Di kamar ganti gadis setelah pelajaran olahraga terasa seperti ladang padi yang habis disirami air hujan. Sangat sulit untuk mencari ruang untuk bernapas, tidak hanya karena bau parfum dan bedak yang mengisi ruangan, tetapi juga banyak sekali bau dari botol softdrink dan handuk penuh keringat yang dilempar begitu saja. Sementara itu, suara obrolan terdengar tiada henti croak disini, croak disana, persis seperti suara katak.
Aku mengatakannya bukan seperti kami tahu betul suara katak yang sebenarnya seperti apa. Pada jaman ini, seorang siswa yang hidup dengan baik di perkotaan kemungkinan tidak akan pernah tahu suara katak yang sebenarnya.
Oleh karena itu, kali ini aku ingin menggunakan imajinasiku. Aku menyembunyikan tubuhku dibalik pintu loker, lalu aku terdiam menikmati hiburan ini sebagai latihan.
Para katak sedang membuka pakaiannya masing-masing.
Para katak sedang menyemprotkan deodorannya.
Para katak sedang mengobrol tentang cinta kepada sesamanya.
Ketika aku mengubah teman-teman sekelasku menjadi katak-katak di imajinasiku, ruangan ini berubah menjadi pertunjukan yang lucu. Ribbit ribbit ribbit. Kadang membuatku tersenyum sendiri melihatnya.
Aku cukup yakin di dunia yang terdiri dari ladang padi, seekor katak yang meminggirkan dirinya dari jalan yang seharusnya untuk membiarkanmu lewat adalah katak yang tidak perlu kau pikirkan. Katak-katak memang blak-blakan. Katak-katak memang kuat. Katak-katak itu merasa bebas. Semua manusia memang harusnya menjadi katak-katak itu.
Jika Bumi adalah sebuah desa yang didiami ratusan katak, tidak akan ada satupun katak yang tidak membenci melihat angsa yang cantik. Tanpa ragu, mereka seperti tidak mau melihat noda di diri mereka sendiri dan terus hidup dalam damai.
Di tanganku sekarang, aku menggenggam setangkai bunga putih, aku sendiri tidak tahu nama bunga ini. Aku tidak percaya kalau bunga ini akan menjadi sesuatu yang lain dari bunga sampai aku memetiknya. Ini pasti sebuah definisi dari kebahagiaan.
Hembusan napas keluar begitu saja dari mulutku.
Awan-awan yang berbentuk spiral sedang terbentuk di angkasa seakan-akan memandangiku, seperti sebuah pertanda akan adanya gempa. Tanpa sengaja, aku seperti menelan napasku yang baru saja hendak keluar dari tenggorokanku.
Ada beberapa orang di luar sana yang bisa kau katakan sebagai ahli dalam membelokkan pikiran orang-orang. Ketika melihat sesuatu sebagai sebuah pertanda kejadian, yang sebenarnya tidak akan terjadi apa-apa, orang-orang seperti percaya begitu saja. Orang-orang yang percaya dengan mudahnya itu seperti sejenis hiasan kepala labu atau mirip dengan sayuran, itu misalnya saja.
Ya, seperti itulah mereka.
Tetapi itu hanyalah logika dari seseorang yang memiliki pikiran yang tinggi. Menjelma menjadi labu yang enak lebih dari sekedar hiasan bukanlah sebuah dosa.
Di dunia ini, orang-orang seperti menjadi kumpulan pengecut. Kecuali seseorang mendorong mereka, maka mereka tidak akan peduli dengan apapun yang terjadi.
Misalnya diriku, sebagai contoh sederhana.
Pertanda dan ramalan mungkin bisa menjadi motivator bagi orang-orang yang tidak punya keberanian. Ramalan dan wahyu diturunkan dari generasi ke generasi karena mereka menawarkan bimbingan kepada orang-orang yang ragu. Aku sempat membayangkan apakah ada sebuah hukuman bagi orang yang tidak mempedulikan takdir tak terlihat seperti hal-hal di atas.
"Ya, tidak, ya, tidak, ya, tidak, ya..." aku menggumam sambil mencabuti kelopak bunga tersebut satu persatu.
Tentunya, aku melakukannya sambil bersembunyi di balik bayangan pintu loker. Aku tahu kalau kebiasaan mengambil keputusan dengan mencabuti kelopak bunga adalah kebiasaan kuno. Aku bisa membayangkan bagaimana aku akan diperlakukan oleh teman-teman sekelasku jika mereka melihatku melakukan hal ini.
"Ya..."
Kelopak bunga yang terakhir tersebut kuremas hingga mengkerut. Entah mengapa, aku merasa kalau Misa sedang tersenyum kepadaku saat ini. Adikku yang seperti malaikat. Ketika aku sedang memikirkannya, aku seperti melakukan sesuatu dengan sekuat tenagaku demi dirinya.
Dengan didorong oleh takdir dari kelopak bunga tadi, aku menyentuh smartphoneku dan membuka bagian SMS.
Maria-san, ada sesuatu yang ingin kutanyakan kepadamu...
Setelah ini, aku akan berinteraksi dengan seseorang yang memiliki sifat menakutkan.
Demi mendapatkan kembali sesuatu yang telah dicuri dariku
- Chapter I : END -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar