x Last Chapter x
Setelah keluar dari Ferris Wheel, tiba-tiba salju mulai turun.
Permukaan area taman tertutupi salju yang tebal, seakan-akan memberi tahuku bahwa waktu sudah berlalu cukup lama. Entah mengapa, kami tetap berjalan menyusuri taman tanpa satupun orang yang berbicara. Yuigahama berjalan di depan memimpin arah jalan kami, sedangkan aku dan Yukinoshita mengikutinya dari belakang.
Tidak lama kemudian, tampaknya kami sudah sampai di persimpangan jalan taman dan jalan besar yang mengarah ke stasiun.
Dari sini, jika kamu belok ke arah kiri, maka akan mengarah ke stasiun. Jika kamu belok ke arah kanan, maka akan mengarah ke pantai.
"Hey..."
Yuigahama tiba-tiba membalikkan badannya, menunjuk ke arah persimpangan tersebut, seperti hendak mengajak kita untuk berhenti sejenak di suatu tempat.
Bangunan yang ditunjuknya adalah gedung kaca yang kulihat sebelumnya. Nama gedung tersebut adalah Crystal View, jika melihat keterangan di papan depan gedung tersebut. Mungkin itu adalah tempat yang dibangun untuk melihat pemandangan Pelabuhan Tokyo.
Melihat jam di arlojiku, kupikir masih ada waktu sebelum pulang ke rumah. "Baiklah, kita pergi kesana."
Aku berhenti sejenak dan memberitahukan itu ke Yukinoshita, setelah itu kami mulai berjalan untuk menyusul Yuigahama yang sudah menunggu kita di depan.
Tidak lama kemudian, kami sampai ke gedung tersebut.
Tempat khusus untuk melihat pemandangan Pelabuhan Tokyo tersebut ternyata sudah tutup, tetapi bagian terasnya tetap terbuka. Meski begitu, kami masih bisa melihat jelas pemandangan Pelabuhan Tokyo dari teras tersebut. Salju terus berjatuhan di daerah ini. Cahaya matahari senja terpancar dari kumpulan awan-awan di langit.
Warna merah yang lembut bercampur dengan warna turqoise yang pekat mewarnai putihnya salju yang turun di tempat ini.
"Oooooo!" Yuigahama meneriakkan kata-kata itu sambil melihat pemandangan di depannya.
Angin meniup rambut Yukinoshita berada agak jauh di belakangnya. Dia berusaha membuat rambutnya tetap kebawah sambil menatap pemandangan itu, dia terlihat seperti memikirkan banyak hal dari tatapannya.
Tidak ada orang lain selain kita disana. Laut terbentang luas di depan kita. Dari kejauhan, tampak lampu-lampu kota mulai menyala.
Mungkin, ini adalah pemandangan yang hanya bisa dilihat pada saat-saat seperti ini. Tidak terasa, kita sudah berada di tempat ini cukup lama. Oleh karena itu, tampaknya aku sudah tidak bisa lama-lama berada di tempat ini. Yuigahama lalu membalikkan badannya membelakangi pagar dan pemandangan, dan melihat ke arahku dan Yukinoshita.
"Apa yang harus kita lakukan setelah ini?"
"Pulang ke rumah?"
"Bukan itu maksudku."
Ketika aku meresponnya, dia langsung mencondongkan kepalanya sambil membalasku.
Nada suaranya terdengar serius. Dia lalu mengambil satu langkah ke depan dan memandangi kami dengan serius.
"Tentang Yukinon. Dan juga, tentang diriku. Tentang kita."
Kata-kata tersebut membuatku kaget. Memberiku perasaan yang tidak nyaman.
"Apa maksudmu?" karena merasa ragu, Yukinoshita bertanya lebih detail apa maksud kata-katanya tadi. Meski begitu, daripada memberinya jawaban, Yuigahama malah menatapku dengan serius.
"Hikki, ini, terima kasih untuk yang waktu itu."
Sambil mengatakan itu, Yuigahama mengambil sesuatu dari tasnya. Sebuah bungkusan kue yang sudah dibungkus dengan cantik dan dipegang oleh kedua tangannya.
Ketika aku melihat hal itu, aku tertegun sejenak seperti berusaha menghela napasku. Di salah satu sudut mataku, aku bisa melihat Yukinoshita menutup tasnya, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Setelah itu, dia menatap ke arah kedua kakinya. Yuigahama lalu mendatangiku dengan melewati Yukinoshita.
"Requestku dulu, kamu masih ingat?"
"Ahhh."
Aku meresponnya dengan lemah.
Bagaimana bisa aku melupakan request itu? Itu adalah request pertama yang masuk ke Klub Relawan. Pada akhirnya, aku menggunakan kata-kata yang membingungkan. Solusi dariku waktu itu sebenarnya jauh dari kata 'menyelesaikan masalah'. Meski begitu, Yuigahama tetap berusaha memenuhinya dengan usahanya sendiri. Dan dia nampaknya berusaha membuktikannya hari ini.
Yuigahama mencondongkan kuenya ke tanganku, tetapi tanganku tidak mau menerima kue darinya. Lalu dia secara tiba-tiba menarik tanganku dan memaksaku untuk memegang kue itu.
Sekarang tanganku bertambah berat...
Kue-kue tersebut tampaknya berbentuk tidak beraturan, atau punya banyak sekali titik gosong atau juga berwarna tidak wajar. Bila aku mengatakan bentuk kue ini indah, mungkin dengan mudah orang bisa menyebutku pembohong.
Meski begitu, aku bisa menebaknya kalau ini adalah kue buatan sendiri. Meski hasilnya seperti ini, setidaknya aku bisa melihat usaha dan keseriusan yang dia lakukan meskipun dia tidak bisa memasak.
Yukinoshita menatap kue di tanganku itu dengan tatapan kosong.
"Kue rumahan ya? Kamu membuatnya sendiri?"
"Tapi hasilnya agak gagal sih..."
Yukinoshita bertanya kepadanya, sementara Yuigahama menjawabnya sambil tersenyum malu.
"Yuigahama-san, kamu...luar biasa."
Suaranya tampak berusaha menyemangatinya, atau mungkin punya maksud lain. Yukinoshita tampak senang melihat Yuigahama. Yuigahama meresponnya dengan tersenyum senang.
"Kan dulu aku sudah bilang kalau aku akan berusaha sendiri. Aku melakukannya dengan caraku sendiri. Dan inilah hasilnya."
Lalu, Yuigahama meneruskan kata-katanya. "...Oleh karena itu, ini sebagai rasa terima kasih." Yuigahama mengatakannya sambil membusungkan dadanya dan tersenyum lebar.
Kalau ini soal waktu itu, maka itu harusnya sudah selesai dari dulu. Yang berlalu biarlah berlalu, itu sudah lama berakhir. Aku tidak mau kembali ke masalah yang sudah lama berlalu. Kalau ini cuma untuk berterima kasih, maka aku sudah menerima lebih dari cukup.
Oleh karena itu, sangat tidak logis bagiku untuk menerima bingkisan terima kasih.
Ini adalah waktu yang tepat untuk mengakhiri sesuatu yag salah dari kita sejak awal. Memang kita masih mungkin untuk memulai dari awal lagi. Kalau memang begitu, mungkin semua perasaan yang sudah salah sejak awal, bisa berubah juga.
Mungkin. Mungkin saja. Perasaannya waktu itu sekarang menjadi sesuatu yang spesial.
Aku memalingkan mataku dari Yuigahama, aku mengeluarkan suara yang cukup aneh dari tenggorokanku. "Aku sudah menerima lebih dari cukup terima kasih."
Aku tidak mau tahu apakah ini benar-benar hanya sekedar bingkisan terima kasih.
Meski begitu, apakah ini hanya sekedar bingkisan atau tidak, aku tidak bisa menerimanya tanpa memikirkan maksud dibaliknya.
Meski begitu, aku mulai merasa menyesal mengatakan kata-kata tadi. Karena setelah itu, wajah Yuigahama seperti hendak menangis.
"Tetap, ini hanya sebuah bingkisan terima kasih."
Yuigahama mengatakannya seperti sedang berjuang antara hidup dan mati.
Ekspresinya melemah. Untuk menyembunyikan matanya yang mulai berair, dia tiba-tiba memutar badannya membelakangi kami.
"Aku menginginkan semuanya. Sekarang, dan seterusnya. Aku sadar kalau sikapku ini tidak adil, bahkan bisa dikatakan tega."
Dia mengatakannya dengan nada yang lemah sambil menatap langit. Suara itu lebih tepat mungkin disebut monolog daripada sebuah pernyataan yang ditujukan kepada kita. Ketika dia selesai mengatakannya, dia terlihat mengembuskan napasnya yang berat. Setelah itu, dia membalikkan badannya dan menatap ke arah kami.
"Aku sudah memutuskannya." Mata Yuigahama tidak lagi berair, tatapannya menunjukkan sebuah determinasi.
"Begitu ya..." Yukinoshita menggumam seperti memahami maksudnya. Aku sendiri seperti tidak mampu mengatakan sepatah-katapun.
Yuigahama memberikan kami senyumannya.
"Kalau kita tahu perasaan kita yang sebenarnya satu sama lain, kupikir kita tidak akan bisa tetap seperti ini lagi. Oleh karena itu, ini mungkin adalah request dari kita yang terakhir. Request yang terakhir adalah tentang kita."
Tidak ada hal spesifik yang dia katakan. Kalau dia menyampaikan secara jelas, maka kita bisa tahu apa maksudnya. Dia hanya berusaha menghindari masalahnya.
Secara abu-abu, samar-samar, dia tetap melanjutkan kata-katanya tanpa menyinggung apa maksudnya.
Oleh karena itu, tidak ada jaminan kalau apa yang kita pikirkan saat ini berada di pemahaman yang sama. Meski begitu, itu tidak akan banyak membantu, dia hanya mengatakan apa yang ingin dia katakan saja.
Aku sebenarnya punya sebuah kecurigaan yang sejak lama ada di pikiranku. Itu adalah sesuatu yang Yuigahama lakukan selama ini.
Dan sekarang, ada satu orang lagi. Yukinoshita menatap ke bawah dengan menutup kedua matanya. Ekspresinya sepertinya tidak jelas, seperti tidak keberatan, atau dia ingin tahu lebih jauh, ataupun dia hanya sekedar ingin mendengarkan saja.
Aku pikir Yukinoshita juga sudah menyadari kecurigaanku itu.
"Hey, Yukinon, sayembara di Klub itu masih berlaku kan?"
"Ya, yang kalah harus melakukan apapun permintaan pemenangnya." Yukinoshita menjawabnya dengan kaget seperti tidak mengantisipasi akan adanya pertanyaan itu.
Setelah itu, Yuigahama menyentuh lengan Yukinoshita secara lembut, menatapnya dengan lurus dan mengatakannya dengan tegas.
"Masalah yang dihadapi Yukinon saat ini, aku tahu jawabannya." Dia menepuk lengan Yukinoshita dengan lembut.
Masalah yang menghantui Yukinoshita adalah: mereka selalu berlindung dibalik kata-kata atas tindakannya. Seperti yang bisa kita lihat dari tindakan-tindakan Yukinoshita Haruno kepadanya. Untuk Yukinoshita yang ada di depanku ini, apa cara terbaik untuk menolongnya? Aku tidak tahu. Apakah itu masalahnya dengan ibunya, saudarinya? Bisa saja mereka berdua yang bermasalah, bisa juga, hanya salah satu dari mereka yang bermasalah.
Yukinoshita terdiam dan terpaku. "Aku tidak mengerti", dia menggumam dengan nada suara yang lemah.
Yuigahama mengangguk dan melepaskan tangannya dari Yukinoshita. "Kupikir itu juga adalah jawaban bagi kita semua."
Pada akhirnya, aku tidak memahami maksudnya. Baik diriku, juga Yukinoshita.
Mungkin dia berpikir jika aku memahaminya, mungkin sesuatu yang diyakininya akan runtuh. Sesuatu yang tidak kita ketahui akan jatuh perlahan.
Meski begitu, entah aku akan memahami maksudnya atau tidak, aku sendiri tidak memungkiri bahwa ada sesuatu yang akan hilang.
Dan pada akhirnya, orang yang tahu hal itu berada tepat di depan kami.
Yuigahama kemudian memotong kata-katanya dan mencondongkan kepalanya.
Melihat sikapnya, kami saling melihat satu sama lain.
"Kalau aku menang, aku akan mengambil semuanya. Mungkin itu terasa tidak adil. Tetapi itu adalah satu-satunya jalan yang bisa kupikirkan untuk saat ini. Aku memang menginginkan ini berjalan seperti ini."
Oleh karena itu, jawaban awal yang diberikan oleh Yuigahama tadi, tidak peduli kondisinya seperti apa, asumsinya apa, kesetaraannya apa, apapun itu. Itu hanya akan mengarah ke satu kesimpulan.
Misalnya, setelah apa yang kita alami selama ini, tidak peduli situasinya seperti apa, meskipun pada akhirnya kita tidak sepakat akan sesuatu, setidaknya jawaban kita tidak akan berubah. Mungkin itu terdengar seperti sebuah kebohongan, tetapi masa-masa menyenangkan yang pernah kita alami masih tetap bisa kita lanjutkan.
"Bagaimana menurutmu?"
"Menurutku?..."
Aku menghentikan kata-kataku.
Sebaliknya, jika dia ini memang bermaksud untuk lari dari kebenarannya, aku akan tetap memegang teguh jawabanku, aku akan selalu melakukannya. Bahkan meskipun keadaannya tidak memungkinkan, selama aku bisa merasakannya, tidak, selama aku bisa menilainya, maka itu mungkin saja bisa terwujud.
Kalau memang bisa memilih, aku mungkin akan mencoba meyakinkan diriku sendiri. Jika tahu keadaannya akan menjadi begini, maka aku tidak masalah jika menerima ketidaknyamanan ini demi semua orang bisa bahagia.
Lebih dari itu semua.
Mungkin yang Yuigahama rasakan tidaklah salah. Aku sempat berpikir kalau selama ini itulah yang dia cari. Kupikir memang akan menjadi lebih mudah jika aku menerimanya begitu saja. Meski begitu...
Apakah melakukan tindakan yang salah itu bisa dijadikan pembenaran? Tapi, apakah itu kebenaran yang kita cari selama ini?
Yuigahama terlihat tersenyum ketika aku berusaha menggerakkan gigiku untuk menjawab pertanyaannya. Setelah itu, dia memegangi tangan Yukinoshita.
"Yukinon, apa kamu tidak masalah dengan itu?" Yuigahama bertanya seperti seorang Ibu bertanya ke anaknya.
Ketika ditanya, bahu Yukinoshita bergetar. "A....A....A-ku..."
Dia memalingkan pandangannya dari Yuigahama. Meski begitu, dia tetap tidak bisa membalasnya dengan jelas. Suaranya terputus-putus ketika berusaha membalasnya.
Ketika aku melihat keadaannya, aku menyadari sesuatu. Ahh...ini salah. Dia sudah melakukan hal yang salah.
Yukinoshita tidak boleh mempercayakan keputusan tentang masa depannya ke orang lain. Itu tidak bisa dibenarkan. Yuigahama adalah gadis yang berlaku curang, meski begitu, mengatakan hal itu kepadanya secara langsung memang terkesan kurang sopan.
"Meski begitu, aku..."
"TIDAK!" aku memotongnya begitu saja.
Yukinoshita menatapku dengan terkejut melihatku berteriak seperti itu.
"Aku tidak bisa menerima persyaratan itu. Yukinoshita harus menyelesaikan permasalahannya sendiri." Aku mengepalkan tanganku secara spontan sembari menatap Yuigahama. Aku melihat mulutnya seperti penuh dengan emosi dengan tatapan dingin yang tidak seperti biasanya.
Yuigahama Yui adalah gadis yang baik, aku sudah menganggapnya begitu.
Yukinoshita Yukino adalah gadis yang kuat. Aku sudah menganggap image itu adalah dirinya.
Meski begitu, aku selalu bergantung kepada kelebihan mereka. Oleh karena itu, ketergantungan ini harus diakhiri. Aku tidak bisa melarikan diri dari kebaikan mereka atau membalas mereka dengan kebohongan-kebohongan lagi. Oleh karena itu, aku menyebut Yuigahama Yui adalah gadis baik dan Yukinoshita Yukino adalah gadis yang berpendirian kuat.
"Tetapi, itu semua tidak lain hanyalah sebuah kebohongan." Kata-kata yang barusan kukatakan itu seperti menghilang ditelan angin.
Yukinoshita melihat mataku yang mulai berair ini sementara bibirnya seperti sedang bergetar. Yuigahama mengangguk kecil ketika melihatku, seperti menungguku menyelesaikan kata-kataku.
"Membuatnya terdengar samar-samar atau sebuah hubungan di atas kepalsuan, aku tidak membutuhkan semua itu."
Yang kuinginkan adalah sesuatu yang beda. Aku tahu kalau aku ini idiot. Dan aku tahu kalau itu bukanlah yang aku inginkan. Aku tahu akhir dari semua ini, kalau aku tidak akan mendapatkan apapun. Tetapi...
"Meski begitu, aku ingin kita berpikir, kita merasakan, kita berjuang, aku..."
Kata-kata yang ingin kukatakan tidak bisa keluar dari mulutku.
Aku tahu kalau ini tidak benar. Jika kamu mengatakan kalau itu bisa kau nikmati, maka kupikir itu tidak masalah.
Di suatu masa depan, jika kita bisa memilih untuk hidup dengan cara yang kita suka, maka tidak ada seorangpun yang akan menderita. Tetapi, aku ingin membuang idealisme seperti itu. Aku tidak memiliki kekuatan untuk hidup dalam ilusi seperti itu. Selain meragukan diriku sendiri, aku juga tidak punya keinginan untuk mengatakan kepalsuan ke orang yang sangat berarti bagiku. Oleh karena itu, aku tahu jawaban yang kuinginkan. Aku menginginkan jawaban dimana aku menginginkan dia menjawabnya dengan jujur.
Hembusan napas yang berat terlihat darinya, seperti menyadari kalau aku tidak akan mengatakan apapun lagi, Yuigahama lalu menatapku.
"...Hikki, aku sudah menduga kalau kamu akan mengatakan hal-hal yang seperti itu." Yuigahama tersenyum lembut.
Air mata mulai membasahi pipinya. Apa yang harus kulakukan? Kurasa semua akan baik-baik saja jika dia tidak menunjukkan ekspresinya yang seperti itu.
Yuigahama dan diriku saling menatap untuk sejenak, dan mengangguk satu sama lain.
Apa yang dia inginkan dan apa yang kuinginkan memang tidak bisa terlihat dengan jelas. Meski begitu, bentuk keinginannya berbeda denganku dan tidak akan saling tumpang tindih. Meski begitu, kedua keinginan kita yang tidak bisa bersatu hari ini bukanlah hal yang absolut.
Entah seperti apa aku melihatnya, pastinya akan ada jalan keluarnya. Dengan itu di pikiranku, aku menatap ke arah Yukinoshita.
Yukinoshita memegangi dadanya dengan erat. Dia menatap mata Yuigahama yang dipenuhi air mata. Melihatnya, seluruh tubuhku menjadi bergetar. Ketika aku sadar kalau aku selama ini menunggu jawaban darinya, aku menarik napasku dalam-dalam.
"Jangan pernah mendikte bagaimana aku memutuskan perasaanku saat ini." Yukinoshita menggosok-gosok matanya yang berair. "Juga, ini bukan akhir dari segalanya. Hikigaya-kun, kami masih memiliki requestmu."
Requestku. Tepat ketika aku hendak bertanya apa itu, Yuigahama memotongnya dengan senyum. Lalu dia mengangguk ke Yukinoshita. Mereka tersenyum satu sama lain seperti berbagi rahasia yang hanya diketahui oleh keduanya.
"Dan, satu hal lagi." Yukinoshita tersenyum, dan menatap kami dengan wajahnya yang cantik. Ketika aku menunggunya untuk melanjutkan kata-katanya, dia melangkah ke depan. Di depan kami berdua.
"Requestku, maukah kalian mendengarnya?" dengan malu-malu, Yukinoshita mengatakan kata-kata itu, Yuigahama yang mendengarnya tersenyum bahagia.
"Tentu, katakan saja."
Sambil menjawabnya, Yuigahama melangkah ke depan dan memperpendek jarak diantara kita berdua, dan secara lembut memegangi tangannya. Tidak lama kemudian, matahari senja mulai tenggelam dan laut seperti memantulkan cahaya seperti lukisan di kanvas yang berwarna putih.
Itu terlihat lemah, saling bergantung dan bentuknya saling berbeda-beda. Tetapi mereka saling berhubungan, dan membentuk suatu kesatuan. Jika aku bisa melihat wujudnya secara real...mungkin itu akan sangat...
x Volume 11 | TAMAT x
...
Jelas itu bukan coklat terima kasih, karena jika coklat terima kasih harusnya ada dua, satu untuk Yukino, satu untuk Hachiman.
Baiklah, tidak perlu bertele-tele. Satu bungkus coklat itu sama saja mengatakan kalau pria yang menerima kue itu adalah Hachiman.
Dengan kata lain, Yui menyatakan kalau dirinya menyukai Hachiman.
Dengan kata lain, Yui mengakui kalau dirinya dulu berbohong karena menyangkal kata-kata Hachiman mengenai cinta karena Hachiman menolong anjingnya. Yui sudah mencintai Hachiman ketika pertemuan pertama mereka, alias Yui menyukai Hachiman karena Hachiman menyelamatkan anjingnya.
Jika Watari konsisten dengan apa yang dia tulis di vol 3 chapter 6, maka jawabannya adalah "cinta Yui ditolak".
...
Hachiman sendiri sudah punya dugaan tentang coklat itu...Dan dia yakin Yukino tahu apa maknanya.
Artinya, Yukino harusnya sadar kalau Hachiman adalah pria di request vol 1 chapter 3.
...
Jawaban Hachiman sudah tertera di monolognya. Hachiman bisa saja menerima perasaan itu dan tidak ada yang terluka. Tapi hati Hachiman terus mempertanyakan "membenarkan sebuah hal yang salah apakah tindakan yang benar?"
Tampaknya, Watari konsisten dengan tulisannya.
...
Banyak yang bertanya tentang pernyataan Yui : "Yang menang memperoleh segalanya."
Pertama, kita lihat situasinya. Yang diajak Yui untuk sepakat adalah Yukino. Ini dibuktikan oleh Yui yang tidak menunggu konfirmasi Hachiman. Juga, dari awal Yui mengatakan tentang "diriku, Yukinon".
Sekarang, apa yang dimiliki Yukino saat ini? Yukino tidak punya tempat untuk kembali. Pakaian yang dia pakai adalah pinjaman Yui. Jadi apa yang Yui inginkan?
Yukino memiliki Hachiman.
Itu menjawab semuanya.
...
Hachiman menolakkan tawaran Yui untuk Yukino.
Yui mengatakan sudah menduga itu.
Sama saja mengatakan adegan mereka bertiga sampai saat ini seperti yang direncanakan.
...
Hachiman menggunakan kata-kata Sensei yang dipakai untuk menasehatinya sendiri. Vol 9 chapter 5.
Kita tahu kalau di adegan itu Sensei berharap Hachiman yang...(isi sendiri).
...
Yukino mengatakan kalau request Yui barusan bukanlah request terakhir. Yukino mengatakan mereka masih memiliki request Hachiman.
Tapi request yang mana?
Hubungan genuine? Bisa saja...Sayangnya Yukino sudah menjawab "aku" dua kali di request tersebut. Vol 9 chapter 6 dan vol 9 chapter 10. Artinya, itu request pribadi.
Lalu request yang mana? Yukino menekankan kata "kita", artinya sebuah unit kelompok atau Klub. Alias request resmi ke Klub. Satu-satunya request resmi ke Klub yang berhubungan dengan Hachiman adalah request pertama Sensei di vol 1 chapter 1, yaitu meminta agar Klub Relawan menghilangkan sifat tertutup dan penyendiri Hachiman.
Tapi bisa saja Watari melakukan "typo" di vol 9 chapter 6 dan vol 9 chapter 10, meskipun kecil kemungkinannya. Dari harusnya menulis "kami" menjadi "aku". Sayangnya, ini terjadi dua kali, sehingga tidak masuk akal jika dikategorikan typo.
...
Jika kita jeli, Yukino sebenarnya bisa mengatasi masalah dengan Ibunya sendirian. Contoh paling baik ada di vol 11 chapter 6.
Tapi yang sedang mereka lawan adalah orang terkuat di keluarga Yukinoshita.
Menurut Haruno, Ayah Yukino mendukung Yukino. Tapi Haruno sendiri di vol 11 ini, menjadi kaki tangan Ibunya. Artinya posisi dalam keluarga saat ini 2 vs 2, alias Ayah dan Yukino melawan Ibu dan Haruno. Sayangnya, karena Ibu adalah orang paling berpengaruh, maka posisi Yukino dan Ayahnya lemah.
Saya menduga, untuk memenangkan pertempuran di keluarga Yukino, maka harus memenangkan mayoritas dukungan. Dengan kata lain...Membuat Haruno menyeberang ke kubu Yukino. Bisa kita tebak, ini mungkin yang menjadi el clasico di volume 12, Hachiman vs Haruno!
Sebenarnya, materi untuk mengalahkan Haruno bisa dikatakan cukup jika Hachiman mau mengingat-ingat semua info yang dia peroleh tentang Haruno. Misalnya:
Haruno semasa SMA nakal dan suka keluyuran, tanda tidak bahagia di rumah dan melampiaskannya di luar rumah.
Haruno mengatakan sudah memiliki pilihan tempat kuliah sendiri, tapi akhirnya harus patuh ke perintah Ibunya untuk kuliah di tempat pilihan Ibu. Mari kita berpikir cerdas, Ibu Yukino mulai intervensi jurusan kuliah Yukino 1 tahun sebelum lulus. Artinya kemungkinan besar terjadi kepada Haruno juga. Jika tahu jauh hari seperti itu, mengapa Haruno bersikeras mengatakan sudah punya universitas pilihan sendiri? Artinya Haruno sempat berontak ke Ibunya, tapi sia-sia.
Haruno juga mempertanyakan apakah hubungan yang benar-benar tulus di dunia ini memang ada atau tidak? Artinya, Haruno belum pernah merasakan itu.
Dengan kata lain, Haruno ini gadis yang lari dari kenyataan. Menjadi sesuatu yang bukan dirinya, sesuatu yang dibentuk sedemikian rupa oleh Ibunya. Merasa sia-sia memberontak, akhirnya menyerah. Calon korban ceramah Hachiman di volume selanjutnya.
...
Tidak ada yang tahu seperti apa volume 12, ini hanya spekulasi saja. Silakan percayai jika anda mempercayai itu, bebas jika anda punya pendapat sendiri.
Iiihhh gantung soalnya animenya
BalasHapusPas mw baca novel online ehhg males baca :v
Slow aja bacanya :v aku aja baru volume satu :'v
Hapuswah keren gan, saya jadi gak bingung lagi abis baca ini, soalnya kalau dari ending nya harus mikir keras kode kodenya.. izin bookmark websitenya sambil nunggu volume 12 rilis..
BalasHapustanggal 20 besok ya?
Hapusasumsi yang mengagumkan gan. saya juga sependapat kalau nanti nya Haruno yukinoshita vs Hachiman hikigaya bakal beradu argumen. Dan yang membuat saya bingung adalah kata "membosankan" yang di ucapkan haruno 2x itu dan membuat hachiman kaget. menurutmu bagaimana?
BalasHapusMembosankan pertama, itu tantangan kepada Hachiman apa dia akan munafik seperti ini ataukah bagaimana?
HapusMembosankan kedua, hubungan mereka bertiga di Klub Relawan.
sejauh ini hachiman selalu mengalah kepada haruno atau mungkin menghindar dari haruno. saya harap volume 12 nanti ada sedikit bumbu perselisihan. hahaha....!
Hapusmaaf mengganggu kata teman saya di LN oregairu si yukino ditiduri sama hachiman bener gk?
BalasHapusSetahu saya sampai volume 11 tidak ada cerita seperti itu.
HapusGan kalo masalah soal kata2 haruno yang "sekali lagi yukino tidak di pilih" menurut agan gimana dari asumsi agan kan hayama suka smaa yukino tapi disitu ada i dikasi kalo dulu hayama suka haruno dan nolak cinta yukino ads beberapa indikasi tapi udah mulai bayar aku(baca Inggris nya dah dari jaman jadul) minta pendapat nya ya gan
BalasHapusitu pembicaraan volume 5 chapter 6.
HapusTidak terpilih yang pertama jelas mengacu ke penerus bisnis keluarga. Ibunya menunjuk Haruno sebagai penerus bisnis keluarga, daripada Yukino. Padahal, selisih usia mereka hanya 3 tahun.
Tidak terpilih kedua, kita harus melihat konteks situasinya. Waktu itu yang ditanyakan adalah Hachiman yang pergi berdua bersama Yui di Festival Kembang Api, apa mereka berkencan atau sejenisnya. Soalnya, sebelumnya Haruno melihat Hachiman berkencan dengan Yukino di Lalaport. Jika benar Yui dan Hachiman berpacaran, maka Yukino tidak terpilih (lagi).
Tapi gan kan si yukino di kecewa In hayama makanya smp di luar negri
BalasHapusTerus hubungan mereka kagak akur dan dari apa yang di bilang haruno yukino bergantung sama hayama
Alasan kenapa yukino enggak bergantung sama hayama lagi kenapa dia di bully di sd kemungkinan kan dia deket sama hayama cewek lain benci dia
BalasHapusTerus dia kagak di pilih sama hayama karena alasan tertentu dan jadi di kecilkan
1 lagi
BalasHapusHayama nunjukin kalo dia itu ada ketertarikan sama haruno tapi cuma di jadiin mainan ya walo ini emang bertentangan sama initial "Y"
Tapi haruno kan yukinoshita nama keluarganya (yang terakhir ini cocok logi. Btw gua cuma ngomong yang ada di pikiran gua kalo emang salah hantem aja sama analisis agan gua cuma penasaran tingkat dewa)
Kalau seluruh teman-teman anda namanya memakai dua frase, umumnya inisial satu huruf mencerminkan nama yang sering digunakan untuk memanggil. Karena Haruno dipanggil Haruno-san oleh Hayama, sulit rasanya mengatakan gadis inisial Y adalah Haruno.
HapusDi vol 8 chapter 5, Hayama mengatakan ke Hachiman kalau dulunya dia juga pernah seperti Hachiman, salah paham dengan seorang gadis, Hayama menyukai gadis tersebut, lalu mengira gadis tersebut menyukainya. Ending adegan kencan ganda, diketahui kalau seluruh kegiatan hari itu merupakan jebakan Haruno, mempertemukan Yukino dengan Kaori yang menjadi pasangan kencan Hachiman. Tentunya, itu semua tidak bisa berjalan lancar tanpa dukungan Hayama.
Pertanyaannya, jika Hachiman tampak akrab dengan Haruno, bukankah lebih menguntungkan jika Hachiman dibiarkan dekat dengan Yukino? Buat apa mendukung rencana mempertemukan Kaori dengan Yukino?
Kemungkinan besar Yukino memilih sekolah luar negeri karena menjadi korban bully, dan orang yang menyebut dirinya teman Yukino tidak mau melakukan sesuatu untuk menolongnya. Yukino pasti bergantung ke Hayama, karena mereka teman, belum lagi mereka satu SD. Sedang leader grup mereka berada di sekolah yang berbeda (SMP).
Makasih gan, analisanya, sangat membantu.
BalasHapusSetelah membaca analisa agan saya langsung membaca sekilas vol. 9,10,11. Yang mana saya kira adalah bagian yang menarik. Namun saya merasa kurang puas, Masih ada banyak hal dari emosi2 dan perasaan2 yang masih belum saya pahami. Lalu saya membaca mulai dari vol 1 hingga akhir. Tentu saya mengulangi membaca 3vol rerakhir. Dan perbedaannya sangat luar biasa. Saya akhirnya mengerti dan bisa merasakan emosi dari cerita ini. Bagi saya, cerita ini sangat romantis dan mencerahkan. Terima kasih gan
Kalo yang permintaan Hachiman tentang "Ketulusan" (di animenya, Hachiman ngomong sampek nangis) itu volume & chapter berapa ya? Soalnya setelah baca Volume 11 Chapter 9, saya mengira kalo request yg dimaksud Yukino&Yui itu tentang "Ketulusan"
BalasHapusSorry agak susah jelasinnya :v
Kalo yang permintaan Hachiman tentang "Ketulusan" (di animenya, Hachiman ngomong sampek nangis) itu volume & chapter berapa ya? Soalnya setelah baca Volume 11 Chapter 9, saya mengira kalo request yg dimaksud Yukino&Yui itu tentang "Ketulusan"
BalasHapusSorry agak susah jelasinnya :v
Vol 9 chapter 6 kalo gasalah
HapusEntah kenapa Haruno terasa seperti antagonis, meskipun begitu aku merasa kalau Haruno itu sebenarnya baik. Ini mungkin hanya perasaanku, dia mungkin kasar agak "Kejam" sama Yukino karena dia peduli. Dan entah kenapa Haruno tetap tokoh favoriteku di series ini, sifat "Onee san"nya itu yang menjadikan daya tarik tersendiri milik Haruno menurutku. Menurutmu anda bagaimana Haruno itu min?
BalasHapusYang membuat cerita itu bagus, karena protagonis dan antagonisnya menjalankan perannya dengan baik. Termasuk, Haruno.
HapusKeren nih blog sampai ada kesimpulannya jga.....salut sama yg bikin thx min :)
BalasHapusRequest apa sih yang yukinon mau kok ane bingung?
BalasHapusNgakak pas bilang "Korban ceramah Hachiman"
BalasHapusKek Naruto aje 😂
Jadi pen rewarch lagi animenya
BalasHapusending anime sama ending vol 11 ini sama2 membingungkan
BalasHapusDi Animenya malah bingung ceritanya, gak nyambung, aneh. Tapi pas baca novelnya langsung ngena romannya 🥰🥰 ada perasaan misterius juga Krn pakai kode2 yang tak terlihat
HapusHjhg
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSaya dari masa depan, dan ternyata inisial "Y" Yg di maksud hayama adalah haruno
BalasHapus