Ini terjadi ketika jam makan siang.
Aku sedang makan siang di tempat yang biasanya.
Markasku itu berada di lantai pertama Gedung Khusus, dekat UKS dan di seberang
kantin. Kalau kau masih bingung juga, bisa kukatakan kalau ini adalah tempat
terbaik dimana kau bisa melihat jelas seluruh lapangan tenis.
Aku
bersantai sambil memakan hot dog, onigiri tuna, dan roll neapolitan yang kubeli
di kantin.
Sungguh
suasana yang sangat damai.
Sementara itu, terdengar suara yang berirama dimana itu seperti dengan
sengaja memunculkan rasa kantukku.
Para
siswi yang mengikuti kegiatan Klub Tenis, pada saat jam makan siang memiliki
latihan tersendiri, dan sekarang mereka berlatih melawan dinding; mereka
memukul bola dengan semangatnya dan mengejar bola yang memantul itu, begitulah
seterusnya.
Aku
terus mengikuti gerakan mereka dengan kedua mataku sambil menikmati makan
siang. Ketika jam makan siang akan segera berakhir, angin berembus saat aku
meminum sebungkus lemon tea.
Arah
embusan angin kali ini berubah lagi.
Arah
embusannya memang berubah-ubah setiap harinya, tapi karena sekolahku berada di
dekat laut, arah embusan angin biasanya berubah ketika masuk jam makan siang.
Ini seperti hendak mengatakan kalau embusan angin di pagi hari itu kini
berbalik kembali menuju laut.
Menghabiskan waktu sendirian seperti ini, merasakan bagaimana angin
menyentuh kulitku, bukanlah hal yang buruk.
“Huh?
Hikki?”
Embusan
angin tersebut membawa suara yang familiar ke telingaku. Ketika kulihat asal
suara itu, aku melihat Yuigahama sedang berdiri, memegangi roknya agar tidak
berkibar karena tertiup angin.
“Apa
yang kau lakukan disini?”
“Aku
biasa makan siang disini.”
“Hmm,
benarkah? Kenapa begitu? Bukankah akan lebih baik jika makan di kelas?”
“...”
Yuigahama tampak keheranan, sedang aku sendiri hanya meresponnya dengan
sebuah kesunyian. Serius ini, jika aku bisa melakukan itu, terus ngapain gue makan disini? Pake otak dikitlah, kampret.
Mari
kita ubah subjeknya dulu.
“Tapi
bagaimana denganmu, kenapa kau ada disini?”
“Oh
iya! Jujur saja, aku kalah hom-pim-pa
dengan Yukinon, jadi...Kurasa aku sedang menjalani hukumannya?”
“Jadi
hukumannya adalah berbicara denganku...?”
Menyedihkan sekali...Membuatku serasa ingin mati saja.
“Bu-Bukan itu! Yang kalah harus membeli jus! Itu saja!”
Yuigahama lalu mengibas-ngibaskan tangannya, berusaha menyangkal
pernyataanku barusan. Untunglah; padahal aku benar-benar sudah siap untuk
mati...
Yuigahama lalu menepuk-nepuk dadanya seperti lega akan sesuatu, lalu dia
duduk di sebelahku.
“Yukinon awalnya tidak mau. Aku
bisa menyediakan sendiri makananku.
Memangnya ada alasan yang kuat mengapa aku harus memenangkan pertandingan yang
tidak jelas seperti ini? Begitulah katanya.”
Entah
mengapa, Yuigahama sedang berusaha meniru gaya bicara Yukinoshita. Dia
jelas-jelas gagal dalam menirunya.
“Well,
respon yang seperti itu memang mirip dia.”
“Yeah,
tapi ketika aku berkata Jadi kau tidak
yakin bisa memenangkannya? Lalu tiba-tiba dia setuju untuk bermain.”
“...Well, dia memang begitu.”
Gadis
itu selama ini selalu lekat dengan image keren,
tapi kalau berurusan dengan yang namanya kompetisi, dia benar-benar tidak suka
kalah. Dulu, dia tiba-tiba langsung
setuju setelah Hiratsuka-sensei menantangnya.
“Kemudian, ketika Yukinon menang, dia sedikit menaikkan kepalan
tangannya ke atas...Dia manis sekali loh...”
Yuigahama tampak bahagia ketika mengatakannya.
“Kupikir, itu pertamakalinya aku merasa kalau permainan hukuman itu
adalah game yang menyenangkan.”
“Memangnya kau sering melakukan itu?”
Ketika
kutanya, Yuigahama menganggukkan kepalanya.
“Yeah,
beberapa kali...”
Mendengarkan itu, membuatku teringat akan sesuatu. Ketika jam makan
siang akan berakhir, akan selalu ada suara-suara berisik yang berasal dari para
idiot yang bercerita tentang permainan hom-pim-pa...
“Tch,
kurasa kalian terlihat seperti member-member klub elit yang sedang bermain
sesuatu.”
“Apaan sich dengan responmu yang
menjengkelkan itu? Memangnya kau tidak suka dengan hal-hal yang semacam itu?”
“Tentu
sajalah. Aku benci berkumpul dan
becanda di dalamnya...Ah, tapi aku memang tidak suka kumpul-kumpul semacam itu
karena aku tidak diajak!”
“Alasanmu tidak hanya menyedihkan saja, tapi situasimu juga menyedihkan!”
Banyak bacot. Pergi sana...
Yuigahama
tampak tersenyum sambil memegangi rambutnya, agar tidak tertiup angin. Ekspresi
yang semacam itu tampak berbeda dari ekspresinya yang biasa dia perlihatkan
ketika bersama Miura dan yang lainnya di kelas...
Ahh,
begitu ya. Kalau harus menebak, aku akan bilang karena dia tidak memakai
make-up. Wajahnya tampak lebih natural. Dia mungkin memutuskan untuk berubah,
tapi, maksudku, bukannya aku ini punya hobi untuk sering-sering menatap wajah
para gadis...Ah sudahlah.
Tapi
meski sedikit, setidaknya itu bukti kalau dia telah berubah.
Mungkin
tidak hanya karena make-up yang lebih sedikit...Ketika Yuigahama tersenyum,
kedua matanya tampak tanpa beban dan wajah gadisnya itu tampak lebih bersinar.
“Tapi
serius, kupikir Hikki juga punya grup. Ketika kita berada di ruangan Klub, kau
selalu tampak menikmati obrolanmu dengan Yukinon. A-Aku selalu merasa kalau aku
tidak akan bisa bergabung dalam pembicaraanmu dengannya...”
Yuigahama mengatakan itu sambil memegangi
lututnya dan mengubur wajahnya dalam-dalam. Dia lalu melirik ke arahku.
“Tahu
tidak, aku juga ingin bergabung dengan obrolannya...A-Aku bukannya punya
maksud-maksud yang aneh ya, oke?! Ma-Maksudku itu ya berbicara dengan
melibatkan Yukinon juga, oke?! Kau paham tidak?!”
“Terserah kamulah...Aku bukan
orang yang bisa dengan mudahnya salah paham tentangmu.”
“Apa
maksudmu?”
Yuigahama menaikkan kepalanya, memasang ekspresi kesal.
“Ah,
tunggu dulu, tunggu, tenanglah!” aku mencoba menenangkannya, lalu menambahkan.
“Well,
Yukinoshita itu kasus yang berbeda. Dia adalah force majeure.”
“Apa
maksudmu?”
“Hmm?
Ahh, force majeure itu artinya sebuah
eksistensi atau situasi yang mustahil untuk ditangani oleh manusia dengan
kemampuan yang biasa-biasa saja...Maaf ya kalau aku memakai kata-kata yang
sulit.”
“Bukan
begitu! Aku tahulah artinya, ugh!
Tahu tidak, kau ini sering meremehkanku! Aku ini masuk SMA Sobu juga lewat
ujian resmi loh, sama sepertimu!”
Yuigahama lalu menebas leherku dengan jari-jarinya. Sangat telak sekali,
tepat di kerongkonganku, membuatku terbatuk-batuk. Kemudian Yuigahama menatap
ke arah kejauhan sambil menanyakanku sesuatu dengan nada yang serius.
“...Hei,
ngomong-ngomong soal ujian masuk SMA...Kau ingat tidak waktu pertamakali masuk
SMA dulu?”
“Uhuk
uhuk uhuk!...Huh? Ahh, maksudku, entahlah soal itu – aku mengalami kecelakaan
lalu lintas pada hari itu.”
“Kecelakaan...”
“Yeah.
Waktu hari pertama masuk SMA, aku sedang asyik mengayuh sepedaku ketika ada
pemilik anjing yang idiot membiarkan tali pengikat anjingnya lepas. Anjing
tersebut hampir tertabrak mobil, jadi kulindungi anjing itu dengan
tubuhku...Dengan kata lain, hari itu aku sedang melakukan sesuatu yang luar
biasa dan terlihat heroik.”
Kupikir,
aku baru saja melebih-lebihkan ceritanya, tapi persetan dengan itu, toh
tidak ada yang tahu cerita yang sebenarnya...Jikapun ada yang tahu soal itu, maka orang itu pasti merasa bersimpati
daripada mengkomentarinya. Jadi dalam situasi yang seperti ini, pilihan
terbaiknya adalah membuat diriku seolah-olah melakukan hal yang hebat.
Tapi
ketika dia mendengar hal itu, wajah Yuigahama tampak tegang.
“Bo-Bodoh,
huh...Jadi, Hikki tidak ingat sama sekali siapa pemilik anjingnya?”
“Maksudku,
meski aku berniat untuk melihat siapa pemiliknya, aku tidak bisa karena aku sendiri
sedang kesakitan. Well, aku sendiri tidak dalam kondisi yang fokus untuk
mengingat sesuatunya, jadi kurasa pemiliknya itu berwajah standar, semacam itu.”
“Berwajah standar...Ku-kurasa waktu itu aku
memang tidak memakai make-up...Ah rambutku juga masih belum diwarnai, dan aku
juga memakai piyama yang aneh atau sejenisnya...Ah, piyamanya ada gambar
beruang kecil disana, jadi mungkin aku memang terlihat seperti seorang idiot...”
Suaranya terdengar sangat lemah sehingga aku tidak begitu jelas
mendengarnya – yang kulihat hanyalah bibirnya yang bergetar seperti
menggumamkan sesuatu sambil melihat ke arah lantai. Apa lututnya cedera atau
sejenisnya?
“Ada
apa?”
“Tidak
ada apa-apa...Ngomong-ngomong! Hikki tidak ingat siapa gadis pemilik anjing
tersebut, benar tidak?!”
“Yeah,
seperti kataku tadi, aku tidak ingat jelas...Tunggu dulu, apa aku barusan
mengatakan kalau pemiliknya seorang gadis?”
“Huh?!
Y-Ya, kau mengatakannya tadi! Kau jelas-jelas mengatakannya! Malahan, yang kau ocehkan sedari tadi hanyalah gadis itu,
gadis ini, gadis yang beginilah!”
“Serius,
apa aku tadi terlihat seperti orang yang menjijikkan...?”
Ketika aku
mengatakan itu, Yuigahama hanya tertawa aneh dan tersenyum, lalu dia melihat ke
arah lapangan tenis. Merespon sikapnya, akupun menatap ke arah yang sama.
Kurasa
ini sudah saatnya bagi para gadis Klub Tenis untuk menyelesaikan latihan
mereka; mereka sedang menyeka keringat mereka sambil berjalan menuju gedung
sekolah.
“Hei!
Sai-chaaan~~!”
Yuigahama melambaikan tangannya dan memanggil seseorang. Sepertinya, ada
seseorang di rombongan Klub Tenis itu yang dia kenal.
Gadis
tersebut memperhatikan Yuigahama dan bergegas ke arah kami.
“Hei.
Apa baru saja latihan?”
“Yeah,
tim kami cukup lemah saat ini, jadi kami harus berlatih di jam istirahat
siang...Kami sejak dulu memang sudah meminta ijin ke pihak sekolah untuk
menggunakan lapangan ketika jam makan siang, dan akhirnya mereka
mengijinkannya. Apa yang Yuigahama-san dan Hikigaya-kun lakukan disini?”
“Ahh, tidak
ada sih...”
Yuigahama
mengatakan itu dan melihat ke arahku, seperti meminta bantuan untuk
mengkonfirmasinya. Well, sebenarnya aku sedang makan siang, dan dia sendiri
sedang ada urusan ke kantin, benar tidak? Apa dia ini punya aura yang bisa
menarik burung-burung untuk berkumpul di dekatnya atau sejenisnya...
“Begitu
ya.” Gadis itu, Sai-chan atau entah siapa, tersenyum ke arah kami.
“Sai-chan,
kau kan sudah bermain tenis di
Pelajaran Olahraga, dan sekarang jam makan siang juga berlatih tenis...Itu
pasti berat sekali.”
“Yeah,
tapi aku juga menyukainya, jadi tidak masalah...Ah, juga, Hikigaya-kun, apa kau
bisa bermain tenis?”
Aku
terkejut, gadis ini mengganti topiknya dengan namaku, tentunya itu membuatku
hanya bisa terdiam. Ini pertamakalinya aku mendengar hal itu. Juga, siapa sih gadis ini? Darimana dia bisa tahu
namaku?
“Oh ya...?”
Aku
sebenarnya hendak menanyakan gadis itu tentang beberapa hal, tapi sebelum aku
mengatakan sesuatu, Yuigahama langsung memotong dan menunjukkan kekagumannya.
“Benarkah
dia bisa bermain tenis dengan baik?”
“Yeah,
dia punya cara bermain yang bagus.”
“Ahh,
kau membuatku malu saja, ha ha ha...”
Lalu
aku berbisik ke Yuigahama.
“Siapa orang ini?”
Kupelankan kata-kataku barusan sehingga hanya Yuigahama saja yang bisa
mendengarkanku, tapi Yuigahama langsung membuyarkan usahaku itu.
“Hwahhh?!
Kau ini sekelas dengannya! Kau bahkan ikut Pelajaran Olahraga yang sama
dengannya! Kenapa kau tidak tahu?! Sulit untuk dipercaya!”
“Dasar
idiot, tentu saja aku tahu! Hanya saja aku lupa!...Juga kuberitahu ya,
laki-laki dan perempuan kelas olahraganya dipisah!”
Aku
sebenarnya sudah cukup berbaik hati dengan Yuigahama, tapi dia malah
menghancurkan seluruh usahaku...Sekarang semua orang di dunia ini tahu kalau
aku tidak tahu nama gadis ini. Dan gadis ini mungkin saja sekarang kesal
denganku.
Ketika
memikirkan itu, akupun menatap Sai-chan dan melihat kedua matanya seperti
hendak menangis saja...Kampret, ini
gawat sekali. Kalau kita membandingkannya dengan anjing, maka dia terlihat
seperti Chihuahua, dan kalau di dunia kucing, dia mirip munchkin...Seperti
itulah ekspresi wajahnya yang manis dan sedih.
“A-Ahaha.
Kurasa kau benar-benar tidak mengingat namaku...Aku Totsuka Saika. Kita sekelas
loh.”
“A-ah,
maaf ya. Kita semua baru saja berganti kelas karena naik kelas, jadi ini agak
susah bagiku untuk mengingat semua orang...Haha.”
“Kita
juga sekelas waktu kelas 1 dulu...Ehehe, mungkin aku sendiri memang tidak punya
aura kehadiran yang kuat ya...”
“Nah,
bukan itu...Oh, aku tahu! Itu pasti karena aku sendiri jarang berkumpul dengan
para gadis di kelasku! Tahu lah, aku
sendiri tidak begitu tahu nama-nama gadis di sekolah ini!”
“Jangan
aneh-aneh, coba ingat lagi!”
Yuigahama memukul kepalaku dari belakang, tapi itu malah membuat Totsuka
memasang wajah yang kecut.
“Kau
ternyata berteman akrab dengan Yuigahama-san...”
“E-ehh?!
Ki-kita ini bukan teman! Kalaupun ada hubungan, maka hubungan itu adalah aku
ingin membunuh orang ini! Kubunuh Hikki lalu aku akan bunuh diri juga...Semacam
itu!”
“Yeah,
semacam itu!...Juga, kampret barusan
itu menakutkan sekali! Sungguh menakutkan! Apa itu semacam adegan bunuh diri
karena masalah asmara?! Aku tidak ingin itu terjadi!”
“Huh?!
Ka-Kau ini benar-benar idiot?! Aku tidak bermaksud seperti itu!”
“Kalian
berdua benar-benar akrab ya...”
Totsuka
mengatakannya dengan nada yang sedih, dan kali ini dia menatap ke arahku.
“Ngomong-ngomong,
aku ini sebenarnya laki-laki...Apa tampilanku ini terlihat seperti perempuan?”
“Eh?”
Otak
dan tubuhku serasa berhenti. Aku lalu melihat ke arah Yuigahama.
Ini pasti bohong, benar tidak?
Kutanya itu kepadanya melalui tatapan mataku. Tapi Yuigahama yang
mungkin masih marah, dimana wajahnya tampak memerah, baru saja mengangguk ke
arahku.
Tunggu
dulu...Serius nih? Ini pasti ada yang
salah. Pasti ini semacam prank atau
sejenisnya.
Totsuka
melihat ekspresiku yang ragu itu dan wajahnya memerah. Kepalanya sedikit
menunduk, dan dia menatapku secara perlahan.
Tangan
Totsuka secara perlahan mulai menyentuh celananya. Gerakannya itu saja sudah
cukup untuk membuatku terpana.
“...Aku
bisa menunjukkan buktinya kepadamu kalau kau mau.”
Aku
merasakan sesuatu di dalam nuraniku yang sedang bergejolak.
Satu
iblis kecil Hachiman tiba-tiba muncul di bahu kananku. “Ohh, itu bagus sekali, kau harusnya iyakan saja dan lihat buktinya –
kau mungkin bisa beruntung, tahu tidak?”
Well, itu benar, ini memang kesempatan yang langka.
“Tunggu dulu, Nak!” Ahh, kini malaikat
Hachiman muncul. “Mumpung, sekalian minta
lepas bagian atasnya juga?”
Kampret...malaikat-malaikat macam apa ini?
Pada
akhirnya, yang kudengarkan hanyalah logikaku.
Ya, ini
adalah karakter yang tampilannya seperti perempuan. Tampilannya yang seperti
itulah yang membuat jenis kelaminnya masih dipertanyakan! Jadi, dengan tercapainya
kesimpulan yang logis itu, aku menenangkan diriku dan mendinginkan kepalaku.
“Begini...Aku
minta maaf. Aku benar-benar tidak tahu, tapi jika kau merasa tidak nyaman,
tolong maafkan aku.”
Ketika
Totsuka mendengarkan kata-kataku, dia lalu menyeka air matanya itu dan
tersenyum kepadaku.
“Nah,
tidak apa-apa.”
“Tapi
Totsuka...Aku terkejut kau tahu namaku.”
“Eh,
ahh...Well, Hikigaya-kun kan populer
di kelas.”
“Eh
serius? Tapi wajahnya standar gitu...Pasti butuh usaha yang luar biasa
untuk bisa menyadari kalau ada pria seperti dirinya di kelas.”
“Kampret, tentu sajalah aku populer! Aku ini bersinar terang seperti kumpulan bintang
di langit malam!”
“Kenapa
begitu?”
Wow,
dia mengatakan itu tanpa mengedipkan matanya sama sekali.
“...Be-begini,
ketika ada seseorang duduk di salah satu sudut kelasmu dan berbicara dengan
dirinya sendiri, bukankah itu akan menjadikannya bahan pembicaraan orang-orang
di kelas...?”
“Ah,
itu ya – Ahh, umm...Maaf ya atas
situasimu...”
Yuigahama langsung memalingkan pandangannya. Sikap yang semacam inilah
yang membuatku langsung menjadi suram...
Suasana
kali ini mulai terlihat suram, jadi Totsuka berusaha untuk mencairkannya.
“Tapi
serius, Hikigaya-kun itu bagus dalam bermain Tenis. Apa kau pernah bermain
Tenis sebelumnya?”
“Maksudku,
aku sering bermain Mario Tenis ketika SD, tapi aku sendiri tidak pernah
menggeluti olahraga Tenis di dunia nyata.”
“Oh,
itu kan game yang sering dimainkan
orang-orang. Tahu tidak, aku juga bermain itu. Main mode double sangat menyenangkan loh.”
“...Aku
hanya bermain sendirian.”
“Eh?...Ah.
Umm, maaf.”
“Kampret, apa kau ini semacam penjinak
ranjau psikologis atau sejenisnya? Apa kerjaanmu
itu hanya menggali-gali trauma dari diriku?”
“Hikkilah
yang punya terlalu banyak bom!”
Totsuka, yang berdiri di sebelahku, tampaknya menikmati percakapanku
dengan Yuigahama.
Akhirnya, bel yang menandakan berakhirnya jam makan siang telah
berbunyi.
“Ayo
kita kembali.”
Totsuka
mengatakan itu, dan Yuigahama mengikutinya dari belakang.
Aku
yang melihat mereka berdua dari belakang, tiba-tiba merasakan sebuah
kejanggalan.
Begitu
ya...Ternyata kita ini sekelas, jadi sangat normal jika kita bertiga pergi
bersama...Entah mengapa, aku merasa tergugah oleh hal itu.
“Hikki?
Apa yang kau lakukan?”
Yuigahama lalu berbalik ke arahku, tampak terheran-heran. Totsuka juga
berhenti dan kini dia menatap ke arahku.
Apa aku
boleh pergi bersama mereka? Ketika aku hendak menanyakan itu, sesuatu
menghentikanku.
Malahan, aku mengatakan hal yang lain:
“Apa
yang terjadi dengan jus hukuman yang harusnya kau beli?”
“Huh?...Ahhh!!”
x Chapter VI Part 3 | END x
Sebenarnya, kata-kata Yui kalau waktu itu (kecelakaan) dia tidak pakai make-up saja sudah mengatakan kalau Yui yang di sekolah adalah Yui yang memakai make-up. Alias, tebakan Hachiman kalau Yui sekarang tidak memakai make-up kemungkinan besar salah.
........
Kata-kata Hachiman kalau dia tidak sering-sering menatap wajah para gadis di kelasnya sebenarnya bersambung ke vol 9 chapter 1, dimana dia secara jelas mengatakan kalau dia melirik ke arah grup Miura untuk mengintip paha para gadis.
.......
Peluang terbaik Yui untuk mengatakan kalau dia pemilik anjing tersebut adalah di adegan ini. Tapi Yui memilih untuk tidak mengatakannya karena yakin Hachiman tidak akan mengenalinya.
Lalu, apakah salah jika Hachiman menganggap Yui mencintainya karena berawal dari simpati kondisi dirinya?
........
Kemungkinan besar, Hachiman makan siang di markas ini karena bisa melihat para gadis Klub Tenis latihan. Tahulah apa yang "dilihat"...
Ini juga menjelaskan mengapa Hachiman menyukai paha gadis-gadis...
.......
Lucu juga jika melihat part ini. Yui mengira Hachiman dan Yukino akrab, sedang disini Totsuka mengira Hachiman dan Yui akrab.
Tapi di vol 10 chapter 5, Totsuka tahu siapa yang Hachiman sukai. Yeah, semuanya sudah tahu lah.
........
Kata-kata Yui soal butuh usaha ekstra agar bisa menyadari kehadiran Hachiman di kelas. Ini bertolak belakang dengan fakta vol 1 chapter 3.
Yui langsung tahu siapa Hachiman, bahkan sudah menaruh kata-kata panggilan akrab "Hikki" kepadanya. Artinya, sebelum itu Yui memang sudah menaruh perhatian ekstra ketika mereka sekelas pertamakali.
Sayangnya, Ebina juga melakukan hal yang sama. Ada kemungkinan besar kalau panggilan Hikitani itu dipopulerkan Ebina, lalu ditiru Tobe, Hayama, dll. Buktinya, Hayama tidak lagi memanggil Hikitani di volume-volume yang lain. Tobe kemungkinan besar untuk mendekati Ebina, sehingga masih memakai sebutan Hikitani.
.......
Buat yang belum tahu, Yui ini adalah seorang gamers. Ada di vol 3 chapter 5.
........
Sekarang pembaca pasti mulai membayangkan kalau para gadis yang cantik di seri ini kebanyakan memakai make-up...
.......
Ada satu gadis dimana Hachiman tahu dan kenal betul di pertemuan pertamanya...
Jadi alasan Hachiman kalau dia tidak tahu betul gadis-gadis di SMA Sobu itu tidaklah benar.
.......
Ada satu gadis dimana Hachiman tahu dan kenal betul di pertemuan pertamanya...
Jadi alasan Hachiman kalau dia tidak tahu betul gadis-gadis di SMA Sobu itu tidaklah benar.
“E-ehh?! Ki-kita ini bukan teman! Kalaupun ada hubungan, maka hubungan itu adalah aku ingin membunuh orang ini! Kubunuh Hikki lalu aku akan bunuh diri juga...Semacam itu!”
BalasHapusIni kode keras banget parah..