x x x
Akhir dari Festival Budaya, menandai dimulainya musim gugur.
Langit yang terbentang tinggi dan angin yang bertiup pelan terasa lebih dingin dari biasanya.
Lorong gedung yang menuju gedung khusus terlihat sepi dari orang-orang. Terasa agak dingin dan aku mencoba membetulkan blazer yang kupakai. Hanya suara langkah kakiku yang kudengar di tengah kesunyian ini.
Di sekolah kami, musim gugur adalah musim dimana terjadi banyak kesibukan.
Setelah Festival Budaya akan ada Festival Olahraga, lalu setelah itu ada Darmawisata.
Sebagai siswa kelas dua, jadwal kegiatan musim gugur kami secara keseluruhan akan sangat padat. Ketiga event di atas bagaikan bagian dari kegiatan terbesar dalam masa muda seseorang.
Mungkin karena itulah setiap tahunnya, seluruh organisasi siswa yang ada di sekolah, merasa antusias menyambutnya.
Siswa SMA pada dasarnya terlihat sebagai individu yang bersemangat tinggi. Dan memberikan event seperti di atas, membuat semangat mereka semakin menggelora. Festival Budaya adalah tempat dimana seluruh siswa bersatu (mereka, bukan aku), Festival Olahraga adalah tempat dimana musuh dan teman berkompetisi (mereka, bukan aku), dan Darmawisata adalah tempat dimana teman-teman dekat berkumpul (mereka, bukan aku), dimana mereka melakukannya untuk mengisi masa mudanya yang cerah. Melihatku mengatakan "mereka,bukan aku" secara konsisten, mengingatkanku akan sisi hitam dan putih dari es krim. Aku yakin kalau bersatu menjadi milkshake akan menjadi sangat enak.
Aku tiba di depan ruangan klub, sebenarnya aku tidak mencium aroma yang mencolok, tetapi ketika membuka pintu klub, aku mencium aroma yang wangi.
"Oh, Hikki, yahallo!"
Kedatanganku disambut lambaian tangan yang penuh semangat disertai gerakan kecil dari rambutnya yang bermodel sanggul.
Itu adalah Yuigahama Yui. Kami sekelas dan juga anggota Klub Relawan. Penampilannya mencerminkan gadis SMA yang sporty pada umumnya. Normalnya, dia harusnya bukanlah tipe yang akan berbicara denganku seperti itu, namun sebelum kusadari itu, dia sepertinya sudah nyaman dengan situasi klub seperti berada di rumahnya sendiri. Sikapnya tadi seperti sikap seekor Anjing atau bisa juga Rakun.
Di depannya, ada meja dengan berbagai Snack terhampar di atasnya. Sepertinya, dia sedang menikmati waktu minum teh seusai jam sekolah.
Uap panas muncul dari Mug miliknya. Nampaknya, Cangkir teh yang kosong di sebelahnya juga akan terisi air teh.
Gadis yang memiliki rambut hitam dan panjang, tampak menuangkan air teh dari tekonya dengan menggunakan jari tangannya yang ramping. Wajahnya terpantul di porselen putih tekonya, air teh yang dituangnya berwarna kemerahan karena bercampur cahaya dari matahari yang sedang tenggelam.
Aku sebenarnya tidak begitu paham tentang tata krama formal, tetapi dia, Yukinoshita Yukino, telah menunjukkannya dengan baik seakan-akan jika seseorang memberitahuku kalau dirinya berasal dari kalangan atas, aku akan langsung percaya akan hal itu.
Setelah selesai mempersiapkan teh, dia duduk di tempat duduknya.
"Baiklah, silakan dinikmati,"
Yuigahama bertepuk tangan."Terima kasih atas makanannya."
"Silakan."
Mereka seperti sedang bermain rumah-rumahan. Aku sebenarnya ingin menjahili mereka, tetapi suasana keduanya terlihat seperti sebuah lukisan seni yang layak untuk disimpan. Jika kau bertanya apa yang sebenarnya tidak perlu ada di ruangan ini, tanpa ragu 'itu aku!'.
Mungkin itu alasannya mengapa jumlah snack dan gelas yang ada di meja tidak mencukupi untuk diberikan kepadaku. Bisakah kita, melupakan masalah tentang bagianku? Mengingatkanku ketika aku berkerja paruh waktu sebagai staff konser dan ketika jam makan siang hanya diriku yang memegang kotak makan siang tanpa sumpit. Kupikir itulah saatnya dimana aku harus mencoba cara makan seperti orang India. Tentu saja, ada swalayan di dekat situ, tetapi... Sial kau, manager.
"Oh, bagiannya Hikki..."kata Yuigahama, setelah meminum tehnya dan nampaknya juga sedang mengunyah muffin.
Yukinoshita nampaknya menyadari hal itu dan dengan lembut menaruh cangkir tehnya ke piring cawan. Dia memeriksa daerah sekitar meja. Meski begitu, gelas ekstra tidak akan muncul begitu saja di meja.
Tetapi aku tidak benar-benar butuh kepedulian mereka. Penyendiri akan selalu siap sedia, dimanapun dan kapanpun. Lagipula, tidak akan ada yang peduli dengan penyendiri.
"Tidak apa-apa, aku sudah membawa minum sendiri."
Aku mengambil sebuah minuman yang nampak berbahaya dari tampilan kemasan berwarna kuning dan hitam dari tasku. Jika kau meminumnya dan beraktivitas, maka kau akan selalu berada di stamina klimaks. Oleh karena itu, kita memanggilnya MAX COFFEE. Mungkin kau tidak akan sadar minumannya sudah habis karena enak, bahkan sebelum mencapai klimaks.
Ketika aku duduk di tempatku, aku membuka penutup dari MacCan (sebutanku ke kaleng MAX COFFEE). Aku sangat suka meminumnya dalam kondisi hangat karena rasa manisnya terasa lebih pas dan menggigit. Dengan memiliki takaran gula yang pas, aku tidak akan heran kalau ternyata minuman ini adalah standard minuman pasukan bela diri Jepang.
Ada musibah? Bawa MAX COFFEE. Silakan bawa satu ketika kau ke gunung.
Sesudah masing-masing memiliki minum, Yukinoshita tiba-tiba mengeluarkan laptop.
Aku bisa paham mengapa dia membawa laptop di Panitia Festival Budaya, tetapi aku tidak tahu apa alasannya membawanya kali ini.
Ketika kepalaku penuh dengan tanda tanya, Yuigahama nampaknya juga tertarik melihatnya sambil mengunyah muffin dan memandang sejenak ke arah tangan Yukinoshita.
"Hey Yukinon, apa itu?"
"Hiratsuka-sensei memintaku untuk membawanya dan memberi tugas baru bagi aktivitas Klub kita..." Yukinoshita menjawabnya sambil menunggu laptopnya menyala. Nampaknya dia juga tidak tahu apa tugas yang diberikan kepadanya.
Laptopnya terlihat seperti model lama karena membutuhkan waktu lama untuk menyalakannya. Sementara itu, Yukinoshita melakukan kebiasaannya menaruh tangannya di dagu seperti sedang berpikir sembari menatap layar laptop.
Aku dan Yuigahama melihat ke arah layar laptop dari belakang tempat duduknya. Ketika menyala, hanya ada satu file dengan tulisan "Baca aku!" di desktop.
Selain tulisan itu, tidak ada file atau tulisan lainnya yang berhubungan dengan Klub. Yukinoshita menggeser kursornya ke arah file tersebut dan klik filenya.
Tuan-Tuan dan Nyonya-Nyonya dari Klub Relawan,
Aktivitas baru klub kalian adalah mengurusi konsultasi masalah via
e-mail.
Kami menamainya, "E-mail Konsultasi Masalah Kota Chiba"
Aku ingin kalian semuanya berusaha menyelesaikan masalah yang
dikonsultasikan di e-mail.
Guru Pembina Klub Relawan - Hiratsuka Shizuka
Setelah selesai membaca instruksi yang tertulis, kami menyikapi hal tersebut secara berbeda-beda.
"...Oh, ternyata begini. Kita hanya perlu membalas e-mail konstultasi tersebut dengan saran-saran yang diperlukan. Tetapi, apakah kita akan sering menerima e-mail tersebut?"
Yukinoshita nampak lebih perhatian ke sistem daripada aktivitasnya, dan dia melihat instruksinya berulang-ulang.
Di lain pihak, Yui membuka matanya lebar-lebar. "Apa cuma aku saja yang merasa kalau Hiratsuka-sensei selalu perhatian seperti ini?"
Dan begitulah Yuigahama. Ternyata begitulah responnya. Apa-apaan itu, aku seperti ingin mengatakan kalau begitulah cara berpikir Gahama-san kita.
"Tidak juga, dia biasanya memang menerima konsultasi via e-mail. Hanya aku kaget karena tidak biasanya dia memberikannya ke kita."
"Oh, ok." Yuigahama berpikir dan mengedipkan matanya kepadaku dua kali.
Aku nampaknya mulai paham reaksinya. Ketika Sensei di sekitar sini, dia akan bersikap agak kasar, atau seperti Helikopter Apache, atau seperti tokoh Abaranger...Namun intinya, dia menunjukkan nilai rendah di perhatian, formalitas, sisi manis, dan kejujuran sebagai seorang guru...
"Ya itu seperti menunjukkan sisi yang dewasa dari dirinya," kataku.
Baik Yukinoshita dan Yuigahama menatapku dengan mata penuh curiga.
"...Sepertinya kau cukup terbiasa mengirim dan menerima e-mail dari Hiratsuka-sensei." Yukinoshita mengatakannya dengan suara dingin. Dia menyilangkan tangannya di dada dan menatapku tajam. Kurasa tidak ada yang berlebihan dari sikapku tadi.
"Daripada disebut saling mengirim, kebanyakan aku hanya menerimanya saja. Seperti mengirim balasan ke Majalah, Amazon, atau Mac. Semenjak itu, aku selalu mendapatkan e-mail aneh yang panjang darinya."
"...Begitukah? Sebenarnya bukannya aku ingin tahu lebih dalam sih." jawab Yukinoshita. Dia mengalihkan pandangannya ke laptopnya lagi, tetapi cara dia mengetik huruf nampaknya penuh dengan emosi. Dan setelahnya, ada suara kecil terdengar dari belakang.
"E-mail panjang... Oh sepertinya aku punya sesuatu yang ingin kudiskusikan dengannya."
Kau sangat menakutkan ketika berbisik seperti itu, Yuigahama-san... Maksudku, aku sangat ingin tahu bagaimana cara menghindari mendapat e-mail seperti itu. Tetapi ketika aku tidak membalasnya, dia akan langsung menelpon Handphoneku.
Aku menemukan ide jahil untuk mengirim e-mail konsultasi ke laptop itu sampai Yukinoshita berhenti mengetik di laptop.
"Kita sudah menerima sebuah e-mail."
"Oh wow, benarkah kita dapat e-mail? Mari kita lihat apa isinya..."
Yuigahama berdiri di belakang Yukinoshita dan memeluk bahunya. Sekali lagi, aku seperti tidak tahu harus berkata apa-apa ketika ada gadis secara alami memeluk seperti itu.
"...Berat sekali," Yukinoshita mengeluh.
Apanya yang berat, hmm? Meskipun aku penasaran akan jawabannya, aku mungkin akan babak belur jika bertanya hal itu, jadi kuputuskan untuk tidak membahasnya dan bertanya hal lain, "E-mail semacam apa yang kita dapatkan?"
"Umm...Ada seseorang dengan nama pengirim 'Homooo-san'...Dan apa-apaan dengan emotikon senyum ini?"
Baiklah, aku sudah tahu siapa pengirimnya.
"Kau lebih baik tidak membaca isinya," saranku.
Yukinoshita nampaknya memiliki opini yang sama denganku dan menaruh tangannya di keningnya seperti sedang mendapatkan sakit kepala. "Benar, nampaknya aku sudah tahu isi e-mailnya tentang apa..."
"K-Kita setidaknya harus membacanya! Ayolah, biar aku saja yang baca ya?"
Yuigahama memegang lengan Yukinoshita. Meskipun dia sepertinya cukup terganggu, nampaknya dia tidak bisa begitu keras ketika ada seseorang yang bersikap seperti anjing kecil di sampingnya. Dia meminggirkan tangan Yuigahama dan setelah itu, dia berkata, "Aku mengerti, jangan dorong-dorong seperti itu. Kita akan membacanya sekali ini saja, hanya sekali ini..."
"Kalau begitu, aku akan membacanya!"
Yuigahama memulai membaca e-mailnya sedangkan Yukinoshita membetulkan posisi duduknya.
Dia sangat lembut ke Yuigahama. Apa aku sedang membaca seri komik yang berjudul Tuan Putri atau semacamnya? Ketika aku menatap keduanya yang sedang memuaskan pandangan masing-masing dalam hubungan Yuru Yuri, Yuigahama membaca e-mailnya dengan keras.
[Konsultasi Homooo-san]
Setelah Festival Budaya, pikiranku dipenuhi fantasi kedua pria di kelasku (H-kun dan H-kun).
Aku sangat ingin tahu bagaimana mereka melihat pasangan mereka masing-masing! HxH sangat pas! Sangat-sangat cocok, kujamin itu! Yeah, dan memang seharusnya seperti itu, tolong lakukan lebih intens.
Aku selalu berpikir akan sangat baik kalau keduanya berteman lebih akrab, tetapi aku selalu berpikir mereka sekarang sedang menjaga jarak satu sama lain. Menurutmu, siapa duluan yang seharusnya lebih dulu berinisiatif?
Ngomong-ngomong, apa yang sebenarnya orang ini pikirkan...? Siapa sebenarnya HxH? Hunter x Hunter?
Aku memegangi kepalaku sambil berpikir sedangkan Yuigahama tersenyum kecut. Yukinoshita malah tidak mendengarkan sama sekali dan terus melanjutkan membaca bukunya. Aku menghargai simpatimu untuk tidak terlibat hal seperti ini, tetapi apakah itu tidak berlebihan?
Dengan Yukinoshita tidak mempedulikan e-mail itu, Yuigahama yang berada diantara diriku dan laptop, tampak sedang berpikir keras untuk mencari pendapat.
"Apa yang harus kita lakukan dengan ini...?"
Pertanyaan yang super. Dan sepertinya sedang menunggu jawaban dari anak laki-laki seperti diriku...
"Uh, kamu tidak akan dapat banyak hal dari bertanya kepadaku...Itu sepertinya bukan masalah siapa yang mendekati siapa dahulu, keduanya pertanyaan jebakan yang berujung neraka..."
"Bahkan mendengarkan e-mailnya saja seperti neraka..."
Dia nampaknya berbisik dengan penuh emosi, bukan...? Yukinoshita menutup bukunya dan menatap kami berdua.
"Jujur saja... apa kaupikir ada solusi untuk masalah ini?" tanya Yukinoshita.
"...Tidak. Maaf, Hikki." Yuigahama menjawab dan setelahnya meminta maaf kepadaku. Ada apa dengan atmosfer aneh ini...? Jangan meremehkanku!
"Sebenarnya, bisakah kalian berdua berhenti bersikap seolah-olah aku adalah salah satu dari HxH tadi?"
Aku memang sudah curiga dari tadi, tapi setidaknya aku sudah mengucapkan keberatanku. Tetapi Yuigahama memandangku dengan kurang puas. "Tetapi bukankah itu yang selalu dikatakan Hina, jadi..."
Jadi dia selalu memberitahumu, huh...? Kupikir aku bisa jadi orang populer apabila ketika aku tidak ada di sekitar mereka dan mereka membicarakanku, tetapi entah mengapa aku tidak menyukai pembicaraannya. Malahan, bukankah ini termasuk semacam gosip menyesatkan? Aku lebih suka menyebutnya gosip yang menyesatkan.
Yukino menaruh bookmark dan menutup bukunya.
"Tetapi sangat mustahil bagi Hikigaya-kun untuk bersama seseorang, jadi sebenarnya tidak ada masalah untuk dibahas."
Keduanya meminum kembali tehnya seakan-akan requestnya sudah terselesaikan.
Apa-apaan tadi? Aku tidak masalah mereka menolak anggapanku bahwa aku bukan si 'HxH', tapi sampai karakter diriku-pun mereka tolak.
"...Opini kalian menarik sekali, tetapi bagaimana selanjutnya? Bukankah kita harus reply, bukan?" tanyaku.
Yuigahama dan Yukinoshita menaruh tangannya di mulut dan berpikir.
"Oh, yeah...kita harus membalasnya semenjak Hikki yang meminta kita."
"Dalam hal ini, kami serahkan kepadamu, Hikigaya-kun."
"Kenapa mesti aku...?"
Memang masuk akal karena aku paling dekat ke laptop, tetapi apa-apaan ini dengan aturan 'yang bisa membuat orang pergi dari kotatsu, dapat jeruknya'? Apa kita sedang berada di rumahku?
Aku membuat tatapan penuh kekecewaan di mataku dan Yuigahama menambahkan,"O-Oh, aku tahu! Hikki, nilai pelajaran bahasamu kan bagus!"
"Kecuali Yukinoshita, nilainya lebih bagus dariku..."
Nilai terbaikku, adalah ranking 3 ujian Bahasa Jepang di Sobu tahun ini. Nomor satu adalah Yukinoshita. Sial, kenapa dia selalu berada di depanku di pelajaran yang seharusnya bisa kubanggakan nilainya, malah sekarang aku jadi terkesan kepadanya dari seharusnya frustasi.
Namun aku juga kecewa kenapa aku tidak frustasi dengan hasil itu. Karena setiap kita berbicara ke topik tentang ranking, menang dan kalah, dia selalu memberiku senyum penuh kemenangan.
Dan sekarang, Yukinoshita tersenyum kepadaku dengan menutup matanya. Dengan ekspresi santai, dia menggerakkan rambutnya ke pinggir, dan menatapku dengan penuh percaya diri.
"Hikigaya-kun, yang penting itu bukan rankingnya."
"Lalu, apa itu?" tanyaku.
"Ketulusan...Adalah hal yang tidak bisa kita harapkan darimu..." jawab Yukinoshita. Ekspresinya berubah menjadi penuh keragu-raguan dan dia menggerakkan alis matanya bersamaan.
Terlebih lagi, Yuigahama menyilangkan lengannya dan berkata.
"Kau termotivasi...? Atau tidak."
"Skill komunikasimu juga tidak perlu dipertanyakan lagi... Hey, apa sebenarnya skill unggulan yang kau miliki?"
"Jangan memiringkan kepalamu dan melihatku seperti aku makhluk paling misterius di dunia ini."
Sungguh menyebalkan melihat ekspresi manisnya yang penuh tanda tanya tadi...
Aku sebenarnya punya banyak keunggulan jika kau tahu, seperti diriku penuh dengan cinta kasih sebuah keluarga. Tetapi aku tidak bisa mengatakannya kepada mereka karena mereka telah melabeli diriku siscon...Oh, aku tahu. Sepertinya skill belajarku adalah keunggulan diriku. Tapi sekali lagi, karena aku pendiam, maka orang melihatnya sebagai 'negative learning ability'.
Aku berpikir keras di kepalaku sampai aku sadar bahwa aku sudah terlalu jauh merendahkan diriku sendiri. Untuk penyemangat, Yuigahama berkata, " Oh, aku tahu, aku tahu. Kamu terlihat mampu menulis esay dengan cepat!"
Yukinoshita mengangguk. "Itu benar. Karena dia malas untuk berusaha berpikir, dia menulisnya dengan cepat. Tangan Hikigaya-kun memang cepat. Apakah kamu senang akhirnya kita menemukan kelebihanmu?"
Aku tidak mampu membalasnya semenjak dia menutup kalimatnya dengan senyum manis.
"...Baiklah, oke, aku akan me-reply."
Sejujurnya, aku mungkin yang paling cocok untuk mereply dari kita bertiga. Yukinoshita sepertinya akan membalasnya dengan kata-kata agak kasar, sedang Yuigahama sepertinya akan mereply dengan kata-kata yang ringan.
Aku menarik laptop itu menuju arahku dan mulai menulis.
[Reply Klub Relawan]
Ini hanya asumsi kami saja, tetapi sudahkah kau memikirkan kembali ide dari "HxH" adalah sekedar imajinasimu saja?
Sebenarnya, tidak menutup kemungkinan kalau jawaban kami salah, tetapi kami ingin menunjukkan kemungkinan di atas kepadamu. Dengan hanya menjelaskan keinginanmu namun tidak menyertakan informasi detail di e-mailmu, tolong pertimbangkan bahwa jawaban yang bisa kami berikan di "E-mail Konsultasi Masalah Kota Chiba" sangat terbatas.
Aku menekan tombol enter dan mengirim kembali reply yang sempurna tadi seolah-olah jawaban itu berasal dari seorang psikiatris. Perasaan puas ini membuatku merasakan MAX COFFEE yang hangat terasa lebih enak.
Tepat ketika kupikir kita sudah menyelesaikan e-mail untuk hari ini, sebuah pengumuman muncul di layar.
"Sepertinya kita baru saja mendapatkan e-mail baru."
Yuigahama dan Yukinoshita nampaknya sedang mengisi ulang tehnya ketika aku memberitahu mereka.
"Oke, bacakan untuk kami, Hikki."
Laptopnya sebenarnya tidak berukuran besar, jadi daripada aku meminta mereka untuk kesini, mungkin memang lebih tepat kalau aku membacakannya untuk mereka.
"Mm. Nama pengirimnya adalah 'Kakakmu yang manis'."
Seketika aku membaca nama tersebut, Yukinoshita terdiam ketika hendak menuangkan tehnya.
"...Kau tidak perlu membaca e-mail itu."
Reaksinya sudah cukup memberiku informasi tentang siapa pengirimnya. Ya, dia adalah tipe orang yang akan melakukan hal ini...
"Tunggu dulu, kita juga bisa mendapatkan e-mail yang berasal dari luar sekolah juga?"
Bagaimana orang luar tahu tentang layanan e-mail ini? Aku berusaha memikirkannya. Yuigahama tidak mempedulikan sikapku sembari menatapku dan Yukinoshita bergantian, nampaknya dia tidak tahu siapa pengirimnya. Dia menggelengkan kepalanya dan bertepuk tangan.
"Oh! Itu dari Haruno-san?"
Benar sekali.
"Ini adalah hal yang pasti dia lakukan ketika tahu layanan e-mail kita. Kalau diingat lagi, harusnya kita tidak perlu heran kalau dia melakukannya..." kata Yukinoshita.
Ini sungguh menakutkan, jujur saja. Sebesar apa perhatiannya kepada adiknya? Juga, berapa banyak waktu luang yang dia punya?
"Ngomong-ngomong, mari kita coba lihat apa yang ditulisnya di e-mail."
[ Aku Adalah Kakakmu Yang Manis ]
Hyahallo! Dengar, dengar!
Belakangan ini, adikku sangat dingiiin kepadaku ><
Aku ingiiiiin kita bisa benar-benar akrab, jadi tolong lakukan sesuatu✰
Terima kasih bantuannya, Hikigaya-kun♥
" ... "
Yuigahama dan diriku diam tidak mengatakan sepatah kata. Dia bahkan menyebut namaku di request secara spesifik...
Sementara Yukinoshita mendengarkan, dia membalikkan halaman bukunya dengan penuh emosi.
"Sangat mustahil bagi kita untuk berdamai jika dia akan terus mengirimkan e-mail seperti itu. Dia harusnya membenahi dirinya sendiri dulu sebelum meminta orang lain berubah."
Itu adalah yang ditanyakan oleh pengirim tadi, jadi kita harusnya menjawab apa?
Aku menulis apa yang dia ingin katakan tadi. Tetapi kata-katanya tadi kupikir agak kasar, jadi aku memutuskan untuk menghaluskan sedikit kata-katanya agar terlihat beretika dan bersahabat. Lebih sedikit masalah yang kita ciptakan, lebih sederhana masalah yang muncul berikutnya. Ini sudah menjadi pekerjaan kita di Klub Relawan, bukan? Lakukan saranku ini di rumah, oke?
"Kurasa ini sudah cukup bagus..."
[Reply Klub Relawan]
Kami pikir alasan utama adanya perselisihan antara dirimu dan ketidaksukaan adikmu berawal dari salah paham akan perilakunya dan sikapmu yang selalu ingin tahu urusan orang. Kenapa kau tidak berpikir sejenak dan merenungi sikapmu selama ini kepada dirinya?
Ketika aku sedang memeriksa tulisanku di e-mail, Yuigahama tiba-tiba berdiri dan mendekatiku.
Aku bertanya kepadanya apakah dia membutuhkan sesuatu. Dia menutup mulutnya dengan jari telunjukknya dan mengedipkan sebelah matanya kepadaku.
Dia berada di sampingku, dan mendekatkan keyboard laptop tersebut ke dirinya. Setiap huruf yang dia ketik, rambut pinknya berkibar dan aku sepertinya mencium wangi bunga.
Ya ampun...Kau cukup dekat...
Aku secara spontan memundurkan kepalaku. Chiba terkenal akan melonnya, tetapi melon milikmu agak sedikit berbahaya di situasi ini.
Aku duduk dan mencoba mengintip apa yang ditulisnya. Sepertinya dia merencanakan untuk menambahkan beberapa kata di reply-nya.
Tadi itu sebenarnya apa yang dikatakan Yukinon, tetapi aku pikir dia yang sekarang sudah berubah menjadi lebih manis daripada sebelumnya, jadi kau tinggal bersabar sedikit saja.
Aku tersenyum kecil melihat tambahan akhir yang ditulisnya. Memang itu style dari Yuigahama. Tentu saja, aku tidak bisa membayangkan Haruno akan mengikuti sarannya.
Mengenai itu, aku memang merasa bahwa hubungan antara Yukinoshita dengan kakaknya yang sekarang memang agak lebih baik, meskipun itu cuma sedikit. Aku yakin Yuigahama juga bisa melihatnya.
Aku tidak tahu ke arah mana perubahan hubungan mereka. Aku sendiri belum tahu tentang apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka berdua dan mungkin aku tidak akan pernah tahu tentang hal itu. Karena itu, mungkin hanya jawaban ini yang bisa kita berikan atas e-mail tersebut.
Setelah Yuigahama memeriksa ulang balasannya, dia menaruh tangannya di pundakku.
Dengan sinyal itu, aku kirim e-mailnya.
Ketika tanda e-mail di layar berubah menjadi 0, muncul angka1 secara tiba-tiba di inbox. Kita menerima e-mail lainnya. Aku klik inboxnya dan membuka e-mailnya.
Yuigahama meninggikan suaranya.
"Oh hey, ini Yumiko."
E-mail tersebut jelas tertulis Yumiko✰ sebagai pengirimnya. Meski setelah namanya ada tulisan bintang, orang yang muncul di kepalaku adalah Miura.
"Dia menggunakan nama aslinya dalam e-mail juga...?"
"Yumiko memang orangnya cukup berani, jadi kupikir itu memang dirinya..." kata Yuigahama, sambil tertawa.
Itu adalah Ratu SMA Sobu. Perlindungan adalah hal yang tidak dibutuhkan baginya yang sudah menduduki rantai makanan paling atas di sekolah ini. Jika memang ada orang yang membuat masalah dengannya di sekolahnya, satu-satunya kandidat adalah siswa-siswa diluar normal seperti Yukinoshita, jadi kupikir tidak ada masalah dengan menulis namanya secara jelas.
Meski begitu, kupikir ini adalah hal yang kurang aman. Memang tidak masalah karena ini hanya skala SMA Sobu, tetapi terang-terangan mengenai identitas dirimu di internet adalah hal yang beresiko. Dulu pernah waktu SMP alamat e-mailku tersebar luas di internet seperti di situs kencan. Ketika aku menerima banyak sekali tawaran pertemanan akibat itu, aku ketakutan karena bisa saja identitas orang tersebut palsu. Itu sangat menakutkan bagiku.
Ini sebenarnya bukan masalahku, namun ada baiknya aku memberitahunya mengenai bahaya yang bisa terjadi padanya.
"Yuigahama. Kau sebaiknya beritahu Miura kalau berbahaya menggunakan nama asli di internet."
"Huh? Ini bukan masalah serius bukan?"
"Memang bukan masalah serius. Tetapi banyak masalah diluar sepengetahuannya yang akan terjadi jika dia terus seperti itu."
Itu hanya namaku. Itu hanya fotoku. Itu hanya kegiatanku saat itu. Mungkin itu adalah hal-hal yang tidak mereka anggap penting, tetapi coba kumpulkan semua itu, dan kita bisa dengan mudah untuk membuatnya menjadi sesuatu yang sangat serius.
Aku menjelaskan dengan singkat ke Yuigahama. Yukinoshita menutup bukunya sambil mengangguk mengakui apa yang kukatakan barusan. " Kau nampaknya sangat ahli dalam masalah manajemen resiko seperti yang kuduga. Sepertinya tidak begitu masalah seandainya teman sekelasmu mencoba membuat list kenalan mereka dan namamu tidak tertulis di dalamnya."
"Lebih tepatnya mereka tidak mengingatku." aku menanggapinya.
Yukinoshita membuat ekspresi putus asa dengan lembut, lalu membuat ekspresi menyesal. "Oh begitukah...? Aku sedih juga mendengarnya, Hikigoodie-kun."
"Yukinon, kau terlihat terlalu kasar tadi!?"
"Tenang saja, aku sendiri bukanlah makhluk hidup yang penting."
"Kamu juga kenapa tidak pernah mengasihani dirimu sendiri!?"
Tidak,tidak, perasaanku tidak terluka sama sekali, atau lebih tepatnya, aku sudah terbiasa dengan hal itu.
"Kita kesampingkan topik tidak berguna tadi, apa yang ditulis Miura-san di e-mail tersebut?" Yukinoshita duduk di sebelahku dan memandangi layar monitor. Ngomong-ngomong, apa yang kamu maksud tadi dengan topik tidak penting?
Lalu, Yuigahama melangkah ke dekatku dan melihat ke layar monitor. Lalu dia membaca e-mail tersebut keras-keras.
"Mari kita lihat..."
[Konsultasi★Yumiko]
Sagami sangat menggangguku
Singkat dan 'to the point'! Langsung game 1 set, Pak Produser! Tunggu dulu, tetapi pertandingan macam apa yang kubayangkan barusan dengan 1 babak?
Yuigahama tertawa kecil. "Ahahaha...Tetapi kupikir requestnya agak berbeda dari Yumiko yang kukenal."
"Benarkah? Barusan itu sepertinya cukup sering dia ucapkan kepadaku."
Faktanya, bahkan dia memberikan bahasa tubuh yang lebih mengerikan dari sekedar kata-kata barusan, bahkan tanpa menatapku sedikitpun.
"Itu sepertinya tidak seperti Miura-san."
Kata-kataku nampaknya dibalik oleh orang yang tidak kuduga. Aku memandangi Yukinoshita dengan harapan dia akan menjelaskan maksudnya tadi. Dia menggerakkan rambutnya ke pinggir bahunya dan menjawab, "Ini adalah kata-kata yang biasanya dia katakan langsung ke orangnya, bukan?"
"Ahh, benar sekali. Benar. Kau juga mirip dia."
"Bisakah kau tidak menyamakanku dengan dirinya?" Yukinoshita menunjukkan wajah tidak senang.
Secara pribadi, aku tidak melihat ada perbedaan diantara mereka berdua, tetapi dia sendiri merasa ada perbedaan mencolok antara dirinya dan satunya. Dia memandangiku dengan ekspresi tidak senang, karena aku mengelompokkan dirinya dengan Miura.
"Aku sendiri tidak mengatakan banyak hal di beberapa request sebelumnya karena mengatakan apa yang kupikirkan tidak akan memiliki efek ke banyak orang."
"Ahahaha, Hikki kali ini menjadi sumber semua masalah." Yuigahama menertawaiku.
Yukinoshita menambahkan. "Begitu juga dirimu."
"Eeh, kamu juga menganggapku begitu!?"
...Lihat kan, kau juga mengatakan hal-hal semacam itu langsung ke orangnya.
Hmm, sebenarnya kurang logis karena itu cuma keluar dari dirinya. Sebenarnya, Miura dan Yukinoshita memang mirip. Tetapi mereka seperti dua buah kutub magnet yang berlawanan, namun inti dari magnet tersebut sangat dekat. Mungkin karena itulah, mereka punya beberapa hal yang membuat mereka tidak bisa berteman dengan baik.
Gadis memang kompleks. Aku berpikir sambil menatap layar laptop hingga ada kiriman e-mail lagi dari Miura.
"Sepertinya, ada e-mail lagi dari Miura."
"Huh? Oh, kau benar," Yuigahama mengatakannya setelah melihat layar monitornya. Yukinoshita melihat kami dan mengangguk, menginstruksikan kami untuk membacanya.
[Konsultasi★Yumiko]
Dia seperti orang yang sedang depresi, atau tepatnya, dia terlihat sangat suram sehingga suasana orang di sekitarnya menjadi terpengaruh juga.
Ketika Yuigahama selesai membacanya, Yukinoshita menyilangkan tangannya. "...Dengan kata lain, dia khawatir akan kondisi Sagamin?"
"Sepertinya begitu. Itu mirip sekali dengan Yumiko yang kukenal." Yuigahama terlihat tersenyum setelah mengatakannya.
Bahkan akupun mulai berpikir Miura adalah orang yang baik setelah melihat senyuman tadi.
Benar, bila melihat balik, Miura tetap berteman dengan Yuigahama setelah konfrontasi di lapangan tenis dimana Yuigahama mendukung Klub Relawan. Kupikir memang cukup mustahil. Perselisihan di dalam kelompok akan kasta antar member dan yang kalah harus pergi menjauh. Dengan begitu, mereka sudah tidak bisa bersosialisasi lagi seperti dulu dan memilih jalan seorang penyendiri.
Tapi bagaimana Yuigahama masih bisa diterima di kelompok dengan kasta teratas seperti mereka? Bisa jadi, karena sifat mudah bergaul miliknya. Hayama tidak suka perselisihan, jadi mungkin dukungan Hayama dari belakang bisa menjadi faktor penentu juga. Namun, faktor terpenting menurutku terletak di Miura sendiri.
Ratu memang diharapkan memiliki toleransi terhadap hal-hal yang memang dasarnya tidak penting. Jadi aku paham kenapa mereka menyebutnya Ratu SMA Sobu.
...Maka dari itu, kalau kita pikirkan itu baik-baik, e-mail ini memang mencerminkan kompleksitas kepribadiannya, bukan karena kebaikannya, tetapi karena dia anggap sikap Sagamin sudah mengganggunya. Meskipun itu tidak berarti dia mengkhawatirkannya, dia menganggapnya cukup mengganggu dan bahkan untuk memberitahukannya langsung mungkin akan membuat Sagamin lebih suram lagi. Ya ampun, hal-hal yang kompleks memang sangat mengganggu.
Yukinoshita yang dari tadi seperti sedang berpikir, bertanya ke Yuigahama."Jadi , bagaimana Sagami-san sebenarnya yang kamu kenal?"
"Hmmm, bagaimana ya?" Yuigahama menahan kata-katanya. Aku melanjutkan pendapatku ketika dia berhenti menjawab.
"Ya, pastinya sangat mengganggu. Dia sebenarnya orang yang ceria, tetapi ketika orang-orang di sekelilingnya mulai dekat dengan dirinya, dia seperti memaksakan kehendaknya ke orang-orang tersebut..."
"Kedengarannya memang sangat mengganggu..."
Yukinoshita mengatakannya dengan ekspresi yang minim dan dia hanya mendengarnya dari cerita saja. Asal kau tahu, aku dan Yuigahama yang sekelas dengannya merasakan hal yang jauh lebih buruk dari yang kau tahu.
Suasana hati Sagamin mungkin menyebar ke hampir seluruh siswa di kelas.
"...Untuk menyelesaikan masalah ini..."
"Kau tidak perlu khawatir. Itu akan menghilang dengan sendirinya." Aku memotong Yukinoshita ketika berbicara. Lalu dia memandangiku dengan curiga.
"Apa maksudmu tadi?"
"Belum lama semenjak Festival Budaya berakhir, jadi Sagami dan teman-temannya hanya membesar-besarkan masalah yang lalu. Nantinya mereka akan melupakan masalah itu dengan sendirinya."
Setelah suasana mendadak sunyi, Yukinoshita membuka mulutnya secara perlahan-lahan.
"Membesar-besarkan masalah yang lalu, apa maksudmu 'akibat perbuatanmu di Festival Budaya'?"
"Bisa jadi. Kau bisa melihatnya dari sikapnya." kataku.
Yuigahama tidak mengatakan sepatah katapun seperti opininya sedang terpecah lalu dia memasang wajah murung. Itu semakin menunjukkan bahwa akulah penyebabnya.
Seperti yang kuduga, Sagami dan kelompoknya menyebarkan isu betapa sangat jahat dan keji si Hikigaya Hachiman.
Jika perlu, mereka sebenarnya bisa disebut sebagai penyebar gosip anti-Hikigaya. Aku sudah terbiasa dengan sikap yang seperti itu, meskipun terasa tidak nyaman. Aku sebenarnya bisa saja langsung tidak peduli ke mereka sama sekali, namun melihat bagaimana mereka kesana-kemari menggosipiku seperti seekor nyamuk yang sangat mengganggu.
Namun harus kuakui, Miura memang berubah menjadi sang penolongku ketika mengatakan Sagami sangat mengganggunya. Filosofi hidupku, musuh dari musuhku, adalah temanku, berdasarkan itu maka Miura adalah temanku di kasus ini. Oh sial! Miura akan menjadi temanku!? Miura adalah gadis yang baik, dia sangat manis. Mungkin aku akan berakhir dengan menyukainya! Meskipun aku ragu itu akan terjadi! Aku secara diam-diam menunjukkan terima kasihku kepadanya, atau lebih tepatnya, memiliki pemikiran yang sama. Lalu, aku mendengar suara menggumam di sampingku.
"Tapi, kau tahu, aku tidak begitu suka mendengar gosip seperti itu...Aku tidak suka mereka menyebarkan gosip seperti itu."
Aku menoleh ke sampingku dan Yuigahama nampaknya melihat ke bawah. Aku hanya bisa melihat jarinya di ujung roknya, tidak mampu melihat ekspresi wajahnya.
"Yuigahama-san..." Yukinoshita memanggil namanya dengan lembut.
Yuigahama kembali ke dirinya yang dulu dan mengangkat wajahnya. "O-Oh! Maksudku, sangat tidak enak kalau mendengar orang terus menggosipi orang lain, bukan?"
...Hmm, dia cukup baik. Tetapi, aku tidak.
"Aku pernah diusir ketika ketahuan sedang menguping orang yang bergosip."
"Kau sungguh buruk!" kata Yuigahama.
Di lain pihak, Yukinoshita sangat tenang sekali. Dia tersenyum kecil dan dengan santai berkata, "Tentu saja itu tidak nyaman bagi Hikigaya-kun."
...Oh, ternyata dia baik juga, huh? Aku cukup kaget dengan dukungannya yang tiba-tiba. Yuigahama nampaknya setuju dan mengangguk mendengarnya.
"Be-benar. Hikki memang agak busuk, tetapi sebenarnya tidak."
Dia mengatakannya dengan pelan hingga ada suara memotongnya."Lagipula, tidak ada orang yang mau membicarakan gosip dengan Hikigaya-kun."
"Itu alasan yang menyedihkan!" Yuigahama menaikkan nada suaranya. Um, bukankah aku yang seharusnya merasa sedih disini? Sial, aku hampir saja senang bukan main disupport olehnya.
"Tetapi itu benar, bukan?"
Dan diikuti senyum sedingin es. Yukinoshita memberiku senyuman khasnya.
"Karena kau mengatakannya dengan benar, jadi aku tidak bisa menyangkalnya..."
Aku benar-benar tidak bisa mengatakan apapun. Di ranking berapa sebenarnya dia di Sertifikat Hikigaya? Aku melihat Yukinoshita dengan kagum. Dia, sepertinya tidak terlalu peduli dengan kondisi psikisku dan setelah batuk kecil, dia memindah topiknya kembali.
"Untuk jaga-jaga, kita selidiki kebiasaan Sagami-san dan kelompoknya yang berkaitan dengan kelas 2F. Setelah itu, kita bisa menyelesaikan masalahnya secara langsung. Namun bisa jadi, ketika aku mengatakannya langsung kepadanya, situasinya malah bertambah buruk dari yang sekarang..."
Nampaknya Yukinoshita menginginkan sesuatu yang dapat memecahkan masalahnya secara langsung. Namun aku merasa itu adalah hal yang percuma.
"Tidak, jika kita biarkan dia sendirian, masalahnya akan selesai sendiri, jadi kita sebenarnya tidak perlu melakukan apapun. Sebenarnya, tidak ada yang dirugikan dari hal ini."
Dari apa yang aku lihat, kondisi Sagami saat ini adalah sementara. Itu adalah sesuatu yang meledak karena Festival Budaya sudah berakhir. Yang mereka lakukan dari kemarin hanya bersembunyi dari hal-hal memalukan dengan menyerang orang yang posisinya terlihat lebih buruk dari mereka. Sangat tolol apabila menghabiskan waktuku dengan hal yang akan hilang sendirinya meski dia diam atau tidak.
Tetapi Yukinoshita tampaknya tidak menyetujuiku dan menatapku langsung.
"...Tetapi, ada cara lain."
"B-benar! Lagipula, sangat tidak enak kalau suasana seperti itu tetap berlangsung dalam waktu yang lama!"Yuigahama berjalan ke depan dan menyetujuinya.
Tidak ada yang bisa kulakukan jika mereka berdua setuju. Kalau suara mayoritas sudah memutuskan, maka aku harus mengikuti.
"...Baiklah, bila itu yang kau inginkan," kataku. Yukinoshita mengangguk memberi kesan puas.
Tetapi sekarang sudah jam pulang sekolah. Sagami dan teman-temannya mungkin sudah pulang.
"Baiklah, kurasa cukup untuk hari ini, aku berpikir tidak ada yang bisa kita lakukan lagi untuk hari ini."
"Benar...Sekarang waktu klub sudah hampir habis, mengapa kita tidak pulang saja sekarang?"
Kita berdiri dari tempat duduk kita, membersihkan ruangan, dan bersiap untuk pulang.
Hari ini Klub Relawan sudah menyelesaikan halusinasi Ebina san, merekomendasikan Haruno-san untuk memperbaiki situasi diantara keduanya, dan menunda request Miura untuk kegiatan besok; Hari dimana kita seharusnya bisa santai telah tercatat sebuah agenda kegiatan.
Seperti yang kuduga tentang seberapa buruk klub ini, Yuigahama menaruh tasnya di punggung dan bersemangat seperti biasanya.
"Yeah, ayo kita lakukan yang terbaik besok!"
Ayo kita lakukan yang terbaik besok. Kata-kata yang yang bisa kuulangi tiap hari untuk menunda sesuatu.
x Chapter I | END x
Nice tl gan
BalasHapussaya sangat suka..
BalasHapussaya tidak menyangka ada translate selengkap ini
BalasHapusterima kasih, Sense!
BalasHapusSagami benar2 menjengkelkan. Melon dari Chiba memang berbahaya, Yuigahama-san!
BalasHapus