Ini mungkin agak telat untuk menggambarkan apa yang
dikerjakan oleh Klub Relawan, jadi yang kita kerjakan adalah mendengarkan
masalah dari siswa dan mencoba membantu mereka.
Jika aku tidak
mengatakan itu terus-menerus ke diriku sendiri, maka aku akan benar-benar lupa
apa kegiatan Klub ini. Sepanjang waktu, yang Yukinoshita lakukan hanyalah duduk
dan membaca buku. Lalu Yuigahama sendiri hanya bermain-main dengan HP-nya.
“Hmm...Ah, jadi
kenapa kau ada disini?”
Dia menyatu dengan
baik di ruangan ini sehingga diriku tidak menyadari kehadirannya, tapi tidak
berarti Yuigahama sendiri ada disini karena dia member Klub. Malahan, aku
sendiri tidak yakin kalau aku adalah member Klub ini. Apa, aku benar-benar
member Klub ini? Meskipun benar, aku sendiri ingin berhenti dari Klub ini...
“Huh? Ah, maksudku,
aku sendiri punya banyak waktu luang hari ini, tahu tidak?”
“Tahu tidak katamu? Meski kau mengatakan itu, aku sendiri tidak
tahu. Juga, apa-apaan barusan, apa kau ini Hiroshima atau sejenisnya?”
“Huh? Hiroshima? Aku
ini orang Chiba.”
Well, sebenarnya
orang-orang asal Hiroshima selalu menambahkan tahu tidak di akhir kata-kata mereka, tapi mereka sering terkejut
sendiri ketika aku menceritakan ini ke mereka. Aku sendiri punya gambaran yang
cukup buruk tentang logat Hiroshima dari seorang pria, tapi gadis-gadis yang
berbicara menggunakan logat asli Hiroshima adalah gadis yang manis. Malahan,
logat semacam itu salah satu dari 10 logat yang paling manis.
[note: Buat yang belum tahu, logat Hiroshima terdengar kasar di telinga.]
“Hmph. Kau ini orang
Chiba, tapi itu tidak serta-merta membuatmu bisa mengatakan dengan santainya
kalau kau ini dari Chiba.”
“Hei, Hikigaya-kun.
Aku benar-benar tidak tahu apa yang sedang kau bicarakan...”
Yukinoshita menatapku
dengan dingin. Aku sendiri memutuskan untuk tidak menanggapinya.
“Okelah, begini Yuigahama. Pertanyaan pertama: Kau sebut apa kondisi ketika tubuhmu tertabrak sesuatu dan mengalami
pendarahan dalam?”
“Bonyok!”
“Hmm...Okelah.
Lumayan juga kau mengerti sedikit bahasa khas Chiba...Kalau begitu, pertanyaan
kedua. Kalau kau diperbolehkan memilih makanan pendamping ketika makan siang,
kau akan memilih apa?”
“Miso!”
“Hmmm...Oke, mungkin
saja kau ini orang Chiba...”
“Bukannya itu yang
sering kulakukan, tahu tidak?”
Yuigahama lalu
menaruh kedua tangannya di pinggang dan memiringkan kepalanya ke samping. Sedang Yukinoshita sendiri, yang menaruh sikunya di meja dan memegangi keningnya, seperti hendak mengatakan "apa sih yang dibicarakan orang ini?". Dia lalu mengembuskan napasnya.
"...Hei, ada apa ini? Apakah hal-hal barusan memiliki tujuan tertentu?"
Tentu saja ini hanyalah kegiatan yang tidak ada gunanya.
"Ini hanyalah Ultra Kuis Propinsi Trans-Chiba. Lebih jelasnya, kata trans itu semacam pergi dari Matsudo ke Choushi."
"Bukankah kalau kau tarik garis di peta dari kedua tempat itu, maka tidak akan melewati sebagian besar Chiba?"
"Oke, oke, kalau begitu ubah saja menjadi dari Sawara ke Tateyama."
"Jadi kau benar-benar niat untuk mencari kota yang paling atas dan terbawah dari peta Chiba..."
...Kalian berdua, darimana kalian tahu berbagai hal tentang kota-kota barusan? Apa sebegitu besarnya cinta kalian ke Chiba?
"Ya sudah, masuk pertanyaan ketiga: Kalau kau naik kereta Sotobou menuju Toke, kau sebut apa hewan aneh yang tiba-tiba muncul?"
"Ah, Yukinon, ngomong-ngomong soal Matsudo, kudengar disana banyak sekali restoran ramen. Ayo kesana kapan-kapan!"
"Ramen...Aku tidak terlalu sering makan ramen, jadi aku tidak terlalu tahu "
"Tidak apa-apa lah! Aku sendiri jarang makan ramen!"
"...Eh? Apanya yang tidak apa-apa? Bisakah kau jelaskan maksudnya?"
"Hmm, dan juga, apa ya soal Matsudo...? Ah benar, katanya ada restoran enak namanya Nantoka..."
"Apa kau dengar apa yang baru saja kukatakan?"
"Hmm? Yeah, aku dengar kok. Ah, tapi ada beberapa restoran enak di sekitar sini juga...Itu juga dekat rumahku, jadi karena itulah aku tahu banyak. Rumahku itu sekitar lima menit dari sini. Dan juga ada restoran yang sering kulewati setiap aku mengajak anjingku jalan-jalan."
...Jawaban yang benar adalah Burung Unta, kalau kau naik kereta dan tiba-tiba melihat Burung Unta di luar jendela, kurasa kau tidak akan terkejut, mungkin lebih tepatnya kau akan kagum.
Kampret.
Kubiarkan saja kedua gadis itu berbincang-bincang (mungkin tepatnya pembicaraan tidak "nyambung") tentang ramen dan kembali membaca buku bacaanku.
Ada tiga orang di ruangan ini dan aku masih saja menjadi penyendiri. Apa-apaan sih barusan?
Tapi, kurasa menghabiskan waktu seperti ini membuatku merasa seperti siswa SMA kebanyakan. Kalau dibandingkan dengan siswa SMP, siswa SMA punya lebih banyak kebebasan, jadi mereka cenderung tertarik dalam bermacam-macam tren dan makanan. Jadi topik ramen barusan memang terasa seperti topik normal yang dibicarakan oleh siswa SMA.
Meski begitu, aku berani menjamin satu hal, mayoritas siswa SMA tidak melakukan hal semacam Ultra Kuis Propinsi Trans-Chiba.
x x x
Keesokan harinya, ketika aku sedang berjalan menuju ruangan Klub, aku terkejut melihat Yukinoshita dan Yuigahama berdiri di depan pintu. Entah apa yang mereka lakukan, tapi mereka seperti berusaha mengintip situasi di dalam ruangan dari celah-celah pintu.
"Apa yang sedang kalian lakukan?"
"Hyahh!"
Teriakan yang manis itu terjadi bersamaan dengan kedua gadis yang melompat karena terkejut.
"Hikigaya-kun...Kau mengagetkanku..."
"Malah aku yang harusnya kaget disini..."
Respon macam apa barusan? Itu mengingatkanku dengan apa yang terjadi ketika aku menginjak kucing kami di ruang keluarga saat tengah malam.
"Bisakah kau tidak memanggil kami dengan tiba-tiba seperti itu?"
Tatapan kesal Yukinoshita itu benar-benar mirip kucing peliharaanku. Kalau dipikir-pikir lagi, kucing tersebut sangat akrab dengan semua anggota keluargaku...Kurasa Yukinoshita benar-benar mengingatkanku dengan kucing tersebut.
"Ya sudah, maaf ya. Jadi, apa yang kalian lakukan?"
Yuigahama dengan perlahan kembali membuka pintu ruangan dan mengintip ke dalam. Ketika aku bertanya, dia adalah orang yang menjawabnya.
"Ada orang yang mencurigakan di ruangan Klub."
"Kalianlah yang harusnya menjadi orang mencurigakan itu..."
"Sudah cukup. Apakah kau mau berbagi kemurahan hatimu sedikit untuk pergi ke dalam dan mencari tahu siapa dia?"
Yukinoshita memberiku perintah dengan ekspresi yang menjengkelkan.
Kulakukan seperti katanya, berdiri di depan kedua gadis tersebut, dan dengan perlahan membuka pintunya. Lalu, aku masuk ke dalam ruangan.
Di ruangan ini, yang menunggu kami, adalah tiupan angin.
Tepat setelah pintunya kubuka, aku langsung disambut oleh embusan angin. Embusan itu mirip dengan embusan angin yang sering menerpa sekolah di dekat laut, dan ketika embusan angin terjadi, kertas-kertas mulai berhamburan.
Adegan ini mengingatkanku dengan trik sulap dimana banyak sekali merpati yang beterbangan dari topi si pesulap. Dan disini juga, di tengah-tengah dunia yang putih ini, berdirilah sesosok manusia.
"Ku ku ku, aku tidak menyangka akan bertemu di tempat yang seperti ini...Sangat mengejutkanku. Aku sedari tadi menunggumu, Hikigaya Hachiman."
"A-Apa yang baru saja kau katakan?!"
Dia menungguku, dan dia terkejut...? Apa-apaan pernyataannya barusan? Kalaupun ada orang yang terkejut, maka orang itu adalah diriku.
Kuacuhkan kertas-kertas yang beterbangan ini dan menatap lebih jauh lawanku kali ini.
Dan di depanku saat ini, sedang berdiri, aku melihat...Ugh, tidak, jangan dibahas, tolong jangan dibahas. Aku tidak mau terlibat sesuatu dengan Zaimokuza Yoshiteru.
Well, aku sendiri berani menjamin, kalau aku tidak berhubungan dengan mayoritas siswa disini...Tapi jika aku harus memilih diantara orang-orang tersebut, maka orang di depanku ini adalah orang terakhir yang berada di daftarku.
Maksudku, coba lihat dia berkeringat seperti sedang berada di musim panas, itu semua gara-gara mantel dan kaos tangannya.
Meski jika aku mengenalnya, aku akan tetap pura-pura tidak kenal diirnya.
"Hikigaya-kun, makhluk yang disana sepertinya kenal dirimu..."
Yukinoshita, yang sedang bersembunyi di belakangku, tampak menatap curiga ke arahku dan makhluk yang disana. Zaimokuza sendiri tampak mulai gugup setelah ditatap oleh Yukinoshita, tapi tidak lama kemudian dia mulai menatap ke arahku. Lalu dia menyilangkan kedua lengannya dan tertawa dengan suara yang pelan.
Dengan gerakan yang berlebihan, dia lalu menaikkan bahunya dan menggelengkan kepalanya.
"Melihatmu saat ini yang sudah melupakan partner lamamu...Kau sangat memalukan, Hachiman."
"Dia memanggilmu partner lama..."
Yuigahama mengatakan itu dan menatapku dengan dingin, tatapan yang hendak mengatakan, "Mati saja kau, sampah masyarakat!".
"Memang betul, aku partner lamanya. Apa kau tidak ingat? Bagaimana kita menghadapi masa-masa sulit tersebut bersama-sama..."
"Aku dipasangkan dengannya di pelajaran olahraga. Hanya itu saja..."
Aku tidak bisa berpura-pura seperti ini terus, dan Zaimokuza mulai tampak kesal.
"Hmph. Cara mereka memasangkan orang itu, pantasnya disebut neraka. Silakan berpasangan dengan siapapun yang kalian sukai katanya? Ku ku ku, memangnya aku mau berteman dengan para pemilik tubuh fana!...Seperti aku yang putus asa saja harus berpasangan dengan mereka! Kalau itu yang disebut cinta, maka aku tidak membutuhkan cinta!"
Dia lalu menatap kejauhan ke arah jendela. Pastinya, banyak sekali image dari pangeran-pangeran tamvan diluar sana, di langit yang terbentang luas...Atau juga semua orang terlalu menyukai Fist of The North Star terlalu dalam.
Well, karena sudah sejauh ini, kau mungkin bisa menilai seberapa dalam perilaku orang ini. Kau mungkin bisa langsung tahu kalau pria ini adalah salah satu dari mereka.
"Apa maumu, Zaimokuza?"
"Hng, jadi kau akhirnya mau berbicara untuk mengemis-ngemis kebaikan jiwaku...Memang, akulah Sang Ahli Pedang, Zaimokuza Yoshiteru."
Dia lalu mengibaskan mantelnya, dan membelakangi kami, dia lalu memasang ekspresi serius di wajah chubby-nya. Sepertinya dia sudah menghayati terlalu dalam karakter Sang Ahli Pedang yang dia ciptakan.
Hanya dengan melihatnya saja, sudah membuat kepalaku serasa pecah saja...
Mungkin, harusnya kukatakan yang sakit sedari tadi adalah hatiku. Tepatnya lagi, tatapan dari Yukinoshita dan Yuigahama yang jauh menyakitkan dari itu.
"Hei...Memangnya yang dia sebutkan barusan itu apa sih?"
Yuigahama tampak kurang senang dengan itu...Ataukah dia tidak suka?...Lalu dia mulai menatapku. Tapi, serius ini, mengapa kau harus menatap ke arahku?
"Dia ini Zaimokuza Yoshiteru...Kita biasa berpasangan dalam pelajaran olahraga."
Jujur saja, hanya itu saja hubungan kami, tidak lebih dari itu...Meski tidak salah kalau menyebut kami sebagai partner yang sudah lama bersama-sama melewati berbagai kesulitan.
Sebenarnya, disuruh berpasangan dengan teman adalah hal yang menyakitkan.
Zaimokuza sudah melewati masa-masa itu, jadi dia paham bagaimana buruknya masa-masa seperti itu.
Sejak pertama kali mengikuti pelajaran olahraga, Zaimokuza berpasangan denganku karena hanya kami berdua saja yang ditinggal dan tidak punya pasangan, jadi pada akhirnya kami berdua terus berpasangan dalam pelajaran olahraga. Sejujurnya, aku ingin menukar pengidap halusinasi chuunibyou ini dengan tim lain, tapi aku tidak bisa melakukannya, jadi aku berpikir untuk menyerah saja. Aku juga mempertimbangkan diriku untuk menjadi free agent, sayangnya, orang-orang dengan level sepertiku ini ternyata biaya sewanya sangat mahal, jadi itu tidak bisa semudah yang dibayangkan...Oke, baik, baik, aku berbohong tadi Zaimokuza dan diriku adalah dua orang yang tidak memiliki teman disini.
Setelah Yukinoshita mendengarkan penjelasanku, dia melihat ke arahku dan Zaimokuza. Sepertinya dia mendapatkan sesuatu, dan diapun mengangguk.
"Kumpulan burung-burung yang sejenis pasti akan berkelompok, benar tidak?"
Seperti biasanya, dia menyimpulkan kesimpulan yang terburuk.
"Dasar bodoh, jangan menyamakanku dengan dia...Aku tidak segila dia. Pertama-tama, aku dan dia bukanlah teman, kampret."
"Hmph, kurasa aku setuju dengan itu. Memang, aku tidak punya satupun teman...Aku benar-benar sendirian, hiks."
Zaimokuza mengatakan itu dengan nada yang menyedihkan dan putus asa. Hei, lihat, dia sudah kembali normal...
"Well, kurasa itu tidak masalah. Temanmu itu kesini sepertinya ada perlu denganmu, benar tidak?"
Kata-kata Yukinoshita hampir membuatku menangis. Kata "teman" tidak pernah membuatku sesedih ini sejak SMP...
Aku tidak pernah sesedih ini semenjak aku mendengar kata-kata Kaori-chan waktu SMP...
"Aku sebenarnya menyukai Hikigaya-kun dan kau tampaknya seperti orang yang baik, tapi berpacaran denganmu tampaknya agak...Bisakah kita hanya berteman saja?"
Aku tidak butuh teman yang seperti itu...
"Mwahaha, aku sudah menghapus itu dari kepalaku. Ngomong-ngomong, Hachiman. Apakah ini benar Klub Relawan?"
Zaimokuza yang sudah kembali ke dirinya, tiba-tiba tertawa dan menatap ke arahku.
Apa-apaan sih tawanya barusan? Ini pertamakalinya aku mendengar hal yang seperti itu.
"Yeah, ini adalah Klub Relawan."
Yukinoshita membantuku untuk menjawabnya. Setelah menjawabnya, Zaimokuza melihat sejenak ke arah Yukinoshita dan kemudian langsung mengembalikan tatapannya ke arahku. Kampret, ngapain lo lihat gue terus?
"...Be-Begitu ya? Jika benar apa yang dikatakan oleh Hiratsuka-sensei, Hachiman, maka tugasmu adalah memenuhi permintaanku, benar tidak? Coba bayangkan, berapa ratus tahun dibutuhkan olehmu agar bisa kembali melayani diriku...Ini pasti takdir yang ditulis oleh Hachiman, sang Bodhisatva."
"Klub Relawan bukan tempat untuk memenuhi keinginanmu...Kami hanya sedikit memberikan bantuan."
"...Hmm. Ya sudah, Hachiman, beri aku sedikit bantuan. Fu fu fu, kalau dipikir-pikir lagi...Kita ini sama, benar tidak? Dahulu kala, kita bersama-sama menaklukkan semua yang ada di bumi!"
"Ada apa dengan cerita Pelayan Malaikat barusan? Juga, kenapa dari tadi kau hanya melihat ke arahku saja?"
"Ah-Ahem! Hal-hal kecil semacam itu tidak akan mengganggu kita! Aku akan membuat pengecualian yang spesial dalam kasus kali ini!"
Zaimokuza lalu pura-pura batuk dengan gaya yang konyol, mungkin untuk menyembunyikan kegugupannya. Kemudian, tentunya, dia melihat ke arahku lagi.
"Oh maafkan aku. Sepertinya sifat seorang pria sudah tidak lagi sama seperti jaman dahulu kala. Oh, aku sangat merindukan jaman-jaman Muromachi dulu...Apa kau tidak merasakan hal yang sama, Hachiman?"
"Tentu saja tidak. Dan serius ini, kau mending mati saja."
"Ku ku ku. Kau mengatakan itu seperti berpikir kalau aku akan takut dengan kematian...Itu hanya memberiku tantangan baru tentang dunia yang harus kutaklukkan!"
Zaimokuza mengangkat lengannya tinggi-tinggi, sedang mantelnya sendiri terlihat berkibar tertiup angin.
Dia benar-benar kebal dengan orang-orang yang memintanya mati begitu saja.
Aku sendiri sama...Kurasa ketika kau sudah terbiasa dihina dan dibully karena kau memiliki jalan yang berbeda, kau akhirnya akan terbiasa dan kebal. Itu adalah skill yang menyedihkan...Aku bahkan hampir saja menangis jika mengingat hal itu lagi.
"Uwahh..."
Yuigahama tampak meresponnya dengan serius. Wajahnya sendiri tampak terlihat pucat.
"Hikigaya-kun, bisakah aku berbicara sebentar denganmu...?"
Setelah mengatakan itu, Yukinoshita menarik lenganku dan berbisik di telingaku.
"Sebenarnya apa yang sedang terjadi? Ada apa dengan sebutan Sang Ahli Pedang atau entah apa itu?"
Wajah Yukinoshita yang manis itu sangat dekat denganku dan memberiku aroma yang menyenangkan, tapi nada suaranya tidak memberikan efek godaan atau sejenisnya.
Dihadapkan dalam situasi seperti ini, kurasa aku sudah punya satu kalimat yang bisa menjawab pertanyaannya.
"Itu adalah chuunibyou. Hanya chuunibyou."
"Choo-nee-byou?"
Yukinoshita melihat ke arahku, dan memiringkan kepalanya. Aku baru saja sadar, ternyata ketika gadis berusaha mengeja "choo", bibir mereka terlihat manis sekali...Sebuah temuan yang aneh sekali.
Yuigahama, yang bergabung dengan obrolan kami, bertanya sesuatu.
"Apa itu semacam penyakit?"
"Itu bukanlah penyakit seperti yang kebanyakan orang pikirkan...Itu hanyalah istilah populer atau istilah gaul."
Sederhananya, chuunibyou berarti sebuah perilaku yang sangat memalukan dan sering dialami oleh siswa SMP.
Diantara para pengidap chuunibyou, Zaimokuza adalah contoh yang buruk, dia memang pantas mendapatkan julukan jakigan, atau mata setan, ataupun mata ketiga.
Ada orang-orang yang mendapatkan kemampuan dan kekuatan aneh seperti manga, anime, dan game yang mereka lihat dan bersikap seperti orang-orang yang memiliki kemampuan itu. Tentunya, jika mereka merasa memiliki kemampuan itu, maka mereka harus membuat cerita-cerita yang tidak masuk akal sehingga bisa menceritakan asal-usul kekuatan mereka. Karena itulah, mereka banyak yang menyebut diri mereka semacam reinkarnasi seorang petarung legenda, orang-orang yang terpilih oleh Tuhan, ataupun agen rahasia. Lalu mereka bisa bersandiwara sesuai cerita yang mereka yakini itu.
Kenapa mereka melakukan hal-hal yang semacam itu?
Karena itu sangat keren sekali.
Kujamin, kalau setiap orang yang pernah menjalani masa SMP setidaknya pernah melakukan hal berikut. Berdiri di depan cermin dan mengatakan sesuatu semacam "Selamat pagi semuanya" dan bergaya seperti seorang pembawa acara berita. Lalu kadang juga "Kali ini kita punya lagu baru tentang cinta sejati, dan aku sendiri yang menulis liriknya..."
Sederhananya, chuunibyou adalah perilaku yang sejenis itu, namun dalam level ekstrem.
Jadi, aku mulai menjelaskan apa chuunibyou itu dan Yukinoshita tampak puas dengan jawabanku. Aku selalu memikirkan hal ini sejak lama, tapi aku selalu mengagumi bagaimana gadis ini sangat cepat dalam menangkap sesuatu seperti aku menjelaskan sesuatu dan dia tiba-tiba sudah sepuluh langkah di depanku. Dia bahkan tidak perlu penjelasan panjang lebar untuk mengerti situasinya.
"Aku tidak paham apa yang sedang terjadi..."
Kebalikan dari Yukinoshita, Yuigahama tampaknya terlihat kurang senang; dia seperti sedang "tidak ada ide". Jujur saja, aku sendiri mungkin tidak akan paham jika ada seseorang yang menjelaskan tentang itu sepertiku barusan...Jujur saja, memahami hal itu dengan cepat saja sudah membuat Yukinoshita terlihat aneh.
"Hmm, jadi ini semacam menggunakan cerita latar hasil imajinasimu dan kau mulai memainkan peranmu disana, benar?"
"Kurang lebih begitu. Dalam kasus orang di depan kita, sepertinya dia memakai cerita Ashikaga Yoshiteru, generasi ke-13 Shogun Muromachi Bakufu. Mungkin dia memilih cerita itu karena nama dia mirip dengan tokoh ceritanya."
"Kenapa dia menganggapmu sebagai partnernya?"
"Dia mungkin berpikir kalau nama Hachiman adalah Hachiman sang Bodhisatva, benar tidak? Seiwa Genji saja menganggapnya sebagai Dewa Perang. Apa kau pernah dengar Kuil Tsurugaoka Hachiman, benar tidak?"
Setelah aku menjawabnya, Yukinoshita tiba-tiba hanya terdiam. Eh ada apa? Akupun menatapnya dengan ekspresi penasaran, dan dia hanya menatapku dengan mata yang terbuka lebar.
"Aku terkejut. Ternyata kau tahu banyak."
"...Yeah, kurasa begitu."
Sebuah kenangan yang tidak menyenangkan tiba-tiba hendak muncul, jadi aku putuskan untuk memalingkan pandanganku. Lalu kuputuskan untuk mengganti topiknya.
"Cara Zaimokuza membawakan perannya dengan dibumbui cerita sejarah memang sangat menjengkelkan, tapi setidaknya karakternya itu berdasarkan cerita sejarah."
Mendengar hal itu, Yukinoshita terus menatap ke arah Zaimokuza dan bertanya kepadaku dengan ekspresi yang khawatir.
"...Apa diluar sana banyak yang jauh lebih buruk dari yang sedang terjadi di depan kita?"
"Yeah."
"Jadi, ini hanya sekedar contoh saja. Memangnya, imajinasi semacam apa yang jauh lebih buruk dari yang ada di depan kita ini?"
Tepat setelah pintunya kubuka, aku langsung disambut oleh embusan angin. Embusan itu mirip dengan embusan angin yang sering menerpa sekolah di dekat laut, dan ketika embusan angin terjadi, kertas-kertas mulai berhamburan.
Adegan ini mengingatkanku dengan trik sulap dimana banyak sekali merpati yang beterbangan dari topi si pesulap. Dan disini juga, di tengah-tengah dunia yang putih ini, berdirilah sesosok manusia.
"Ku ku ku, aku tidak menyangka akan bertemu di tempat yang seperti ini...Sangat mengejutkanku. Aku sedari tadi menunggumu, Hikigaya Hachiman."
"A-Apa yang baru saja kau katakan?!"
Dia menungguku, dan dia terkejut...? Apa-apaan pernyataannya barusan? Kalaupun ada orang yang terkejut, maka orang itu adalah diriku.
Kuacuhkan kertas-kertas yang beterbangan ini dan menatap lebih jauh lawanku kali ini.
Dan di depanku saat ini, sedang berdiri, aku melihat...Ugh, tidak, jangan dibahas, tolong jangan dibahas. Aku tidak mau terlibat sesuatu dengan Zaimokuza Yoshiteru.
Well, aku sendiri berani menjamin, kalau aku tidak berhubungan dengan mayoritas siswa disini...Tapi jika aku harus memilih diantara orang-orang tersebut, maka orang di depanku ini adalah orang terakhir yang berada di daftarku.
Maksudku, coba lihat dia
Meski jika aku mengenalnya, aku akan tetap pura-pura tidak kenal diirnya.
"Hikigaya-kun, makhluk yang disana sepertinya kenal dirimu..."
Yukinoshita, yang sedang bersembunyi di belakangku, tampak menatap curiga ke arahku dan makhluk yang disana. Zaimokuza sendiri tampak mulai gugup setelah ditatap oleh Yukinoshita, tapi tidak lama kemudian dia mulai menatap ke arahku. Lalu dia menyilangkan kedua lengannya dan tertawa dengan suara yang pelan.
Dengan gerakan yang berlebihan, dia lalu menaikkan bahunya dan menggelengkan kepalanya.
"Melihatmu saat ini yang sudah melupakan partner lamamu...Kau sangat memalukan, Hachiman."
"Dia memanggilmu partner lama..."
Yuigahama mengatakan itu dan menatapku dengan dingin, tatapan yang hendak mengatakan, "Mati saja kau, sampah masyarakat!".
"Memang betul, aku partner lamanya. Apa kau tidak ingat? Bagaimana kita menghadapi masa-masa sulit tersebut bersama-sama..."
"Aku dipasangkan dengannya di pelajaran olahraga. Hanya itu saja..."
Aku tidak bisa berpura-pura seperti ini terus, dan Zaimokuza mulai tampak kesal.
"Hmph. Cara mereka memasangkan orang itu, pantasnya disebut neraka. Silakan berpasangan dengan siapapun yang kalian sukai katanya? Ku ku ku, memangnya aku mau berteman dengan para pemilik tubuh fana!...Seperti aku yang putus asa saja harus berpasangan dengan mereka! Kalau itu yang disebut cinta, maka aku tidak membutuhkan cinta!"
Dia lalu menatap kejauhan ke arah jendela. Pastinya, banyak sekali image dari pangeran-pangeran tamvan diluar sana, di langit yang terbentang luas...Atau juga semua orang terlalu menyukai Fist of The North Star terlalu dalam.
Well, karena sudah sejauh ini, kau mungkin bisa menilai seberapa dalam perilaku orang ini. Kau mungkin bisa langsung tahu kalau pria ini adalah salah satu dari mereka.
"Apa maumu, Zaimokuza?"
"Hng, jadi kau akhirnya mau berbicara untuk mengemis-ngemis kebaikan jiwaku...Memang, akulah Sang Ahli Pedang, Zaimokuza Yoshiteru."
Dia lalu mengibaskan mantelnya, dan membelakangi kami, dia lalu memasang ekspresi serius di wajah chubby-nya. Sepertinya dia sudah menghayati terlalu dalam karakter Sang Ahli Pedang yang dia ciptakan.
Hanya dengan melihatnya saja, sudah membuat kepalaku serasa pecah saja...
Mungkin, harusnya kukatakan yang sakit sedari tadi adalah hatiku. Tepatnya lagi, tatapan dari Yukinoshita dan Yuigahama yang jauh menyakitkan dari itu.
"Hei...Memangnya yang dia sebutkan barusan itu apa sih?"
Yuigahama tampak kurang senang dengan itu...Ataukah dia tidak suka?...Lalu dia mulai menatapku. Tapi, serius ini, mengapa kau harus menatap ke arahku?
"Dia ini Zaimokuza Yoshiteru...Kita biasa berpasangan dalam pelajaran olahraga."
Jujur saja, hanya itu saja hubungan kami, tidak lebih dari itu...Meski tidak salah kalau menyebut kami sebagai partner yang sudah lama bersama-sama melewati berbagai kesulitan.
Sebenarnya, disuruh berpasangan dengan teman adalah hal yang menyakitkan.
Zaimokuza sudah melewati masa-masa itu, jadi dia paham bagaimana buruknya masa-masa seperti itu.
Sejak pertama kali mengikuti pelajaran olahraga, Zaimokuza berpasangan denganku karena hanya kami berdua saja yang ditinggal dan tidak punya pasangan, jadi pada akhirnya kami berdua terus berpasangan dalam pelajaran olahraga. Sejujurnya, aku ingin menukar pengidap halusinasi chuunibyou ini dengan tim lain, tapi aku tidak bisa melakukannya, jadi aku berpikir untuk menyerah saja. Aku juga mempertimbangkan diriku untuk menjadi free agent, sayangnya, orang-orang dengan level sepertiku ini ternyata biaya sewanya sangat mahal, jadi itu tidak bisa semudah yang dibayangkan...Oke, baik, baik, aku berbohong tadi
Setelah Yukinoshita mendengarkan penjelasanku, dia melihat ke arahku dan Zaimokuza. Sepertinya dia mendapatkan sesuatu, dan diapun mengangguk.
"Kumpulan burung-burung yang sejenis pasti akan berkelompok, benar tidak?"
Seperti biasanya, dia menyimpulkan kesimpulan yang terburuk.
"Dasar bodoh, jangan menyamakanku dengan dia...Aku tidak segila dia. Pertama-tama, aku dan dia bukanlah teman, kampret."
"Hmph, kurasa aku setuju dengan itu. Memang, aku tidak punya satupun teman...Aku benar-benar sendirian, hiks."
Zaimokuza mengatakan itu dengan nada yang menyedihkan dan putus asa. Hei, lihat, dia sudah kembali normal...
"Well, kurasa itu tidak masalah. Temanmu itu kesini sepertinya ada perlu denganmu, benar tidak?"
Kata-kata Yukinoshita hampir membuatku menangis. Kata "teman" tidak pernah membuatku sesedih ini sejak SMP...
Aku tidak pernah sesedih ini semenjak aku mendengar kata-kata Kaori-chan waktu SMP...
"Aku sebenarnya menyukai Hikigaya-kun dan kau tampaknya seperti orang yang baik, tapi berpacaran denganmu tampaknya agak...Bisakah kita hanya berteman saja?"
Aku tidak butuh teman yang seperti itu...
"Mwahaha, aku sudah menghapus itu dari kepalaku. Ngomong-ngomong, Hachiman. Apakah ini benar Klub Relawan?"
Zaimokuza yang sudah kembali ke dirinya, tiba-tiba tertawa dan menatap ke arahku.
Apa-apaan sih tawanya barusan? Ini pertamakalinya aku mendengar hal yang seperti itu.
"Yeah, ini adalah Klub Relawan."
Yukinoshita membantuku untuk menjawabnya. Setelah menjawabnya, Zaimokuza melihat sejenak ke arah Yukinoshita dan kemudian langsung mengembalikan tatapannya ke arahku. Kampret, ngapain lo lihat gue terus?
"...Be-Begitu ya? Jika benar apa yang dikatakan oleh Hiratsuka-sensei, Hachiman, maka tugasmu adalah memenuhi permintaanku, benar tidak? Coba bayangkan, berapa ratus tahun dibutuhkan olehmu agar bisa kembali melayani diriku...Ini pasti takdir yang ditulis oleh Hachiman, sang Bodhisatva."
"Klub Relawan bukan tempat untuk memenuhi keinginanmu...Kami hanya sedikit memberikan bantuan."
"...Hmm. Ya sudah, Hachiman, beri aku sedikit bantuan. Fu fu fu, kalau dipikir-pikir lagi...Kita ini sama, benar tidak? Dahulu kala, kita bersama-sama menaklukkan semua yang ada di bumi!"
"Ada apa dengan cerita Pelayan Malaikat barusan? Juga, kenapa dari tadi kau hanya melihat ke arahku saja?"
"Ah-Ahem! Hal-hal kecil semacam itu tidak akan mengganggu kita! Aku akan membuat pengecualian yang spesial dalam kasus kali ini!"
Zaimokuza lalu pura-pura batuk dengan gaya yang konyol, mungkin untuk menyembunyikan kegugupannya. Kemudian, tentunya, dia melihat ke arahku lagi.
"Oh maafkan aku. Sepertinya sifat seorang pria sudah tidak lagi sama seperti jaman dahulu kala. Oh, aku sangat merindukan jaman-jaman Muromachi dulu...Apa kau tidak merasakan hal yang sama, Hachiman?"
"Tentu saja tidak. Dan serius ini, kau mending mati saja."
"Ku ku ku. Kau mengatakan itu seperti berpikir kalau aku akan takut dengan kematian...Itu hanya memberiku tantangan baru tentang dunia yang harus kutaklukkan!"
Zaimokuza mengangkat lengannya tinggi-tinggi, sedang mantelnya sendiri terlihat berkibar tertiup angin.
Dia benar-benar kebal dengan orang-orang yang memintanya mati begitu saja.
Aku sendiri sama...Kurasa ketika kau sudah terbiasa dihina dan dibully karena kau memiliki jalan yang berbeda, kau akhirnya akan terbiasa dan kebal. Itu adalah skill yang menyedihkan...Aku bahkan hampir saja menangis jika mengingat hal itu lagi.
"Uwahh..."
Yuigahama tampak meresponnya dengan serius. Wajahnya sendiri tampak terlihat pucat.
"Hikigaya-kun, bisakah aku berbicara sebentar denganmu...?"
Setelah mengatakan itu, Yukinoshita menarik lenganku dan berbisik di telingaku.
"Sebenarnya apa yang sedang terjadi? Ada apa dengan sebutan Sang Ahli Pedang atau entah apa itu?"
Wajah Yukinoshita yang manis itu sangat dekat denganku dan memberiku aroma yang menyenangkan, tapi nada suaranya tidak memberikan efek godaan atau sejenisnya.
Dihadapkan dalam situasi seperti ini, kurasa aku sudah punya satu kalimat yang bisa menjawab pertanyaannya.
"Itu adalah chuunibyou. Hanya chuunibyou."
"Choo-nee-byou?"
Yukinoshita melihat ke arahku, dan memiringkan kepalanya. Aku baru saja sadar, ternyata ketika gadis berusaha mengeja "choo", bibir mereka terlihat manis sekali...Sebuah temuan yang aneh sekali.
Yuigahama, yang bergabung dengan obrolan kami, bertanya sesuatu.
"Apa itu semacam penyakit?"
"Itu bukanlah penyakit seperti yang kebanyakan orang pikirkan...Itu hanyalah istilah populer atau istilah gaul."
Sederhananya, chuunibyou berarti sebuah perilaku yang sangat memalukan dan sering dialami oleh siswa SMP.
Diantara para pengidap chuunibyou, Zaimokuza adalah contoh yang buruk, dia memang pantas mendapatkan julukan jakigan, atau mata setan, ataupun mata ketiga.
Ada orang-orang yang mendapatkan kemampuan dan kekuatan aneh seperti manga, anime, dan game yang mereka lihat dan bersikap seperti orang-orang yang memiliki kemampuan itu. Tentunya, jika mereka merasa memiliki kemampuan itu, maka mereka harus membuat cerita-cerita yang tidak masuk akal sehingga bisa menceritakan asal-usul kekuatan mereka. Karena itulah, mereka banyak yang menyebut diri mereka semacam reinkarnasi seorang petarung legenda, orang-orang yang terpilih oleh Tuhan, ataupun agen rahasia. Lalu mereka bisa bersandiwara sesuai cerita yang mereka yakini itu.
Kenapa mereka melakukan hal-hal yang semacam itu?
Karena itu sangat keren sekali.
Kujamin, kalau setiap orang yang pernah menjalani masa SMP setidaknya pernah melakukan hal berikut. Berdiri di depan cermin dan mengatakan sesuatu semacam "Selamat pagi semuanya" dan bergaya seperti seorang pembawa acara berita. Lalu kadang juga "Kali ini kita punya lagu baru tentang cinta sejati, dan aku sendiri yang menulis liriknya..."
Sederhananya, chuunibyou adalah perilaku yang sejenis itu, namun dalam level ekstrem.
Jadi, aku mulai menjelaskan apa chuunibyou itu dan Yukinoshita tampak puas dengan jawabanku. Aku selalu memikirkan hal ini sejak lama, tapi aku selalu mengagumi bagaimana gadis ini sangat cepat dalam menangkap sesuatu
"Aku tidak paham apa yang sedang terjadi..."
Kebalikan dari Yukinoshita, Yuigahama tampaknya terlihat kurang senang; dia seperti sedang "tidak ada ide". Jujur saja, aku sendiri mungkin tidak akan paham jika ada seseorang yang menjelaskan tentang itu sepertiku barusan...Jujur saja, memahami hal itu dengan cepat saja sudah membuat Yukinoshita terlihat aneh.
"Hmm, jadi ini semacam menggunakan cerita latar hasil imajinasimu dan kau mulai memainkan peranmu disana, benar?"
"Kurang lebih begitu. Dalam kasus orang di depan kita, sepertinya dia memakai cerita Ashikaga Yoshiteru, generasi ke-13 Shogun Muromachi Bakufu. Mungkin dia memilih cerita itu karena nama dia mirip dengan tokoh ceritanya."
"Kenapa dia menganggapmu sebagai partnernya?"
"Dia mungkin berpikir kalau nama Hachiman adalah Hachiman sang Bodhisatva, benar tidak? Seiwa Genji saja menganggapnya sebagai Dewa Perang. Apa kau pernah dengar Kuil Tsurugaoka Hachiman, benar tidak?"
Setelah aku menjawabnya, Yukinoshita tiba-tiba hanya terdiam. Eh ada apa? Akupun menatapnya dengan ekspresi penasaran, dan dia hanya menatapku dengan mata yang terbuka lebar.
"Aku terkejut. Ternyata kau tahu banyak."
"...Yeah, kurasa begitu."
Sebuah kenangan yang tidak menyenangkan tiba-tiba hendak muncul, jadi aku putuskan untuk memalingkan pandanganku. Lalu kuputuskan untuk mengganti topiknya.
"Cara Zaimokuza membawakan perannya dengan dibumbui cerita sejarah memang sangat menjengkelkan, tapi setidaknya karakternya itu berdasarkan cerita sejarah."
Mendengar hal itu, Yukinoshita terus menatap ke arah Zaimokuza dan bertanya kepadaku dengan ekspresi yang khawatir.
"...Apa diluar sana banyak yang jauh lebih buruk dari yang sedang terjadi di depan kita?"
"Yeah."
"Jadi, ini hanya sekedar contoh saja. Memangnya, imajinasi semacam apa yang jauh lebih buruk dari yang ada di depan kita ini?"
"Dulu, ada tujuh Dewa di dunia ini. Ada tiga Dewa Penciptaan, Dewa Bijak Garin, Dewa Pejuang Mythica, dan Heartia Dewa Pelindung Roh. Ada pula tiga Dewa Penghancur, Dewa Kebodohan Ortho, Dewa Kuil Hilang Rogue, dan Dewa Kepalsuan Lailai. Dan juga ada Dewa Keabadian yang tidak memiliki nama. Sejak dulu kala, ketujuh Dewa tersebut membawa kemakmuran dan kehancuran ke dunia ini. Saat ini, dunia sudah melalui siklus itu sebanyak enam kali, dan kali ini Pemerintah Jepang berusaha menghindari kehancuran ketujuh itu dengan menemukan reinkarnasi para Dewa itu. Diantara ketujuh Dewa itu, yang terpenting adalah Dewa Keabadian yang misterius, dimana kekuatannya masih misterius, dan aku, Hiki ...Whoa, kau benar-benar pintar dalam memberikan pertanyaan yang menjurus, benar tidak? Hahaha, aku benar-benar terkejut, kau hampir membuatku mengoceh tadi!"
"Tapi aku sendiri tidak sedang berusaha memancingmu..."
"Kau menjijikkan..."
"Yuigahama, hati-hatilah dalam berbicara. Kau mungkin bisa bunuh diri jika tidak hati-hati."
Yukinoshita lalu mengembuskan napasnya, dan melihat ke arahku dan Zaimokuza.
"Dengan kata lain, Hikigaya-kun ini selevel dengan yang disana. Itulah alasannya mengapa dia tahu banyak tentang Sang Ahli Pedang atau entah apa itu."
"Tidak tidak tidak, apa yang baru saja kau katakan Nona Yukinoshita? Tentu itu tidak benar, Nona Yukinoshita. Tentu aku punya alasan yang logis mengapa aku tahu banyak...Itu karena aku belajar sejarah Jepang, tahu tidak? Itu karena aku juga bermain game Ambisi Nobunaga, tahu tidak?"
"Baiklah..."
Yukinoshita masih menatapku dengan ragu. Sepertinya aku akan terus menjadi tersangka sampai aku terbukti benar-benar tidak bersalah.
Tapi aku tidak menyerah begitu saja. Aku tidak sama dengan Zaimokuza, jadi aku bisa menatap langsung ke arah Yukinoshita dengan ekspresi penuh percaya diri. Tentunya, karena apa yang dia katakan tidaklah benar:
Memang benar, aku tidaklah sama dengan Zaimokuza..Lagi.
Nama "Hachiman" sendiri memang tidak wajar, jadi ketika aku masih kecil dulu, aku sering berpikir apakah mungkin kalau diriku ini adalah orang yang spesial. Aku juga menyukai anime dan manga, jadi sangat wajar jika aku memiliki delusi semacam itu.
Setiap aku tiduran di atas futon, aku akan berpura-pura memiliki kekuatan yang tersembunyi, dan suatu hari nanti, kekuatan itu akan bangkit. Ketika hari itu tiba, aku akan terlibat dalam pertempuran yang menentukan nasib dunia ini. Untuk mempersiapkan kedatangan hari itu, aku menuliskan diary roh tentang cerita sehari-hariku, dan aku bahkan menulis laporan rutin setiap tiga bulan ke Pemerintah. Setiap orang disini pasti melakukan itu, benar tidak?...Pasti seperti itu kan...?
"...Well, bagaimana ya...? Dulu, mungkin kita bisa dikatakan sama, tapi sekarang kita benar-benar berbeda."
"Hmm, entah kalau itu ya..."
Yukinoshita hanya tersenyum kecil ke arahku dan berjalan meninggalkanku, dia ternyata menuju ke arah Zaimokuza.
Melihat dirinya yang berjalan menjauhiku, terlintas sebuah pikiran di kepalaku:
Benarkah saat ini aku berbeda dengan Zaimokuza?
Jawabannya "so pasti benar".
Aku sudah tidak berhalusinasi di siang bolong, dan aku tidak menulis diary roh ataupun laporan ke Pemerintah. Satu-satunya laporan yang kutulis belakangan ini adalah "Daftar orang yang paling kubenci". Secara otomatis, peringkat pertama dalam daftar itu adalah Yukinoshita.
Aku sudah tidak bermain Gunpla sambil membuat suara efek dengan mulutku lagi, aku juga tidak bermain dengan jepitan jemuran lagi untuk membuat robot-robotan. Juga aku sudah tidak lagi memakai karet gelang dan alumunium foil untuk membuat senjata. Dan aku juga sudah tidak lagi cosplay menggunakan mantel ayahku dan syal bulu milik ibuku.
Aku berbeda dengan Zaimokuza.
Ketika aku sudah mencapai kesimpulan itu, Yukinoshita sudah berdiri di depan Zaimokuza. Yuigahama sendiri mulai berteriak kencang.
"Yukinon, cepat kabur!"
Ugh, pria yang sangat malang...
"Kupikir aku mengerti sekarang. Kau kesini mencari pertolongan kami untuk menyembuhkan penyakitmu, benar?"
"...Hachiman. Aku kesini untuk memohon kebijaksanaanmu untuk mengabulkan keinginanku. Sebuah keinginan yang mengakomodasi keegoisanku."
Zaimokuza berusaha menghindari tatapan Yukinoshita dan melihat ke arahku. Dia jelas-jelas berusaha menghindari tatapan orang pertama dan mengganti ke tatapan "kita" seketika...Sebenarnya, orang ini bingung atau bagaimana?
Aku lalu menyadari sesuatu. Orang ini...Setiap kali Yukinoshita berbicara kepadanya, dia langsung menoleh ke arahku.
Well, bukannya aku tidak mau bersimpati...Sebelum aku tahu seperti apa Yukinoshita, wajahku selalu memerah setiap kali dia berbicara kepadaku. Dulu, aku tidak bisa menatap langsung ke arahnya.
Tapi Yukinoshita tidak sensitif seperti orang-orang kebanyakan, dan dia bukanlah tipe orang yang peduli dengan keanehan para pria yang seperti itu kepadanya.
"Akulah yang sedang berbicara denganmu saat ini. Ketika seseorang berbicara kepadamu, kau harus berusaha untuk melihat langsung ke orang itu."
Yukinoshita mengatakan itu dengan dingin sambil menarik kerah Zaimokuza, memaksanya untuk melihat ke arahnya secara langsung.
Memang. Yukinoshita sendiri memang tidak memiliki tata krama, tapi dia benar-benar menjengkelkan jika berhubungan dengan tata krama yang dimiliki orang lain. Ini membuatku selalu berusaha meyakinkan diriku sendiri apakah aku sudah menyapanya dengan benar setiapkali aku bertemu dengannya di ruangan Klub.
Ketika Yukinoshita melepaskan kerah Zaimokuza, dia mulai pura-pura batuk. Ini bukanlah momen yang tepat baginya untuk terus berhalusinasi.
"...M-Mwahaha...Dengan seizin Jove..."
"Juga, berhenti berbicara seperti itu lagi."
"....."
Yukinoshita membuatnya terdiam, dan Zaimokuza yang terdiam itu hanya bisa melihat ke arah tanah.
"Kenapa kau memakai mantel di musim yang seperti ini?"
"...H-Hmph. Jubah ini, adalah salah satu equipment unikku, melindungiku dari energi iblis yang ada di dunia ini. Setiap kali aku berenkarnasi ke dunia ini, mantel inilah yang membuatku bisa memilih bentuk apa yang kuinginkan. Fuwahahaha!"
"Berhentilah berbicara seperti itu."
"Ah, oke..."
"Jadi, mengapa kau memakai sarung tangan yang model tanpa jari? Apakah ada tujuan tertentu? Itu tidak akan melindungi jari-jarimu."
"...Ah, ya. Umm...Ini adalah peninggalan reinkarnasiku yang sebelumnya, dan bersama-sama mantelku, mereka juga termasuk equipment koleksiku. Sarung tangan spesial ini bisa mengeluarkan berlian, jadi agar aku bisa dengan mudah menggunakan kekuatannya dalam pertempuran, aku harus membiarkan jariku terbuka seperti ini...Seperti itulah! Fuwahahaha!"
"Kau berbicara itu lagi."
"Hahaha! Hahaha...Hah..."
Zaimokuza yang awalnya tertawa angkuh, kini berubah menjadi tawa tangis. Kemudian, dia terdiam kembali.
Mungkin Yukinoshita merasa kasihan melihat kondisi orang di depannya itu, tapi...Yukinoshita tiba-tiba merubah ekspresinya, menjadi lebih lembut seperti biasanya.
"Dengan kata lain, kusimpulkan kalau kau ingin penyakit ini disembuhkan?"
"...Ah, ini sebenarnya bukanlah penyakit..."
Zaimokuza, yang masih tidak bisa melihat langsung ke mata Yukinoshita, menjawabnya dengan suara yang lemah. Dia lalu hanya berani menatap ke arahku saja dengan ekspresi wajah yang putus asa.
Dia sudah kembali ke dirinya yang biasanya.
Sepertinya, Zaimokuza tidak bisa berhalusinasi lagi ketika Yukinoshita terus menatapnya.
Ugh! Aku tidak tahan melihatnya yang seperti ini! Zaimokuza sangat kasihan sekali. Membuatku serasa ingin mengembalikan suasananya.
Kuputuskan kalau langkah pertama adalah memisahkan Zaimokuza dan Yukinoshita, karena itulah aku mulai melangkah untuk berdiri diantara mereka...Tapi aku merasa seperti menginjak sesuatu.
Ada kertas-kertas yang beterbangan oleh tiupan angin sebelumnya.
Ketika kuambil, aku melihat banyak sekali tulisan kanji yang sulit untuk dibaca. Kertas-kertas ini benar-benar mencuri perhatianku.
"Ini kan..."
Kulihat dengan cermat tiap halaman kertas-kertas ini. Halaman semacam ini, empat puluh dua huruf dan ada tiga puluh empat baris, berserakan di lantai ruangan ini. Kuambil kertas-kertas itu satu-persatu dan mulai mengurutkannya sesuai halaman.
"Hmm, seperti dugaanku...Aku tidak perlu mengatakan sesuatu agar kau menyadarinya. Itu adalah bukti tentang bagaimana perjuangan kita dalam menghadapi berbagai cobaan."
Zaimokuza mengatakannya dengan penuh emosi, tapi kuputuskan untuk tidak mempedulikannya. Yuigahama lalu melihat kertas-kertas yang ada di tanganku.
"Apa itu?"
Kuberikan tumpukan kertas itu dan dia mulai membolak-balik halamannya, memeriksa isinya. Aku hampir bisa melihat tanda tanya sedang mengambang di atas kepalanya setiap kali dia berusaha membaca halaman tersebut, dia akhirnya menarik napas dalam-dalam dan memberikan kembali kertas tersebut kepadaku.
"Apa ini?"
"Kalau tidak salah...Ini semacam tulisan novel."
Merespon kata-kataku, Zaimokuza lalu pura-pura batuk seperti hendak mereset topik kali ini.
"Aku berterimakasih atas pengamatanmu yang dalam itu. Memang, itu adalah manuskrip light novel. Aku berencana untuk ikut kompetisi penulis novel, tapi karena aku tidak punya teman, maka aku tidak punya seorangpun untuk dimintai pendapat. Jika bisa, tolong novelku dibaca."
"Entah mengapa, aku merasa ada yang menyedihkan di balik semua ini."
Kau bisa mengatakan kalau keinginan untuk menjadi penulis light novel adalah gejala normal bagi pengidap chuunibyou. Sangat normal bagi mereka untuk membawa imajinasinya menjadi hidup. Dan tidak aneh bagi pengidap imajinasi berlebihan itu untuk mempercayai kalau mereka mampu menjadi penulis novel yang bagus. Tentunya, akan sangat menyenangkan jika kau bisa memperoleh uang dari sesuatu yang kau sukai.
Jadi jika Zaimokuza ingin menjadi penulis light novel, maka itu adalah hal yang wajar.
Datang sejauh ini untuk menunjukkan hasil karyanya ke kami, dengan kata lain, ini tidaklah wajar.
"Ada beberapa situs dimana kau bisa menaruh karya-karya semacam ini dan meminta pendapat pembacanya, jadi kenapa kau tidak mencoba itu?"
"Tidak ada gunanya, komentar mereka pedas-pedas. Kritiknya terlalu banyak. Aku mungkin saja tewas ketika membaca kritik mereka."
...Cupu sekali.
Tapi memang, komentar-komentar dari netizen memang sering tanpa ampun dan blak-blakan. Mereka mengatakan apa yang mereka pikirkan, dimana temanmu sendiri pasti masih akan mempertimbangkan perasaanmu dan akan mengatakan hal-hal yang akan membuatmu semangat.
Singkatnya, jika mempertimbangkan hubungan kami dengan Zaimokuza, maka kami harusnya tidak akan terlalu membuatnya tertekan. Akan sangat sulit mengkritik tajam seseorang ketika kau melihat langsung kedua mata orang tersebut. Mungkin kita akan memberi komentar yang halus kepadanya. Tapi itu dalam situasi normal, masalahnya...
"Tapi..."
Akupun menoleh ke sampingku dan mengembuskan napasku. Kedua mataku bertemu dengan kedua mata Yukinoshita; dia menatapku dengan tatapan penuh tanda tanya.
"Yukinoshita mungkin akan lebih kasar daripada netizen, tahu tidak?"
"Tapi aku sendiri tidak sedang berusaha memancingmu..."
"Kau menjijikkan..."
"Yuigahama, hati-hatilah dalam berbicara. Kau mungkin bisa bunuh diri jika tidak hati-hati."
Yukinoshita lalu mengembuskan napasnya, dan melihat ke arahku dan Zaimokuza.
"Dengan kata lain, Hikigaya-kun ini selevel dengan yang disana. Itulah alasannya mengapa dia tahu banyak tentang Sang Ahli Pedang atau entah apa itu."
"Tidak tidak tidak, apa yang baru saja kau katakan Nona Yukinoshita? Tentu itu tidak benar, Nona Yukinoshita. Tentu aku punya alasan yang logis mengapa aku tahu banyak...Itu karena aku belajar sejarah Jepang, tahu tidak? Itu karena aku juga bermain game Ambisi Nobunaga, tahu tidak?"
"Baiklah..."
Yukinoshita masih menatapku dengan ragu. Sepertinya aku akan terus menjadi tersangka sampai aku terbukti benar-benar tidak bersalah.
Tapi aku tidak menyerah begitu saja. Aku tidak sama dengan Zaimokuza, jadi aku bisa menatap langsung ke arah Yukinoshita dengan ekspresi penuh percaya diri. Tentunya, karena apa yang dia katakan tidaklah benar:
Memang benar, aku tidaklah sama dengan Zaimokuza..Lagi.
Nama "Hachiman" sendiri memang tidak wajar, jadi ketika aku masih kecil dulu, aku sering berpikir apakah mungkin kalau diriku ini adalah orang yang spesial. Aku juga menyukai anime dan manga, jadi sangat wajar jika aku memiliki delusi semacam itu.
Setiap aku tiduran di atas futon, aku akan berpura-pura memiliki kekuatan yang tersembunyi, dan suatu hari nanti, kekuatan itu akan bangkit. Ketika hari itu tiba, aku akan terlibat dalam pertempuran yang menentukan nasib dunia ini. Untuk mempersiapkan kedatangan hari itu, aku menuliskan diary roh tentang cerita sehari-hariku, dan aku bahkan menulis laporan rutin setiap tiga bulan ke Pemerintah. Setiap orang disini pasti melakukan itu, benar tidak?...Pasti seperti itu kan...?
"...Well, bagaimana ya...? Dulu, mungkin kita bisa dikatakan sama, tapi sekarang kita benar-benar berbeda."
"Hmm, entah kalau itu ya..."
Yukinoshita hanya tersenyum kecil ke arahku dan berjalan meninggalkanku, dia ternyata menuju ke arah Zaimokuza.
Melihat dirinya yang berjalan menjauhiku, terlintas sebuah pikiran di kepalaku:
Benarkah saat ini aku berbeda dengan Zaimokuza?
Jawabannya "so pasti benar".
Aku sudah tidak berhalusinasi di siang bolong, dan aku tidak menulis diary roh ataupun laporan ke Pemerintah. Satu-satunya laporan yang kutulis belakangan ini adalah "Daftar orang yang paling kubenci". Secara otomatis, peringkat pertama dalam daftar itu adalah Yukinoshita.
Aku sudah tidak bermain Gunpla sambil membuat suara efek dengan mulutku lagi, aku juga tidak bermain dengan jepitan jemuran lagi untuk membuat robot-robotan. Juga aku sudah tidak lagi memakai karet gelang dan alumunium foil untuk membuat senjata. Dan aku juga sudah tidak lagi cosplay menggunakan mantel ayahku dan syal bulu milik ibuku.
Aku berbeda dengan Zaimokuza.
Ketika aku sudah mencapai kesimpulan itu, Yukinoshita sudah berdiri di depan Zaimokuza. Yuigahama sendiri mulai berteriak kencang.
"Yukinon, cepat kabur!"
Ugh, pria yang sangat malang...
"Kupikir aku mengerti sekarang. Kau kesini mencari pertolongan kami untuk menyembuhkan penyakitmu, benar?"
"...Hachiman. Aku kesini untuk memohon kebijaksanaanmu untuk mengabulkan keinginanku. Sebuah keinginan yang mengakomodasi keegoisanku."
Zaimokuza berusaha menghindari tatapan Yukinoshita dan melihat ke arahku. Dia jelas-jelas berusaha menghindari tatapan orang pertama dan mengganti ke tatapan "kita" seketika...Sebenarnya, orang ini bingung atau bagaimana?
Aku lalu menyadari sesuatu. Orang ini...Setiap kali Yukinoshita berbicara kepadanya, dia langsung menoleh ke arahku.
Well, bukannya aku tidak mau bersimpati...Sebelum aku tahu seperti apa Yukinoshita, wajahku selalu memerah setiap kali dia berbicara kepadaku. Dulu, aku tidak bisa menatap langsung ke arahnya.
Tapi Yukinoshita tidak sensitif seperti orang-orang kebanyakan, dan dia bukanlah tipe orang yang peduli dengan keanehan para pria yang seperti itu kepadanya.
"Akulah yang sedang berbicara denganmu saat ini. Ketika seseorang berbicara kepadamu, kau harus berusaha untuk melihat langsung ke orang itu."
Yukinoshita mengatakan itu dengan dingin sambil menarik kerah Zaimokuza, memaksanya untuk melihat ke arahnya secara langsung.
Memang. Yukinoshita sendiri memang tidak memiliki tata krama, tapi dia benar-benar menjengkelkan jika berhubungan dengan tata krama yang dimiliki orang lain. Ini membuatku selalu berusaha meyakinkan diriku sendiri apakah aku sudah menyapanya dengan benar setiapkali aku bertemu dengannya di ruangan Klub.
Ketika Yukinoshita melepaskan kerah Zaimokuza, dia mulai pura-pura batuk. Ini bukanlah momen yang tepat baginya untuk terus berhalusinasi.
"...M-Mwahaha...Dengan seizin Jove..."
"Juga, berhenti berbicara seperti itu lagi."
"....."
Yukinoshita membuatnya terdiam, dan Zaimokuza yang terdiam itu hanya bisa melihat ke arah tanah.
"Kenapa kau memakai mantel di musim yang seperti ini?"
"...H-Hmph. Jubah ini, adalah salah satu equipment unikku, melindungiku dari energi iblis yang ada di dunia ini. Setiap kali aku berenkarnasi ke dunia ini, mantel inilah yang membuatku bisa memilih bentuk apa yang kuinginkan. Fuwahahaha!"
"Berhentilah berbicara seperti itu."
"Ah, oke..."
"Jadi, mengapa kau memakai sarung tangan yang model tanpa jari? Apakah ada tujuan tertentu? Itu tidak akan melindungi jari-jarimu."
"...Ah, ya. Umm...Ini adalah peninggalan reinkarnasiku yang sebelumnya, dan bersama-sama mantelku, mereka juga termasuk equipment koleksiku. Sarung tangan spesial ini bisa mengeluarkan berlian, jadi agar aku bisa dengan mudah menggunakan kekuatannya dalam pertempuran, aku harus membiarkan jariku terbuka seperti ini...Seperti itulah! Fuwahahaha!"
"Kau berbicara itu lagi."
"Hahaha! Hahaha...Hah..."
Zaimokuza yang awalnya tertawa angkuh, kini berubah menjadi tawa tangis. Kemudian, dia terdiam kembali.
Mungkin Yukinoshita merasa kasihan melihat kondisi orang di depannya itu, tapi...Yukinoshita tiba-tiba merubah ekspresinya, menjadi lebih lembut seperti biasanya.
"Dengan kata lain, kusimpulkan kalau kau ingin penyakit ini disembuhkan?"
"...Ah, ini sebenarnya bukanlah penyakit..."
Zaimokuza, yang masih tidak bisa melihat langsung ke mata Yukinoshita, menjawabnya dengan suara yang lemah. Dia lalu hanya berani menatap ke arahku saja dengan ekspresi wajah yang putus asa.
Dia sudah kembali ke dirinya yang biasanya.
Sepertinya, Zaimokuza tidak bisa berhalusinasi lagi ketika Yukinoshita terus menatapnya.
Ugh! Aku tidak tahan melihatnya yang seperti ini! Zaimokuza sangat kasihan sekali. Membuatku serasa ingin mengembalikan suasananya.
Kuputuskan kalau langkah pertama adalah memisahkan Zaimokuza dan Yukinoshita, karena itulah aku mulai melangkah untuk berdiri diantara mereka...Tapi aku merasa seperti menginjak sesuatu.
Ada kertas-kertas yang beterbangan oleh tiupan angin sebelumnya.
Ketika kuambil, aku melihat banyak sekali tulisan kanji yang sulit untuk dibaca. Kertas-kertas ini benar-benar mencuri perhatianku.
"Ini kan..."
Kulihat dengan cermat tiap halaman kertas-kertas ini. Halaman semacam ini, empat puluh dua huruf dan ada tiga puluh empat baris, berserakan di lantai ruangan ini. Kuambil kertas-kertas itu satu-persatu dan mulai mengurutkannya sesuai halaman.
"Hmm, seperti dugaanku...Aku tidak perlu mengatakan sesuatu agar kau menyadarinya. Itu adalah bukti tentang bagaimana perjuangan kita dalam menghadapi berbagai cobaan."
Zaimokuza mengatakannya dengan penuh emosi, tapi kuputuskan untuk tidak mempedulikannya. Yuigahama lalu melihat kertas-kertas yang ada di tanganku.
"Apa itu?"
Kuberikan tumpukan kertas itu dan dia mulai membolak-balik halamannya, memeriksa isinya. Aku hampir bisa melihat tanda tanya sedang mengambang di atas kepalanya setiap kali dia berusaha membaca halaman tersebut, dia akhirnya menarik napas dalam-dalam dan memberikan kembali kertas tersebut kepadaku.
"Apa ini?"
"Kalau tidak salah...Ini semacam tulisan novel."
Merespon kata-kataku, Zaimokuza lalu pura-pura batuk seperti hendak mereset topik kali ini.
"Aku berterimakasih atas pengamatanmu yang dalam itu. Memang, itu adalah manuskrip light novel. Aku berencana untuk ikut kompetisi penulis novel, tapi karena aku tidak punya teman, maka aku tidak punya seorangpun untuk dimintai pendapat. Jika bisa, tolong novelku dibaca."
"Entah mengapa, aku merasa ada yang menyedihkan di balik semua ini."
Kau bisa mengatakan kalau keinginan untuk menjadi penulis light novel adalah gejala normal bagi pengidap chuunibyou. Sangat normal bagi mereka untuk membawa imajinasinya menjadi hidup. Dan tidak aneh bagi pengidap imajinasi berlebihan itu untuk mempercayai kalau mereka mampu menjadi penulis novel yang bagus. Tentunya, akan sangat menyenangkan jika kau bisa memperoleh uang dari sesuatu yang kau sukai.
Jadi jika Zaimokuza ingin menjadi penulis light novel, maka itu adalah hal yang wajar.
Datang sejauh ini untuk menunjukkan hasil karyanya ke kami, dengan kata lain, ini tidaklah wajar.
"Ada beberapa situs dimana kau bisa menaruh karya-karya semacam ini dan meminta pendapat pembacanya, jadi kenapa kau tidak mencoba itu?"
"Tidak ada gunanya, komentar mereka pedas-pedas. Kritiknya terlalu banyak. Aku mungkin saja tewas ketika membaca kritik mereka."
...Cupu sekali.
Tapi memang, komentar-komentar dari netizen memang sering tanpa ampun dan blak-blakan. Mereka mengatakan apa yang mereka pikirkan, dimana temanmu sendiri pasti masih akan mempertimbangkan perasaanmu dan akan mengatakan hal-hal yang akan membuatmu semangat.
Singkatnya, jika mempertimbangkan hubungan kami dengan Zaimokuza, maka kami harusnya tidak akan terlalu membuatnya tertekan. Akan sangat sulit mengkritik tajam seseorang ketika kau melihat langsung kedua mata orang tersebut. Mungkin kita akan memberi komentar yang halus kepadanya. Tapi itu dalam situasi normal, masalahnya...
"Tapi..."
Akupun menoleh ke sampingku dan mengembuskan napasku. Kedua mataku bertemu dengan kedua mata Yukinoshita; dia menatapku dengan tatapan penuh tanda tanya.
"Yukinoshita mungkin akan lebih kasar daripada netizen, tahu tidak?"
x Chapter V Part 1 | END x
Yui bohong dengan mengatakan ada di Klub Relawan sepulang sekolah karena ada waktu luang. Di vol 1 chapter 4 Miura jelas-jelas mengatakan kalau Yui jarang hangout bersama mereka. Artinya, Yui sepulang sekolah berada di Klub Relawan dengan tujuan tertentu.
Kita semua tahu apa "tujuannya".
.............
Yukino sebenarnya berbohong mengatakan jarang makan ramen. Sebenarnya dia tidak pernah memakan ramen. Ramen bersama Hachiman dan Hiratsuka-sensei di Kyoto adalah ramen pertamanya.
.............
Sebenarnya, kesimpulan Hachiman kalau mayoritas siswa SMA tidak akan melakukan kuis ultra trans Chiba terbantahkan di vol 7.5 special. Hachiman, Yukino, Yui, Totsuka, Komachi, Zaimokuza, dan Hiratsuka-sensei memainkan kuis tersebut di arena arcade.
..............
Yukino yang berada #1 orang paling dibenci, nantinya akan berada di #1 orang yang paling...Ehemm.
Ada daftar lainnya, yaitu orang yang paling tidak ingin ditemui, #1 adalah Orimoto Kaori, vol 8 chapter 3.
.............
Kaori-chan...
...........
Hachiman bohong dengan mengatakan awalnya berkenalan dengan Yukino dirinya sulit untuk menatap langsung ke arahnya karena malu-malu. Faktanya, Hachiman menggambarkan dengan detail Yukinoshita seperti apa sejak pertemuan pertamanya. Dalam setiap monolognya, dia selalu menatap ke arah Yukinoshita tanpa adanya perasaan malu-malu.
............
Kalau kita jeli, anggapan Hachiman kalau dia sudah sembuh dari chuunibyou adalah halusinasi dan peran yang dia mainkan. Hachiman berpikir kalau dirinya penyendiri, tidak punya teman, faktanya dia punya Zaimokuza dan Totsuka.
Hachiman berpikir kalau Yui dan Ebina adalah nice girl dan sumber salah paham. Faktanya, Hachiman tahu kalau Yui dan Ebina benar-benar menyukainya, dan tetap menggantung cinta mereka.
Halusinasi Hachiman saat inilah yang membuatnya tetap menjadi chuunibyou.
Hmm, harus saya akui gaya penulisan Watari kali ini sangat bagus sekali.
...........
Tentu saja Yukino terkejut kalau Hachiman tahu banyak soal karya sastra dan sejarah, karena pria medioker yang di depannya ternyata kutu buku.
...........
Cermati respon Hachiman ketika Yukino berbisik kepadanya. Yukino #1 orang yang paling dia benci? Gombal.
...........
Cermati respon Hachiman ketika Yukino berbisik kepadanya. Yukino #1 orang yang paling dia benci? Gombal.
Lanjut
BalasHapusbagian menarik, adala bagian analisis,,, mantul min
BalasHapus