terpenting, kau
akan berkeringat seperti kondensasi segelas es teh di musim panas. Akan
menyenangkan jika mereka tidak mempedulikanmu, tapi jika sebaliknya dan mereka
bertanya “Kau tampak berkeringat, kau tidak apa-apa? Apa kau kepanasan?”,
bahkan ketiakmu yang basah itu adalah hal terakhir yang harus kau khawatirkan. Di
momen tersebut, air terjun niagara tampak muncul di mulutmu. Jika yang hadir
itu adalah member klub yang biasa kau hadiri, kau bisa mencari-cari alasan
untuk itu. Tapi jika berada di lingkungan yang tidak dikenal, kau akan seperti
kucing sewaan, dan nasibmu akan seperti Patung Jizhou. Jadi, bagaimana jika
kutambah Zaimokuza dan dua member Klub Gamer disana? Wow! Sekarang, ada tiga
lagi patung yang datang dan totalnya sekarang menjadi empat!
Meski begitu, pepatah mengatakan kalau separuh berisi
lebih baik daripada kosong, jadi kehadiran mereka memang jauh lebih baik
daripada tidak hadir. Mengesampingkan apa opini Miura Dkk tentang mereka,
kehadiran mereka jelas akan membantu kesehatan emosiku.
“Aku akan memikirkan cara untuk mengundang
mereka...Karena kalau kuundang dengan cara biasa, mereka pasti akan menolak.”
“Benarkah?” katanya, masih belum yakin dengan
kata-kataku.
Akupun mengangguk.
“Aku yakin sekali. Kalau mereka tahu orang seperti Miura akan
datang, mereka pasti tidak akan datang. Memaksa orang untuk berpesta dengan
orang-orang “flamboyan” adalah sebuah penyiksaan. Selama dua jam, yang mereka
lakukan hanyalah menatap ke arah jam dinding dan mengisi ulang minuman mereka.
Malah, waktu yang mereka habiskan di toilet jauh lebih lama dari biasanya. Aku
sudah berpengalaman dalam hal ini.”
“Kau ini terlalu berlebihan! Itu kan Cuma pengalamanmu saja!”
Yuigahama mengatakan itu dengan kesal.
Kugaruk-garuk dahiku dan mengatakan, “Begini, masalahnya
ini berakar dari mereka yang bukan kenalan langsung.”
“Oh, begitu, masuk akal sih...” kata Yuigahama, akhirnya mengerti situasinya.
Aku sendiri tahu Miura adalah orang baik, tapi
kelakuannya yang elit itu membuat
siapa saja ketakutan di pertemuan pertama mereka. Maksudku, aku sendiri begitu
sampai sekarang!
Tapi, dari sudut pandang orang yang terbiasa dengannya,
itu bukanlah masalah besar. Yuigahama lalu bertepuk tangan dan menatapku,
menunjukku dengan jarinya dan mulai menjelaskan sesuatu.
“Oh, begini, bukankah Chuuni sudah kenal Yumiko dan Hina?
Jadi yang dia perlukan tinggal mengakrabkan diri saja dan...”
“Begini, masalahnya itu mereka bukanlah kenalan secara
langsung...”
“Alasan itu lagi!?”
“Kamu becanda ya?
Aku sendiri tidak yakin kalau aku ini kenalan Miura dan Ebina-san, apalagi Zaimokuza,
jelas dia sangat tidak yakin lagi. Juga, mustahil dia akan mengakrabkan diri dengan mereka di pesta.”
“Well, karena itulah aku meminta bantuanmu...Kau pasti
bisa melakukannya, Hikki.” Yuigahama mengucapkannya sambil mengepalkan
tangannya di depan dadanya.
Hanya senyum kecut yang keluar dari wajahku.
Terimakasih sudah memberiku semangat, tapi kurasa itu
tidak akan terjadi...
Kenapa kau sampai sejauh itu mau mengumpulkan
makhluk-makhluk yang berbeda habitat di satu tempat? Maksudku, apa kau mencoba
membuat Coloseum dimana makhluk bermana Miu-Lion dan Zaimoku-Slave akan
bertempur? Apa kau tidak pernah baca sejarah kalau tempat itu hanyalah tempat
yang mengerikan dan digunakan untuk tontonan pembantaian saja?
Tapi kukesampingkan pikiranku itu, karena perintah Kaisar
Gahama adalah mutlak.
“...Ya sudah, kulakukan sesuatu agar mereka mau datang.
Lalu dimana lokasi pestanya?”
“Karaoke, atau sejenisnya...” katanya, sambil menatap ke
arah langit. Lalu, dia menatapku kembali seolah-olah menunggu konfirmasiku.
“Ya sudah...Kuusahakan mereka datang,” kataku setelah terdiam sejenak.
Aku butuh waktu untuk memikirkan ide-ide bagaimana
meyakinkan mereka untuk mengikuti ajakanku. Lalu, akupun menambahkan, “Aku akan
mengundang mereka setelah pulang sekolah.”
“Oke,” katanya, sambil mengangguk.
Dia lalu membetulkan posisi duduknya lagi dan beberapa cm
lebih dekat denganku. Angin dingin meniup rambutnya yang lembut, dan setelah
memegangnya dengan tangan, dia memindahkannya ke belakang telinganya. Sambil
meliriknya, aku mulai meminum kopi gulaku yang hangat ini.
Aku mengira dia akan pergi setelah menjelaskan tentang
detail pestanya, tapi tampaknya tidak begitu. Ah sudahlah, cuacanya memang lagi
bagus, dan spot ini juga bukan spot eksklusif milikku. Kalau dia ingin
bersantai disini, maka aku tidak akan keberatan.
Karena merasa kurang nyaman dengan situasinya, aku mulai
melirik ke arah lapangan tenis. Suara bola yang memantul sudah berhenti, dan
member Klub mulai membereskan peralatannya. Setelah berlatih, mereka tampak
kotor dan kelelahan, kecuali satu orang disana. Dia seperti Dewi Rembulan dalam
Mitologi Yunani, Selene, dan menjadi objek keindahan dan penyembuh dari Klub
Tenis, Totsuka Saika. Sungguh Glitterific!
Kulambaikan tanganku ke arahnya, sementara dia sedang
menyeka keringat dan menaruh tas ransel di punggungnya. Ketika menyadariku, dia
sedikit melambaikan tangannya.
Cara kita memberi gestur agar tidak mencolok sungguh luar
biasa...Misalnya, ketika kau pergi ke konsernya aktor pengisi suara anime, semua
orang di sekitarmu sibuk melambaikan light-stick dan menyebut-nyebut idolanya,
kau lalu mundur ke belakang dan berpose seperti Vega, dengan aura seseorang
yang melihat kekasihnya. Kita bisa saja dikira pacar si pengisi suaranya, benar
tidak? Kalau tidak dikira pacarnya, biasanya ya dikira orang tidak dikenal
saja...
Melihat kita berdua, Totsuka kemudian berbicara kepada
member Klubnya, lalu bergegas kemari. Melihat itu, Yuigahama ikut melambaikan
tangannya.
“Oh, yahallo, Sai-chan!”
“Uh huh, yahallo.”
Totsuka tampak tersengal-sengal membalas sapaannya tadi.
Lalu, dia tersenyum manis kepadaku.
Sapaan yang manis...
Aku sendiri mulai terhipnotis oleh kata-katanya
itu...Tunggu, tidak. Ini bahkan tidak termasuk bahasa asli Jepang? Coba kuingat
lagi, bahasa apa ada kata “Yahallo”?
Ketika aku mulai diliputi perjuangan panjang untuk
memikirkan itu, Yuigahama tiba-tiba mengatakan sesuatu.
“Sibuk dengan kegiatan Klub? Wow, kau kurus sekali.”
“Ku-Kurus...? Hmm, aku tidak terlalu yakin soal itu,” dia
mengatakan itu sambil malu-malu.
“Percaya deh
Sai-chan, kau ini kurus sekali. Kau butuh asupan daging, wah ini tidak adil.”
Yuigahama mengatakan itu dengan ekspresi penuh penyesalan.
“Be-Benarkah...?” tanya Totsuka.
Lalu Yuigahama mulai mencubit Totsuka. “Aduh,
ja-jangan...”
“Tuh kan! Kurus
sekali! Lihat Hikki, dia kurus sekali!”
Totsuka tampak memelas agar dilepaskan, namun Yuigahama
malah tidak menghiraukannya, dan mengajakku ikut serta.
Oh? Apakah aku mendapatkan kehormatan untuk itu juga?
Kugerakkan tanganku
secara perlahan. Atau lebih tepatnya, aku sedang berusaha untuk itu.
“Hachiman...tolong hentikan dia...” Totsuka memelas.
Seketika, aku terdiam. Dadaku seperti baru ditembus oleh
anak panah. Kuputuskan untuk segera mengganti topiknya.
Akan segera kulakukan sesuatu, jangan khawatir!
“Totsuka, apa kau ada waktu luang malam ini?” tanyaku.
Dia memiringkan kepalanya. Sedang Yuigahama tiba-tiba
berhenti mencubitnya, dan mulai menepuk-nepuk kepalanya. Akupun langsung
menambahkan.
“Maksudku pergi ke karaoke. Masih ingat dulu aku butuh
bantunmu soal acara Malam Perpisahan Siswa? Rencana itu berjalan dengan baik,
jadi kita kali ini hendak merayakannya...”
Agar usulan acara palsu itu lolos, aku berkonsultasi ke
Totsuka. Malahan, kalau tidak karena ada dirinya dulu, mungkin aku tidak akan
bisa berbicara banyak soal detail acaranya. Karena aku belum berterimakasih
kepadanya, aku ingin dia hadir ke pesta itu.
“Betul, betul! Kau harus datang, Sai-chan!” kata
Yuigahama, sambil menepuk kedua tangannya.
Totsuka berada di situasi yang sulit untuk menolak, lalu
berkata, “Ya sudah kalau kalian tidak keberatan aku bergabung setelah kegiatan
Klub...”
Akupun mengangguk untuk membalas senyumnya itu. Kemudian,
bel tanda jam makan siang berakhir berbunyi.
“Ayo kita kembali ke kelas,” kata Yuigahama. Dia lalu
berdiri, dan membersihkan roknya. Akupun berdiri, dan menghabiskan minumanku.
Kubuang sampah roti dan minuman dalam perjalanan ke Gedung Utama, kutaruh
jari-jariku yang kedinginan itu di dalam kantong.
Rencana sudah disiapkan. Aku sendiri awalnya tidak begitu
antusias dengan rencana pesta ini, tapi entah mengapa, kini aku mulai merasa
antusias.
Semangat ngetranslatenya min....slh satu pahlawan tabpa tanda jasa
BalasHapusMiura vs zaimokuza
BalasHapusHahahhhh
Thanks min
Thanks admin ..untuk update nya
BalasHapusMakasih admin
BalasHapusY
BalasHapus