* * *
Ketika aku meninggalkan ruang UKS, aku mulai dikelilingi oleh suara-suara riuh para siswa. Jam makan siang nampaknya akan segera berakhir, dan aku mempercepat langkahku menuju kelasku.
Aku tidak suka Bahasa Jepang dari keramaian: hitogomi. Aku tidak menyukai orang-orang (hito) dan aku tidak suka sampah (gomi), jadi aku sudah punya alasan untuk tidak menyukai kedua huruf tersebut jika digabungkan. Sebagai perbandingan, aku menyukai Bahasa Jepang dari kedinginan: kaze. Itu terdiri dari karakter angin dan jahat. Itu sangat keren sekali dan aku menyukainya.
Jujur saja, aku sudah berusaha yang terbaik ketika menghadapi keramaian.
Ketika masih kecil, aku mengikuti banyak hal: Liga Basket Junior, Sekolah Renang, Bimbingan Belajar Aritmatika, Kelas Kaligrafi, Kursus Piano. Kebanyakan hal-hal tersebut, adalah ide dari Amane-chan. Entah bertujuan untuk apa, ataupun disengaja untuk keuntungan pribadinya. Aku tidak pernah benar-benar menyukai hal-hal tersebut. Karena itu, aku tidak terkejut kalau banyak sekali uang yang dihabiskan untukku ketika kecil dulu. Kalau boleh, aku ingin meminta kembali uang itu.
Tapi ada satu ilmu yang kudapat ketika itu dan selalu kuingat.
"Kamu harus menganggap lautan manusia itu adalah hiasan kepala labu!"
Itu yang dikatakan instruktur pianoku ketika aku sedang gugup sebelum tampil. Memang kata-kata yang terdengar aneh, tetapi karena si nenek tua itu yang mengatakannya, aku setidaknya harus mencobanya. Kau harus menghormati yang lebih tua, bukan?
Ketika aku mulai mempraktekkannya, aku sadar, ada sebuah kebenaran dalam kata-kata nenek tua itu. Memang, kalau dari kadar airnya, baik manusia dan sayuran tidaklah berbeda. Jika kamu melihat kesamaannya
Karena dirinya, aku selalu menganggap kalau manusia adalah sayuran. Meski kata-kata nenek tua itu sedikit banyak telah membantuku mengatasi rasa gugupku
Setelah itu, aku melihat ke arah langit yang terlihat dari jendela lorong kelas. Disana, aku bisa melihat sebuah awan yang berbentuk tidak seperti biasanya, tepatnya berbentuk seperti lonceng di kuil. Para Netizen pasti akan memanfaatkan ini dengan mengupdate status: Whoa! Apa itu semacam awan pertanda gempa?
Sungguh idiot. Jujur saja, dunia ini penuh dengan para hiasan kepala labu. Apapun yang terlihat seperti tanda gempa, maka kumpulan awan tersebut akan dianggap membentuk pola-pola tertentu. Padahal kenyataannya, itu hanyalah awan-awan yang biasa. Orang-orang hanya iseng saja mengaitkannya dengan gempa, membodohi orang lain tanpa peduli seperti apa hasilnya.
Ada hal positif yang bisa kamu dapat jika dapat membuat orang lain percaya dengan apapun yang kamu percayai. Jika kamu mau, kamu bisa membuat dirimu sendiri percaya kalau manusia dan sayuran itu sama karena memiliki kandungan air yang hampir sama. Dan orang-orang yang tidak mempercayai hal itu berarti adalah orang bodoh.
Untuk saat ini.
Bagaimana kalau kau kuberitahu persamaan yang lain dari manusia dan sayuran?
Aku sudah mengatakan kalau aku membenci sayuran. Tetapi, strawberi dan melon adalah pengecualian.
* * *
Suka
BalasHapus