Beberapa hari setelahnya, tibalah Pelajaran Olahraga di kelasku.
Karena seringnya aku berlatih dengan dinding, membuatku menjadi ahli dalam memukul dinding. Kalau begini terus, aku bisa terus-terusan memukul ke arah dinding tanpa perlu menggerakkan kaki sama sekali.
Untuk Pelajaran Olahraga minggu depan, akan diadakan pertandingan tenis antar siswa. Dengan kata lain, Pelajaran Olahraga hari ini adalah terakhirkalinya aku bisa berlatih bersama dinding.
Karena ini adalah latihan terakhirku dengan tembok, maka aku akan memberikan yang terbaik, tapi tiba-tiba aku merasakan ada seseorang yang menepuk bahu kananku.
Siapa ya?
Tidak ada yang mau berbicara denganku, jadi tepukan barusan pastilah fenomena supranatural, benar tidak?
Akupun menolehkan kepalaku, tiba-tiba aku merasa ada jari yang mengenai pipiku.
"Ahah, kena kau~"
Ternyata Totsuka Saika, dimana dia sedang memberikan senyum manisnya.
Oof, perasaan macam apa ini...? Jantungku berdetak dengan kencang. Jika dia bukanlah seorang pria, aku berniat untuk menembaknya dan ditolak. Wow, jadi aku sendiri sudah berpikir kalau aku akan ditolak?
Maksudku begini, setelah kau melihat Totsuka yang memakai seragam biasa, maka terlihat jelas kalau dia adalah seorang laki-laki. Tapi ketika dia sedang memakai pakaian olahraga, dimana tipe pakaiannya sama antara laki-laki dan perempuan, jenis kelaminnya langsung menjadi ambigu. Kalau kaos kakinya berwarna hitam dan setinggi lutut, kau pasti akan sangat kesulitan untuk mengetahui dirinya.
Kedua lengannya, kaki, dan pinggangnya tampak ramping, dan kulitnya putih pucat.
Well, memang benar kalau dadanya tidak besar, tapi Yukinoshita sendiri juga dadanya tidak besar.
Entah mengapa, aku merasakan rasa takut yang luar biasa.
Setelah sedikit tenang, akupun berbicara ke Totsuka, dimana dia sendiri sedang berdiri dan tersenyum kepadaku.
"Ada perlu apa ya?"
"Ah. Begini, orang yang biasanya berpasangan denganku tidak masuk sekolah. Jadi...Umm, kalau boleh, maukah kau menjadi partnerku?"
Kampret, jangan melihatku dengan tatapan memelas. Kau terlihat sangat manis. Wajahmu jangan memerah juga, ugh.
"Ahh, ya sudah. Aku sendiri juga sedang sendirian."
Maaf ya dinding. Aku tidak bisa bermain denganmu hari ini...
Setelah meminta maaf ke dinding dan merespon permintaan Totsuka, dia tampak senang sekali.
"Ah, untunglah!" gumamnya.
Kampret, itu membuatku tegang sekali. Dia benar-benar manis sekali.
Menurut Yuigahama, karena Totsuka yang terlihat manis, banyak gadis di sekolah yang menyebutnya Sang Putri. Begitu ya, karena Totsuka adalah pria cantik dimana dia punya tampilan feminin yang manis, nama itu sangat cocok untuknya. Ditambah lagi, nama Sang Putri membuatmu ingin melindunginya.
Akhirnya, latihanku dengan Totsuka dimulai.
Totsuka adalah member Tim Tenis, jadi wajar jika dia sangat baik dalam bermain Tenis.
Dia mendapatkan pelayanan premium dariku yang sudah ahli dalam melawan tembok, dan dia mengembalikan bolanya tepat ke arahku.
Setelah kita mengulangi itu berkali-kali, Totsuka mulai membuka obrolannya, seperti untuk mencegahnya kebosanan dalam latihan ini.
"Seperti dugaanku, Hikigaya-kun cukup jago."
Karena jarak kami berdua cukup jauh, suara Totsuka terdengar samar-samar.
"Aku super jago dalam memukul tembok, jadi karena itulah aku sangat ahli dalam Tenis."
"Itu Squash, bukan Tenis..."
Kami akhirnya membuka obrolan kami dan membahas berbagai topik, sambil memukul bola. Para siswa yang lain banyak yang gagal memukul dan tidak bisa mengembalikan bola, tapi kami sendiri terus melanjutkan pukulan rally panjang kami.
Kemudian, rally terhenti. Totsuka menangkap bola dengan tangannya.
"Ayo kita istirahat dulu."
"Oke."
Kami lalu duduk di tempat duduk.
Kampret, ngapain duduk dekat gue?
Bukankah ini aneh? Ketika ada dua pria duduk bersama, bukankah normalnya duduk di ujung satunya atau duduk berseberangan? Bukankah dia ini terlalu dekat? Bukankah ini terlihat intim sekali?
"Hei, aku ingin meminta pendapat dari Hikigaya-kun..."
Totsuka memasang ekspresi wajah yang serius.
Begitu ya. Kalau dia ingin meminta pendapat secara rahasia, kurasa normal kalau harus sedekat ini. Karena itulah dia duduk sangat dekat denganku.
Tapi kenapa sedekat ini?
"Pendapatku ya, huh...?"
"Yeah. Ini tentang Tim Tenis-ku...Kita saat ini berada dalam situasi yang kurang bagus. Membernya tidak begitu banyak. Dan jika para senior kelas tiga pensiun setelah Turnamen berikutnya, maka situasinya akan jauh lebih buruk lagi. Akan banyak member baru yang bergabung dimana mereka sendiri belum pernah bermain Tenis, jadi mereka belum terbiasa sama sekali...Karena kita sendiri lemah, kita kesusahan untuk memotivasi mereka. Maksudku, bukannya aku ingin menekankan kalau mereka harus kompetitif atau bagaimana, jadi..."
"Begitu ya."
Cukup masuk akal. Sebenarnya, masalah semacam ini cukup lumrah ditemui di Tim Olahraga yang lemah.
Karena tim-mu sendiri tidak bagus, maka tidak banyak orang yang mau bergabung. Dan karena tidak banyak orang di Klub itu, maka tidak ada suasana kompetitif dimana mereka berjuang mati-matian untuk menjadi pilihan utama Klub.
Meski jika kau sering bolos latihan, kau masih diikutsertakan dalam turnamen, selama kau dirasa bisa bermain, maka kau akan dimainkan. Banyak sekali orang di luar sana yang merasa puas dengan hasil turnamen meskipun mereka tidak pernah menang sama sekali.
Pemain yang semacam itu tidak akan menjadi pemain yang lebih baik. Kemudian, karena kualitas mereka yang meragukan, maka tim terlihat kurang menarik di mata siswa yang hendak bergabung. Dan begitulah lingkaran itu berputar.
"Jadi...Kalau Hikigaya-kun tidak keberatan, apa kau mau bergabung dengan Klub Tenis?"
"...Huh?"
Kenapa ujung-ujungnya bisa begini?
Totsuka melihat ekspresi kebingungan yang ditunjukkan oleh kedua mataku, dan dia mulai menenggelamkan dirinya sambil memeluk kedua lututnya. Sesekali dia menatapku dengan tatapan memelas.
"Hikigaya-kun sangat bagus dalam bermain Tenis, dan kupikir kau ada bakat untuk berkembang. Kupikir kau juga bisa memotivasi member yang lainnya. Dan...Jika bersama Hikigaya-kun, kupikir aku bisa berusaha dengan lebih keras lagi. U-Umm...Maksudku tadi bukan sesuatu yang aneh-aneh ya! Ha-Hanya saja, aku ingin bertambah kuat dalam hal Tenis."
"Kurasa tidak masalah menjadi lemah dalam sesuatu...Aku akan melindungimu."
"...Apa?"
"Ah, maaf barusan."
Melihat tatapan lugu dari Totsuka membuatku salah tingkah, dimana aku harusnya meresponnya dengan serius. Ayolah, dia ini terlalu manis. Saking manisnya sehingga aku hampir setuju untuk bergabung dengan Klubnya. Aku hampir menaikkan tanganku diselimuti semangat seperti orang yang berlari ke sebuah pertempuran untuk memperebutkan kue terakhir di kantin.
Tapi tidak peduli seberapa manis Totsuka, akan selalu ada request dimana aku sendiri tidak bisa mengabulkannya.
"...Maaf ya. Kupikir aku tidak bisa melakukannya..."
Aku tahu sifatku seperti apa.
Aku malas untuk pergi ke Klub setiap hari, juga aku tidak suka olahraga di pagi hari. Satu-satunya orang yang melakukannya adalah kakek-nenek tua yang melakukan Tai Chi di taman, benar tidak? Lagipula, "Maaf ya, sepertinya aku tidak bisa~~" mulai menjadi motto favorit dalam kehidupanku.
Mungkin terdengar seperti mengambil kata-kata Korosuke, karakter Kiteretsu, tapi masalahnya adalah aku pasti akan berhenti dari Klub semacam itu. Bahkan ketika aku bekerja paruh waktu untuk pertamakali, aku akhirnya bolos selama tiga hari.
Jika orang sepertiku bergabung dengan Klub Tenis, kujamin yang akan terjadi adalah aku menjadi penyebab depresi Totsuka.
"...Begitu ya..."
Totsuka tampak kecewa. Sementara itu, aku mencoba mencari-cari sesuatu untuk mencairkan suasananya.
"Well umm...Jangan khawatir. Aku akan mencoba untuk membantu menyelesaikan masalahmu."
Meski aku tahu kalau tidak ada yang bisa kulakukan.
"Terimakasih ya. Aku merasa lebih baik setelah berbicara dengan Hikigaya-kun."
Totsuka tersenyum kepadaku, tapi aku tahu kalau pikirannya yang tenang itu hanya bersifat sementara. Di saat yang bersamaan, ada bagian kecil dari diriku meski itu hanya sementara, jika Totsuka merasa senang, maka apapun yang kulakukan itu tidak akan kusesali.
x Chapter VI Part 4 | END x
Watari/ Hachiman jelas memiliki ketertarikan sesuatu dengan dada rata. Di chapter sebelumnya, menyinggung dada rata yang lembut. Lalu kali ini, menyinggung dada rata Yukino...
.......
Rasa takut ketika membicarakan dada Yukino ini muncul lagi ketika vol 10 chapter 2, berbelanja hadiah ulang tahun. Sama persis...
.......
Jika memang tidak punya niat menghadiri kegiatan Klub, kenapa Hachiman tidak pernah membahas tentang kegiatannya setiap hari menghadiri Klub Relawan? Karena kita tahu, di volume-volume selanjutnya Hachiman tidak pernah mengeluh lagi tentang kehadiran Klub karena ancaman Hiratsuka-sensei.
Sebenarnya terjawab sendiri di vol 7 chapter 3, Hachiman melihat gadis yang disukainya di Klub tersebut, lalu dia mencari-cari pembenaran untuk membuat dirinya seolah-olah dipaksa masuk kesana.
Ironisnya, hal serupa dilakukan Yui untuk mendekati Hachiman.
........
Aku ingin melindungi senyumannya....
........
Aku ingin melindungi senyumannya....
selalu bagian analisis yg membuatku brtah di web site ini
BalasHapusMantap gan
BalasHapus