x Last Chapter x
Aku menutup buku yang belum habis kubaca itu dengan penanda halaman di dalamnya, meletakkannya di pinggir meja, dan melihat ke sekitarku. Aku bisa melihat orang-orang yang menikmati hari liburnya sedang berlalu-lalang dari tempat duduk di sebuah kafe terbuka dekat stasiun Chiba.
Selain itu, kenapa ada kafe terbuka di akhir bulan yang beku dan berawan ini? Aku membetulkan letak mantelku sambil menatap tempat ini dengan keheranan. Di sudut penglihatanku, orang yang sudah kutunggu-tunggu sedang berjalan ke arahku sambil melambaikan tangannya. Setelah memesan secangkir kopi, orang itu duduk di depanku.
"Maaf sudah menunggu!"
Orang yang kutemui hari ini adalah Yukinoshita Haruno dan cara bicaranya yang seperti barusan itu terdengar sama seperti dia menelponku tadi malam.
Aku biasanya tidak mempedulikan panggilan telepon dari nomor yang tidak kukenal, namun setelah handphoneku berdering terus-terusan, aku menyerah. Aku sempat berpikir kalau itu adalah panggilan yang sangat penting, tetapi setelah memberitahu tempat dan waktu pertemuan, dia langsung memutus teleponnya dan akhirnya disinilah aku. Aku mencoba menelponnya balik untuk mengatakan aku menolak datang, tetapi dia bahkan tidak mau mengangkatnya...
"...Um, kamu tahu nomorku darimana?"
"Aku dapat dari Hayato," kata Haruno-san tanpa malu-malu sambil mengedipkan sebelah matanya kepadaku. Oh iya, aku pernah memberikan nomor teleponku ke Hayama karena ada suatu urusan, benar tidak ya? Bajingannnn...Dia memberitahukan nomorku ke satu-satunya orang di dunia ini yang tidak boleh tahu nomorku...
Apa boleh buat, dia sekarang sudah tahu nomorku. Aku berjanji kepada diriku setelah urusanku dengannya selesai pada hari ini, aku akan blok semua panggilan dan pesan dari nomornya. "Kamu ada perlu apa denganku hari ini?"
Aku melihatnya seperti hendak mengajakku ngobrol berputar-putar, pipinya mengembang sambil melirikku. "Kita kan lagi kencan, kok malah merusak suasananya. Sikapmu kan tidak seperti ini ketika bertemu denganku di kafe tempo hari bersama Gahama-chan."
"Aku yang waktu itu tidak ada hubungannya dengan yang sekarang." aku menjawabnya dengan kaku.
Haruno-san tersenyum sambil menunjuk ke arah dirinya. "Hikigaya-kun, apa kamu merasa tidak nyaman berkencan dengan onee-san yang cantik sepertiku?"
"Aku tidak percaya kalau ada yang bisa menjawab pertanyaanmu seakan-akan membenci penampilan yang cantik, sedangkan yang bertanya sendiri adalah orang yang cantik." jawabku.
Ketika Haruno-san mengangguk, dia menatapku dengan manis sambil menyentuhku. "Tetapi kamu paling benci gadis yang berpura-pura menjadi orang lain ya?"
"...Benar."
Sialan, dia berhasil menjebakku...Sejujurnya, aku merasa gadis yang seperti itu memang bukanlah untukku.
Jika memang yang tersisa hanyalah gadis seperti itu...aku pasti akan memilih onee-san yang cantik.
Tetapi kalau itu adalah Yukinoshita Haruno, aku punya penilaian lain yang lebih besar terhadap dirinya.
Orang ini sangat menakutkanku. Tidak hanya karena topengnya yang terlihat sempurna, tetapi dia tidak repot-repot menyembunyikannya ke orang yang sudah tahu topengnya. Dan terakhir, matanya seperti menyembunyikan sesuatu kali ini. Oleh karena itu, aku selalu memalingkan pandangan mataku darinya, dan bertanya sekali lagi, "Serius, kamu sampai segitunya memanggilku kesini, ada perlu apa denganku?"
"Baiklah, baiklah. Aku berpikir untuk menanyakanmu hasilnya sesuai janjiku tempo hari. Apa kamu sudah bertanya ke Yukino-chan soal pilihan jurusannya?"
"...Sebenarnya, aku tahu, tetapi akan tidak adil kalau aku yang memberitahukannya kepadamu."
"Oh, benar-benar orang yang bisa dipercaya. Tetapi tahukah kamu. Kalau yang bertanya Hikigaya-kun, dia akan memberitahukannya. Mmhmm...Yukino-chan nampaknya sangat mempercayaimu ya?" kata Haruno-san sambil tersenyum menyeringai.
Menjadi satu-satunya orang yang tahu membuatku terasa agak malu. Ketika pembicaraan kami di ruang UKS terlintas di kepalaku, pipiku terasa kepanasan.
"...Hanya begitu saja bukan berarti dia percaya kepadaku, bukan?"
"Oh, luar biasa. Ternyata kamu juga paham ya."
Suaraku seperti hilang begitu saja. Meskipun aku awalnya berniat membalas kata-katanya, kata-kata dari Yukinoshita Haruno berulang kali berdengung di telingaku.
Setelah meminum kopinya, Haruno-san menghapus sisa kopi yang menempel di gelasnya dan melihatku dengan tatapan suram.
"Benar sekali. Itu bukanlah sebuah kepercayaan... Tetapi sesuatu yang lebih buruk6." dia tersenyum. Tetapi nada suaranya memberi kesan bahwa kata-kata itu keluar bukan dari dirinya yang di depanku. "Tidak akan ada yang berubah dan anak itu pikir bukan masalah baginya. Maksudku, memang itu membuatnya nampak manis sekali, tetapi...Aku benar-benar tidak menyukainya."
Wajahnya yang cantik terasa terbelah menjadi dua. Meskipun matanya melihat ke arahku, kenyataannya, dia seperti tidak sedang menatapku sama sekali. Aku ingin membuatnya kembali ke dimensi ini dan aku mengatakan sesuatu dengan ragu-ragu.
"Kalau itu bukan rasa saling percaya...Lalu itu apa?"
"Entahlah? Tetapi paling tidak..." Haruno-san mengangkat bahunya, tersenyum seketika, dan menatapku. "Kamu tidak bisa menyebutnya hal yang genuine...Barusan itu kata-katamu bukan?"
Aku memang pernah mengatakan kata itu. Tetapi aku mengatakannya tanpa berpikir panjang, namun itu setidaknya adalah hal yang kupercaya selama ini.
Sesuatu yang genuine. Atau kukatakan, kebenaran, atau juga sesuatu yang murni. Aku tidak tahu yang mana dari kata-kata tersebut yang kuinginkan, dan setidaknya aku tahu apa arti di baliknya.
"Aku sampai membayangkan apakah sesuatu yang genuine itu benar-benar ada..." Haruno-san melihat ke arah langit musim dingin sambil menggumam. Sebenarnya dia menanyakan itu ke siapa?
Tiba-tiba, aku memikirkan sesuatu. Ada orang mengatakan sesuatu yang real adalah berbagi rasa dengan seseorang. Ada orang berkata itu adalah sesuatu yang aku tidak sadari. Meski begitu, Yukinoshita Haruno yang berada di depanku adalah seseorang yang aku ragukan sepenuhnya, apakah ada tersisa sebuah kebenaran ataupun ketulusan dalam dirinya.
Aku mengambil bukuku yang kutinggalkan di samping meja dengan tanganku.
Bukunya sudah menjadi dingin karena tiupan angin dan akupun ragu jika pembicaraan ini terus berlanjut apakah akan ada akhirnya atau tidak.
x Volume 10 | TAMAT x
Mari kita berpikir sedikit kritis. Jika hanya untuk bertanya apa jawaban jurusan Yukino, maka menanyakan itu via panggilan telepon dirasa cukup. Artinya, Haruno memaksa untuk bertemu di kafe karena ada sesuatu dengan pertemuan mereka di kafe.
Yeah, Haruno berusaha menepati janjinya untuk mengajak Hachiman minum bersama ketika Haruno merasa kalau Hachiman ini pantas menjadi pacar adiknya. Volume 3 chapter 4.
...
Dalam percakapan di atas, Haruno hanya bertanya sekali soal jurusan Yukino, setelah ditolak Hachiman, Haruno tidak menanyakannya lagi. Artinya, Haruno datang ke kafe dengan kondisi sudah tahu kalau Hachiman tidak akan memberitahukannya.
...
Haruno menduga kalau Yukino sengaja memberitahukan jurusannya ke Hachiman bukan karena percaya, tapi karena Yukino ingin mempengaruhi Hachiman agar Hachiman merubah jurusannya demi Yukino.
Haruno masih berpikir kalau tidak ada yang benar-benar tulus dari Yukino, seperti kata-kata Haruno di vol 8 chapter 5, Yukino memanfaatkan orang lain seperti Ibu (dan dirinya).
...
Ada dua dugaan Haruno tahu soal genuine. Pertama, menggunakan percakapan Haruno-Hachiman via HP Komachi di vol 8 chapter 5, disana, Hachiman sempat menyebutkan sesuatu hal tentang hubungan yang genuine/tulus/sejenis itu.
Kedua, Haruno mendengarkan cerita Iroha soal keinginan Hachiman.
...
Haruno kemungkinan selama hidupnya belum pernah mengalami bagaimana rasanya memiliki hubungan yang tulus/murni/genuine. Yang dia tahu hanyalah semua manusia memiliki motif terselubung, hidup dimanfaatkan, atau memanfaatkan orang lain. Tentunya, Haruno sebagai pewaris utama keluarga Yukinoshita diajari ini dengan baik oleh Ibunya.
Ini menjelaskan mengapa Haruno menjadi siswi nakal ketika SMA, volume 5 chapter 4. Kemungkinan besar, itu merupakan sikap berontak Haruno terhadap tirani Ibunya di rumah. Tidak heran, hobi Haruno waktu itu adalah keluyuran daripada di rumah.
...
Monolog Hachiman kalau hubungan genuine itu berbagi rasa dengan seseorang, adalah kata-kata Hiratsuka-sensei merespon sikap Yukino yang mau berbagi derita di rapat Kaihin-Sobu dengan Hachiman. Volume 9 chapter 9.
Monolog Hachiman tentang sesuatu yang genuine itu sedang tidak disadari oleh Hachiman saat ini. Adalah kata-kata Hayama di vol 10 chapter 8.
Semua kata-kata hubungan genuine mengarah ke satu gadis, Yukinoshita Yukino.
Ngomong-ngomong, Watari dalam afterwords ANOTHER mengatakan hubungan genuine itu mirip cinta yang tulus.
Yeah, Haruno berusaha menepati janjinya untuk mengajak Hachiman minum bersama ketika Haruno merasa kalau Hachiman ini pantas menjadi pacar adiknya. Volume 3 chapter 4.
...
Dalam percakapan di atas, Haruno hanya bertanya sekali soal jurusan Yukino, setelah ditolak Hachiman, Haruno tidak menanyakannya lagi. Artinya, Haruno datang ke kafe dengan kondisi sudah tahu kalau Hachiman tidak akan memberitahukannya.
...
Haruno menduga kalau Yukino sengaja memberitahukan jurusannya ke Hachiman bukan karena percaya, tapi karena Yukino ingin mempengaruhi Hachiman agar Hachiman merubah jurusannya demi Yukino.
Haruno masih berpikir kalau tidak ada yang benar-benar tulus dari Yukino, seperti kata-kata Haruno di vol 8 chapter 5, Yukino memanfaatkan orang lain seperti Ibu (dan dirinya).
...
Ada dua dugaan Haruno tahu soal genuine. Pertama, menggunakan percakapan Haruno-Hachiman via HP Komachi di vol 8 chapter 5, disana, Hachiman sempat menyebutkan sesuatu hal tentang hubungan yang genuine/tulus/sejenis itu.
Kedua, Haruno mendengarkan cerita Iroha soal keinginan Hachiman.
...
Haruno kemungkinan selama hidupnya belum pernah mengalami bagaimana rasanya memiliki hubungan yang tulus/murni/genuine. Yang dia tahu hanyalah semua manusia memiliki motif terselubung, hidup dimanfaatkan, atau memanfaatkan orang lain. Tentunya, Haruno sebagai pewaris utama keluarga Yukinoshita diajari ini dengan baik oleh Ibunya.
Ini menjelaskan mengapa Haruno menjadi siswi nakal ketika SMA, volume 5 chapter 4. Kemungkinan besar, itu merupakan sikap berontak Haruno terhadap tirani Ibunya di rumah. Tidak heran, hobi Haruno waktu itu adalah keluyuran daripada di rumah.
...
Monolog Hachiman kalau hubungan genuine itu berbagi rasa dengan seseorang, adalah kata-kata Hiratsuka-sensei merespon sikap Yukino yang mau berbagi derita di rapat Kaihin-Sobu dengan Hachiman. Volume 9 chapter 9.
Monolog Hachiman tentang sesuatu yang genuine itu sedang tidak disadari oleh Hachiman saat ini. Adalah kata-kata Hayama di vol 10 chapter 8.
Semua kata-kata hubungan genuine mengarah ke satu gadis, Yukinoshita Yukino.
Ngomong-ngomong, Watari dalam afterwords ANOTHER mengatakan hubungan genuine itu mirip cinta yang tulus.
jika haruno menyebut yukino seperti ibunya,mungkinkah hachiman dimanfaatkan seperti hayama ke miura ?
BalasHapuskarena setiap haruno datang ,sikap yukino terkesan dingin karena takut terbongkar ?
ditunggu update nya min...
Masuk akal juga sih, tapi Yukino dan Haruno bermusuhan sebelum mengenal Hachiman, dengan bukti Yukino memilih hidup sendiri dari pada tinggal dengan Haruno semenjak masuk ke SMA sedangkan Hachiman baru mengenal Yukino saat dia kelas 2 SMA.
Hapusbisa ajasih, cuma di ln si yukino pernah menyelamatkan hachiman yg pas kejadian pemilihan ketos kalo dia mau manfaatin hachiman untuk ap dia nyelametin 8man toh hachiman buat di manfaatin aja
Hapus