Aku membeli beberapa buku di Toko Buku yang kuanggap menarik, dan setelah selesai membeli buku untuk referensi proyek penelitian Komachi, aku memutuskan untuk menyudahi kegiatan belanjaku ini. Tas belanjaanku beratnya seperti membawa puluhan batu bata. Apa mungkin karena Liburan Musim Panas, aku sekarang menjadi orang yang gila belanja?
Sebelum Liburan Musim Panas dimulai, kau akan membuat sebuah perencanaan yang besar selama empat bulan, seperti membaca buku-buku Shiba Ryotaro, menyelesaikan game yang sudah separuh jalan, mencari kerja paruh waktu, ataupun pergi berwisata. Tapi setelah liburan tiba, kau merasa seperti "Santai saja-lah, masih ada sebulan lagi", "Tidak, tidak, kurasa dua minggu sudah cukup", "Oh, masih ada seminggu lagi untuk bersenang-senang", "...Tunggu dulu! Hanya tersisa tiga hari saja?" dan kau akan merasa kalau waktu berlalu dengan cepat.
Setelah keluar dari gedung, tubuhku terpapar kembali oleh cahaya dari matahari. Meski ini adalah cahaya senja, tapi ini masih saja terasa panas, belum lagi lengket, meski ada sesekali angin yang berembus ke arahku. Ini adalah puncak dari musim panas, tapi di sekitarku saat ini, dimana bumi digali sedalam-dalamnya demi bangunan-bangunan pencakar langit, karena itulah suara-suara cuitan dari Burung Gereja hanya terdengar samar-samar disini.
Akupun mulai berjalan menuju Halte Bus, sesekali kubetulkan lagi posisi pegangan dari tas belanjaanku ini karena tanganku mulai basah oleh keringat.
Meski begitu, semua pengorbanan yang kulakukan untuk membeli ini kurasa cukup untuk stok bacaanku dalam beberapa hari ke depan. Bisa membaca bacaan yang panjang tanpa terputus adalah hal yang kusukai dalam Liburan Musim Panas. Aku merekomendasikan Delfinia Senki, The Twelve Kingdom, dan Seirei no Moribito.
Keluyuran dengan seseorang dan membuat ramai bukanlah tujuan dari Liburan Musim Panas. Memangnya ide siapa sih yang menganggap Liburan Musim Panas itu identik dengan pesta pantai, kolam renang, barbeque, festival, dan kembang api?
Membaca di sebuah ruangan yang sejuk sendirian; antusias dan berteriak, "Ini baru hidup!" ketika keluar dari kamar mandi dan memakan es krim sendirian; melihat bintang segitiga yang hanya ada di musim panas sendirian; membakar obat nyamuk dan mengamatinya sendirian; merasakan embusan angin dan tiba-tiba terkantuk hal-hal tersebut adalah kenangan indah yang terjadi di musim panas.
Musim Panas yang terbaik adalah yang dihabiskan dengan sendirian. Sendirian adalah hal yang bagus. Lagipula, cuacanya panas begini.
Hari ini adalah hari-hari yang seperti biasanya dimana dunia terus berputar tanpa menghiraukanku.
Maksudku, aku merasa kalau dunia ini akan terus berputar meski orang yang bernama Hikigaya Hachiman tidak pernah ada. Aku akan selalu menyukai ketenangan yang kudapatkan selama ini.
Sebuah eksistensi yang tidak bisa dihapus, adalah sesuatu yang menakutkan. Maksudku, jika dia sudah hilang, maka kau tidak akan bisa mendapatkannya kembali. Kalah bukanlah sebuah pilihan. Ini seperti berjalan di jalan dimana aturannya kau tidak boleh berbalik arah.
Karena itulah, kalau dilihat kembali, ternyata aku cukup menyukai hubungan yang sudah kujalani saat ini, dimana hubungan itu tidak bisa dikatakan sebuah hubungan. Jika terjadi sesuatu, aku tinggal memutus hubungan itu dan tidak akan ada seorangpun yang terluka.
Dan tanpa menginjak kaki siapapun, aku bisa menangani gadis yang
"Ah, Hikki?"
Suara itu memotong suara riuh dari lalu-lintas di sekitarku. Sebenarnya suara itu hanyalah suara yang pelan, tapi akhirnya sampai di telingaku karena yang barusan kubahas itu ya gadis yang ini.
Secara spontan, aku hampir meminggirkan diriku untuk memberi jalan dua orang yang hendak melewatiku, orang tersebut adalah Yuigahama Yui. Seperti biasanya, selain rambut bermodel sanggul miliknya, dia memakai pakaian sporty yang mencerminkan musim panas; kamisol hitam, cardigan rajutan, hotpants, dan sandal di kakinya.
"Hei..." aku menyapanya balik.
"Yup, sudah lama tidak bertemu!" Yuigahama mengatakannya di dekat telingaku.
Dia pasti sedang jalan-jalan dengan temannya karena aku melihat seseorang berada di belakangnya. Orang itu adalah Miura Yumiko. Tidak hanya sebagai siswi kelas 2F, dia juga sebagai Ratu dari Hutan Neraka yang berada di kasta teratas SMA Sobu. Semua pria di sekolah ini langsung ketakutan jika dipandang olehnya.
Dia memakai rok mini one piece yang elegan dengan model bahu terbuka, dan sepatu mahalnya itu mulai menginjak-injak trotoar untuk melampiaskan rasa ketidaksabarannya. Kedua matanya lalu melirik ke arahku, kalau ditambah maskara hitam plus eyeliner dan eyeshadow, tampilannya mirip Orestes Destrade. Memangnya, dia hendak bermain game hari ini?
"Huh, ternyata si Hikio."
Hanya tiga kata saja yang benar darinya barusan...
Meski sapaannya tadi membuatku merasa kalau dia hanya sedang membuatku menjadi bahan lelucon saja, tapi sebenarnya bukan itulah yang terjadi. Mungkin lebih tepatnya, dia tidak sengaja membuatnya seperti itu. Pria dan Wanita yang menjadi golongan kasta teratas di sekolah tidak punya minat untuk berhubungan dengan orang-orang yang lebih rendah dari mereka. Kau tidak mungkin berniat untuk menjadikan mereka lelucon jika dari awal kau memang tidak tertarik untuk berkomunikasi dengan mereka.
Manusia selalu memiliki standar yang berbeda jika berurusan dengan hal-hal yang tidak mereka sukai.
"Yui, aku akan memanggil Ebina ya," kata Miura.
Tanpa menunggu jawaban Yuigahama, dia lalu mengambil beberapa langkah menjauh dari Yuigahama dan berteduh. Karena dia tidak ada minat untuk berbicara denganku, maka dia tidak punya alasan untuk berinteraksi denganku.
Itu adalah hal yang kusukai dari orang-orang populer, yaitu hidupnya terpisah denganmu. Status sosial yang tinggi dibuat untuk menjembatani konflik-konflik yang dibuat penghuni status di bawahnya. Konflik itu terjadi karena orang-orang yang tinggal di kasta yang berbeda dikumpulkan dalam satu area. Jika seandainya orang-orang itu dibuatkan tempat yang terpisah, maka kita tidak akan pernah bertemu satu sama lain.
Setelah Miura bersandar ke dinding dan mulai berbicara di telepon, Yuigahama membuka mulutnya seperti hendak memastikan sesuatu.
"Hari ini aku mau jalan-jalan dengan Yumiko dan yang lainnya...Kalau Hikki sendiri, bagaimana?"
Akupun terdiam sejenak.
"Umm, berbelanja mungkin?"
Secara spontan, aku mengangkat tas belanjaanku dan melirik ke arah tas tersebut. Sudah lama sekali semenjak terakhir kalinya aku berbicara dengan seseorang yang berada di luar lingkaran keluargaku, karena itulah aku seperti kesulitan untuk menyelesaikan kalimat tersebut dengan baik.
"Oh, oke. Apa kau pergi kesini dengan seseorang?"
"Enggak".
"Huh? Kenapa begitu? Bukankah sekarang ini sedang liburan?"
Kenapa, katanya?
Akupun ketakutan ketika dia dengan mudahnya membuat persamaan kalau liburan = jalan-jalan bersama. Apakah dia tipe gadis-gadis yang merasa depresi ketika jadwal liburannya ada waktu senggang di rumah saja? Kata-kata itu terus beterbaran di kepalaku, tapi tidak pernah sampai di mulutku.
"Liburan bagiku adalah waktu untuk istirahat."
Entah mengapa, aku akhirnya berhasil mengucapkan sebuah kalimat yang baik. Baiklah, dengan begini skill bicaraku telah kembali kepadaku dengan perlahan. Karena diriku yang tidak sabar, ketika aku berusaha membuat dua kalimat untuk dikatakan, ternyata secara spontan aku tersenyum sinis.
"...Umm, memangnya ada sesuatu?" Yuigahama menanyakan sesuatu seperti khawatir dengan sesuatunya.
Dia mungkin penasaran dengan diriku yang tidak mampu mengatakan sesuatu yang saling terkait satu sama lain. Tapi tunggu dulu, jika dia benar-benar penasaran denganku, dia harusnya tidak bertanya apakah ada sesuatu atau sejenisnya.
"Tidak juga," kataku.
Ekspresi ragu dari Yuigahama tidak berubah.
...Well, jujur saja, sikapku ini mungkin agak berbeda dari biasanya. Dulunya, aku selalu waspada dengan Yuigahama Yui. Sekarang karena kita sepakat untuk menekan tombol reset dengan hubungan kita, mungkin lebih tepatnya kita tidak tahu bagaimana mendefinisikan jarak yang terjadi diantara kita selanjutnya.
Agar situasi kami terasa normal, aku mencoba membawa bahasan yang ringan-ringan saja.
"Ya aku biasa seperti ini kalau cuaca panas. Maksudku, rahangku tiba-tiba longgar atau sejenisnya. Rel kereta juga bisa memuai, juga anjing juga kadang memuai. Apa kau tahu teori pemuaian panas?"
"Itu tidak ada hubungannya dengan anjing. Oh, tapi anjingku memang suka meregangkan tubuhnya dan sejenis itu."
"Kalau begitu, berarti ada hubungannya dengan anjing..." lalu aku teringat akan sesuatu.
"Ngomong-ngomong, siapa sih nama anjingmu itu? Kalau tidak salah namanya mirip orang yang kadang-kadang melakukan pukulan fenomenal...Sab...Saburo?"
"Namanya Sable!"
Jadi Sable, ya? Oh benar juga, Saburo itu adalah pemain baseball. Tahun ini, dia bermain untuk Chiba Lotte Marines lagi, jadi aku sangat berharap banyak kepadanya.
Ngomong-ngomong, aku baru tahu kalau anjing juga suka merenggangkan tubuhnya. Maksudku yang kutahu selama ini biasanya mereka suka menjulurkan lidahnya saja kalau panas. Juga, Chiba-kun sering melakukannya, menjulurkan lidahnya setahun penuh. Dia harusnya sesekali memasukkan kembali lidahnya atau lidahnya akan kekeringan.
"Kalau dipikir-pikir, Hikki, kenapa kau tidak suka musim panas, padahal kau ini lahir di musim panas?" tanya Yuigahama.
Kutaruh tanganku di mulut.
"Kau tahu dari mana kalau aku lahir di musim panas? Apa kau ini stalker?"
"Apa-apaan barusan?! Itu-kan gaya Yukinon?! Kau menirunya dengan persis!" Yuigahama lalu tertawa. Tapi jika Yukinoshita ada disini, kita benar-benar berada dalam bahaya.
Tapi dia bilang katanya aku mirip dia, huh? Memang, berlatih seperti itu setelah mandi di depan cermin setiap hari membuahkan hasil. Tapi serius, ternyata itu gaya seseorang? Apa aku selama ini membuang-buang waktu saja?
"Serius ini, kau tahu dari mana? Itu menakutkanku."
"Nah, kau beberapa kali menyebutkan tanggal lahirmu ketika kita ke karaoke tempo hari."
"Da-Dasar bodoh! Aku bukannya sengaja mengatakan itu! Juga aku tidak ada niatan untuk memberitahu Totsuka tentang tanggal lahirku!"
"Jadi orang yang kau tuju itu Sai-chan?!" Yuigahama memasang ekspresi ketakutan.
Ayolah, memangnya kepada siapa lagi aku sengaja memberi-beri kode semacam itu?
"Well, kau harusnya tahu dulu tentang bagaimana rasanya lahir di musim panas. Kata orang, momen dimana paling membekas di hatimu adalah ketika awal-awal kelahiranmu. Jadi aku dibesarkan di ruangan ber-AC sehingga tidak pernah belajar bagaimana menghadapi cuaca panas. Hasilnya, aku tidak kuat menghadapi panas."
"Aha. Ternyata begitu ya,"
Entah mengapa, dia mengangguk. Sebenarnya ini cukup mengusikku, bagaimana dia percaya begitu saja sesuatu yang kuucapkan dengan dasar omong kosong.
"Ngomong-ngomong, ulang tahunmu sebentar lagi, Hikki, bagaimana kalau kita mengadakan pesta ulang tahun?!"
"Tidak usah, kutolak saja. Tolong hentikan."
"Kau menolaknya dengan cepat! Bahkan kau mengucapkannya tiga kali!"
"Maksudku begini...Mari kita berpikir logis dulu. Akan sangat memalukan jika ada seorang gadis mengadakan pesta ulang tahun demi seorang pria yang sudah SMA, jadi lebih baik kau urungkan saja itu."
Dan yang terpenting, aku tidak tahu harus memasang ekspresi apa jika itu benar-benar terjadi. Apa aku harus tersenyum? Dulu waktu SMP, aku berlatih seharian untuk menyiapkan ekspresi terkejutku kelak, seandainya jika ada temanku yang membuat pesta ulang tahun kejutan untukku, tapi kuputuskan untuk menghentikan itu setelah sadar kalau mustahil itu bisa terjadi.
"Ah, kau tidak mau dibuatkan pesta ya, kalau kita jalan-jalan bersama, bagaimana?"
"Siapa yang kau maksud dalam kata kita barusan?"
Jika aku tidak membuatnya jelas sejak awal, maka aku akan berada dalam masalah yang serius. Dulu, awal aku masuk SMA, aku diundang pesta oleh orang yang menjadi pusat perhatian. Akhirnya yang kutemui disana adalah orang-orang yang tidak kukenal. Plus, itu adalah event pertama sejak masuk ke sekolah, jadi kau akan auto-penyendiri jika kau tidak berbicara dalam pesta itu.
Dalam kehidupan seorang siswa, "Ayo kita kumpul-kumpul!" adalah sebuah kode dalam sebuah sekte. Pertama, antara kau diundang atau tidak. Jika kau diundang, maka kau akan dimasukkan dalam kasta-kasta yang penilaiannya tergantung dari seberapa besar hubunganmu dengan orang lain.
"Yukinon, Komachi, dan Sai-chan, kurasa begitu?" kata Yuigahama.
Begitu ya. Ternyata Zaimokuza sudah difilter olehnya, huh. Kurasa wajar jika dia diperlakukan begitu. Aku malah akan memfilternya dengan senang hati.
Akupun hanya terdiam.
Lalu Yuigahama berkata.
"Ka-Kalau kau tidak menyukai itu, bagaimana kalau...Kita pergi berdua..."
Dia lalu melirik ke arahku, sambil bermain-main dengan jarinya sendiri. Ketika aku melihat caranya menatapku, detak jantungku bertambah kencang. Kupindahkan pandangankiu ke samping dan akupun menegakkan kepalaku.
"Bukannya aku tidak mau. Lebih tepatnya, aku menyukai ide tadi, terutama di bagian mengundang Totsuka ikut!"
"Seberapa besar sih sukamu itu ke Sai-chan?!"
"A-Aku tidak suka dengannya! Aku hanya tertarik saja!"
"Itu sama saja!" Yuigahama mengatakannya dengan lantang, menepuk kepalanya dengan tangannya.
Ya ampun...Aku kehilangan fokus dan hanyut dalam momen yang Yuigahama ciptakan itu. Aku sebenarnya berusaha menjaga jarak diantara kita agar tidak ada lagi salah paham, jadi ini adalah momen yang cukup mengkhawatirkan.
Tapi jalan-jalan bersama Totsuka adalah rencana yang bagus. Hari ini saja, aku melihatnya dari jauh tapi tidak bisa memanggilnya. Ya ampun! Aku ternyata pengecut! Aku ini orang lemah! Aku ini tidak berguna!
"Jadi, memangnya nanti mau kemana?" tanyaku.
"Melihat kembang api!" Yuigahama menjawabnya dengan ceria. "Ayo kita melihat kembang api!"
"Aku bisa melihat Festival Kembang Api di pantai dari rumahku. Jadi aku tidak mau pergi keluar hanya untuk melihat kembang api."
"Dasar arogan!" Dia menunjuk jarinya ke arahku.
Yuigahama lalu menggerutu kesana-kemari, lalu berpikir sejenak.
"Bagaimana kalau kegiatan semacam uji nyali?"
"Aku takut hantu, jadi jawabannya tidak."
"Itukah alasannya?!"
Maksudku, lokasi-lokasi yang konon katanya angker di Chiba benar-benar berhantu, jujur saja kukatakan...Ketika aku membacanya di internet waktu tengah malam, itu membuatku tidak bisa tidur. Waktu itu aku membaca cerita Ojagaike atau Tokyo Wan Kannon atau Pemakaman Yahashira. Juga beberapa kampus disini dulunya tempat pembunuhan massal di masa lalu. Ada juga beberapa tempat dimana sinyal HP tiba-tiba hilang. Bahkan jika Totsuka memelukku gara-gara ada insiden atau semacamnya dan membuatku senang, besar kemungkinan kalau aku akan lari terbirit-birit.
Meski aku sudah menolaknya, Yuigahama terus memikirkan sesuatu.
"Ya sudah, bagaimana kalau pantai...? Atau mungkin kolam renang?"
"...Err, uh, itu agak, tahulah. Itu terlalu memalukan, jadi kita tidak usah kesana."
"Yeah...Aku juga akan malu..."
Yuigahama tampak menurunkan posisi bahunya dan melihat ke bawah, dengan wajah yang memerah. Ayolah, kenapa kau menyarankan itu jika kau sendiri malu? Meski begitu, itu berhasil membuatku sedikit tidak malu.
"Tidak ada lagi?"
"Aku tahu! Berkemah!"
"Banyak serangga, jadi super duper mustahil. Hanya gara-gara satu faktor saja, serangga, maka langsung kutolak. Maaf ya."
"Kau ini pilih-pilih! Kau ini seperti orang gemuk yang tidak mau lepas dari sofa di rumah! Aku menyerah! Kau memang bodoh!"
Yuigahama mulai memaki-makiku. Setelah itu, dia lalu membelakangiku sambil menghentakkan kakinya.
"...Begini, kita tidak usah harus melakukan sesuatu yang biasa dilakukan orang-orang di musim panas. Biasa-biasa sajalah."
Hentakan kaki Yuigahama terhenti. Ketika dia melirikku dari balik bahunya, tampaknya emosinya sudah hilang, digantikan oleh senyum kecilnya.
"Ohh...Begitu ya. Oke, kuhubungi nanti."
"Uhh, itu malah membuat kesimpulannya menggantung," kataku.
Yuigahama lalu membalikkan badannya dan bergegas ke arah Miura. Sedang Miura, yang memasang ekspresi bosan, tampak tidak puas akan sesuatunya, tiba-tiba merasa gembira ketika Yuigahama menepuk kedua tangannya dan meminta maaf. Dia lalu menepuk kepala Yuigahama, lalu keduanya berjalan bersama-sama.
Setelah melihat kepergian mereka, aku melanjutkan perjalanan pulangku.
Kumpulan awan di langit mulai berubah menjadi merah gelap. Aku merasakan ada angin dingin bertiup ke arahku. Itu adalah momen yang tepat untuk membasuh wajahku yang tampak malu-malu. Akupun mulai berjalan ke rumah ditemani bergantinya udara panas ke dingin yang diembuskan angin sore.
Senja kali ini seperti buah dari percampuran warna biru indigo dengan merah pekat. Kurasa akan butuh waktu lama untuk bisa melihat lagi dengan jelas apa yang terpapar di kejauhan sana.
x Chapter I | END x
Sebenarnya, ketiga buku rekomendasi dari Watari (Hachiman) itu adalah sebuah kode tersembunyi tentang Oregairu.
Delfinia Senki adalah sebuah novel yang menceritakan tentang seorang gadis petarung, dimana di endingnya akan terungkap kalau dia sebenarnya laki-laki, masuk ke sebuah portal dna membawanya ke dunia lain. Di dunia sana, dia membantu seorang pejuang yang terkucilkan. Bisa kita tebak, gadis tersebut adalah Totsuka. Pejuang terkucilkan itu adalah Hachiman.
The Twelve King itu adalah novel yang menceritakan tentang Youko Nakajima, diteleportasi ke dunia dimana ada 12 kerajaan. Lalu Yoko memulai kisahnya untuk mencari tahu takdir yang menunggunya disana. Di setiap kerajaan, memiliki hewan buas unik tersendiri dan bisa berubah menjadi bentuk manusia. Mudah saja kita tebak, Youko ini adalah Hachiman yang sedang mencari jati dirinya (transformasi karakter) dalam 12 volume LN. Hewan-hewan buas berbentuk manusia tersebut akan menjadi ujian dan rintangan Hachiman dalam menemukan dirinya yang sebenarnya.
Seirei no Moribito ini menceritakan Balsa, seorang gadis yang bekerja sebagai pengawal pribadi. Ternyata dia adalah putri dari seorang Raja, yang baru saja tewas diracun. Isunya, Raja tersebut diracun oleh anaknya. Akhirnya, diutuslah banyak sekali pembunuh untuk mengincar nyawa Balsa. Seorang Physician istana, mengirim Jiguro, orang terbaik di istana, untuk melindungi Balsa. Endingnya, Balsa kembali ke daerah kerajaannya. Mudah sekali ditebak, Balsa ini Yukino. Physician itu Hiratsuka-sensei. Jiguro itu adalah Hikigaya Hachiman.
...
Apa yang diusulkan Yui semuanya dilaksanakan di Perkemahan Desa Chiba.
...
Disini, kita tahu hubungan apa yang Hachiman kehendaki dengan Yui. Dia menginginkan hubungan dimana dia bisa memutuskan hubungan itu tanpa seorangpun yang terluka. Sayangnya, di vol 5 chapter 6 Hachiman sudah memutuskan untuk menolak Yui, tapi Hachiman memilih untuk menggantungnya di akhir chapter.
Mudah saja untuk menebak alasannya, karena persahabatan Yui-Yukino menjadi tumbalnya, dan itu melanggar apa yang dia percayai, yaitu tidak ada seorangpun yang terluka (Yukino).
...
Kita semua tahu kalau Hachiman bohong soal takut hantu, di vol 7 chapter 5, Hachiman malah tenang-tenang saja di adegan Rumah Hantu Desa Film Kyoto.
BTW, penggambaran Hachiman tentang Totsuka yang memeluk sebenarnya ada benarnya, bedanya di vol 7 Saki yang memeganginya.
...
Meski sebenarnya tahu Yui menyukainya, dan Yui mengajak kencan di tawaran jalan-jalan, mengapa Hachiman terlihat malu-malu? Apakah Hachiman mengubah pikirannya terhadap Yui?
Oke, becanda. Kapak sudah dijatuhkan di vol 5 chapter 5 dan 6. Case closed.
...
Hachiman sudah menjawab sendiri mengapa dia memiliki standar yang berbeda terhadap Yukino, dibanding gadis-gadis lainnya dalam monolognya.
Manusia selalu memiliki standar yang berbeda jika berurusan dengan hal-hal yang tidak mereka sukai.
...
Monolog tentang kehilangan seseorang dan merasa itu tidak akan bisa didapatkan lagi, juga merupakan kata-kata Hayama di vol 8 chapter 5. Tentunya kita tahu tentang apa, yep tentang kisah hubungannya dengan Yukino.
Hubungan Hachiman-Yukino mengalami hal serupa di vol 9, Hachiman sudah menganggap bahwa Yukino sudah hilang darinya dan tidak akan kembali. Namun Hiratsuka-sensei menguatkan diri Hachiman kalau dia bisa mencoba mendapatkan kembali apa yang hilang itu, keluar dari apa yang Hachiman percayai. Tentunya, dengan memanfaatkan momen "masa muda maka sesuatunya akan dimaklumi".
Hachiman membuktikan kalau apa yang Hayama percayai salah, dan Hachiman memperoleh kembali Yukino yang hilang.
Monolog tentang kehilangan seseorang dan merasa itu tidak akan bisa didapatkan lagi, juga merupakan kata-kata Hayama di vol 8 chapter 5. Tentunya kita tahu tentang apa, yep tentang kisah hubungannya dengan Yukino.
Hubungan Hachiman-Yukino mengalami hal serupa di vol 9, Hachiman sudah menganggap bahwa Yukino sudah hilang darinya dan tidak akan kembali. Namun Hiratsuka-sensei menguatkan diri Hachiman kalau dia bisa mencoba mendapatkan kembali apa yang hilang itu, keluar dari apa yang Hachiman percayai. Tentunya, dengan memanfaatkan momen "masa muda maka sesuatunya akan dimaklumi".
Hachiman membuktikan kalau apa yang Hayama percayai salah, dan Hachiman memperoleh kembali Yukino yang hilang.
Yukino hilang kmna?
BalasHapushilang istilah dari yukino yang pas eps dmn yukino kecewa ama hachiman klok g salah di anime eps 4-8 s2 . di ln w lupa
Hapusmsdny yukino itu ga kek dulu lagi sifat aslinya udah hilang , nah hachiman berusaha mendapatkan yukino yang sifatnya dulu lagi. dah
Hapus