Sekarang, kita (mungkin tepatnya saya) akan menganalisis essay dari Hachiman, yang ada dalam prolog vol 1. Karena essay ini adalah tulisan pertama dalam novel Oregairu dan berisi tentang penjelasan Hachiman mengenai masa muda, maka ini jelas-jelas merupakan ekspektasi Hachiman tentang masa mudanya di SMA.
Namun kita semua tahu, sesuai judul light novelnya, ternyata tidak seperti yang Hachiman duga. Tapi benarkah begitu? Pertama-tama, mari kita tampilkan dulu prolognya...
Masa muda adalah sebuah kebohongan. Hanyalah bentuk lain dari sebuah kejahatan.
Bagi kamu yang menikmati masa mudanya, sebenarnya kamu sedang menipu dirimu sendiri terhadap sekitarmu. Kau akan lari dari kenyataan sekitarmu dan melihat mereka semua dengan positif. Bahkan ketika kau membuat sebuah kesalahan yang bisa merenggut nyawa sekalipun, kau akan dimaklumi dan dianggap sebagai catatan kecil dalam kehidupan masa mudamu.
Kuberi contoh begini. Jika ada anak muda melakukan tindakan kriminal seperti mencuri ataupun melakukan vandalisme, maka mereka akan disebut ‘sedang mencari jatidiri’. Jika mereka gagal dalam ujian, mereka akan mengatakan sekolah itu bukanlah satu-satunya tempat untuk belajar. Jadi selama mereka berada dalam masa muda mereka, mereka bisa mengatakan alasan apapun yang terdengar wajar meski perbuatan mereka bertentangan dengan norma sosial.
Kebebasan, kebohongan, rahasia, kejahatan, dan bahkan kegagalan hanyalah bumbu masa muda. Dan dalam kegelapan itu, mereka akan menemukan sebuah keanehan dalam kegagalan mereka. Mereka menyimpulkan kalau gagal merupakan hal wajar bagi mereka yang ada di masa muda, sedang gagal bagi mereka yang tidak muda lagi merupakan sebuah kegagalan yang benar-benar serius.
Kalau kegagalan bisa dikatakan sebagai salah satu ciri dari masa muda, bukankah aneh kalau ada orang lain menganggap aneh anak muda yang tidak punya teman? Kenyataannya, malah mereka menganggap anak muda itu berbeda dari mereka.
Yang mereka katakan hanyalah omong kosong belaka. Semua ini hanyalah dunia yang dibuat oleh para oportunis. Oleh karena itu, semua ini penuh dengan kepalsuan. Penuh dengan kebohongan, pengalihan isu, rahasia-rahasia, dan konspirasi yang para pelakunya harusnya menerima hukuman.
Mereka semua hanyalah kumpulan orang-orang jahat.
Kalau begitu, meski terdengar ironis, mereka yang tidak mengagung-agungkan masa mudanya merupakan mereka yang berjalan di jalan yang benar.
Kesimpulannya, mati saja kalian.
So, what the truth behind this?
Pada awal essay, mereka yang mengagung-agungkan masa muda dianggap sebagai orang yang lari dari kenyataan. Bukankah itu yang Hachiman lakukan selama ini?
Hachiman tahu kalau Yui mencintainya, vol 3 chapter 6. Tapi Hachiman memilih untuk sengaja menggantung perasaan Yui karena persahabatan Yukino-Yui ada pada jawabannya tersebut. Bukankah ironis?
Hachiman oportunis dengan mengatakan anak muda yang melakukan tindakan kriminal seperti mencuri dan vandalisme, sengaja memanfaatkan itu dengan memberikan alasan 'sedang mencari jatidiri'. Di vol 6.5 chapter 8, Hachiman dengan sengaja membuang sampah-sampah di loker sepatunya ke loker milik Tobe.
Kata-kata Hachiman mengenai orang-orang yang memanfaatkan kegagalan di masa muda sebagai hal yang wajar, benar-benar terjadi kepada Hachiman. Di vol 9 chapter 5, Hiratsuka-sensei memberikan saran ke Hachiman untuk menyelesaikan masalahnya dengan Yukino, alasannya sederhana: Karena mereka masih muda, jadi inilah saatnya. Bisa kita tebak, Hachiman mengerjakan saran Sensei tersebut. Ini aneh jika mengingat kembali essay Hachiman.
Tentang dunia yang dibuat oleh para oportunis dan penuh kepalsuan, Hachiman berperan di dalamnya. Hachiman malah termasuk dalam orang-orang yang seperti itu.
Jika kesimpulannya "mati saja kalian!", bukankah seharusnya ini berbalik ke Hachiman sendiri?
"Mungkin di suatu saat nanti, Hikigaya Hachiman akan berubah..."
Hikigaya Hachiman | vol 6 chapter 9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar