Dan
begitulah rencana latihan maut kami
dibuat. Disepakati, kalau latihan perdana akan dimulai besok.
Kampret, ngapain gue harus ikutan?
Kalau
begini, bukankah Klub Relawan sendiri hanyalah sebagai tempat tujuan bagi
orang-orang lemah dan melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan mereka?
Bukankah ini akhirnya hanyalah sebuah Klub yang menyediakan hiburan sementara
bagi orang-orang yang tidak berguna di masyarakat?
Lalu
apa bedanya dengan masa muda yang
sangat kubenci itu?
Tentunya,
Hiratsuka-sensei sendiri mungkin berusaha mengubah tempat ini menjadi semacam
tempat rehabilitasi, tempat dimana orang-orang dirawat dan dikurung...
...Tapi
jika penyakit kami ini bisa
disembuhkan dengan hal yang sesederhana itu, bukankah harusnya kita sudah
sembuh dengan mudahnya sejak dulu?
Begini,
mari kita ambil contoh Yukinoshita, misalnya saja ya. Aku tidak tahu apa masalah yang hinggap di pikirannya, tapi aku
yakin kalau pergi ke Klub setiap hari tidak akan membuat masalahnya pergi
begitu saja.
Sebenarnya,
satu-satunya cara tempat seperti ini agar bisa menyembuhkan luka adalah Totsuka yang berubah menjadi seorang gadis.
Mungkin, lewat masalah Tenis ini, akan muncul situasi rom-com diantara kami
berdua, dan itu jelas akan membuatku merasa lebih baik...
Setahuku,
Totsuka Saika adalah orang paling manis di dunia ini. Dia baik, dan terpenting
lagi, baik kepadaku. Jika kita berdua ditempatkan di ruangan yang sama dan
diberi waktu untuk berkenalan satu sama lain dengan lebih baik, mungkin saja
aku akan menjadi seorang manusia yang tumbuh dewasa dengan wajar.
...Tapi,
tahulah, Totsuka adalah seorang
laki-laki. Oh Dewa, kenapa kau goblok
sekali...
Itu
membuatku sedikit depresi, tapi aku tetap mengganti pakaianku ke pakaian
olahraga. Lalu, aku menuju ke Lapangan Tenis. Hei, aku masih percaya kalau ada
peluang kecil kalau Totsuka itu sebenarnya gadis. Aku akan mempertaruhkan
seluruh harapan dan impianku ke peluang itu!
Seragam
olahraga kami sendiri berwarna biru muda dengan ditambahi sedikit fluorescent,
dan itu mencolok sekali. Mengesankan kalau pakaian olahraga kami ini terlihat
kuno dan setiap siswa disini tidak suka memakainya, jadi mereka tidak pernah
memakainya kecuali di Pelajaran Olahraga ataupun latihan.
Jadi
ketika semua orang mengenakan seragam biasa mereka, dan aku kini terlihat
seperti orang idiot yang mencolok dengan seragam ini.
Karena
itulah, aku bisa ditemukan dengan mudah oleh orang yang menyebalkan ini.
“Hah
hah hah hah Hachiman.”
“Jangan
membuat suara tawamu seperti sedang memanggilku...”
Dari
seluruh siswa SMA Sobu, hanya Zaimokuza-lah yang memiliki tawa menjijikkan
seperti barusan. Dia berdiri tegak, menyilangkan lengannya, dan menghalangi
jalanku.
“Kebetulan
sekali...Aku sendiri hendak memberikan karya baruku. Ayo bersiaplah, kenyangkan
kedua matamu dengan karyaku! Kuatkan dirimu!”
“Ahh,
maaf...Aku agak sibuk sekarang.”
Akupun
langsung bergegas melewatinya dengan sedikit memutari badannya, juga
menghindari tumpukan kertas yang dia sodorkan kepadaku...Tapi Zaimokuza
berhasil menangkap bahuku.
“...Jangan
membohongiku dengan alasan yang menyedihkan semacam itu. Bagaimana mungkin
orang sepertimu bisa sibuk?”
“Serius
gue...Kaulah orang terakhir di dunia
ini yang ingin kudengar mengatakan hal itu.”
Kenapa
sih semua orang selalu mengatakan
itu? Apa aku terlihat seperti orang yang tidak punya sesuatu untuk
dilakukan?...Well, bukannya aku mau mengatakan mereka salah sih...
“Hmph,
Hachiman, aku paham...Kau sebenarnya ingin pura-pura keren di depanku, jadi kau
sedikit berbohong barusan. Lalu, untuk melindungi kebohonganmu terbongkar lebih
jauh lagi, kau berbohong lagi. Tapi yang kau lakukan itu hanyalah lingkaran
yang tanpa ujung, sebuah loop yang tidak berakhir. Kau harus tahu, Hachiman,
loop semacam itu tidak akan membawamu kemana-mana. Secara umum, hubungan antar
manusia pada akhirnya tidak akan membawamu kemanapun. Jadi, kau masih punya
waktu untuk kabur dari Neraka itu!...Kau dulu pernah menolongku kabur dari
sana, dan sekarang saatnya bagiku untuk membalas budimu!”
Kata-kata
Zaimokuza barusan adalah kata-kata kedua dalam daftar kata-kata yang ingin
diucapkan oleh semua pria. Gayanya yang mengacungkan jari jempolnya ke arahku
dengan ekspresi yang memberikan jaminan akan sesuatu, benar-benar
menjengkelkan...
“Serius,
gue ada kegiatan sekarang...”
Aku
sebenarnya mulai kesal, dan aku berniat untuk mengatakannya dengan lebih keras
lagi. Tapi...
“Hikigaya-kun!”
Ketika
suara sopran itu mencapai telingaku, aku seperti merasakan kalau Totsuka
melompat ke lenganku.
“Kebetulan
sekali. Ayo kita pergi sama-sama?”
“Ba-Baiklah,
ayo...”
Totsuka
sedang membawa tas berisi raket di bahunya, dan entah mengapa, tangan kanannya
memegangi tangan kiriku.
Anjrit...
“H-Hachiman...Si-Siapa
ini...?”
Zaimokuza
melihatku dan Totsuka dengan tatapan yang terkejut. Lalu entah mengapa,
ekspresinya berubah menjadi sesuatu yang familiar...Ah, benar, apa ini semacam
Kabuki? Aku juga hampir mendengar suara lyoo~~~
pon pon pon yang merupakan efek suara dari Kabuki ketika kedua mata
Zaimokuza terbuka lebar dan memasang ekspresi yang aneh.
“Dasar
bajingan! Kau mengkhianatiku!”
“Kampret, apa maksudmu dengan mengkhianati...”
“Diam
kau! Dasar playboy tanggung! Kau sudah gagal sebagai pria cantik! Aku ini kasihan kepadamu karena kamu ini adalah penyendiri,
tapi yang kulihat sekarang adalah kau ini malah banyak gaya!”
“Tanggung? Gagal? Itu sudah terlalu jauh...”
Tapi
aku memang penyendiri, jadi aku tidak bisa membantahnya.
Zaimokuza,
terus menatapku dengan tatapan iblisnya, dan mulai menggerutu.
“Aku
tidak akan memaafkanmu...”
“Hei,
tenang dulu Zaimokuza. Totsuka ini bukanlah seorang gadis. Dia itu
laki-laki...Mungkin sih.”
“Ja-Jangan
main-main! Orang semanis ini mustahil dia seorang pria!”
Aku
memang tidak begitu meyakinkan ketika mengatakannya, dan Zaimokuza-pun merespon
balik.
“Begini,
Totsuka ini pastilah pria yang manis.”
“Itu...Dipanggil
dengan sebutan manis...Agak...”
Totsuka,
masih berdiri di sampingku, wajahnya memerah dan berusaha memalingkan
pandangannya.
“Umm...Apa
dia ini teman Hikigaya-kun?”
“Nah
itulah, itu pertanyaan yang sangat
bagus...”
“Hmph...Mustahil
aku menganggap orang sepertinya sebagai musuh yang tangguh.”
Zaimokuza
tampak menghinaku. Uwahh, orang ini benar-benar menjengkelkan...
Tapi
bukannya aku tidak paham dengan dirinya. Normal jika merasa sedikit sedih dan
dikhianati ketika kau tahu kalau orang yang selama ini kau anggap sebagai
seperjuangan denganmu, lalu tiba-tiba berubah drastis.
Apa
yang bisa kukatakan dalam situasi ini untuk tidak merusak hubungan kita?
Sayangnya, karena aku tidak berpengalaman dalam hal ini, aku benar-benar tidak
tahu.
Aku
merasa blank dengan situasi ini.
Kupikir, Zaimokuza dan diriku, suatu hari nanti, akan mencapai situasi dimana
kita bisa memahami satu sama lain dan tertawa bersama-sama...
Tapi,
hal semacam itu adalah sesuatu yang mustahil.
Bersimpati
dengan seseorang, berusaha membuatnya merasa lebih baik, tidak membuatnya
marah, berempati dengan mereka, dan akhirnya, menjadi lebih dekat dengan
seseorang...Pertemanan semacam itu bukanlah pertemanan sama sekali. Kalau hal
yang mengganggu semacam itu disebut masa
muda, maka aku tidak masalah jika tidak memilikinya.
Berkumpul dengan grup yang stagnan,
selalu bersikap seolah-olah kau sedang menikmatinya, hanya untuk membuatmu terlihat dihargai dan
eksis. Hal-hal semacam itu tidak ubahnya sebagai usaha untuk menipu dirimu
sendiri. Sangat menyedihkan.
...Maksudku,
lihat situasi ini: menghadapi kecemburuan dari Zaimokuza benar-benar
menjengkelkan.
Setelah
aku menyadari betapa berharganya diriku, aku langsung memilih jalan penyendiri.
“Totsuka,
ayo pergi.”
Kusenggol
lengan Totsuka untuk memberi isyarat pergi.
“Ah,
oke...”
Dia
meresponnya, tapi tidak mau bergerak sama sekali.
“Zaimokuza-kun...Benar
tidak?”
Zaimokuza
tampak bimbang, namun akhirnya dia mengangguk.
“Kalau
kau teman dari Hikigaya-kun, mungkin kita bisa...Menjadi teman juga? Itu akan
membuatku...Senang sekali. Aku tidak punya banyak teman pria...”
Totsuka
mengatakan itu sambil tersenyum malu.
“Fu...ku,
ku ku ku ku. Memang, Hachiman dan diriku adalah teman dekat...Tidak, kita
adalah rekan seperjuangan...Bukan, bukan, bukan, akulah Tuannya dan dia adalah
Budaknya...Well, kalau kau tanya kita ini apa, kurasa seperti itulah. Aku akan...Umm...menerima
pertemanan kita. Bahkan, kita bisa menjadi sepasang kekasih.”
“Uhh,
kupikir itu bukanlah...Ide yang bagus. Kurasa yang pertama tadi sudah cukup.”
“Hmm,
begitu ya...Hei, Hachiman. Kau pikir
orang ini menyukaiku? Kalau begitu, bukankah artinya aku ini menjadi lebih
populer? Benar tidak?”
Zaimokuza
tiba-tiba berada di dekatku dan berbisik.
...Sudah
kuduga: Zaimokuza ini bukanlah temanku.
Seseorang
yang berubah 180° ketika mereka berpikir bisa mendekati seorang gadis cantik
bukanlah temanku.
“...Totsuka,
ayo pergi...Kalau kita telat, Yukinoshita bisa meledak nantinya.”
“Hmm,
itu bukanlah hal yang bagus...Ayo kita bergegas saja. Dia itu...Benar-benar
menakutkan.”
Zaimokuza
lalu mengikutiku dan Totsuka. Sepertinya, dia memutuskan untuk ikut dalam tim
ini...Lagipula, kalau kita berjalan seperti ini di lorong, semua orang yang
menonton pasti akan berpikir kalau kita berasal dari Dragon Quest. Atau
mungkin...Bukan Dragon Quest, tapi sejenis King Bomby dari seri Momotetsu...
x Chapter VI Part 6 | END x
Well, kita semua tahu apa yang terjadi di Klub Relawan. Justru Hachiman disana-lah yang akan membuat Yukino terbuka dan bisa menyelesaikan masalahnya. Persis dengan apa yang terjadi pada Hiratsuka-sensei di masa lalu.
....
Saya merasa sedang translate sesuatu yang berbau material untuk Ebina Hina...
Next...
BalasHapus