"Y-Yikes..." terdengarlah suara orang yang sedang menggerutu.
Seperti sengaja membuat suaranya terdengar berat, sebuah kipas angin listrik dinyalakan dan dia menggelengkan kepalanya ke arah kanan dan kiri mengikuti gerakan kipas anginnya dengan kecepatan yang sama.
"Onii-chan, ini tidak akan bisa. Ini tidak akan bisa sama sekali..."
Sambil komplain, Komachi menaruh kertas yang dicorat-coret dengan tinta kuning di meja.
"Aku tahu kalau kau ini adalah tipe-tipe yang seperti itu, Onii-chan, tapi laporan semacam ini tidak akan bisa...Tidak akan bisaaaaaa."
"Diamlah, bukannya kau sendiri yang meminta PR yang pernah kukerjakan waktu SMP? Kalau kau tidak suka, ya sudah jangan dibahas lagi."
Kuambil begitu saja kertas itu dari tangan Komachi, sebagian alasannya yaitu karena aku merasa kecewa dia telah menghina pekerjaan yang sudah kukerjakan dengan serius, dan sebagian sisanya adalah malu karena ada orang yang membaca sesuatu yang kutulis di masa lalu.
"Udah, udah, ya maaf deh. Komachi akan menggunakan beberapa poin saja yang Komachi anggap bisa digunakan, jadi biar sini kulihat lagi,"
Komachi lalu menambahkan.
"Well, sepertinya aku bisa memakainya,"
Dia lalu menambahkan beberapa kata-kata yang tidak penting sambil mengambil kertas laporanku itu, setelah itu dia mulai menyalin beberapa poin disana.
Beginilah PR Liburan Musim Panas yang kampret itu.
Sewaktu SD, kau akan diberi PR berupa buku yang bertuliskan "Teman-Teman Liburan Musim Panasmu", tapi kau tidak mendapatkan PR itu lagi setelah menginjak SMP dan seterusnya. Dengan kata lain, kau memang tidak punya teman di Liburan Musim Panas-mu. Kalau kau memintaku untuk membuat istilah keren untuk itu, maka kusebut itu Friend/Zero. Karena karakternya tidak banyak, maka pasti akan memiliki desain yang artistik.
SMP yang pernah kutempati
Ketika kulirik ke arah Komachi, dimana tangannya sudah berhenti menulis dan dia tampak mengeluh kesal, kuteguk kembali Max Coffee dinginku. Rasa manis dari krimer susu yang mengalir di tenggorokanku, mulai masuk ke kepalaku. Sensasi semacam itu tidak akan bisa kau dapatkan di cafe au lait. Aku juga merekomendasikan untuk menaruh es serut disana.
Bahkan orang yang dewasa dengan selera yang dewasa pula, akan selalu memiliki porsi istimewa untuk sensasi rasa manis. Dan satu-satunya kopi disini adalah Max Coffee.
Dalam kepalaku saat ini, seperti sedang melakukan Marketing Bawah Sadar dalam kegilaan sensasi kopi ini. Well, karena aku sendiri tidak mendapat uang dari itu, maka harusnya tidak disebut marketing.
Di atas meja, berserakan berbagai buku. Kebiasaan buruk menaruh berbagai macam buku secara bersamaan di atas meja, dimana itu adalah karakter bocah yang memiliki kesulitan dalam belajar, tersaji dengan jelas di depanku.
Aku mengambil sebuah kertas yang terkubur dalam rawa-rawa buku itu dan membaca isinya.
TUGAS LIBURAN MUSIM PANAS KELAS 3 SMP
Huruf-huruf tersebut tercetak dalam huruf besar, dalam buku-buku tugas milik Komachi. Isi dari buku itu...Well seperti judulnya.
Pandanganku tertuju ke salah satu kalimat di dalam bukunya.
"Hei, PR-nya tidak harus dalam bentuk buku laporan, kenapa kau tidak membuatnya menjadi semacam essay biasa saja?"
"Huuuh?"
Komachi lalu berdiri dan berjalan ke arahku untuk melihat apa yang sedang kupegang itu.
"Coba kau lihat petunjuknya disini. Tulisannya Buatlah laporan tentang buku, atau menulis essay tentang perpajakan."
Sering sekali, anak yang tidak begitu suka membaca buku, dalam tugas membuat laporan tentang buku mereka tidak mau membacanya dan memilih untuk menulisnya asal-asalan. Anak yang tidak suka membaca, pasti tidak memiliki kemampuan menulis yang bagus pula. Komachi pasti adalah tipe anak yang seperti itu. Dia tidak menyukai membaca buku, dan dia tidak punya kemampuan yang bagus untuk menulis, tentunya menulis SMS adalah pengecualian.
Bagi tipe anak yang seperti itu, menulis essay yang tidak membutuhkan syarat untuk membaca buku-buku tertentu, mungkin terasa lebih mudah.
"Ahaaaa," Komachi lalu tertawa dengan gugup. "Komachi tidak tahu apapun soal pajak..."
"Eits, tunggu dulu. Kalau tidak salah aku pernah menulis essay soal pajak waktu SMP," kataku sambil mencari-cari sesuatu di kardus buku yang ada di atas meja.
Kardus ini, sederhananya, adalah kardus kenangan. Disini terdapat banyak essay-essay milikku di masa lalu, album-album, dan proyek-proyek penelitian yang Ibuku anggap sebagai sampah dan hendak dia buang dulu. Karena Komachi bilang ingin melihat laporan-laporan PR musim panasku, maka disinilah kardus itu.
Kutemukan apa yang kucari sedari tadi, akupun menggumam ke diriku sendiri, "Apa ini ya?"
"Tunjukkan, Tunjukkan ke Komachi!" Komachi lalu melompat ke arahku, menabrakkan tubuhnya ke lenganku.
Akhirnya, dia mendapatkan kertas essay-ku itu.
Kelas 3-2
Hikigaya Hachiman
Sistem Pajak Progresif Adalah Sebuah Hal Yang Jahat
Tidak peduli seberapa banyak yang dihasilkan orang itu, banyak sekali yang diambil dengan memakai "atas nama pajak" tanpa memberikan kompensasi yang setara. Semakin banyak yang dihasilkan orang itu, semakin banyak pundi-pundi yang didapatkan dengan keringat diambil begitu saja dengan dalih "pajak", dan tidak ada yang didapatkan oleh orang tersebut.
Dengan kata lain, bekerja berarti kalah.
Kalau mereka memberikan pembelaan kalau pajak progresife itu agar semua orang bisa mendapatkan kebahagiaan yang sama, maka aku akan menyebut itu sebagai sebuah pembodohan. Sejak awal, tidak ada yang namanya kesetaraan dalam kebahagiaan. Menyebut uang itu bisa mendatangkan kesetaraan dalam kebahagiaan semua orang, menunjukkan kalau mereka memiliki pemahaman yang dangkal tentang manusia.
Aku menyarankan untuk menerapkan "Sistem Pajak Progresif Riajuu" sejak hari ini dan seterusnya. Itu adalah sistem pajak yang besarnya ditentukan oleh jumlah teman-teman dan pacar yang mereka miliki.
Setelah Komachi membaca beberapa paragraf awal, dia lalu meremas kertas essay-ku itu. Lalu dia mengembuskan napas panjangnya.
"Ya sudahlah, Komachi akan menulis laporan tentang buku saja..." dia menggumamkan itu dengan ekspresi penuh penyesalan.
"Be-Begitu ya...Maaf ya."
"Akulah yang harusnya meminta maaf..."
Terdengar suara derit dari kipas angin yang berada di ruangan ini, deritan yang lemah seperti mengisyaratkan kalau itu berasal dari mesinnya.
Suara Jangkrik dan Kumbang juga mulai terdengar, seperti berusaha mengingatkan kalau mereka eksis di sekitar sini.
"Ba-Bagaimana kalau begini? Aku akan membantumu tentang tugas proyek penelitiannya. Bagaimana?" Akhirnya aku mengatakan itu.
"Ya sudah, tapi aku tidak mengharapkan sesuatu yang spektakuler" Komachi mengatakan itu lalu kembali fokus dengan buku PR-nya kembali.
Jujur saja, tidak ada gunanya jika PR tidak dikerjakan sendiri, tapi aku membantu Komachi bukan karena semata-mata dia manis. Tapi jika seandainya satu-satunya alasannya karena dia terlihat manis, aku tetap akan membantunya.
Diapun mulai mengeluh.
"Kau harus membantuku menyelesaikan ini semua dengan baik. Soalnya Komachi harus belajar untuk persiapan ujian masuk SMA...Komachi tidak punya waktu luang seperti ini lagi untuk mempersiapkan ujian masuk setelah Liburan Musim Panas selesai!"
"Itu karena kau tidak membaca buku dan hanya menumpuknya saja di meja."
"Yeah, bukankah Komachi sendiri sudah melakukan pekerjaan yang bagus dalam menumpuk buku-buku itu?"
"Jadi kau menganggap menumpuk buku-buku yang tidak kau baca seperti sebuah permainan, huh..."
Kalau ini Tetris, dia pasti sudah game over sekarang.
Begitulah Komachi, meski begitu, memang benar adanya kalau dia sebentar lagi akan mengikuti ujian masuk SMA.
"Sekedar bertanya saja, apa kau serius mau ikut ujian masuk SMA-ku?"
Sebenarnya pertanyaan semacam itu tidak perlu dipertanyakan lagi, tapi masalahnya adalah adikku ini benar-benar goblok maksudku super luar biasa goblok.
"Komachi serius kok, sumpah deh. Komachi enggak akan mau menyalin essaymu kalau tidak berniat masuk SMA Onii-chan."
Komachi menjawabnya dengan nada yang serius. Bukannya aku tidak peduli dengan omong kosong ini, tapi sikap semacam ini bukanlahlah sikap yang pantas ketika kau sendiri butuh bantuan.
Ah sudahlah, kalau dia memutuskan sendiri apa yang ingin dia lakukan, maka aku tidak mau mempermasalahkan itu. Masalah yang sebenarnya adalah nilai akademis Komachi.
"Serius nih, mimpimu ketinggian Non. Rankingmu saja diantara siswa seangkatan sekitar 100-an." akupun mencoba mengingatkannya.
"Yeah, tapi aku ingin pergi ke SMA yang sama denganmu, Onii-chan."
Akupun hanya diam dan membuka mulutku begitu saja. Untuk momen yang tidak terduga ini, adikku yang biasanya memperlakukanku seperti sampah masyarakat, menunjukkan kehangatan akan cintanya. Air mata tampak mulai menetes dari kedua mataku.
"Kalau Komachi pergi ke sekolah yang sama dengan Onii-chan, dan Komachi bilang kalau Komachi adikmu, Komachi akan terlihat sebagai super nice-girl jika dibandingkan denganmu! Sekedar info saja ya, warga SMP melihat imagemu sebagai bajingan di sekolah, jadi mereka menganggapku sebagai gadis yang super manis ketika aku masuk SMP-mu. Aku diperlakukan layaknya malaikat! Aku benar-benar malaikat!"
Kurasa, sangat sulit menemukan alasan yang lebih buruk lagi dari alasannya untuk masuk ke sekolah yang sama.
"...Oh, begitu ya."
Malaikat mana yang dia bicarakan sih? Dia itu adalah gadis favoritnya Iblis, serius ini. Komachi pastilah seorang Setan!
"Well, terserah kau saja. Kau tahu bisa masuk apa tidak nantinya setelah ikut ujiannya."
"Yep. Aku akan melakukan yang terbaik!" Komachi meresponnya sambil menggerakkan kembali tangannya yang memegang pensil.
Yang dia kerjakan adalah menulis laporan tentang buku, jadi mengapa dia menulis langsung laporannya adalah sebuah misteri. Kampret, baca dulu bukunya Oi!
Apakah dia ini orang yang bertipe itu? Tipe orang yang dengan liciknya mengatakan, "Intronya jelek ah, jadi aku gak mau nonton sisanya", atau "Jelek sekali, jadi aku putusin enggak mau nonton setelah separuh pertama" ketika ada seri anime baru mengudara?
Akupun pergi ke rak buku dan mencari Kokoro. Kalau tidak salah, seorang mangaka terkenal menggambar sampul depannya ketika edisi terbarunya rilis, karena itulah aku membelinya. Ternyata mudah sekali untuk membuat laris sebuah tulisan, yaitu mengganti sampulnya. Sekitar 90% tulisan yang kusukai adalah Light Novel, jujur saja ya. Well, bukannya aku hendak menyebut Soseki itu penulis Light Novel.
Kubiarkan jari-jariku menyentuh punggung buku-buku tersebut. Tiba-tiba, kedua mataku tertarik ke sebuah buku yang berjudul Sains adalah Sihir ~Jadilah Pusat Perhatian Sejak Hari Ini~. Itu adalah buku tua yang dibeli Ayahku semasa muda dulu, semasa dia menjadi pegawai rendahan.
Tidak ada satupun makhluk hidup dengan hidup yang terkekang, dimana akhirnya kau akan menyimpulkan kalau setiap orang yang ada dalam berbagai komunitas pada dasarnya adalah jiwa-jiwa yang bebas. Aku sangat yakin kalau Ayahku sudah menyiapkan sesuatu dengan serius untuk jaga-jaga jika ada orang yang mengajaknya mengobrol di pesta akhir tahun: "Oi Hikigaya, tolong cerita ke kami sesuatu yang menarik, dong!" atau "Ayo lakukan sulap, lakukan sulap!".
Kalau aku sendiri, aku tidak khawatir tentang hal itu sama sekali: Karena sejak awal aku tidak pernah diundang. Meski akhirnya aku diundang, aku tidak akan berbicara apapun disana, sehingga tidak ada yang mau mengundangku untuk kedua kalinya.
Memangnya, tujuan Pesta Akhir Tahun itu apa sih? Katanya, mereka tidak pernah melupakan kemeriahan dan orang-orang yang ada disana. Dan tolong ya, sekali lagi tolong jangan lupakan untuk mengundangku juga.
Ngomong-ngomong, karena aku sedang mencari buku yang hendak kugunakan sebagai referensi tugas proyek Komachi, aku harus mengucapkan selamat tinggal ke buku ini. Kuambil Kokoro, yang berada di rak bawah.
"Ini, baca ini dulu sampai selesai, lalu tulis laporannya," kataku sambil menyerahkan buku itu kepadanya.
Sambil mengeluh, Komachi mengambil buku itu dan mulai membacanya. Setelah aku yakin dia melakukannya dengan benar, kedua mataku mulai kembali lagi ke arah buku Sains Adalah Sihir Blahblahblah.
Ketika aku mencoba membolak-balik buku tersebut, aku membaca sekilas seperti "Kalau kau menusuk rokok dengan tusuk gigi, abunya tidak akan jatuh meski kau membakar rokok itu" atau "Jika kau taruh secarik kertas ke minuman beralkohol tinggi dan membakarnya, maka hanya alkoholnya saja yang terbakar". Kalau dipikir-pikir, kau tidak akan punya kesempatan untuk mempraktikkan trik ini, bahkan meski kau ingat detail-detailnya.
Meski begitu, penerapan Sains dalam ini dan itu benar-benar mengagumkan, dan tanpa sadar aku mulai hanyut dalam bacaan ini hal serupa yang hanyut juga terjadi di ruangan ini jika kau mengamatinya dengan jeli.
Setelah aku kembali ke diriku semula, aku bisa mendengar suara dengkuran yang pelan. Ketika kulihat ke arah Komachi, dia membaringkan separuh tubuhnya di meja dan tertidur. Pasti susah juga ya menjadi siswa yang punya banyak sekali ujian penting.
Kusesuaikan level kipas angin yang berhembus di ruangan ini dan menaruh selimut di bahu Komachi.
Komachi, berjuanglah!
x Chapter I Part 1 | END x
Mudah sekali menyimpulkan kalau Hikigaya Hachiman sewaktu SMP, ketika dirinya masih belum menjadi penyendiri, adalah orang yang tidak suka membaca buku. Bukti kalau Hachiman lebih memilih essay daripada laporan buku dalam PR Musim Panas, artinya dia waktu itu belum menyukai membaca buku.
Lalu setelah insiden Kaori di akhir kelas 3 SMP, Hachiman memilih untuk menjadi penyendiri. Buku bacaan menjadi temannya selama ini.
.....
Kata-kata Komachi kalau Hachiman sewaktu SMP menjadi bajingan dan berusaha menerapkannya ketika di SMA, ternyata benar adanya.
Pada bulan Oktober alias vol 6 chapter 10, Hachiman menjadi orang yang paling dibenci di SMA Sobu.
.....
Peluang Komachi masuk SMA Sobu masih terbuka meskipun kemampuan akademis tidak mendukung. Coba anda pikir baik-baik, bagaimana sih Yui dan Miura bisa masuk SMA Sobu?
Vol 6 chap 10 festival budaya??
BalasHapusBaru ingat. Novel kokoro ini yang juga dibaca haruki shiga di anime kimi no suizo wo tabetai. Mungkin
BalasHapus