...Kadang, diriku seperti ini.
“Selanjutnya, sepatah-dua patah kata dari perwakilan wisudawan/ wati.”
Mantan Ketua OSIS, Shiromeguri Meguri-senpai menjawab panggilan itu dengan enerjik dan berjalan menuju panggung. Dia membungkuk sebentar, lalu menatap para siswa yang sedang menontonnya di panggung, seakan-akan melihat satu-persatu diri mereka dari dekat. Malah, aku merasa dia melihatku. Kehangatan dari senyumnya mulai memancar di penjuru ruangan, senyuman yang pernah dia perlihatkan ke arahku, setelah itu dia mulai berpidato, suaranya sangat hangat sehingga membuat jarak antara pendengar dan dirinya mulai menghilang.
“Matahari yang bersinar cerah, menemani hari yang indah ini...”
Tidak lama setelah membaca pidatonya, suaranya mulai pecah, dan bibirnya yang sebelumnya tersenyum, seakan-akan hendak menangis. Pemandangan yang semacam ini hanya memberitahukan kita satu hal, ini sungguh emosional. Aku bahkan sempat menggumam “Ya ampun, ini benar-benar emosional...”
Masalah utama bagi seorang otaku adalah mereka ini suka membuat drama, dan mereka juga gampang baper. Misalnya, bisa hadir dalam sebuah konser akan membuat mereka meneteskan air mata. Dalam perjalanan pulangnya, mereka mulai bercerita tentang pengalaman mereka di konser dengan dibumbui hal-hal yang bombastis. Berulang lagi ketika edisi BD tentang konsernya mulai rilis. Dengan kata lain, mereka ditakdirkan untuk baper di momen apapun yang melibatkan mereka. Dengan kata lain, mereka menyukai hal-hal yang mengaduk emosi mereka. Mereka adalah orang-orang emosional yang berasal dari negeri Tsundere dan menjadi orang-orang yang ditakdirkan untuk datang ketika ada live show, event handshake, atau siaran radio yang menampilkan pengisi suara anime.
Hal-hal yang kupikirkan barusan memang tidak masuk akal, tapi setidaknya itu mengandung kebenaran, dan aku sendiri sekarang seperti hendak menangis saja.
“Yang tidak ternilai adalah pengalaman ketika aku menjadi Ketua OSIS di SMA ini. Karena kerjasama dari tiap kelas, klub, dan sukarelawan-lah kita bisa menggelar banyak sekali event. Ada dua event yang paling berkesan bagiku, yaitu Festival Budaya dan Festival Olahraga...Dua festival itu benar-benar membuatku harus bekerja keras!”
Wajahnya bersinar seperti bunga yang hendak mekar. Ini membuat pernapasan dan penglihatanku mulai kabur.
Kalau diingat kembali, memang banyak hal sudah terjadi. Yang emosional seperti lampion yan dulu. Tunggu, lampion? Aku belum mati kan?
Kalaupun ada satu orang yang pantas kupanggil senpai, maka orang yang ada di atas panggung saat inilah orangnya. Mendengar suaranya yang bergetar hebat dan dirinya yang sedang menyeka air mata, membuatku mulai sesenggukan. Tiba-tiba, bahuku ditepuk oleh sebelahku.
Kutatap dia dengan tatapan “Lu mau apa? Gue sibuk! Ga bisa lihat gue lagi menghayati suasana ini? Mau cari mati?”, yang kudapat malah Hayama menatapku dengan mimik yang serupa. Menggunakan jarinya, dia menunjuk ke arah sebelah kirinya, dan kulihat Totsuka, yang posisinya berada di sebelah tetangganya Hayama, menawarkan tissu.
“Kau baik-baik saja Hachiman?” katanya pelan, seperti mengkhawatirkanku.
Dia lalu memberikan Tissuenya ke sebelahnya. Ketika Tobe menerima tissue itu, dia mulai menatapku dengan khawatir.
“Bro, Hikitani-kun, lagi demam karena alergi serbuk bunga? Benar ngga? Emang sekarang lagi parah-parahnya sih.”
Salah.
Jangan banyak bicara.
Aku tidak sedang demam. Memang mataku cenderung terasa gatal, terutama ketika awal musim semi dan musim panas, tapi saat ini yang terjadi hanyalah imajinasimu saja. Salah bila aku mengakuinya. Ketika aku menatapnya dengan jengkel, malah membuatnya semakin bersemangat untuk memberikan Tissu kepadaku.
“Ini, tolong berikan ke Hikitani-kun. Tapi aku juga benernya punya alergi kek gitu, tahu tidak? Terutama di awal musim semi, merepotkan sekali.”
“Tobe, kau terlalu berisik...” kata Hayama.
Tobe hanya memasang ekspresi kesal karena peringatan Hayama tadi. Sebenarnya Tobe hanya berbisik saja, tapi suaranya cukup keras dan terdengar menjijikkan. Kenapa bisa begitu ya? Maksudku, dia sebenarnya orang baik, tapi dia menjijikkan.
Ngomong-ngomong, aku harusnya tidak berharap banyak dari orang yang punya alergi serupa. Tapi, orang yang selalu sedia tissue akan selalu mendapatkan nilai tinggi di Poin Hachiman. Sedang orang yang tidak membawa, sepertiku, akan selalu mendapatkan poin yang rendah.
Ketika Hayama menerima tissuenya, ternyata tissunya tersisa cukup banyak. Hayama lalu mengambil beberapa tissue dan menaruhnya di kantong seragamnya, lalu dia berikan kotak tissue tersebut kepadaku. Kuterima dan kubersihkan hidungku.
“Makasih...” kataku dengan suara yang pelan, kemudian aku mengembalikan kotak tissue tersebut.
Hayama lalu berkomentar.
“Masa kau menangis karena begini saja...”
“Bukan begitu. Semakin tua dirimu, maka akan lebih mudah bagimu untuk menangis...Aku saja sekarang langsung menangis di awal episode Precure...”
“Jadi kau menangis setidaknya setiap Sabtu pagi...?”
“Minggu juga, karena ada tayangan ulangnya.”
“Se-Serius...” Hayama tampak keheranan.
Kalenjar air mataku ini sudah terlatih oleh anime anak-anak, Precure dan Aikatsu, dan langsung aktif dalam sekejap. Malahan, aku sering menekukan wajahku tampak sembab setiap Sabtu dan Minggu, dua kali seminggu. Kalau tayangan ulang yang dilakukan stasiun MX dan Chiba TV, maka akan menjadi 4 kali seminggu. Setelah Aikatsu on Parade dimulai, air mataku mulai keluar beberapa galon.
Setelah kuseka lagi air mataku, Meguri-senpai melanjutkan pidatonya.
“Dari sini, kita akan menjalani masa depan kita masing-masing. Ketika kita dihadang oleh tembok yang kokoh, maka kenangan, pengalaman, dan kebanggaan kita sebagai bagian dari almamater SMA Sobu akan menjadi penyemangat pertama kita untuk tetap kuat menghadapinya. Aku sangat berterimakasih untuk hal ini.”
Akhirnya, dia sampai di ujung pidatonya. Kalau ini dianalogikan sebagai sebuah konser, maka ini adalah lagu penutupnya. Meski, aku sendiri merasa kalau aku baru saja datang ke konsernya. Semua penonton yang menghadiri konser akan selalu berharap momennya mirip pidato Meguri-senpai saat ini.
“Sebagai penghormatanku kepada kalian semua yang sudah memberikan kami support...Kuakhiri dengan sesuatu yang spesial, sebagai perwakilan wisudawan dan wisudawati disini, Shiromeguri Meguri.”
Dia kemudian menundukkan kepalanya. Entah kenapa, tiba-tiba semuanya terdiam.
“Semuanya, terima kasih! Ini benar-benar luar biasa! Hal terbaik yang pernah kualami! Terimakasih!”
Tiba-tiba dia memasang ekspresi spesialnya, senyum Megu-Megu-Megurin☆Megurin.
“HALO SEMUANYA, APAKAH KALIAN SIAP UNTUK FESTIVAL BUDAYA!?”
Sebelum turun dari panggung, dia menggunakan mic dan mengucapkan sesuatu untuk para hadirin ruangan ini. Para tamu undangan tampak tidak percaya dengan kejadian itu, tapi para siswa malah meresponnya dengan “YEAAAAH!”
Meguri-senpai yang tersenyum, kemudian mengambil napas yang dalam.
“APA YANG SPESIAL DARI CHIBA?!”
“FESTIVAL DAN TARIAN!”
“KARENA KITA ADALAH ORANG-ORANG BODOH CHIBA!”
“MAKA KITA AKAN MENARI!”
“DAN JUGA AKAN MENYANYI!”
Baik orang yang sudah wisuda dan yang masih siswa, melakukan hal yang sama, menjawab panggilan tadi, atau biasa disebut CaR, dengan suara-suara yang konyol. Semua orang tampak tersenyum setelah mengingat momen-momen di Festival Budaya. Suasana yang tampak tegang, kini berubah sebaliknya, dan tentunya menjadi lebih baik.
Suasana semacam ini hanya bisa dibuat oleh Meguri-senpai ketika dia menjabat Ketua OSIS. Meski aku tidak mengenal mayoritas seniorku ini, bukannya aku peduli, tapi kupikir ini berubah menjadi upacara kelulusan yang keren. Bisa menyaksikan senyum merekah dari Meguri-senpai sudah cukup untuk membuatku merasa puas bisa berpartisipasi disini.
Ya ampun, memangnya ada yang lebih bagus dari ini? Setelah pulang ke rumah, aku pasti akan menulis ini di Twitter dengan bahasa yang puitis.
x x x
Setelah upacara selesai, dilanjutkan dengan jam pengarahan oleh Wali Kelas, dan bel tanda pulang sekolah baru saja berbunyi.
Momen emosional hari ini tidak hanya terjadi di upacara tadi, tapi juga terjadi di personal masing-masing siswa. Banyak yang buru-buru pergi keluar hanya untuk menemui seniornya, entah karena mereka satu klub atau juga kenal karena hal lainnya. Bahkan Hayama beserta tiga orang bodohnya, mereka yang biasa ada di pojok belakang kelas, sudah pergi. Totsuka juga, yang dari pagi membawa tas besar, juga menuju Klub Tenis.
Aku sendiri, langsung menuju ke rumah, karena aku tidak punya urusan dengan seniorku. Kelasku sudah kosong dan aku sudah bersiap-siap untuk pulang. Tiba-tiba, Yuigahama muncul.
“Apa kau mau mampir ke Sekretariat OSIS? Ada Meguri-senpai disana.”
“Ah...Sebenarnya aku ingin menyapa kalau sempat, tapi...”
Mungkin ini adalah momen terakhir bagiku untuk bisa melihatnya. Mengingat bagaimana dia sudah banyak membantuku dalam berbagai hal, kurasa sudah sewajarnya aku setidaknya mengucapkan selamat tinggal kepadanya. Tapi kalau mengingat ekspresiku yang menangis ketika upacara tadi, bertatap muka dengannya secara langsung mungkin akan menjadi hal yang memalukan.
Apakah aku akan baik-baik saja? Kedua mataku tidak sembab kan? Ya ampun, mustahil aku bisa bertemu Meguri-senpai kalau begini...Mengingatkanku akan sebuah iklan, disana ada pegawai wanita yang duduk membelakangi kulkas dan menekan kedua bulu matanya dengan sendok yang dingin, lalu wanita itu berbisik ke dirinya sendiri, “Kuatkan dirimu...”
Aku harus seperti itu.
Yuigahama tampak terheran-heran.
“Tapi apa...?”
“Tidak jadi. Ayo kesana.”
Tidak ada yang lebih memalukan daripada menjelaskan hatiku yang rapuh seperti seorang gadis. Kuakhiri percakapan ini dan berdiri sambil memegangi mantel dan tasku. Akupun mulai berjalan dan Yuigahama mengikutiku. Kemudian, ketika hendak keluar kelas, dia mengamati kedua mataku.
“Ohh...Hikki, kau menangis ya tadi? Diluar dugaan. Apa kau merasa malu gara-gara itu?” katanya, sambil berusaha menahan tawa. Dia mulai menyindirku, seperti seorang kakak perempuan,dan rasa malu ini mulai membuatku gugup.
“Aku? Tidak.” kataku berusaha tetap tenang. Tapi ini malah membuatnya tersenyum.
“Yumiko juga menangis, parah. Dan setelahnya dia terlihat malu-malu, dan itu adalah hal termanis yang pernah kulihat darinya...” dia tersenyum puas setelah mengingat momen tersebut.
Begitu ya, itu menjelaskan kenapa Miura buru-buru pulang tadi, karena itu terlihat terlalu memalukan, huh? Manis sekali...Itu artinya, kita berada di posisi yang sama, aku bisa bersimpati terhadap situasi yang dia hadapi...
“Coba kau pikirkan lagi, siapapun pasti akan menangis kalau berada di posisi itu...Maksudku, Isshiki menyampaikan pidatonya dengan baik, kita sendiri tahu bagaimana canggungnya dia. Dan yang paling penting, jangan tanya detail soal Meguri-senpai. Bagaimana dia berusaha tersenyum tapi akhirnya tetap menangis, dan senyum setelah pidatonya? Luar biasa. Oh, dan CaR tadi? Benar-benar tepat sasaran. Benar-benar luar bi”
“Kau bicara terlalu banyak! Wow, itu menjijikkan sekali...Orang aneh...Engga banget...”
Mau bagaimana lagi, itu adalah reaksi yang normal. Otaku cenderung antusias ketika ada yang diimprovisasi. Mereka tetap bereaksi begitu meski sudah tahu kalau itu sudah diskenariokan, yang semacam ini memang cocok untuk menjadi penonton acara WWE. Karena itulah, Bushiroad memang luar biasa ketika menyadari kalau otaku dan gulat profesional sangat kompatibel satu sama lain. Bagian mana yang luar biasa? Semangat untuk “Tidak akan berhenti sampai berhasil” adalah hal paling penting yang harus dimiliki oleh pemilik konten jaman sekarang.
Aku sudah gatal untuk menyangkalnya dengan logika milikku, tapi ada cara yang lebih efektif. Cara ini hanya memerlukan beberapa kata saja.
“Berkacalah, kau sendiri jelas-jelas menangis...” kataku, sambil menatapnya.
“Gara-gara Yumiko terus menangis...Lalu aku mulai membayangkan kalau kita bisa berpisah di kelas 3, belum lagi membayangkan bagaimana waktu kita lulus nanti, jadi aku juga ikut menangis.”
Yuigahama mencoba mencari alasan bagi dirinya, sambil memasang ekspresi malu-malu. Dia lalu dia menambahkan.
“Bisakah kau berhenti menatap wajahku saat ini...?”
“Harusnya itu juga berlaku untukmu...”
Kami menuruni anak tangga sambil mengobrol, dan terlihat banyak sekali orang-orang yang berlalu-lalang disini. Ruangan kelas dari anak kelas 3 berada di lantai satu dan dua di gedung utama, dan ketika kita masuk lorong utama, banyak sekali siswa yang sedang mengobrol dan mengambil selfie. Bahkan ketika selesai mengambil foto selfie, mereka tidak terus pulang dan melanjutkan kembali obrolan mereka. Entah karena mereka memang akrab, atau juga skill komunikasi mereka ampas sehingga sulit menemukan momen untuk berpisah, entah yang pertama atau kedua, semuanya memang pilihan yang sulit.
Kami berjalan di lorong sambil berusaha menghindari arus dari para wisudawan, dan juga kami menjumpai orang-orang yang memakai hiasan bunga di pakaian mereka. Mereka sedang memegang album kelulusan, dan sepertinya sedang mengumpulkan tandatangan untuk diisi di album kelulusan.
“Sepertinya aku akan benar-benar banjir air mata tahun depan...” Yuigahama membisikannya ketika melewati grup tersebut.
Kata-kata itu hanya ditujukan untuk dirinya, jadi aku hanya diam saja dan melanjutkan perjalanan kami.
Bicara soal peluang dia akan menangis tahun depan, menurutku besar sekali peluangnya. Bersama dengan Miura dan Ebina-san, sambil berpegangan tangan, berbisik, dan berpelukan. Momen-momen tersebut pasti terjadi di grup mereka.
Air mata mereka hari ini sebenarnya bukan karena efek dari upacara kelulusan, atau juga menyadari kalau tahun depan mereka pasti akan seperti itu. Kupikir itu dikarenakan mereka menyadari kalau perpisahan mereka jauh lebih cepat dari itu.
Momen dimana mereka akan membuka pintu kelas 2F itu sudah dalam hitungan hari.
Beberapa hari lagi rutinitas di kelas, makan siang yang gaduh, dan keseruan setiap pulang sekolah akan hilang. Meski mereka berusaha melakukannya lagi ketika ada di kelas 3, tapi mereka pasti sudah tidak sama lagi.
Misalnya Miura, dia punya hubungan khusus dengan 2F. Kalau soal dia dengan Hayama Hayato, ya begitulah, tapi pertemanan dengan yang lainnya itulah yang berat. Masalah yang dulu pernah terjadi dengan Yuigahama, misalnya, membuat Yuigahama semakin penting baginya. Dan ini juga, pasti terjadi hal yang serupa dengan Yuigahama.
Ngomong-ngomong, bagaimana denganku? Apakah yang kualami nanti hanyalah sekedar pergantian kelas saja? Tapi sedalam apapun aku mencoba mencari hubunganku dengan kelas 2F, aku tidak pernah menemukan sesuatu yang signifikan, tidak juga pernah dekat dengan seseorang di 2F, jangankan pernah, sedang dekat dengan seseorang di 2F saja tidak. Yang kutahu, hanya Orimoto Kaori yang bertemu lagi denganku setelah berpisah kelas di SMP, itupun bertemu karena kebetulan.
Jujur saja, orang-orang yang tidak pernah bertemu lagi, mereka akan dilupakan, dan suatu hari nanti mereka berhubungan dengan orang yang berbeda, maka proses hubungan itu akan berulang lagi. Manusia mudah sekali beradaptasi terhadap sesuatu yang baru. Mereka akan terbiasa, berteman, dan akhirnya pasti berpisah. Kalau kau sudah terbiasa dengan perpisahan, maka kata goodbye terasa masuk akal.
Kami semua akan selalu berada dalam perjalanan menuju ucapan goodbye itu, tidak peduli kapan dan dimana.
Mungkin, pergantian kelas dan upacara kelulusan ini adalah latihan bagi kita. Kita diberikan waktu yang jelas akan berakhir kapan, jadi kita sudah bisa mempersiapkan diri dengan perpisahan itu terlepas kita punya hubungan ataupun tidak dengan orang lain. Rencana yang bagus, sehingga orang yang punya skill komunikasi ampas sekalipun bisa berpisah dengan baik. Malahan, ini memberimu bonus alasan.
Karena kita akan berpisah setelah lulus nanti.
Karena kita akan berada di kelas yang berbeda nanti.
Alasan tersebut sudah tersedia dengan jelas kalau ada orang yang ingin mempertanyakan alasan mengapa sekarang kita berpisah.
Aku sudah pengalaman dengan perpisahan semacam ini, jadi bisa dibilang aku ini profesional di bidangnya. Skillku dalam berpisah sudah dalam level master sehingga aku bisa mengakhiri sebuah hubungan dengan sempurna. Sudah biasa kalau pada akhirnya mereka tanpa sadar berpisah denganku; mereka yang skillnya masih kelas teri. Saking tingginya skillku, hanya aku saja yang paling cepat sadar kalau sudah terpisah dari orang-orang sekelas. Hidup dengan menghapus eksistensiku adalah sebuah bagian yang tidak terpisahkan dari diriku.
Tapi, kalau kau melihat dari sudut pandang yang berbeda, maka bisa dikatakan aku belum pernah menjalani sebuah perpisahan yang resmi dengan seseorang. Aku ini tipe orang yang malas pamit berhenti kerja dan mengirimkan kembali seragam kerjaku keesokan harinya dengan tanpa perasaan bersalah.
Saat ini, apa yang bisa kubicarakan dengan Meguri-senpai...?
Ketika memikirkan itu, ternyata kita sudah sampai di depan pintu sekretariat OSIS. Meski agak gugup, aku mengetuk pintu tersebut.
“Si-Silakan masuk...”
Ketukanku dijawab dengan suara yang gugup. Karena asal suaranya berada di balik pintu, aku agak sulit mengenali itu berasal dari siapa, tapi sepertinya itu suara Isshiki. Kubuka pintunya, diselimuti pertanyaan apakah suaranya habis karena pidato tadi? Dan pertanyaanku langsung terjawab.
Di tengah ruangan, Meguri-senpai sedang memeluk Yukinoshita dan Isshiki sambil menangis.
“Terima kasih! Terima kasih banyak! Ya ampun, aku benar-benar menyukai orang-orang di sekretariat OSIS ini!”
“Jangan terlalu dekat...”
Yukinoshita tampak pasrah, sedang Isshiki memalingkan mukanya dan memasang wajah kesal.
Yep, kau memang pantas mendapatkan poin karena berhasil membuat Meguri-senpai tidak melihat itu. Aku juga bersyukur bisa melihat sesuatu yang bagus hari ini...
Ternyata, Meguri-senpai menyadari kehadiran kami.
“Oh, Yuigahama-san, Hikigaya-kun! Kalian datang!”
Kali ini, dia pura-pura memukul Yuigahama. Sepertinya dia terbiasa bersentuhan dengan sesama gadis, dan dia langsung memeluk balik. Memang ini wajar...Tapi bagaimana denganku? Jantungku berdetak tidak karuan dan mulai berpikir “Hawawa! Bagaimana kalau dia juga memelukku nanti?”
“Kuucapkan terimakasih kepada kalian berdua! Banyak hal terjadi selama ini, tapi semuanya menyenangkan!”
“Kami juga!”
Meguri-senpai dan Yuigahama kemudian berpegangan tangan. Ini membuat Yukinoshita terbebas dari mereka dan mulai bernapas lega.
Aku sendiri tersenyum melihat sikapnya yang nostalgia itu. Kemudian, kedua tatapan mata kami bertemu, dia langsung memalingkan pandangannya ke arah jam dinding.
Dia kemudian berkata ke Isshiki.
“Vendor akan datang sebentar lagi, jadi aku akan pergi dulu.”
“Hmm, bukankah ini masih terlalu awal?” Isshiki tampak keheranan. Tapi dia langsung melihat jadwal yang tercetak di kertas yang dipegangnya itu. “Hmm, memang agak aneh sih kalau Senpai pergi terlebih dahulu, tapi kupikir memang lebih baik datang lebih awal daripada terlambat. Kira-kira aku harus ikut, tidak?”
Yukinoshita menggelengkan kepalanya.
“Aku hanya supervisi saja, jadi bisa kulakukan sendirian. Shiromeguri-senpai, aku pamit dulu, sampai jumpa lagi di Malam Perpisahan.”
“Tentu! Sampai jumpa nanti!”
Meguri-senpai mengatakannya sambil tersenyum, dan melambaikan tangannya ke Yukinoshita yang berjalan keluar ruangan. Setelah melihatnya pergi, dia kemudian melihat ke arah dinding, dan berbisik.
“Sepertinya dia harus mempersiapkan acaranya, huh? Berarti aku juga harus ganti baju dan bersiap...”
Tiba-tiba Yuigahama terlihat antusias.
“Oh! Akan memakai baju apa nanti?”
“Pastinya luar biasa. Yaa, kesannya agak erotis.”
“Erotis...?”
Mendengar jawaban itu, Yuigahama tampak memerah. Tapi, Meguri-senpai dengan cepat memahami situasinya dan mengambil HP-nya. Ketika Yuigahama melihat layarnya, mereka mulai berbisik satu sama lain.
“Tubuhku terlihat jelas, tapi garis dan kesannya memang erotis, malahan bisa dibilang super erotis.”
“Ohh...Memang benar-benar erotis sih.”
Ketika mereka berdua sedang berdiskusi, Isshiki mengintip dari celah diantara keduanya.
“Kau memilih rok itu ya? Sepertinya kau ingin menunjukkan sisi manismu dengan memakai itu.”
“Benar kan? Ketika melihat katalog itu untuk pertamakalinya, aku langsung merasa kalau aku harus mencoba memakainya!”
“Wow, lalu apa hanya kau saja yang memakai itu nanti? Kalau ada yang lain pasti terlihat seru!”
“Yep, yep. Aku menghubungi beberapa orang, dan mereka setuju.”
Ketika Meguri-senpai menggeser-geser slide di layar HP-nya, Yuigahama hanya bisa menunjukkan ekspresi kagum ala ☆glitterific. Sedang Isshiki, hanya diam terkejut.
“Oh, begitu. Jadi Senpai juga membantu menyebarkan tentang dress codenya?”
“Oh, tidak usah dipikirkan! Sudah lama aku tidak berpartisipasi dalam event, jadi aku ingin menikmatinya!”
Para gadis ini memang sedang menikmati waktunya sambil menatap layar HP, sementara aku disini hanya diam dan menebak-nebak apa ang terjadi. Ini adalah situasi dimana seorang laki-laki tidak bisa berpartisipasi. Malah, akan lebih bijak kalau tidak berpartisipasi. Bahkan bila aku bilang “Hei, aku ingin lihat juga!”, kupikir aku tidak akan dimaklumi begitu saja. Palingan, hanya bisa berkomentar “Huh, apa ada unsur mesumnya?”. Mungkin, akan lebih baik kalau aku diam saja.
Sambil mendengarkan, akupun memasang mode Jizou. Aku bersikeras untuk diam dan tidak berkomentar, tapi Meguri-senpai malah tersenyum kepadaku dan menaruh kembali HP-nya di saku, sepertinya dia tidak melupakanku.
“Aku tidak punya banyak kesempatan untuk memakai pakaian seperti itu, jadi aku gembira kalian mengadakan Malam Perpisahan. Terimakasih, Hikigaya-kun.”
“Oh, tidak usah...Aku sebenarnya tidak ada hubungannya dengan itu, karena yang mengerjakannya adalah Yukinoshita dan yang lain.”
“Oh...”
Dia merasa malu karena tiba-tiba mengatakan itu, sedangkan aku hanya bisa tertawa kering. Ini membuat ekspresinya tiba-tiba berubah suram, seperti teringat akan sesuatu. Melihat ekspresi seperti itu, akupun mulai diliputi rasa bersalah, dan dadaku mulai bergetar. Tiba-tiba, entah kenapa aku mengatakan sesuatu.
“Begini...Aku berencana untuk bantu-bantu nanti, jadi aku akan hadir disana.”
“Benarkah? Itu bagus! Aku berpikir akan bagus sekali jika aku bisa melihat kalian semua lagi, karena itu adalah momen terakhir kita.”
Meguri-senpai tersenyum kembali. Nada suaranya memang terdengar dipenuhi perasaan kesepian yang mendalam, meski dia sudah tahu kalau momen itu akan datang cepat atau lambat.
“Aku tidak pernah berpikir kalau suatu hari aku akan lulus...”
Dia membisikkan itu sambil melihat ke sekeliling ruang OSIS. Sepertinya kata-kata itu tidak ditujukan untuk kami. Karena semuanya terdiam, dia langsung menambahkan.
“Oh, jangan salah paham dulu! Aku tahu kelulusan pasti datang, dan aku akan melanjutkan kuliah! Tapi, maksudku, ini...”
Kehangatan dan senyumnya yang lembut mulai menghilang, dan kedua matanya mulai berair.
“Semua ini...Ini, tahu maksudku?”
Untuk menyembunyikan air matanya, dia memasang senyum yang terlihat dipaksakan.
Yuigahama mengangguk. “Aku sepertinya paham maksudmu.”
Meguri-senpai berterimakasih dan menatap kami semua.
“Kalian semua harusnya melakukan hal yang menyenangkan lagi...Aku sudah tidak ada lagi, tapi kalian masih punya banyak waktu disini!”
“Ya...”
“Akan kulakukan yang terbaik...”
Yuigahama menjawabnya, dan akupun mengikutinya. Kami berpikir bahwa itu tidaklah mustahil, tapi tidak ada gunanya mengatakan itu saat ini. Kupikir Yuigahama dan diriku memasang ekspresi yang serupa, ekspresi dimana kita berusaha untuk tidak tersenyum menanggapi pernyataannya, namun kita seperti memiliki sesuatu untuk dibuktikan. Kami hanya bisa menatap ke arah lantai setelah itu.
Meguri-senpai menatap kami sambil terdiam. Lalu, dia berpaling ke Isshiki.
“Isshiki-san, OSIS SMA Sobu kini kupercayakan kepadamu,” katanya, dan menunduk setelah mengatakan itu.
Isshiki hanya terdiam karena terkejut. Tapi, dia langsung membetulkan posisi Meguri-senpai dan membuatnya berdiri tegak kembali.
“Ya...Meski aku baru beberapa bulan menjabat,” Isshiki mengatakannya dengan senyum yang kecut.
“Ahaha, itu benar.” Meguri-senpai tertawa.
Kemudian, dia menepuk-nepuk pipinya sendiri untuk meneguhkan tekadnya.
“Oke, kurasa cukup sampai disini! Goodbye, waktuku sudah habis disini!”
Lalu, dia mengambil satu langkah menuju pintu keluar.
“Aku akan bertemu lagi dengan kalian di Malam Perpisahan! Mari kita mengobrol lagi nanti! Itu adalah sebuah janji!”
Sambil melambaikan tangannya, dia berjalan keluar.
Tepat sebelum pintu ditutup, dia mengintip sekali lagi ke dalam dan melambaikan tangannya. Aku sebenarnya ingin memintanya untuk berhenti melakukan itu, karena dia sudah mirip dengan akting Jack Nicholson di film The Shining. Belum lagi, itu membuatku ingin melambaikan tangan kembali kepadanya...Ketika pintu benar-benar tertutup, aku akhirnya bisa menurunkan bahuku dan bernapas lega.
Isshiki yang melihat interaksiku dengan Meguri-senpai sedari tadi, tiba-tiba mengatakan sesuatu.
“Apa cuma aku ya yang merasakan itu, sepertinya aku berpikir kalau kau sangat menyukai Meguri-senpai?”
“Oh, betul juga! Aku juga berpikir hal yang sama.”
“Halooo, maaf ye...? Apakah itu secara tidak langsung kalian menyatakan ada orang disini yang tidak menyukainya?”
“Ahh, sulit membayangkan kalau ada. Tunggu dulu, kenapa nada suaramu seperti orang marah-marah...?”
Yuigahama tertawa. Tapi Irohasu, kenapa kau diam saja? Kau tidak kelihatan manis kalau kau melihat tanganmu dan wajahmu memasang gimmick “Pasti ada yang tidak suka...”. Itu sepertinya sudah menjadi masalahmu!
Akupun menatapnya dengan keheranan, dan ketika dia menyadarinya, dia pura-pura batuk. Kemudian, dia mengganti topiknya dan memasang wajah kesalnya.
“Ya sudah, ngomong-ngomong, bagaimana kalau kita membereskan pekerjaan kita untuk Malam Perpisahan nanti? Demi Meguri-senpai yang kau sayangi itu!”
Hmm...Kalimatmu yang semacam itulah yang terdengar ganjil di telingaku...
x Chapter 4 Part 2 | END x
Monolog Hachiman soal dia tidak punya hubungan spesial dengan seorangpun di 2F sudah menjadi jawaban nasib Yui di novel ini.
...
Orang yang tidak menyukai Meguri-senpai pasti ada, yaitu gadis yang menyukai Hikigaya-kun.
...
Jangankan karakter di novel, para pembaca pasti merasa sulit untuk membenci karakter Meguri-senpai!
...
Satu-satunya hal mengapa Hachiman enggan menceritakan Miura-Hayama karena dia tahu Hayama selama ini hanya memanfaatkan Miura. Tapi, entah di kelas 3 nanti, ketika mereka kemungkinan besar akan berpisah...
...
Hachiman bohong ketika bermonolog kalau bertemu Kaori setelah lulus SMP karena kebetulan.
Sebenarnya Hachiman sengaja berputar dan memilih jalan yang jauh, agar tidak bertemu Kaori di jalan. Karena mereka tinggal di satu kompleks perumahan.
Bertemu kembali dengan Kaori karena kebetulan? Tidak. Itu karena dia sengaja setiap hari begitu.
Kalau memang faktor kebetulan, maka dia setidaknya akan bertemu Kaori lebih cepat dari volume 8, karena akan sering bertemu ketika berangkat atau pulang sekolah. Buktinya, ketika arah pulangnya sama dan kemalaman dari rapat Kaihin-Sobu, Hachiman bertemu dengan Kaori dalam perjalanan pulang ke kompleks rumahnya.
...
Monolog Hachiman tentang para otaku yang gampang baper...Wahaha.
...
Secara tidak langsung Hayama mengatakan kalau dia melihat Precure dan Aikatsu. Karena dia dengan persis bisa tahu jam tayangnya, yaitu Sabtu Pagi. Hayama-kun otaku? Entahlah.
...
Siapa sih Hikitani-kun?
Perih euy tulisannya putih putih
BalasHapusSepertinya laptop saya punya touchpad yang terlalu responsif atau memang kurang cocok untuk menulis panjang. Error sudah saya perbaiki, thanks infonya.
HapusApa yg terjadi di volume 13?, Sepertinya hubungan yukino dan hachiman bermasalah di chapter ini, tidak menyapa hachiman dan yui di ruang osis dan langsung pergi.
BalasHapusMungkin ada sesuatu yang membuat Yukino merasa Hachiman "deserve better"? Nanti kita lihat pas vol 13.
HapusBukannya yukino merasa kalo dekat dengan hachiman terus dia malah jadi makin manja secara hachiman selalu punya cara nyelesein masalahnya yukino. Makanya yukino merasa mesti menjaga jarak agar bisa mandiri. Bukan begitu?
HapusYa bner tuh
HapusApa Haruno juga ngasih tau tentang codependency ke Yukino?
BalasHapusIya, kan yukino nanya ke hachiman kalau kakaknya udh ngasih tau tentang codependency atau blm
HapusSaya juga baperan orang nya. Saya sampai menangis melihat ending anime bakuman.
BalasHapusmegu megu megurin✨
BalasHapusY
BalasHapus