x Last Chapter x
Memasuki bulan Desember, suasana Tahun Baru seperti menyelimuti orang-orang di sekitar sini. Bahkan waktu seperti berlalu dengan cepat.
Waktu yang tersisa di tahun ini kurang dari tiga minggu.
Suasa akhir tahun selalu dimulai ketika memasuki bulan Desember. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, pemilihan Ketua OSIS tahun ini di SMA Sobu mundur dari yang direncanakan dan berlangsung kurang menarik. Kemarin, kegiatan voting Ketua OSIS baru berjalan dengan baik.
Isshiki memohon Hayama sampai menangis-nangis untuk berpidato untuknya dalam kampanye dan meniru perencanaan kampanye Yukinoshita sepenuhnya. Hasilnya, Isshiki Iroha dikukuhkan menjadi Ketua OSIS yang baru.
Kepengurusan OSIS yang baru akan bekerja mulai hari ini.
Rata-rata siswa SMA Sobu tidak terpengaruh tentang hal itu dan melakukan aktivitasnya seperti biasa.
Tidak terkecuali diriku. Aku melakukan rutinitas harianku yang tidak berubah sampai saat ini.
Seperti biasa, aku menghadiri kelas dan tidak terasa, bel pulang sekolah berbunyi.
Seusai pelajaran Konseling, aku pergi meninggalkan kelasku.
Musim nampaknya sudah berganti ke musim dingin dan langit yang terlihat dari jendela memang terlihat sangat dingin.
Aku berjalan menuruni tangga dan masuk ke lorong gedung sekolah. Di depanku adalah ruang Pengurus OSIS dan hari ini adalah hari pertama mereka bersama pengurus barunya, kulihat ada beberapa orang keluar masuk ke ruangan itu.
Aku melihat Isshiki Iroha diantara orang-orang yang berada di ruangan itu.
Ketika dia melihatku sedang berjalan di lorong, Isshiki tiba-tiba tersenyum ke arahku. Dia melambaikan tangannya di depan dadanya.
Aku membalas salamnya dengan isyarat dari leherku dan meneruskan perjalananku.
"Senpaaai!"
Ketika aku membalas salamnya tadi, Isshiki memanggilku dengan suara yang lemah.
Pasti ini begini. Biasanya jika aku menolehkan badanku ke arah panggilan itu karena merasa aku yang dipanggil, kenyataannya, dia sedang memanggil senpai yang lain.
Dengan begitu, aku tidak mempedulikan suaranya dan meneruskan langkahku, namun terdengar suara langkah kaki yang mengejarku dari belakang. Ketika aku membalikkan badanku, Isshiki datang ke arahku. Dia terlihat cemberut.
"Kenapa kamu cuek tadi?"
"Kupikir kamu sedang memanggil orang lain...Apa pekerjaanmu sudah dimulai hari ini?
Ketika aku bertanya kepadanya, Isshiki mencondongkan dadanya dengan bangga.
"Benar...Sebenarnya, awalnya kukira pekerjaannya berat-berat."
Pertama, dia memang menunjukkan ekspresi percaya diri yang tinggi, tetapi sesuai kalimat terakhirnya, semangatnya terlihat semakin meredup sedikit demi sedikit. Aku tidak bisa menyalahkannya, semua kejadian ini tiba-tiba membuatnya menjadi seorang Ketua OSIS. Dia cukup beralasan bersikap khawatir seperti itu dan mungkin saja dia sudah berpikir tentang kegagalan-kegagalan pekerjaannya kelak.
Tetapi kegagalan-kegagalan pekerjaannya kelak masih bisa terulang lagi mengingat banyaknya pekerjaan pengurus OSIS, namun hal-hal itu masih bisa diperbaiki. Oleh karena itu dia tidak perlu takut. Memikirkannya membuatku merasa lega, aku secara spontan tersenyum.
"Sebenarnya, siswa-siswa disini tidak mengharapkan hal-hal luar biasa dari Pengurus OSIS, jadi ambil saja dengan santai?"
"Maksud senpai tadi apa...?"
Dia menatapku dengan tatapan curiga. Tetapi bukannya aku mengharapkan sesuatu hal yang luar biasa darinya...Hanya saja, jika memang hendak menyemangatinya, memberinya sebuah motivasi untuk awal pekerjaannya, maka...
"...Tahun depan, adik perempuanku akan masuk ke sekolah ini."
"Huh? Tunggu dulu, bukankah ujian masuknya saja belum dimulai?"
Ketika aku mengatakannya, Isshiki mencondongkan tangannya dan melihatku curiga, seperti berkata 'Orang ini ngomong apa sih?' diamlah! 'Aku sudah memutuskan kalau Komachi pasti lulus masuk SMA Sobu'.
"Jadi buatlah sekolah ini menjadi sekolah yang bagus untuknya."
"....."
Mulut Isshiki terbuka begitu saja. Setelah itu, tidak tersipu malu ataupun berpura-pura malu, dengan suaranya yang terbata-bata, dia menunjukkan kedua tangannya seperti memaksaku mundur.
"Apa yang kau lakukan? Apa Senpai sedang berusaha untuk mendekatiku? Maafkan aku, Senpai bermimpi terlalu tinggi. Itu juga sungguh mengerikan dan mustahil."
...Alasan dia menolakku kali ini sepertinya berbeda dengan alasannya dulu, benar tidak?
"Kamu terlihat lebih baik kalau berkata jujur...Aku cukup yakin Hayama akan menyukaimu yang seperti itu."
"Eh, benarkah? Senpai dapat dari mana info seperti itu?"
Mata Isshiki tiba-tiba berbinar-binar seperti memakan umpanku. Sebenarnya tidak begitu. Sederhananya, dibandingkan karakter palsunya yang dia buat-buat, karakter aslinya terlihat lebih baik. Tetapi menjelaskan hal-hal seperti itu kurasa akan sangat rumit, jadi kuputuskan untuk bersikap beda kepada dirinya dan membiarkan hal itu mengendap di suatu tempat.
"Itu hanya pemikiranku saja. Kalau begitu, lakukan yang terbaik untuk pekerjaanmu!"
"Okay~. Sebenarnya, bukan maksudku begitu sih! Sekarang, kita sedang menyusun ulang ruangan Pengurus OSIS. Senpai mau melihat sebentar?"
Menyusun ulang huh...Apa menyusun ulang ruangan Pengurus OSIS adalah sesuatu...?
Isshiki memegang lenganku dan menariknya. Ini sepertinya begitu. Dia mungkin berpikir untuk membuatku membantunya menyusun ulang ruangan OSIS.
Tetapi sebenarnya aku juga tidak punya rencana ataupun pekerjaan penting yang menungguku. Karena aku yang mendorongnya menjadi Ketua OSIS, mungkin memang seharusnya aku membantunya sedikit.
Seperti dugaanku, ketika kita berdua berjalan masuk ke ruangan OSIS, terdengar suara dari dalam ruangan.
"Irohasu, ini harus diapakan...? Irohasu?"
Suara itu sangat familiar...Ketika aku melihat asal suaranya, cukup aneh, ternyata itu Tobe.
Di cuaca yang sangat dingin ini, entah mengapa dia memakai T-shirt dengan handuk mengelilingi kepalanya. Orang ini persis seperti pekerja part timer di Toko Ramen...Tobe sedang memegang kotak kecil di kedua tangannya dan terus memanggil Isshiki. Apa sih yang dia pegang? Ketika kulihat lebih dekat, ternyata itu sebuah kulkas kecil.
"Isshiki, apakah itu kaupikir ide yang bagus?"
Aku menatap Isshiki untuk bertanya dan dia menjawabnya dengan enerjik.
"Ini kan akan menjadi ruanganku sejak hari ini. Tentunya aku ingin menempatkan beberapa barang sesuai seleraku!"
"Ah, begitu ya..."
Yang kutanya sebenarnya bukan masalah kulkas adalah ide bagus atau tidak, tetapi membiarkan Tobe berdiri memegangi kulkasmu dari tadi...Dia sepertinya memanggilmu terus menerus sejak tadi...
"Irohasu? Pemanasnya harus kutaruh dimana?"
Tobe berteriak lagi. Ketika kulihat lagi, kali ini dia memegang pemanas ruangan.
"Isshiki, apa ini ide yang bagus?"
Ketika aku bertanya ke Isshiki lagi, dia meremas kedua tangannya seperti sedang pemanasan.
"Aku sangat sensitif sama cuaca dingin loh"
"Ah, begitu ya..."
Seperti yang aku butuh info itu saja...Yang ingin kutanyakan adalah soal Tobe...Ya sudahlah, lagipula ini Tobe.
Meski begitu, apakah Kepengurusan OSIS yang dipimpinnya akan baik-baik saja...? Meski lebih baik terlambat daripada tidak, aku mulai sedikit khawatir tentang itu.
"Irohasu?"
Tobe sepertinya tidak bisa mengangkatnya lebih lama lagi.
"Oooh, siapa ini? Hikitani-kun, mau bantuin ya?"
"Enggak...Aku kesini cuma kebetulan lewat saja."
"Serius lu? Serius ini, kalo Hayato enggak segera kesini, gue bisa gila."
Ketika orang itu disebut dalam percakapan kami, Isshiki mulai ikut dalam pembicaraan kami.
"Ah, Tobe-senpai. Kulkasnya jangan ditaruh disana. Harusnya agak masuk ke dalam. Juga, pemanasnya harusnya berada di samping meja."
"B-Benar juga...Itu yang sebenarnya ingin kutanyakan dari tadi..."
Isshiki tersenyum seperti mengatakan "silakan dikerjakan" dan Tobe kembali mengerjakannya lagi.
Melihatnya pergi menaruh barang-barang itu, Isshiki membalikkan badannya ke arahku dan berkata seperti ada hal yang barusan terpikirkan olehnya.
"Ah, Senpai harusnya membantu juga!"
"Itu..."
Dan begitulah yang kukatakan, tetapi ruangan Pengurus OSIS bukanlah ruangan yang sangat besar. Jika terlalu banyak orang disini, aku hanyalah pengganggu saja. Lagipula, jika kamu butuh bantuan, Tobe harusnya cukup. Aku juga melihat ada beberapa Pengurus OSIS yang lewat dari tadi, harusnya tidak masalah jika aku pulang ke rumah sekalipun, bukan?
Tetapi di grup itu ada orang yang sangat familiar denganku.
Meguri-senpai sedang membawa kotak karton yang terlihat berat. Setelah dia menyadari kehadiranku, dia lalu tersenyum manis. Ketika dia berusaha untuk melambaikan tangannya, dia lalu sadar kalau kedua tangannya sibuk memegangi kotak itu, dia lalu panik.
...Sebenarnya, aku tidak punya urusan yang penting setelah ini.
"...Aku akan bantu sebentar."
"Benarkah!? Terima kasih banyak!"
Kata-kata Isshiki yang manis itu hanya masuk lewat telinga kiri dan langsung keluar dari telinga kananku ketika aku melangkahkan kakiku ke ruangan itu. Lalu, aku memegangi kotak yang Meguri-senpai pegang dan hampir terjatuh.
"Akan kubawakan untukmu."
"Eh? Te-Te-Terima kasih."
Aku mengambil kotak karton tersebut dan membawanya keluar dari pintu seperti instruksi Meguri-senpai. Ketika aku keluar dari ruangannya, aku bernafas lega.
"Ahaha, maafkan aku, Hikigaya-kun."
"Ah ini tidak masalah. Lagipula aku tadi memang berniat bantu-bantu."
Ketika kata-kata tersebut sangat jelas dan terlihat keren, kotak ini terasa sangat berat.
Aku merasakan tanganku mulai diliputi rasa capek secara perlahan-lahan. Secara spontan, aku melihat ke tanganku dan Meguri-senpai tersenyum sambil tersipu malu.
"Sebenarnya, aku punya banyak sekali barang-barang pribadi lebih dari yang kukira di ruanganku. Setelah mengumpulkannya semua, ternyata jauh lebih banyak dari dugaanku."
"Oh, jadi ini barang-barang pribadi senpai...?"
Aku cukup tertarik tentang barang-barang pribadi dari Meguri-senpai. Ketika kamu mendengar kata-kata barang pribadi seorang gadis, apakah dadamu tidak merasa seperti bergetar? Benar tidak? Meski sebenarnya, aku satu-satunya orang yang merasa dadanya bergetar saat ini, dada dari Meguri-senpai tidak bergetar juga. Malahan, dia terlihat tenang-tenang saja.
"Ruangan ini terlihat berbeda, ya..."
Dia mengatakan kata-kata itu.
Meguri-senpai sudah berada di ruangan itu selama satu tahun. Dia menghabiskan waktunya di ruangan ini. Dan hari ini, dia menyerahkan ruangan itu ke Isshiki. Tentunya, ruangan yang biasanya dia gunakan akan menjadi ruangan yang berbeda kelak. Orang yang berbeda, membuat ruangan itu terasa beda.
Meguri-senpai melihatnya dari kejauhan dan tersenyum.
"...Sejujurnya, aku kemarin memiliki ekspektasi."
Aku tidak bertanya lebih jauh apa itu. Meguri-senpai melanjutkan katanya dengan pelan dan perlahan, dengan tempo yang lambat seperti biasanya.
"Yukinoshita-san menjadi Ketua OSIS. Dan kemudian, Yuigahama menjadi wakilnya. Dan terakhir...Hikigaya-kun akan menjadi Pembantu Umumnya!"
"Kenapa aku menjabat Pembantu Umum...?"
Kenapa aku satu-satunya orang yang menjabat posisi dengan pekerjaan tidak jelas?
Ketika aku mengatakannya, Meguri-senpai tertawa lebar dan melanjutkan kata-katanya.
"Dan kemudian, setelah lulus, aku akan datang ke ruangan Pengurus OSIS untuk bermain-main...Dan kita bisa mengobrol tentang betapa menyenangkannya Festival Budaya dan Festival Olah Raga yang pernah kita lakukan."
Dengan senyum tulusnya yang menembus masa mudaku, Senpaiku ini melanjutkan kata-katanya.
"...Aku benar-benar ingin melakukannya."
Apakah masa depan seperti itu memang bisa terjadi?
Bisa saja.
Meski begitu, itu adalah mimpi yang mustahil, sebuah proposal yang pasti akan ditolak.
Ada hal-hal yang tidak bisa dilakukan, meskipun kamu adalah orang yang memiliki kuasa untuk melakukannya. Tetapi kadang, kamu tidak diperbolehkan untuk melakukannya.
Meguri-senpai menyentuh pintu ruang OSIS dengan perlahan.
Setelah itu, dia mengangguk dengan sebuah semangat dan menaikkan kepalanya.
"Aku sebaiknya mengajari Isshiki dengan baik. Yeah, aku akan lakukan yang terbaik!"
"...Kalau begitu, aku akan pergi ke klubku sekarang." kataku sambil menyerahkan kotak karton miliknya kembali.
"Oke..."
Ketika aku pergi melewati pintu, aku membalikkan badanku. Lalu aku menundukkan kepalaku.
"Terima kasih atas kerja kerasnya."
"...Terima kasih. Hikigaya-kun juga. Terima kasih atas kerja kerasmu!"
Suara yang lembut terdengar dari belakang punggungku ketika aku meninggalkan ruangan OSIS.
* * *
Setelah meninggalkan ruangan OSIS, aku berjalan menuju Gedung Khusus.
Pada hari itu. Yukinoshita dan Yuigahama ketika kukonfirmasi, mereka akhirnya membatalkan rencana pencalonan ketua masing-masing. Beberapa minggu telah berlalu sejak itu. Di hari itu, ketika kita menunggu Yukinoshita untuk kembali, tepat ketika kita hendak pulang, kita bertemu di lorong tanpa melakukan satupun percakapan.
Tetapi aktivitas klub tetap berlanjut seperti biasanya. Tidak ada yang berubah dari kegiatan klub kita. Apakah itu aku membaca buku seperti biasanya atau aku hanya diam saja disana.
Aku menaruh tanganku di pintu ketika sampai di depan ruangan klub. Aku lalu membuka pintu itu seperti biasa.
"Yo."
Aku memberi salam yang pendek ke Yuigahama, yang wajahnya seperti tenggelam di atas meja, dia melihat kedatanganku.
"Hikki, kamu lama sekali!"
"Er, ada perlu sebentar di jalan tadi. Maaf."
Aku menarik kursiku dan duduk. Sebuah suara kecil mengarah kepadaku dari posisi yang agak jauh dari biasanya.
"Itu bukanlah masalah. Lagipula kita tidaklah sibuk dengan apapun saat ini."
Yukinoshita mengatakan hal itu, dia tidak terlihat berbeda dari biasanya. Nada suaranya seperti bercampur dengan sesuatu. Dia menatap buku di tangannya dan ujung jarinya membuka halaman buku tersebut ke halaman selanjutnya.
Yuigahama hanya berkomentar sebentar, tetapi karena tidak ada yang harus dilakukan lagi, dia kembali bermain dengan handphonenya.
"Well, kurasa kita punya banyak waktu luang sekarang."
"Kurasa sangat bagus, punya waktu luang seperti ini. Orang-orang mengatakan hal seperti 'menganggur hanya untuk yang miskin', tapi menurutku, punya waktu luang adalah hal bagus. Coba kamu pikir dari sudut pandang sebuah komunitas pengangguran, jika kamu berada disana, kamu akan dianggap sebagai seorang juara sejati. Seperti yang kuduga, bekerja berarti kalah."
"Itu opini yang menggambarkan dirimu."
Yukinoshita berbicara dengan tenang sambil membaca bukunya. Aku juga mengambil buku dari tasku dan membuka halaman yang bahkan memang tidak akan kubaca sama sekali.
"Liburan musim dingin sudah dekat ya?"
Tanpa ada hubungan dengan pembicaraannya, Yuigahama berbicara dengan kedua tangannya saling bersentuhan seperti menemukan sebuah ide.
"Ah, ayo kita adakan Pesta Natal, sebuah pesta! Aku ingin makan pizza."
"Yuigahama-san, kamu bisa memakannya kapanpun kau mau."
Seperti biasanya, Yukinoshita tetap melanjutkan bacaannya dan Yuigahama memiliki ekspresi keheranan.
"Eh. Benarkah? Rumahku hanya memakannya di hari-hari spesial saja..."
"Rumahku juga memesan pizza di hari spesial. Seperti kalau ada angin topan atau salju turun seharian."
"Yang spesial itu keluargamu, Hikki...Kasihan orang yang mengirim pizzanya..."
Apapun yang dia katakan, itu adalah pekerjaan dari pengantar makanan, mau bagaimana lagi. Kalau mereka mau membenci seseorang, maka mereka harusnya membenci yang menciptakan pekerjaan semacam itu. Ngomong-ngomong, aku sudah mempersiapkan argumen untuk menjawabnya.
"Kupikir mereka terlihat kasihan ketika Natal, bukan? Dengan super banyaknya pesanan yang mereka antar. Biasanya mereka santai-santai karena tidak mendapatkan banyak pesanan."
"Kupikir begitu..."
Yuigahama menjawabnya dengan ragu-ragu, tetapi nampaknya dia hendak mengatakan sesuatu.
"Ah! Benar! Oleh karena itu kita buat pesta atau semacamnya! Misalnya di tempat Yukinon."
"Itu terdengar bagus...Tetapi, maafkan aku. Aku akan pulang ke rumah musim dingin ini."
Ketika Yukinoshita mengatakannya, Yuigahama mengusulkan ide baru lagi.
"Ah, begitu ya. Kalau begitu kenapa kita tidak pergi keluar ke suatu tempat?"
"Tidak masalah. Meski begitu, aku juga tidak tahu apakah ada kegiatan ketika di rumah atau tidak."
Setelah mengatakan hal itu, Yukinoshita menatap Yuigahama dan tersenyum.
"...Oh okay. Nanti beritahu saja ya?"
Apa yang Yuigahama pikirkan ketika melihat senyumannya?
Matahari telah tenggelam di ujung garis cakrawala. Langit mulai terlihat gelap dan cahaya matahari sudah tidak terlihat lagi. Hanya kesendirian ini yang terlihat menyesal melihat hari itu telah berlalu.
"Hari terasa semakin pendek, ya..."
Yukinoshita menggumam, sepertinya melihat ke arah luar jendela seperti diriku.
Memang ini adalah waktunya masuk musim dingin. Biasanya, malam akan terasa lebih panjang ketika musim dingin. Malam yang panjang ini, mungkin menjadi malam yang sangat panjang seperti subuh tidak akan pernah datang.
"Kurasa kita cukupkan kegiatan kita untuk hari ini."
Setelah mengatakannya, Yukinoshita menutup bukunya dan menaruhnya di dalam tasnya. Kami mengangguk dan berdiri.
Satu minggu telah berlalu dan kami menghabiskan waktu dengan cara yang sama dengan hari ini.
Yukinoshita terlihat sama seperti sebelum Darmawisata itu.
Tidak, dia sebenarnya hanya berusaha terlihat sama seperti sebelum Darmawisata itu. Orang lain akan berpikir dia masih Yukinoshita yang sama.
Dia sangat pendiam, tetapi dia hanya merespon seperlunya dan kadang-kadang tersenyum ke Yuigahama.
Meski begitu, senyumnya saat ini terlihat begitu buruk bagiku. Aku sempat berpikir kalau dia sedang sakit, tetapi ketika kulihat lebih jauh, senyum itu seperti sedang merindukan sesuatu yang tidak bisa didapatkannya lagi, senyumnya yang seperti itu menggambarkan suasana hatinya seperti apa.
Meski begitu, aku tidak bisa mengatakan ini kepadanya.
Itu karena Yuigahama dan diriku bisa menerima dirinya yang sekarang. Kita masih bisa melemparkan pembicaraan ke satu sama lain dan mengatakan hal-hal bodoh untuk mengusir kesunyian.
Ini adalah waktu yang sia-sia, mengisi sebuah kekosongan dengan sebuah kepalsuan. Sebuah tindakan yang terlihat bagus di permukaan saja dimana baik dia dan diriku paling benci hal itu.
Ini, adalah hal yang kuperjuangkan dengan berjudi dan selama sebulan ini aku berusaha untuk mengembalikan itu lagi, setidaknya itu yang kupercayai sampai saat ini.
Yang terus kutanyakan ke diriku sendiri hingga saat ini, dan sekarang sedang bertanya lagi; "Apa aku sudah membuat sebuah kesalahan?"
Apakah aku selama ini mabuk terhadap diriku sendiri? Aku terlalu sangat percaya diri? Apakah aku sudah senang dengan apa yang kupikirkan? Dimana aku harusnya melakukannya di tempat lain dan tidak melakukan hal yang lebih jauh?
Meski begitu, aku percaya jika aku tidak bisa menjawab pertanyaan itu karena aku telah melakukan sebuah kesalahan pada diriku sendiri.
Aku menyebut hal tersebut monster dari logika.
Tetapi logika adalah kebalikan dari perasaan.
Oleh karena itu, monster dari logika ada hanya bagi orang-orang yang tidak bisa mengerti perasaan. Aku sepertinya pernah diberitahu hal seperti ini? Monster logika adalah sebuah keberadaan di diri seseorang yang tidak pernah melihat manusia sebagaimana mestinya dan membuat diri seseorang menjadi budak dari logikanya sendiri.
Ketika aku hendak meninggalkan ruangan itu, aku melihat ke sekitarku.
Meskipun orang yang sama tetap berkumpul disini, aku merasa ruangan ini adalah suatu tempat yang berbeda.
Aroma teh sudah tidak tercium lagi di ruangan itu.
* * *
Bagaimana jika...
Bagaimana jika hidup ini adalah sebuah game dimana kamu memakai data yang sudah kamu simpan untuk kembali ke titik dimana kamu bisa memilih? Apakah hidupmu akan berubah?
Jawabannya tidak.
Hanya orang-orang yang memiliki pilihan saja yang diuntungkan. Mereka yang tidak punya pilihan, skenario semacam itu adalah sia-sia.
Oleh karena itu, tidak akan ada penyesalan. Lebih tepatnya, hidup itu sendiri adalah sebuah bentuk sederhana dari penyesalan.
Sekarang, aku berpikir kalau aku sangat ingin melindungi sesuatu, tetapi apa yang sebenarnya ingin kulindungi itu?
x Volume 8 | END x
Kasihan Tobe...
...
Sesuai dugaan kita, Meguri ternyata memiliki ekspektasi kalau Yukino yang akan maju dalam request ini. Ini artinya, tebakan Haruno di vol 8 chapter 3 benar. Meguri-senpai mengajak Iroha ke Klub Relawan dengan harapan Yukino akan maju menjadi kandidat.
...
Senyum Yukinoshita yang asli itu pernah Hachiman katakan di vol 3 chapter 4, ketika mereka pulang dari kencan di Lalaport. Waktu itu, Yukino tersipu malu dan menyebut Hachiman "idiot".
Kini, senyuman Yukino tidak sama seperti apa yang pernah Hachiman lihat di kencan tersebut.
Di vol 9 chapter 0 alias awal volume 9, Hachiman akan terus dihantui wajah Yukino dan sebuah pertanyaan : Apa yang salah dari semua ini?
...
Keterangan Yukino soal liburan musim dingin, tanggal 24 Desember - 3 Januari ada di rumah, menjadi bahan pembicaraan Hachiman di vol 10 chapter 1 ketika mereka berduaan di kereta dan Yukino memegangi lengannya sepanjang perjalanan.
Ternyata, Yukino tidak pulang ke rumahnya, disana Yukino juga menceritakan apa masalah yang dia alami dengan keluarganya sehingga membuat Yukino enggan untuk pulang.
...
Cara Hachiman yang berpikir menggunakan logika inilah yang berusaha diperbaiki oleh Hiratsuka-sensei. Dan Sensei sendiri berhasil serta mengakuinya di vol 11 chapter 5.
duh spoiler nya bikin ane sebelš©
BalasHapus