Jumat, 20 Januari 2017

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol 1 chapter 7 : Dewa Rom-Com Kadang Bisa Bermurah Hati-1





Dan begitulah, hari-hari telah terlewati dan kita segera berpindah ke tahap dua dari latihan Tenis kami.

Mungkin yang barusan itu terdengar terlalu dramatis. Sederhananya, kami sudah menyelesaikan latihan dasar kami dan akhirnya kami berlatih dengan peralatan Tenis.

Meski aku mengatakan kami, yang kumaksud sebenarnya adalah Totsuka. Dia adalah satu-satunya orang yang harus menghabiskan waktunya memukul bola ke arah tembok, sesuai instruksi dari Pelatih Iblis, Yukinoshita.

Well, bukannya aku ini santai-santai karena aku punya kemampuan yang setara dengan member Klub Tenis, tapi situasi ini benar-benar membuat kami memiliki waktu bebas.

Yukinoshita hanya duduk dan membaca buku di bawah pohon yang teduh, tapi sesekali dia seperti ingat kalau ada Totsuka disini, jadi dia kadang berjalan ke arah Totsuka untuk memastikan perkembangannya dan memberikan instruksi lebih lanjut.

Awalnya, Yuigahama bergabung dengan latihan Totsuka, tapi dia merasa bosan dan saat ini dia hanya tiduran di sebelah Yukinoshita. Dia ini mirip anjing yang dibawa pemiliknya ke taman, setelah lelah dia hanya duduk di dekat tempat minum air di taman.

Dan seperti gaya Zaimokuza yang biasanya, dia berusaha mengembangkan Pukulan Maut Ajaib miliknya. Hei, berhentilah melempar biji-bijian di tanah, kampret...Dan juga berhentilah menggali-gali sesuatu di lapangan tanah liat ini!

Pada akhirnya, tidak ada gunanya mengumpulkan banyak sekali orang-orang tidak berguna di satu tempat.

Dan diriku sendiri?

Aku hanya duduk di pojokan dan mengamati para semut. Ini sangat menyenangkan.

Tidak, serius ini, super menyenangkan.

Aku tidak tahu apa yang dipikirkan makhluk-makhluk kecil ini, bergerak begitu saja seperti tanpa lelah, tapi pastinya mereka sedang melakukan rutinitas kesibukan kehidupan mereka. Ini membuatku merasa seperti melihat ke arah jalan dari sebuah gedung perkantoran yang tinggi di Tokyo.

Image dari semut dan karyawan ber-jas hitam mulai muncul di kepalaku.

Apakah suatu hari nanti aku akan menjadi salah satu karyawan tersebut? Apakah akan ada orang lain yang akan melihatku menjadi karyawan tersebut dari gedung perkantoran yang tinggi di Tokyo? Apa yang ada dipikiranku jika itu benar-benar terjadi?

Bukannya aku membenci konsep menjadi karyawan...Sial, bahkan ada bagian dari diriku yang ingin untuk menjadi salah satu dari mereka. Itu adalah peringkat kedua dalam Daftar cita-citaku, tepat setelah Suami Rumahan. Nomer tiga dalam daftar tersebut adalah Mesin Pengapian. Tunggu dulu, anjrit, apa aku punya cita-cita untuk menjadi mobil...?

Aku sendiri sebenarnya tahu dan sadar kalau menjadi karyawan juga memiliki sisi negatif. Aku selalu kagum dengan bagaimana ayahku pulang setiap hari dengan ekspresi seperti lelah dengan kehidupan. Aku kagum bagaimana dia bisa berangkat bekerja setiap harinya, meski dia sendiri merasa tidak senang dengan itu.

Entah mengapa aku melihat image ayahku di gerombolan semut ini dan aku sendiri berupaya untuk menyemangatinya.

Ayah, lakukan yang terbaik; Jangan menyerah, ayah; Jangan sampai botak, ayah.

Ketika aku sedang membayangkan bagaimana masa depanku kelak, aku mulai khawatir dengan masa depan dari rambutku ini.

Doaku mungkin didengar, karena semut-semut itu mulai berjalan kembali menuju rumahnya. Aku yakin kalau disana sedang menunggu kehangatan bersama keluarganya.

Aku lega.

Diriku mulai dipenuhi dengan emosi, sesekali sesenggukan dan menyeka air mataku.

Dan di momen itulah   

Whoosh!

"Tidak, ayaaaah~!!!"

Semut yang merefleksikan ayahku barusan tiba-tiba lenyap; bola yang menghancurkannya sekarang sedang berada di salah satu sudut lapangan.

Kutatap siapa yang menyebabkan bola ini terbang kemari dengan penuh emosi.

"Hmm, jadi kau sedang menciptakan debu-debu yang beterbangan untuk membingungkan musuhmu, lalu mengambil peluang itu untuk mengembalikan bolanya...Sepertinya pukulan ajaibku sudah sempurna, benar tidak? Fatamorgana ini kini berubah menjadi ladang emas, Blasting Sand Rock!"

Jadi kau, Zaimokuza...Apa yang telah kau lakukan kepada ayah versi semut milikku...? Well, sudahlah, itu hanya semut. Kutepuk-tepuk tanganku dan mendoakan semut itu sejenak.

Sementara itu, Zaimokuza masih larut dalam situasi merasa telah menyempurnakan jurusnya; dia mengibas-ngibaskan raketnya kesana-kemari sebelum menaruhnya di atas bahu sambil memasang pose yang keren. Dia seperti baru saja memperoleh beberapa exp.

Well, persetan dengan Zaimokuza, dan juga persetan dengan semut tadi.

...Mungkin aku harus menghabiskan waktuku dengan menonton apa saja yang dilakukan oleh Si Manis Totsuka.

Ketika kulihat situasinya, kulihat Yuigahama sudah terbangun. Yukinoshita sendiri menyuruhnya untuk mengambil satu keranjang bola Tenis.

Dia disuruh untuk mengambil bola-bola itu dari keranjang dan memukulkannya ke arah Totsuka, dan Totsuka harus berusaha keras untuk mengejar dan mengembalikan bola tersebut.

"Yuigahama-san, tolong lempar bolanya di sudut-sudut yang sulit, misalnya disana dan di arah yang itu...Latihan ini sia-sia jika kita tidak melakukannya."

Yukinoshita tampak tenang dan terkendali; Totsuka, di lain pihak, sedang tersengal-sengal mengejar-ngejar bola, dari belakang garis hingga di dekat net.

Yukinoshita ternyata serius...Maksudku, serius gila!

...Tidak, dia hanya sedang serius melatih Totsuka.

Jangan melihat ke arahku, kampret...Itu menakutkanku! Kenapa kau bisa tiba-tiba membaca pikiranku?

Arah lemparan Yuigahama benar-benar random, setiap bola yang dia lempar pasti mengarah ke arah yang tidak bisa ditebak.

Totsuka lalu berlari dan berusaha mengejar bola tersebut, tapi, sekitar bola yang keduapuluh, dia akhirnya terkapar di lapangan.

"Uwah, Sai-chan! Kau baik-baik saja?!"

Yuigahama mengehentikan lemparannya dan berlari menuju area dekat net. Totsuka lalu tampak menggosok-gosok lututnya, tapi dia tersenyum meski kedua matanya dipenuhi air mata, hanya sekedar memberi tahu kalau dia tidak apa-apa. Dia ini memang pemberani...

"Aku tidak apa-apa, ayo lanjutkan."

Tapi, Yukinoshita sendiri tampak ragu ketika mendengarnya.

"Kau...Masih mau lanjut?"

"Yeah...Semua orang membantuku, jadi aku ingin berusaha lebih keras lagi."

"Begitu ya...Yuigahama-san, kuserahkan sisanya kepadamu."

Yukinoshita mengatakan itu, lalu dia membalikkan badannya dan bergegas menuju gedung sekolah. Totsuka tampaknya keheranan melihat Yukinoshita yang pergi begitu saja.

"Apa aku...Mengatakan sesuatu...Yang membuatnya marah...?"

"Nah, dia memang seperti itu...Malahan, dia tidak memanggilmu bodoh atau tidak berbakat, jadi bisa kubilang kalau suasana hatinya sedang bagus."

"Bukannya Yukinon hanya mengatakan itu ke Hikki?"

Nah, Yuigahama, dia juga mengatakan hal-hal itu kepadamu, sering malahan...Hanya saja kau tidak sadar.

"Mungkin dia hanya...Kesal denganku...?Aku tidak bertambah baik, dan yang bisa kulakukan hanya push-up sebanyak lima kali..."

Bahu Totsuka tampak menurun ketika melihat ke arah lantai. Hmm, well, kurasa yang dia katakan bisa juga dikatakan karakter dari Yukinoshita...

Tapi...

"Kurasa bukan itu masalahnya. Yukinon tidak akan pernah meninggalkan orang yang datang untuk meminta bantuannya."

Yuigahama mengatakan itu sambil memutar-mutarkan ujung jarinya.

"Well, itu benar...Maksudku, dia bahkan berusaha membantu Yuigahama agar bisa memasak. Kau masih punya peluang, aku sendiri ragu kalau Yukinoshita menyerah."

"Apa maksudmu barusan?!"

Yuigahama melemparkan bola ke kepalaku. Bola tersebut mengenaiku dengan telak dan membuat suara clonk! Kampret, kontrol bolanya ternyata benar-benar bagus...Aku tidak heran jika dia terpilih dalam atlit pelempar bola terbaik.

Kuambil bola yang sekarang sedang menggelinding di lapangan dan melemparnya kembali ke arah Yuigahama.

"Dia mungkin akan segera kembali, jadi...Ayo kita lanjutkan?"

"...Oke!"

Totsuka menjawabnya dengan penuh semangat dan kembali berlatih.

Setelah itu, tidak terdengar lagi komplain-komplain, tidak juga air mata yang keluar.

Totsuka sedang memberikan yang terbaik.

"Ugh, aku capek~~...Hikki, gantian dong."

Malahan, komplain pertama datang dari Yuigahama...

Tapi jujur saja, aku sendiri tidak melakukan apapun disini.

Yang bisa kulakukan saat ini hanyalah menonton semut lagi.

...Tapi Zaimokuza sudah membunuh semut-semut itu, jadi aku jelas akan kebosanan saat ini. Aku benar-benar tidak memiliki sesuatu yang bisa dikerjakan.

"Ya sudah. Ayo gantian."

"Yay~~. Oh, ngomong-ngomong, biasanya akan menjadi bosan setelah lemparan ke-enam, jadi hati-hatilah."

Lemparan ke-enam?! Itu cepat sekali! Apa staminanya benar-benar buruk?

Ketika aku berjalan ke arah Yuigahama untuk mengambil bola, aku melihat ekspresi senyumnya yang enerjik barusan sudah berubah menjadi kecut dan suram.

"Ah, ada yang sedang bermain Tenis! Tenis loh!"

Kulihat asal suara yang ceria tersebut, dan yang kulihat adalah gerombolan dari grup Hayama dan Miura. Mereka sedang berjalan ke arah kami, dan ketika mereka melewati Zaimokuza, mereka tampak menyadari diriku dan Yuigahama.

"Ah...Ternyata Yui..."

Gadis yang berada di samping Miura mengatakan itu.

Miura lalu menatapku dan Yuigahama, lalu memindahkan pandangannya ke Totsuka.

Sepertinya dia sama sekali tidak melihat ke arah Zaimokuza.

"Hei, Totsuka. Bisakah kami juga bermain disini?"

"Miura-san, sebenarnya aku tidak sedang...Bermain-main...Aku sedang berlatih..."

"Huh? Apa? Aku tidak dengar barusan."

Totsuka mengatakan itu dengan pelan, jadi Miura tampaknya tidak mendengar kata-katanya barusan. Totsuka hanya meresponnya dengan diam, tapi...Maksudku, jika seseorang menanyaiku pertanyaan semacam itu, maka aku pasti tidak bisa meresponnya balik. Gadis ini benar-benar menakutkan.

Totsuka lalu mengumpulkan segenap keberaniannya dan mencoba sekali lagi.

"A-Aku ini sedang latihan..."

Tapi Sang Ratu merasa "persetan dengan itu".

"Hmm, tapi tahu tidak, ada beberapa orang disini yang bukan bagian dari Klub Tenis, Jadi...Juga hak memakai Lapangan Tenis ini bukanlah hak eksklusif dari sekolah untuk Klub Tenis, benar tidak?"

"I-Itu memang benar...Tapi..."

"Kalau begitu, bukankah tidak masalah kalau kita juga menggunakannya? Jadi kenapa tidak?"

"...Tapi..."

Setelah mengatakan itu, Totsuka tampaknya kesulitan dan menatap ke arahku...

Tunggu, ke arahku?

Kurasa memang tidak ada orang lagi yang bisa dimintai bantuan olehnya. Yukinoshita sedang pergi entah kemana, Yuigahama sendiri berusaha membuang muka dengan ekspresi yang kurang nyaman, dan tidak ada yang peduli dengan Zaimokuza...Jadi kurasa pilihannya hanyalah aku.

"Ah, maaf, tapi Totsuka yang meminta ijin untuk menggunakan lapangan ini, jadi orang lain tidak bisa begitu saja memakainya."

"Huh? Tapi, seperti yang kukatakan tadi, kau sendiri bukanlah Member Klub Tenis, tapi kau sendiri sedang menggunakan Lapangan Tenis."

"Ah, umm, itu karena kita sedang membantu latihan Totsuka, jadi, ini semacam, outsourcing atau sejenis itu."

"Huh? Kamu ngomong apaan sih? Itu agak menjijikkan."

Uwah, gadis ini jelas-jelas tidak ada niatan untuk mendengarkan kami...Karena itulah aku benci lonte goblok yang semacam ini. Primata macam apa yang tidak mengerti bahasa manusia? Bahkan anjing saja mengerti kata-kata manusia.

"Oke, oke, tidak perlu sampai segitunya."

Hayama lalu memotong dan berusaha memediasi.

"Ayolah, bukankah lebih menyenangkan jika semua orang bisa bermain juga? Bagaimana jika kita bersama-sama berusaha mewujudkan itu?"

Kata-kata Hayama seperti menusuk diriku. Miura sendiri sudah dalam posisi siap menembakkan pelurunya, hanya saja dia menahan diri untuk menarik pelatuknya.

Well, yang bisa kulakukan hanyalah menembak balik.

"Apa sih yang kau maksud dengan semua orang...? Apa semua orang yang kau katakan barusan itu maknanya sama seperti ketika kau meminta sesuatu ke orang tuamu? Misalnya ketika kau bilang, Tapi semua orang punya itu! atau sejenisnya...? Jadi siapa yang kau maksud semua orang...? Aku sendiri tidak punya teman, jadi aku sendiri tidak pernah menggunakan kata-kata yang semacam itu..."

Ini adalah tembakan double yang berisi tembakan sebenarnya dan kesuraman! Sebuah kombinasi yang maut!

Bahkan Hayama sendiri tampak merespon itu dengan segera.

"Ah, umm...Aku tidak bermaksud apa barusan. Umm...Maaf? Kalau kau ada ide untuk dibicarakan, kau bisa mengatakannya kepadaku, kita bisa membicarakan semuanya."

Dengan cepat, dia berusaha membuatku nyaman.

Hayama adalah pria baik...Aku sendiri saja hampir menangis dan berterima kasih kepadanya.

Tapi...

Jika aku bisa diselamatkan hanya dengan simpati murahan, maka aku sejak awal tidak perlu diselamatkan. Jika masalahku bisa selesai dengan beberapa kata, maka sebenarnya aku tidaklah punya masalah.

"...Hayama, kebaikanmu barusan itu benar-benar membuatku senang. Aku tahu betul kalau kau punya sifat yang baik. Juga, kau ini andalan di Klub Sepakbola. Kau juga berwajah tamfan, benar tidak? Aku yakin kau sangat populer di kalangan para gadis!"

"A-Ada apa, kenapa tiba-tiba menjadi seperti ini...?"

Hayama tampak mulai terguncang dengan pujianku yang tiba-tiba itu.

Bagus, bagus, bagus, silakan nikmati dulu semua pujian dariku.

Aku berani bertaruh kalau Hayama tidak tahu...

Tahu kenapa orang suka memuji orang lain? Itu karena semakin banyak pujiannya, maka jatuhnya akan semakin sakit!

Itu disebut Kematian karena pujian.

"Banyak sekali yang kau miliki, dan kau sendiri orangnya pintar. Meski begitu, kau masih ingin mengambil Lapangan Tenis ini dari kami yang tidak punya apa-apa? Apa kau tidak malu?"

"Tepat sekali! Tuan Hayama! Apa yang baru saja kau lakukan adalah hal yang hina dari yang terhina! Ini sebuah penjajahan! Akulah yang harusnya membalas dendam!"

Entah mengapa, Zaimokuza langsung ikut dalam pembicaraan dengan mengucapkan kata-kata level tinggi seperti itu.

"Ke-Ketika mereka berdua berdiri bersama-sama, situasinya menjadi dua kali lebih menyedihkan dan lebih hina..."

Yuigahama hanya bisa terdiam di dekat kami, sedang Hayama tampak menggaruk-garuk kepalanya. Dia lalu mengembuskan napasnya.

"Hm, well, hmm..."

Mengesampingkan ekspresiku saat ini, sebenarnya aku memasang senyum licik di wajahku. Tepat sekali...Hayama bukanlah tipe orang yang suka membuat masalah dimana saja. Saat ini, kata dimana saja ini adalah antara dia, aku, dan Zaimokuza. Jika dia tipe orang yang menerima suara mayoritas, maka Hayama tidak punya pilihan lain selain menyerah dengan tempat ini.

"Hei, ayolah, Hayato~~..."

Sebuah suara merajuk muncul dari samping.

"Kenapa kau hanya berdiri saja disana? Aku ingin bermain Tenis."

Dan orang idiot yang memainkan ujung rambutnya sudah muncul. Apa ada yang salah dengan otaknya? Fokus kembali ke pembicaraan barusan, kampret...Apa kau ini tipe orang yang mencampur gas dan rem menjadi satu?

Memang, Miura baru saja menekan gas daripada rem.

Dan itu baru saja memberikan Hayama sedikit waktu untuk berpikir. Waktu yang sejenak itu sudah cukup untuk menyalakan otaknya.

"Hmm, ya sudah, bagaimana kalau kita lakukan ini : semua orang yang bukan bagian dari Klub Tenis akan bermain, yang menang boleh memakai Lapangan Tenis untuk seterusnya. Secara otomatis, pemenangnya juga harus membantu latihan Totsuka. Bukankah bagus jika bisa berlatih dengan pemain yang lebih baik, benar tidak? Dengan begitu, ini akan menjadi menyenangkan bagi semua orang."

...Kampret, kenapa dia malah bisa memikirkan logika yang semacam itu? Apa dia seorang jenius?

"Pertandingan Tenis?...Hmm, kedengarannya menyenangkan."

Miura memasang senyum yang menakutkan dimana senyum tersebut hanya bisa dilakukan oleh Sang Ratu Api.

Dan semua orang yang melihat adegan ini tampak setuju dengan saran Hayama.

Dan begitulah, seperti terbawa oleh panasnya pertempuran, mengabdi pada kekacauan dan amarah, kami akhirnya menuju ke tahap tiga dari latihan kami.

...Mungkin barusan terdengar terlalu keren. Dengan kata lain, kita mempertaruhkan penggunaan Lapangan Tenis ini dalam sebuah pertandingan.

Kampret, kenapa bisa jadi begini...?








x Chapter VII part 1 | END x






Kata-kata Hachiman kalau Yukino pernah mengatakan kata-kata negatif tentang Yui, ada di vol 1 chapter 3. Seperti kata Hachiman, Yui tidak menyadarinya.

.....

Buat yang belum tahu, disini mungkin tertulis ayah Hachiman hampir botak. Tapi menginjak vol 9 ke atas, Hachiman jelas-jelas mengatakan kalau ayahnya botak.

.....

Hachiman akan menyerah dengan  impiannya menjadi suami rumahan di vol 10.5 chapter 1, dan mulai memikirkan opsi nomor dua, yaitu menjadi karyawan kantoran. Ini dipicu oleh Yukino yang awalnya berniat menjadi Ibu Rumah Tangga, merubahnya dan mempertimbangkan diri untuk menjadi wanita karir.

.....

Outsourcing ini, kata yang sering digunakan di Oregairu. Misalnya, vol 6.5. Apa Watari punya pengalaman dengan outsourcing?

.....

Dengan memakai logika yang sama, Hayama yang memiliki spek tinggi harusnya bisa bersama dengan gadis yang lebih baik, bukan Miura. Namun sayangnya, Hayama harus dekat dengan Miura agar tidak ada gadis yang berani menembaknya.

.....

Permainan Tenis semacam ini, pernah diungkapkan Watari kalau dia fans berat dari manga Prince of Tenis. Bisa jadi, karakter Totsuka sebagai karakter yang disukai Hachiman sendiri asalnya dari fans Watari ke manga tersebut. Juga, tidak lupa kalau ping-pong juga disukai oleh Watari. Ini juga diterapkan di vol 10.5 chapter 2.

.....

Jika anda jeli, pola pemikiran dan perilaku Hachiman sebenarnya kebalikan dari Hayama. Yang mengatakan ini sendiri adalah Yukinoshita Yukino di vol 10 chapter 3.

Lucunya, di vol 6.5 chapter 1, Hachiman juga mengatakan kalau Miura ini adalah kebalikan dari Yukino.

Hachiman akhirnya di vol 5 chapter 6 di-binding oleh perasaan Yui, sedang Hayama di-binding oleh perasaan Miura. Sayangnya, Hachiman melakukan itu demi Yukino, sedang Hayama melakukannya demi egonya sendiri.

.....

Yui harusnya bisa menengahi ini jika dia benar-benar teman dari Miura. Sayangnya, ugly truth muncul di vol 6 chapter 3, Yui hanya ingin berada di grup terpopuler di kelasnya. Hubungan pertemanan bukanlah tujuannya, tapi status.

1 komentar: